• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Influence of Iron Supplement on Lung Tuberculosis with Iron Deficiency Anemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "The Influence of Iron Supplement on Lung Tuberculosis with Iron Deficiency Anemia"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Suplementasi Besi pada Tuberkulosis Paru dengan

Anemia Defisiensi Besi

(Kajian Respon Kesembuhan, Respon Imun, dan Resistensi)

The Influence of Iron Supplement on Lung Tuberculosis

with Iron Deficiency Anemia

(Review on The Recovery Responses, Immune Responses, and Resistance)

Djoko Trihadi Lukmono Subagyo1*, Soeharyo Hadisaputro2, dan Hadiarto Mangunnegoro3

ABSTRACT

Background: Prevalence of Lung Tuberculosis (TB) in Indonesia is about 0.15% - 0.26%. Iron supplement on the TB patients with iron deficiency anemia (IDA) has several effects such as activating macrophage derived monocyt (MDM) and interferon-gamma (IFN- ), with a positive feed-back mechanism pushing interleukin-12 (IL-interleukin-12). The objective of this research is to find out the influence of iron supplement on recovery responses, immune responses, and resistance on the TB patients with IDA without chronic disease anemia, no acute or chronic infections, and good nutrition status.

Design and method: The method of this study was Randomized Clinical Trial with Simple Randomized Pre-test – Post-Pre-test Control Group Design on 252 respondents in a triple blind manner. The respondents are those having the category 1 active pulmonary TB with IDA according the World Health Organization (WHO) standard, receiving the Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) strategy treatment. The experimental group consists of 126 respondents, treated with a therapy of 2 RHZE / 4 R3H3 and 3 x 200 mg sulfate ferrosus containing 60 mg ferro-sulfate hepta-hydrate for the first 2 months, and 3 times a week for the next 4 months. The control group consists of 126 respondents, treated with a therapy of 2 RHZE / 4 R3H3 and placebo. Independent variable was iron supplementation, while dependent variable were Acid FastBaccili (AFB) smears, IFN-γ, IL-12, MDR-TB, hemoglobin, serum tranferrin Receptor (sTfR), and Body Mass Index (BMI). Data analysis is conducted with SPSS t-test Version 15 (2007).

Result: The analysis results of delta data of study variables between the control group vs. experimental group are: 1) increased sputum AFB conversion in the experimental group +100% (p<0,05). 2) increased

IFN-γ in the experimental group +324,84% (p<0,05). 3) increased IL-12 in the experimental group +364,42% (p<0,05). 4) decreased MDR-TB in the experimental group -100% (p<0,05). 5) increased haemoglobin in the experimental group +47,96% (p<0,05). 6) decreased sTfR in the experimental group -68,54% (p<0,05). 7) increased BMI in the experimental group +45,63% (p<0,05). 8) inhibited single - basa mutation CCT-Arginin, and multiple - basa mutation histidin-leusin GGC TGA DNA MTB. 9) haemoglobine threshold for MDR-TB risk was 9,5gr%, sTfR 60,26 pg/ml, IFN-γ 14,58 pg/ml, IL-12 15,56 pg/ml, and BMI less than 18,5 kg/m2. 10)

haemoglobine highest risk threshold was 15 gr% to prevent infection MTB worsening. The results of logarithmic data t-test of all variables are highly significant (p<0.00), except BMI was significantly increases (p<0.05); Mann-Whitney test of delta data, highly significant differences were found (p<0.00).

Conclusion: In the control group 9 multiple-basa mutations as the causes of MDR-TB were found. We conclude that iron supplement on the TB with IDA increases: sputum AFB conversion, IFN- , IL-12, hemoglobin, BMI, decreases sTfR and MDR-TB. In other group which no iron supplementation there are 9 multiple-basa mutations as the causes of MDR-TB (Sains Medika, 2 (1):57-69).

Key words: interferon-gamma, interleukin-12, iron supplementation, tuberculosis

ABSTRAK

Pendahuluan: Prevalensi Tuberkulosis Paru (TBP) di Indonesia sekitar 0,15%-0,26%. Suplementasi besi pada penderita TBP dengan anemia defisiensi besi (ADB) mempunyai efek antara lain mengaktivasi macrophage derived monocyt (MDM), dan interferon-gamma (IFN-γ), dengan mekanisme umpan balik positif memacu interleukin-12 (IL-12). Tujuan penelitian ialahuntuk mengetahui pengaruh suplementasi besi terhadap respon kesembuhan, respon imun, dan resistensi pada pasien TB dengan ADB tanpa anemia

1 Bagian Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang * Email: dr.trihadi@yahoo.com

(2)

penyakit khronis, tidak ada infeksi akut atau kronis, dan status gizi baik.

Metode penelitian: Metode penelitian ini adalah Randomized Clinical Trial dengan Simple randomized the Pre test-Post test Control Group Design pada 252 responden secara tersamar ganda (triple blind). Responden yaitu penderita TBP aktif kategori 1 dengan ADB sesuai dengan standar WHO yang mendapat pengobatan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Kelompok eksperimen 126 responden diterapi 2 RHZE / 4 R3H3 dan sulfas ferrosus 3 x 200 mg yang mengandung ferro-sulfat heptahidrat 60 mg selama 2 bulan pertama, dan 3 kali seminggu selama 4 bulan selanjutnya. Kelompok kontrol 126 responden diterapi 2 RHZE / 4 R3H3 dan plasebo. Variabel bebas adalah suplementasi besi, variabel tergantung adalah konversi Bakteri Tahan Asam (BTA), IFN-γ, IL-12, Multi Drug-Resistant TB (MDR-TB), hemoglobin, serum Transferrin Receptor (sTfR), dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Analisis data dengan uji-t SPSS Version 15.0 (2007).

Hasil Penelitian: Hasil analisis data delta variabel penelitian antara kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok eksperimen adalah: 1) peningkatan konversi BTA dahak pada kelompok eksperimen sebesar +100% (p<0,05), 2) peningkatan IFN-γ pada kelompok eksperimen sebesar +324,84% (p<0,05), 3) peningkatan IL-12 pada kelompok eksperimen sebesar +364,42% (p<0,05), 4) penurunan MDR-TB pada kelompok eksperimen sebesar –100% (p<0,05), 5) peningkatan hemoglobin pada kelompok eksperimen sebesar +47,96% (p<0,05), 6) penurunan kadar sTfR pada kelompok eksperimen sebesar –68,54% (p<0,05), 7) peningkatan IMT pada kelompok eksperimen sebesar +45,63% (p<0,05), 8) menghambat mutasi basa-tunggal CCT-Arginin, dan mutasi basa-berganda histidin–leusin GGC TGA DNA MTB, 9) batas nilai ambang risiko terjadi MDR-TB pada kadar hemoglobin 9,5 gr%, sTfR 60,26 pg/ml, IFN-γ 14,58 pg/ml, IL-12 15,56 pg/ml, dan IMT kurang 18,5 kg/m2,10) batas nilai ambang kadar hemoglobin tertinggi 15 gr% untuk mencegah makin

beratnya infeksi MTB.Hasil uji test data logaritma semua variabel berbeda sangat bermakna (p<0,00), kecuali IMT meningkat bermakna (p<0,05), dan pada uji Mann-Whitney data delta didapatkan perbedaan sangat bermakna (p<0,00).

Kesimpulan: Pada kelompok kontrol didapatkan 9 mutasi basa-ganda sebagai penyebab MDR-TB. Jadi dapat disimpulkan bahwa suplementasi besi pada TB dengan ADB meningkatkan: konversi BTA sputum, IFN- , IL-12, hemoglobin, IMT, menurunkan sTfR, dan MDR-TB. Pada kelompok yang tidak diberi suplementasi besi didapatkan 9 mutasi basa-ganda sebagai penyebab MDR-TB (Sains Medika, 2 (1):57-69).

Kata kunci: interferon-gama, interleukin-12, resistensi, suplementasi besi, tuberkulosis.

PENDAHULUAN

Tuberkulosis Paru (TBP) telah menyebabkan angka kematian lebih dari 1,97 juta

orang per tahun. Case Fatality Rate 27%; kasus baru tahun 2005 sebesar 10,4 juta. Angka

Multidrug-resistant (MDR) bervariasi antara 1,2 – 8,7%. Populasi yang telah terinfeksi antara

lain di Afrika 35%; Amerika 18%; Asia Tenggara, termasuk Indonesia 44% ( prevalensi TB di

Indonesia 0,15% - 0,26%) (Achmadi, 2004). Salah satu faktor risiko TB adalah anemia

defisiensi besi (ADB). Diperkirakan tahun 2020 TB menyerang 1 miliar populasi dengan 70

juta kematian, bila tidak dilakukan pengendalian (Soemantri et al., 2007; Lemery et al.,

2004).

Pengaruh ADB pada TB antara lain adalah: 1) menurunkan respon imun seluler,

dimana aktivitas interleukin-12 (IL-12) dan interferon-gamma (IFN-γ) memacu makrofag

yang mempunyai dua efek, yaitu membunuh MTB dan memacu produksi IL-12, atau disebut

umpan-balik positif (positive-feedback) (Viane et al., 2005; Johnson et al., 2005); 2)

menurunkan konversi bakteri tahan asam (BTA) dahak; 3) meningkatkan re-infeksi dan

(3)

Vosskuill et al., 2006).

Penelitian meta analisis melaporkan masih ada beda pendapat tentang

suplementasi besi pada TBP dengan ADB. Kelompok yang setuju suplementasi besi pada

infeksi MTB dengan alasan yaitu: 1) infeksi laten MTB menimbulkan defisiensi Magnesium

(Rv 1811, mgtc), dan menyebabkan afinitas Fe-Mg-S berkurang (Kuhn et al., 2005); 2)

Mycobactin (Mbt-RV 2383c) dan carboxymycobactin yang berfungsi sebagai penyandi

protein MTB aktivitasnya berkurang (De Voss et al., 2004); 3) inang membutuhkan monosit

lebih banyak dari suplementasi besi untuk membentuk macrophage derived monocyt

(MDM) dan diharapkan fagositosis lebih baik (Matos et al., 2006).

Kelompok yang tidak setuju suplementasi besi pada TBP dengan ADB beralasan: 1)

virulensi MTB karena faktor Sigma A (Rv 2703, sig A) yang menimbulkan mutasi

arginin-histidin pada kodon 515 terminal C (Yang et al., 2007); 2) TBP dengan ADB terjadi

hiperekspresi TNF (Washent et al., 2006); 3) Overblown-infection TBP disebabkan oleh

Streptomycinresistant (Richardon et al., 2007). Selain TBP keadaan yang harus diperhatikan

didalam suplementasi besi adalah infeksi malaria, diare khronis, meningitis, anemia infeksi

khronis, dan status gizi (Gerraldino et al., 2006). Dilaporkan bahwa pada infeksi MTB yang

sangat berat, kadar IFN-γ sangat rendah. Disisi lain, IFN-γ dengan IL-12 berperan sangat

penting pada pematangan hematopoisis(Smulders et al., 2005). Secara umum hanya 7%

zat besi atau 1 mg yang dapat memasuki plasma dari perkiraan asupan sehari 15 mg.

Pengukuran ADB menggunakan parameter sTfR dengan pertimbangan: tidak menyakitkan,

tidak membahayakan, tidak memerlukan tenaga khusus, dan tidak mahal bila dibandingkan

dengan biopsi sumsum tulang (Fitzsimon dan Brock, 2003).

Penelitian terdahulu menemukan bahwa MDR-TB dapat disebabkan oleh adanya

mutasi basa-tunggal pada gen rpoB pada Rif, gen katG pada resistensi INH (Word et al.,

2006; Qunnonew dan Irjala, 2004). Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan

penelitian lain adalah memberikan gambaran tentang pengaruh suplementasi besi

terhadap adanya: 1) mutasi basa ganda pada TBP dengan ADB yang mengalami MDR

-TB; 2) mekanisme resistensi genotip MDR--TB; dan 3) titik potong ( cutoff point ) kadar

hemoglobin, sTfR, IFN-γ, dan IL-12 sebagai deteksi dini resistensi Mycobacterium

tuberculosis (MTB) (Ravligione & Maher, 2006; Vosskuill et al., 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi besi terhadap

respon kesembuhan, respon imun, dan resistensi pada pasien TBP dengan ADB. Tujuan

(4)

kesembuhan yang diukur dengan konversi BTA dahak, respon imun yang diukur dengan

IFN-γ dan IL-12, kadar hemoglobin, sTfR, MDR-TB yang diukur dengan skuensing urutan

DNA MTB, dan IMT.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan adalah Uji Klinis Randomized Clinical Trial dengan Simple

randomized The Pre test-Posttest Control Group, tersamar ganda (triple blind) terhadap

126 penderita TBP dengan ADB yang diterapi OAT dan suplementasi besi sebagai kelompok

eksperimen, dan 126 penderita TBP dengan ADB yang diterapi OAT dan plasebo sebagai

kelompok kontrol.

Sampel ditentukan dengan cara acak sederhana, objektivitas penelitian pemberian

obat dilakukan dengan teknik buta-berganda. Kelompok eksperimen diterapi dengan OAT

standar 2RHZE/4R3H3 dan sulfas ferrosus besi 3×200 mg mengandung ferro-sulfat

heptahidrat 60 mg selama 2 bulan pertama-fase awal, dilanjutkan 3 kali seminggu selama

4 bulan-fase lanjutan. Kelompok kontrol diterapi dengan OAT standar 2RHZE/4R3H3 dan

plasebo. Tempat penelitian di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Semarang, waktu penelitian

antara 3 Januari 2003 sampai 31 Mei 2007. Kriteria inklusi yaitu: 1) TBP kategori 1-BTA

dahak positif; 2) pria atau wanita usia 15-55 tahun; 3) bersedia menjadi responden

sampai penelitian selesai; 4) belum pernah mendapat OAT dan suplementasi besi; 5)

anemia ringan sampai sedang sesuai jenis kelamin: hemoglobin antara 8 sampai 11

gr%; sTfR lebih dari 50 pg/ml; CRP negatif; 6) IMT antara 18 sampai 25 Kg/m2;7) patuh

minum OAT dan suplementasi besi minimal 90% obat yang ditentukan. Kriteria eksklusi

yaitu : 1) DM; 2) gagal ginjal akut atau gagal ginjal khronis; 3) gagal jantung/ aritmia

kordis; 4) penyakit hati akut atau khronis; 5) tumor paru atau keganasan lain; 6)

Thalasemia, leukemia, koagulasi intravaskuler disseminata, dan anemia penyakit

khronis; 7) penyakit degeneratif; 8) menghentikan terapi; 9) penyakit saluran cerna; 10)

hamil atau laktasi, dan kontrasepsi hormonal. Variabel tergantung adalah tingkat

konversi BTA dahak, kadar IFN-γ, kadar IL-12, MDR-TB, hemoglobin, sTfR, dan IMT

sedangkan variabel bebas yaitu suplementasi besi.

Analisis data menggunakan SPSS 15.0 untuk membuktikan pengaruh suplementasi

besi terhadap respon kesembuhan, respon imun, dan resistensi. Dilakukan analisis

(5)

berdistribusi normal, sedangkan data yang tidak berdistribusi normal dianalisis dengan

uji non-parametrik menggunakan uji Mann-Whitney. Untuk membuktikan hipotesis

dilakukan uji t tes data delta konversi BTA sputum, IFN-γ, dan IL-12 sedangkan hemoglobin,

sTfR, dan IMT kedua kelompok dengan uji Mann-Whitney.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 1276 orang tersangka TBP didapatkan 843

orang dengan BTA dahak +3. Setelah pemeriksaan hemoglobin dan sTfR didapatkan 347

sampel memenuhi kriteria, karena beberapa faktor penyulit 74 sampel dikeluarkan dari

penelitian. Sampel yang memenuhi kriteria sebesar 273 orang, pada akhir 6 bulan terapi

21 sampel dikeluarkan dari penelitian. Sampel yang benar diteliti adalah 252 orang yang

terdiri dari kelompok eksperimen 126 orang dan kelompok kontrol 126 orang.

Hasil pengujian data penelitian antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3. Secara keseluruhan terdapat berbedaan yang bermakna

pada setiap variabel antara kelompok kontrol dan kelompok terapi (p<0,05). Bila

dikonfirmasikan dengan data deskriptif (Mean atau Median) menunjukkan bahwa nilai

yang jauh lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan pada kelompok kontrol.

Tabel 1. Uji signifikansi data pascaterapi antara kelompok kontrol (n = 126) dan kelompok

eksperimen (n = 126)

(6)

Tabel 2. Hasil analisis data delta variabel penelitian antara kelompok kontrol (n=126) dan kelompok eksperimen (n=126)

Keterangan : +Mann Whitney test

Konversi BTA (+) yang berhasil yaitu dari keadaan BTA (+) ke BTA (-) lebih banyak

terdapat pada kelompok eksperimen dibandingkan pada kelompok kontrol. Sebaliknya

konversi BTA (+) yang tidak berhasil lebih banyak terdapat pada kelompok kontrol

dibandingkan pada kelompok eksperimen, dan secara statistik terdapat perbedaan yang

bermakna tentang keberhasilan konversi BTA (+) antara kedua kelompok.

Untuk mengetahui variabel yang menjadi penyebab perbedaan diantara dua

kelompok subyek dilakukan analisis multivariat yaitu Analisis Deskriminan. Adapun variabel

yang diduga menjadi pembeda adalah perubahan (delta) IFN- , IL-12 , hemoglobin, IMT

dan sTFR. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diduga telah terbukti

menjadi pembeda pengelompokan kelompok subyek. Jadi variabel perubahan IFN- ,

IL-12, hemoglobin, IMT, sTFR secara bersama-sama menunjukkan perbedaan di antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keadaan dalam kelompok sebagian besar

sangat bervariasi kecuali hemoglobin yang relatif homogen (Wilk’s Lambda mendekati 1).

Hasil Reaksi PCR DNA-MTB

Hasil PCR pada 22 ekstrak dilusi dari suspensi kultur galur MTB, 9 dari 22

pemeriksaan (9/22) dapat dideteksi satu pita DNA spesifik dengan ukuran molekul

157-bp yang disesuaikan dengan standar ukuran molekul marka digesti DNA pUC 19 Hae III,

pada gel elektroforesis. Pada isolat 7B posisi + 19 diisi C, sedangkan nukleotida

seharusnya Arginin. Isolat 13A dan 13B posisi + 4 nukleotida G menggantikan Timin dan

Sitosin, juga isolat 15A dan 15B nukleotida G dan T menggantikan susunan Histidin. Hal

(7)

Gambar 1. (a) Hasil analisis titik mutasi basa – ganda pada MDR – TB dan (b) Hasil analisis perubahan nukleotida DNA – MTB yang mengalami MDR – TB

Keterangan:

(a) Hasil analisis homologi urutan nukleotida gen KatG isolat 5, 8, 10, dan 12

ditemukan adanya perubahan urutan nukleotida (mutasi titik) pada daerah regulasi gen, dari nukleotida G pada isolat 7A menjadi C pada isolat 7B pada posisi +28 daerah urutan RBS sebelum ATG (awal translasi pada posisi +36).

Dibandingkan wild-type sebagai pembanding standar MDR-TB, pada

penelitian ini didapatkan mutasi basa-ganda ACC GAC TTC ATA TGC pada

area kodon heterozygous point mutation. Mutasi basa-tunggal terdapat pada

TAC area kodon homozygous point mutation.

(b) Hasil analisis perubahan urutan nukleotida DNA MDR-TB yang menyebabkan

mutasi basa-ganda, yaitu insersi-basa TGC CAT, delesi-basa CGG TGA, dan

transkripsi-basa TGC GGA. Silent mutation didapatkan pada area kodon CGT,

missense mutation pada kodon CCG, nonsense mutation pada kodon TCG, dan deletion with frameshift pada kodon CGC.

Pengaruh suplementasi besi terhadap peningkatan konversi BTA dahak

Delta konversi BTA dahak kedua kelompok yang diteliti, didapatkan peningkatan

konversi BTA dahak kelompok eksperimen (+100%) lebih besar daripada kelompok kontrol

(+76,2%) (p< 0,05).

Pengaruh suplementasi terhadap peningkatan IFN-γγγγγ dan IL-12

Delta IFN- dan IL-12 kedua kelompok yang diteliti didapatkan peningkatan pada

kelompok eksperimen IFN- (+324,84%) dan IL-12 (+364,42%), lebih besar dibandingkan

(8)

Pengaruh suplementasi besi terhadap peningkatan hemoglobin dan IMT

Delta hemoglobin dan IMT kedua kelompok yang diteliti didapatkan peningkatan

pada kelompok eksperimen yaitu hemoglobin (+47,96 %) dan IMT (+45,63 %), lebih besar

dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu hemoglobin (+22,69 %) dan IMT (+22,68 %).

Menggunakan uji Mann-Whitney terhadap hemoglobin dan IMT didapatkan perbedaan

bermakna pada variabel hemoglobin dan IMT (p<0,05).

Pengaruh suplementasi besi terhadap penurunan MDR-TB dan sTfR

Delta sTfR dan MDR-TB pada kedua kelompok yang diteliti didapatkan penurunan

pada kelompok eksperimen yaitu sTfR (–68,54%) dan MDR-TB (–100 %) lebih besar

dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sTfR (–43,45%) dan MDR-TB (–76,40%).

Menggunakan uji Mann Whitney terhadap sTfR dan MDR-TB didapatkan perbedaan

bermakna (p<0,05).

PEMBAHASAN

Angka konversi BTA kelompok ekperimen pada penelitian ini sebesar 100% lebih

tinggi dibandingkan dengan target P2TB Nasional tetapi pada kelompok kontrol hanya

76,2%. Hal ini berarti masih ada sekitar 23,8% kasus yang berpotensi menjadi sumber

penularan aktif dan sulit untuk memutus rantai penularan (Van Klose et al., 2007; Depkes

RI, 2002).

Suplementasi besi meningkatkan konversi BTA sputum dengan mekanisme sebagai

berikut: 1) Menghambat delayed hipersensitivity yang memicu aktivitas seluler MTB,

sehingga banyak MTB dorman dan semi-dorman yang mati (Wu and Cotes, 2007); 2)

Meningkatkan Monocyt Derived Macrophage sehingga fagositosis terhadap MTB lebih

kuat (Marshal and Bates, 2007). Peningkatan IFN-γ pascaterapi 74% pada penelitian ini

lebih tinggi dibandingkan peneliti terdahulu. Suplementasi besi meningkatkan IFN-γ dengan mekanisme yaitu: 1) Memacu IFN-γ mengurangi ketersediaan besi intraseluler

yang digunakan MTB (Ambrosino et al., 2008); 2) Mengaktivasi MDM pada reaksi dengan

IL-12 secara umpan balik positif (Cockeril et al., 2006). Batas ambang terjadi MDR-TB

adalah bila kadar IFN- lebih kecil dari 14,46 pg/ml. Peningkatan IL-12 pascaterapi

(9)

2007). Pengaruh suplementasi besi terhadap IL-12 yaitu: 1) Mengaktivasi pematangan,

jumlah dan fungsi MDM, sehingga jumlah IL-12 meningkat; 2) Mengubah fase tenang

menjadi fase aktif IL-12 (Piilatek et al., 2008). Batas nilai ambang terjadi MDR-TB adalah

bila kadar IL-12 lebih kecil dari 15,56 pg/ml. Penurunan MDR-TB sebesar 12,4% pada

penelitian ini lebih tinggi dari penelitian terdahulu (Aisen et al., 2007). Pengaruh

suplementasi besi terhadap penurunan resistensi MTB yaitu: 1) Menghambat fungsi

mannose-receptor, maka fagositosis terhadap MTB semi dorman dan dorman lebih aktif;

2) Memperkuat daerah rawan mutasi sehingga menghambat mutasi basa-tunggal maupun

basa-berganda (Xematery et al., 2007); 3) Mengaktifkan NRAMP 1 yang bermuatan

makrofag pada fase “immune-macrophage cell-line”, sehingga efek fagositosis lebih kuat.

Fenomena baru penelitian ini adalah didapatkannya mutasi basa-ganda DNA MTB yang

belum pernah dilaporkan di Indonesia selama ini dengan beberapa bentuk mutasi.

Pengaruh suplementasi besi terhadap perubahan urutan nukleotida yaitu. 1) Mengubah

sifat genomik dan fenomik MTB yang patogen melalui proses “host extracellular iron

chelates accesible” sehingga urutan nukleotida DNA tidak berubah (Chin et al., 2007). 2)

Menghambat virulensi MTB yang bersifat “non-viable strains” sehingga dimensi sel yang

tersusun oleh nukleotida tertentu menjadi lebih kuat. 3) Memperkuat ikatan awal

intraseluler pada asam amino AAT GCG atau AAT CGT, sehingga menghambat terjadinya

mutasi basa-tunggal maupun basa-ganda (Wilner et al., 2006).

Peningkatan hemoglobin pascaterapi sebesar 54%, lebih tinggi dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh suplementasi terhadap 2 hal

yaitu: 1) Meningkatkan jumlah eritrosit, besi simpanan, dan besi fungsional (Hansen et

al., 2007); 2) Meningkatkan hematopoisis. Batas nilai ambang risiko terjadi MDR-TB

pada kadar hemoglobin 9,5 gr%. Sedangkan batas nilai ambang hemoglobin tertinggi 15

gr% untuk mencegah makin beratnya infeksi TB.

Penurunan sTfR pascaterapi sebesar 69,7%, lebih tinggi dibandingkan penelitian

terdahulu. Hal ini merupakan efek peningkatan simpanan besi enterosit akibat

suplementasi besi dan berkurangnya reseptor di plasma membran (Dennerry et al., 2008).

Batas nilai ambang risiko terjadi MDR-TB bila kadar sTfR lebih besar dari 60,26 pg/ml.

Peningkatan IMT pascaterapi sebesar 64,2%, lebih tinggi dibandingkan penelitian

(10)

ikatan mioglobin, sehingga massa otot bertambah besar melalui aktivasi RAB 5

-Recycling-antigen-binding dan Lamp-12 - lipid associated macrophage protein-1; 2) Mengaktifkan

Reactive Oxygen Intermediate sehingga terjadi penimbunan masa otot tubuh; 3)

Meningkatkan ekspresi Inducible Nitric Oxid Syntethase (INOS) sehingga metabolisme

intraseluler karbohidrat, lemak, protein meningkat, dan menimbulkan penambahan jaringan

lemak tubuh (anabolik). Batas nilai ambang terjadi MDR-TB adalah bila IMT lebih kecil dari

18,5 kg/m2.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 252 responden TBP dengan anemia defisiensi

besi, tanpa anemi penyakit khronis, dengan staus gizi baik, kelompok eksperimen diterapi

OAT standar strategi DOTS 2 RHZE / 4 R3 H3 dan sulfas ferrosus heptahydrat 3 × 200 mg zat

besi elemental standar hayati, kelompok kontrol diterapi 2 RHZE / 4 R3 H3 dan plasebo,

masing-masing selama 6 bulan, maka disimpulkan bahwa suplementasi besi:

1) Meningkatkan konversi BTA dahak pada kelompok eksperimen sebesar +100%

dibandingkan dengan kelompok kontrol +76,2% (p<0,05).

2) Meningkatkan IFN-γγγγγ pada kelompok eksperimen sebesar +324,84% dibandingkan

dengan kelompok kontrol +117,27% (p<0,05).

3) Meningkatkan IL-12 pada kelompok eksperimen sebesar +364,42% dibandingkan

dengan kelompok kontrol +103,51% (p<0,05).

4) Menurunkan MDR-TB pada kelompok eksperimen sebesar –100% dibandingkan

dengan kelompok kontrol –76,4% (p<0,05).

5) Meningkatkan hemoglobin pada kelompok eksperimen sebesar +47,96% dibandingkan

dengan kelompok kontrol +22,69% (p<0,05).

6) Menurunkan kadar sTfR pada kelompok eksperimen sebesar –68,54% dibandingkan

dengan kelompok kontrol –43,45% (p<0,05).

7) Meningkatkan IMT pada kelompok eksperimen sebesar +45,63% dibandingkan

dengan kelompok kontrol +22,68% (p<0,05).

Pengaruh suplementasi besi adalah menghambat mutasi basa-tunggal CCT-Arginin,

dan mutasi basa-berganda histidin–leusin GGC TGA DNA MTB. Batas nilai ambang risiko

terjadi MDR-TB pada kadar hemoglobin 9,5 gr%, sTfR 60,26 pg/ml, IFN-γ 14,58 pg/ml,

(11)

SARAN

Untuk klinisi perlu mempertimbangkan menyingkirkan faktor anemia penyakit

khronis, infeksi akut, dan inflamasi khronis sebelum memberikan suplementasi besi pada

pasien TBP dengan ADB. Hal ini mengingat prevalensi TBP di masyarakat masih tinggi, cara

pemberian sederhana, harga murah, tetapi indikasi kontra harus diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F., 2004, The Global Burden of Tuberculosis and Curent Control Strategies in

Indonesia, Simposium Nasional TB Update, Eds: Palilingan JF. Surabaya, Maret 2004:

164 – 69.

Aisen, H., Resnick, M.W., and Leibold, H., 2007, Role of Mannose Receptor Focusing in Iron Alternate and Acquisition for Tuberculosis Resistance : From Facts and Acts? Circulation, April 2007: 5 – 9.

Ambrosino, F.G., Palzkill T, and Charles F., 2008, Systematic Mutagenesis of IL-12 and

IFN-gamma Associated with MDR-TB: In vitro Mycobacterium tuberculosis, CHEST, 38:

182 – 87.

Bellamy, R., Cuwende, C., and Mc Adam, K.P., 2007, Variations in the NRAMP 2, IL-12,

Iron-gene, and Susceptibility to Tuberculosis in West Africans, The New England Journal

of Medicine, August; 19: 640 – 44.

Chin, K.L., Grace, Y., and Haley, T., 2007, Correlations of Host Extra-Cellular Iron chelates

with treatment of Iron Deficiency Anemia in Active and MDR-TB Patients, CHEST;53:

146 – 53.

Cockeril, F.R., Vardeniz, K., and Van Lakkens, D., 2006, IL-12 and IFN-gamma Genetic Methods

for Assesing Resistance-Focusing in Mycobacterium tuberculosis. TUBERCLE, May

2006: 45 – 52.

De Voss, J.J., Rutter, K., Schroder, B.G., and Cliffon, 2004, Iron Acquisition and Mycobactin

(Mbt-Rv 2383c) Hyper expression, Journal of Bacteriology, August: 443-51.

Dennerry, G., Visner, T., Weng, Y.H., and Nguyen, X.L., 2008, Increasing Recycling-Antigen Binding 5 (RAB-5) Activity in Myoglobin Expression : Role in Body Mass Index

Tuberculosis Patients, American Journal of Respiratory Cell And Molleculer Biology,

95: 47 – 53.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002, Program Penanggulangan Tuberkulosis, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Terpadu, 1 – 16.

Fitzsimon, E.J., and Brock, J.H., 2003, Serum Transferrin receptor in The Anemia of Chronic

Disease. Remains Hard to Distinguís, BLOOD, May; 17(24): 39 - 43.

Gerraldino, T., Wolkow, D., van Syss, G., Lung, K., and Schultz, R., 2006, Limitation of Iron Intake In Acute And Chronic Diseases: Prospects And Warning on IL-12 and IFN-γ. CHEST, May: 247 – 54.

Hansen, S., Loo, B., Evans, D., and Neophyton, K., 2007, Surfactant Protein-D interconection

with Serum Transferrin Receptor: In vivo Case in resistance MDR-TB. NATURE74:

(12)

Johnson, B., Catherine, G., Brook, R., and Viery, P., 2005, Nutritional Status, Comorbidity,

And Influencing Factors In Human Tuberculosis. Infection and Immunity, 37: 76 –

82.

Kuhn, M.G., Goebel, W., Philpot, D.J., and Sansonetti, P.J., 2005, Overview of the Bacterial

Pathogens: Mycobacterium tuberculosis and Magnesium Deficiency. In: Immunology

of Infectious Diseases, Eds: Kaufmann SHE, Sher A, Ahmed R. ASM Press, Washington DC: 16-18.

Lemery, G., Ferguso, B..J, Skine, B.S, 2004, Simpson, K.M., Baynes, R.D., and Look, J.D., Correlation between Anemia of Chronic Disease with Iron Deficiency Anemia, Journal of Laboratory And Clinical Medicine; 119: 385 – 90.

Marshal, K.J., and Bates, J.F., 2006, An Essential Macrophage Activity: Positive-Feedback

Mechanism Between IFN-gamma and IL-12 in Active Tuberculosis, TUBERCLE, May:

536 – 43.

Matos, E.B., Lemos, A.C., and Moreirera, H., 2006, Association Between Tuberculosis and

Macrophage Derived Monocy, International Journal of Tuberculosis and Lung

Diseases, March 10 (12): 1360 – 66.

Piilatek, A.S., Tyagi, S., Pol, A.C., Tellenti, A., and Miller, L.P., 2008, Molecular Beacon Sequence Analysis for Detecting Drugs Resistance in Mycobacterium tuberculosis. NATURE, March: 27 – 35.

Qunnonew, K., and Irjala, M., 2004, Iron deficiency is Associated with High Concentration

of Transferrin Receptor in serum and MDR-TB Multiple-Basa Mutation, Clinical

Chemistry 2004: 74 – 76.

Ravligione, M.C., and Maher, D., 2006, Hyperexpression of rpoB gene Associated with

Single-Basa Mutation in Pulmonary Tuberculosis, TUBERCLE, 10(3): 240-42.

Richardson, F., Nelly, T., Hubert, C., and Luang, L., 2007, Overblown Severity Lung Tuberculosis Precipitated By Streptomycin Resistant Strains: Risk Factor For MDR-TB? CHEST, May: 69 – 76.

Smulders, M.J., Keer, J., Speight, R.A., and Williams, H.D., 2005, Adaptation of Mycobacterium

tuberculosis to Iron Acquisition, Interferon-g and IL-12 in MDR-TB Basa Mutation

Pattern, Infection and Immunity, December 5: 914 – 19.

Soemantri, S., Senewe, F.P., Tjandrarini, D.H., Day, R., Basri, C., Manissero, D., et al., 2007,

Three-fold reduction in the prevalence of Tuberculosis over 25 years in Indonesia

and Risk Factors, International Journal of Tuberculosis and Lung Diseases, 11(4):

398-404.

Van Klose, A., Klapper, F., Heinke, N.M., and Bald, M.S., Iron Mediated Plasmids to Mannose Receptor Surface and targeting of sTfR Stimulation. BLOOD, May 2007; 92: 68 – 72.

Viane, K.W., Smith, G.F., Bruce, R., and Hamilton, K., 2005, Interferon-gamma and Il-12:

Positive-Feedback Mechanism in Tuberculosis Infection, Infection and Immunity,

January: 327-36.

Vosskuill, M., Garther, H.F., and Smith, C., 2006, Oxygen-bridged Iron in Mycobacterium

tuberculosis in Iron –dependent gene expresión, iron metabolism, and Argynine

(13)

Washent, G.F., Gross, B., Armadoz, H.G., and Cecilia, N., 2006, TNF Hyper Expresión Along

C Terminal Codon in Latency Tuberculosis, TUBERCLE, 25: 148 – 54.

Willner, J.J., Hirsech, C.S., and Whallen, K., 2006, Impacts of Secondary Hemoglobinopathies In Severity And MDR-TB Strains: Obsession for Preventive

cases, TUBERCLE, October 85: 25 – 31.

Word, D., Snack, R.C., and Meter, J.F., 2006, Bacterial Pathogenicity: Iron Acquisition And Pattern of Basa-mutation in MDR-TB: A Guide to Microbial Infections, In: Patogénesis, Immunity, Laboratory Diagnosis and Control, Churchil Livingstone, Edinburg, 3th Eds: 138 – 43.

Wu Y and Cotes, R.M., 2007, Cytokines Stimulations: IL-12, TNF, and IFN-gamma Related to

Immune responses of Tuberculosis Infection, Journal of Bacteriology, March: 1380

– 87.

Xematery, H., Stroganoff, W., and Pernott, K., 2007, Characterization of New Multiple Basa Mutation in Pyrazinamide and Rifampicin Resistant Strains of Severe Pulmonary

Tuberculosis, TUBERCLE, June; 43: 95 – 100.

Yang, H.K., Shiou, L..M, Kimoto, F.J., and Lie, Y.T., 2007, Rv 2703, sigA Recognition And Single

Mutation in MDR-TB: Focus on Alternated Iron Level, Infection and Immunity, April:

Gambar

Tabel 1.Uji signifikansi data pascaterapi antara kelompok kontrol (n = 126) dan kelompok
Tabel 2.Hasil analisis data delta variabel penelitian antara kelompok kontrol (n=126)
Gambar 1.(a) Hasil analisis titik mutasi basa – ganda pada MDR – TB dan (b) Hasil analisis

Referensi

Dokumen terkait

Thus 1 have heard : Avolokitesvara Bodhisattva practiced deep Highest Perfect \.Yisdom when perceived the five fields of consciousness all empty, relieved every suffering.

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang negatif antara loyalitas afektif, kesadaran nilai, penghindaran resiko terhadap sikap dan niat berkelanjutan untuk menggunakan

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan

Dalam hal kepuasan atas kunjungan post operatif di ruangan, mayoritas pasien baik yang ditangani oleh PPDS semester awal, semester menengah maupun akhir menunjukkan

[r]

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untukmerasakan dan mengikuti pendidikan

Dampak pada diri sendiri yang terjadi pada kedua responden yaitu yang pertama adanya temper tantrum , anak mengekspresikan emosi nya dengan berteriak-teriak,

Dari hasil simulasi dan analisis percobaan 2 access point dapat diketahui hasil coverage yaitu 98% kereta ter- cover dengan signal received diatas -72 dBm dengan posisi