LAPORAN HASIL RISET UNGGULAN
STRATEGIS NASIONAL
PENGARUH EL NINO TERHADAP TRANSPORT MASSA AIR LAUT
DI SELAT MALAKA
Oleh:
Muhammad, M. Si
Prof. Dr. Syamsul Rizal
Ichsan Setiawan, M.Si
Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional
Nomor: 096/H11-P2T/A.01/2009 Tanggal 27 Pebruari 2009
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
NOPEMBER, 2009
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
1. Judul Penelitian : Pengaruh El Nino Terhadap Transport Massa Air Laut
di Selat Malaka
No Nama Bidang Keahlian Fakultas/ Jurusan
Perguruan Tinggi
1. Muhammad, M.Si Instrumentasi Laut
MIPA / Ilmu
Kelautan Unsyiah 2. Prof. Dr. Syamsul Rizal Fisika Kelautan MIPA / Ilmu
Kelautan Unsyiah
3. Ichsan Setiawan, M.Si Oseanografi Fisik MIPA / Ilmu
Kelautan Unsyiah
3. Pendanaan dan jangka waktu penelitian
a. Jangka waktu penelitian yang diusulkan : 1 tahun
b. Biaya total yang diusulkan : Rp. 100.000.000,00 c. Biaya yang disetujui tahun 2009 : Rp. 99.000.000,00
Banda Aceh, 16 Nopember 2009
Mengetahui, Ketua Peneliti,
Dekan FMIPA,
RINGKASAN
Pengaruh El Nino Terhadap Transport Massa Air Laut di Selat Malaka
(Muhammad, Syamsul Rizal, Ichsan Setiawan : 2009, 19 halaman).
Gejala penyimpangan iklim, yang dikenal dengan El Nino, dirasakan di Indonesia
lewat musim kemarau yang lebih panjang. Selain itu, juga ditandai dengan kebakaran
hutan, kabut asap, turunnya kualitas udara, rusaknya siklus hidrologi, berjangkitnya
penyakit pernapasan, dan berbagai dampak lain. Bencana El Nino kuat pernah terjadi di
Indonesia pada 1971-1972, yang, kala itu, mengakibatkan langkanya pangan dan rakyat
harus mengantre untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok. El Nino 1982-1983
mengakibatkan kebakaran hutan hebat di Kalimantan dan menelan kerugian sampai 9
miliar dollar AS. El Nino terbesar sepanjang sejarah berlangsung pada September
1997-Februari 1998. Kala itu hampir 264.000 hektar hutan terbakar, kabut asap menerjang
Sumatera, Kalimantan, Malaysia, dan Singapura. El Nino juga menyebabkan gagal panen
di mana-mana, ada sekitar 1,5 juta orang terserang penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) dan merenggut 527 nyawa. Kerugian saat itu mencapai Rp 5,96 triliun (Susilo,
2009).
Meskipun kejadian El Nino, prosesnya di Pasifik, dampaknya bisa meluas ke
berbagai belahan dunia. Berdasarkan Studi Kishore et al. (2000) tentang dampak El Nino
1997-98, dari 1877 sampai dengan 1997, 93 % dari tahun-tahun kering selalu dihubungkan
dengan El Nino. Beberapa studi menunjukkan hubungan yang jelas antara anomali curah
hujan yang normal dengan Southern Oscillation Index (SOI). Pada tahun-tahun El Nino,
datangnya monsun lebih lambat, selama La Nina datangnya monsun lebih cepat. Sehingga
pada El Nino terjadi kelambatan masa tanam dan mereduksi hasil pertanian. Sedangkan
pada La Nina, terjadi percepatan musim tanam dengan hasil panen yang meningkat.
Dampak yang paling terasa di Indonesia dan sangat menarik perhatian internasional
akibat kejadian El Nino 1997-98, adalah pada sektor kehutanan. Kebakaran hutan yang
terjadi di Indonesia sangat serius dan mempunyai dampak ekonomi yang sangat signifikan.
kebakaran hutan dan musim kering yang melanda Indonesia lebih dari 9 milliar US$
(Kishore et al., 2000 dan Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch, 2001).
Penelitian ini menggunakan persamaan gerak Navier-Stokes yang tahapan
penelitian tersebut terdiri atas pengumpulan data Indek Osilasi Selatan, data sekunder 7
parameter meteorologi tahun 1980-2007 dari National Centers for Environmental
Prediction (NCEP), data temperatur dan salinitas (Levitus dan Boyer, 1994a,b) serta data
amplitudo dan phase komponen harmonik pasang surut. Data sekunder 7 parameter
meteorologi NCEP yaitu:
• Kecepatan angin arah U pada 10 meter (m/s) (U-wind at 10 m).
• Kecepatan angin arah V pada 10 meter (m/s) (V-wind at 10 m).
• Suhu udara pada 2 meter (K) (air temperature at 2 meters).
• Laju presipitasi (kg/m2/s) (precipitation rate).
• Kelembaban khusus pada 2 meter (kg/kg) (specific humadity at 2 meters).
• Tekanan level permukaan laut (Pa) (sea level pressure).
• Total tutupan awan (%) (total cloud cover).
Selanjutnya disimulasikan dengan domain 5°30’ LU - 1°30’ LU dan 95°30’ BT - 103°30’
BT dengan lebar grid horizontal ∂x= 5’, ∂y= 5’ dan grid vertikal kedalaman (z) yang
didiskritisasi sebanyak 11 lapis, yaitu 0-10,10-20, 20-30, 30-50, 50-75, 75-100, 100-125,
125-150, 150-200, 200-250, 250-300, 300-400, 400-500, 500-600, 600-700, 700-800 dan
800-900 m. Langkah waktu ∆t = 600 s, koefisien eddy horizontal AH = 500 m2/s, koefisien
eddy vertikal AV = 0.01 m2/s dan faktor gesekan dasar laut Cf = 0.0025. Syarat batas
elevasi pada bidang terbuka diasimilasi dari komponen harmonik dengan interpolasi 5’.
Hasil-hasil menunjukkan bahwa pada saat El Nino, transport di bagian barat laut
Selat Malaka pergerakannya melemah dan transport di bagian tenggara pergerakannya
menguat dibandingkan pada kondisi tahun Normal dan La Nina. Sedangkan elevasi muka
air di Selat Malaka pada kondisi tahun El Nino lebih rendah dibandingkan pada kondisi
Normal dan La Nina. Selanjutnya densitas permukaan laut di Selat Malaka pada kondisi
tahun Normal, El Nino dan La Nina berkisar 18.5 s/d 20.5 kg/m3. Densitas laut lapisan
30-50 m di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal, El Nino dan La Nina berkisar 19 s/d 21
kg/m3. Densitas permukaan laut dan densitas laut kedalaman 30-50 m di bagian tenggara
Selat Malaka pada kondisi El Nino lebih besar dibandingkan pada tahun Normal maupun
SUMMARY
The Influence of El Nino on Water Mass Transport in the Malacca Strait
(Muhammad, Syamsul Rizal, Ichsan Setiawan: 2009, 19 pp. ).
The influence of El Nino can reach Indonesia. It is shown through long dry season.
Another implication is as follows: the forest is fired, smoke, low air quality, broken
hydrological cycle, the increasing of breathing disease cases and other impacts. In the
events of 1971-1972 strong El Nino, the food for the people in Indonesia is decreased,
even for the basic needs, the people must be helped. The events of 1982-1983 strong El
Nino, the forest fired cases in Kalimantan attract the International attention and it is
assumed that the loss due to these cases is about US$ 9 Milliard. The strongest El Nino in
history is occured in September 1997 – February 1998. At that time about 264,000 ha of
forest were fired, smokes are occored in Sumatera, Kalimantan, Malaysia, and Singapura.
Due to El Nino, the failure of harvest is occured, 1.5 millions of people are injured of
infection of breathing diseases and 527 of those people were killed. The loss due to this El
Nino event is about IDR 5.96 trillions (Susilo, 2009).
Although the El Nino events are in Pacific, the implication of this can be reached
far away from Pacific. Based on the study oif Kishore et al. (2000) about El Nino impact
1997 – 1998, from 1877 untill 1997, 93% of dry years were related to El Nino. Several
studies showed that the clear relation between anomaly of precipitation and Southern
Oscillation Index (SOI). In El Nino years, the monsoon came later, while in La Nina years,
the monsoon came earlier. So, in the El Nino events, plantations must be postponed, and
the harvest will be reduced. While in La Nina events, plantations can be preponed and the
harvest will be increased.
The impact of El Nino in Indonesia in year of 1997-1998 on forestry sector is a very
serious case, since this case attract the international attention. It has the huge economiuc
impact. Asian Development Bank (ADB) and BAPPENAS assumed that more than US$ 9
milliard has been lost due to forest fire and droght season caused by El Nino (Kishore et
This study uses the motion equation. The following data is also used: Southern Oscillation
Index (SOI), 7 parameters of meteorology data obtained from National Centers for
Environmental Prediction (NCEP), temperature and salinity data (Levitus dan Boyer,
1994a,b), amplitudes and phases of harmonic constants od tides. The NCEP data used is as
follows:
• (U-wind at 10 m) (m/s)
• (V-wind at 10 m) (m/s)
• (air temperature at 2 meters) (K)
• (precipitation rate) (kg/m2/s)
• (specific humadity at 2 meters) (kg/kg)
• (sea level pressure) (Pa)
• (total cloud cover) (%)
By using data stated above, the the domain, i.e. 5°30’ N - 1°30’ N dan 95°30’ E - 103°30’
E is simulated with the horizontal grid ∂x= 5’, ∂y= 5’ and vertical grid (z) discretization
for 11 layers, i.e. 0-10,10-20, 20-30, 30-50, 50-75, 75-100, 100-125, 125-150, 150-200,
200-250, 250-300, 300-400, 400-500, 500-600, 600-700, 700-800 and 800-900 m. Time
discetization ∆t = 600 s, horizontal eddy viscocity coefficient AH = 500 m2/s, vertical eddy
viscocity coefficient AV = 0.01 m2/s and bottom friction parameter Cf = 0.0025. In open
boundaries, tidal harmonic components are prescribed with 5’ interpolation.
The results show that the transport in northwestern part of the Malacca Strait is
lower, but in the southeastern part is stronger compared to that of in Normal and La Nina
events. While in Sea Level Elevation at El Nino event is lower compared to that of in
Normal and La Nina events. For sea surface density, the density values are 18.5 s/d 20.5
kg/m3 while for the later 30-50 m, the values are 19-21 kg/m3. Sea surface density and
density for layer 30-50 m in th southeastern part of Malacca Strait for El Nino events are
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya berupa kekuatan dan kesempatan sehingga penelitian dan penulisan laporan akhir Hibah Bersaing dengan judul “Pengaruh El Nino terhadap Transport Massa Air Laut di Selat Malaka” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas kepercayaan dan dana yang diberikan melalui proyek Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional Tahun Anggaran 2009 sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Penghargaan yang setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada para Dewan Juri yang telah mempercayai kami untuk melakukan penelitian ini.
Penelitian ini juga dapat terselenggara dengan baik berkat bantuan yang bersifat administratif dari Ketua Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala dan atas pemberian izin pemakaian fasilitas oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Semoga laporan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
A. LAPORAN HASIL PENELITIAN RINGKASAN ... ii
SUMMARY ... iv
PRAKATA... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN... 4
IV. METODE PENELITIAN ... 6
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 9
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 17
DAFTAR PUSTAKA ... 18
LAMPIRAN ... 20
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Posisi Darwin dan Tahiti, yang di pakai sebagai dasar perhitungan SOI 2
2. Batimetri Selat Malaka (meter) 8
3. Transport Massa Air Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
10
4. Transport Massa Air di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007).
10
5. Elevasi muka air di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
11
6. Elevasi Muka Air di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007).
12
7. Densitas Permukaan Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
13
8. Densitas Permukaan Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007).
13
9. Densitas Laut Lapisan 30-50 m di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
14
10. Densitas Laut Lapisan 30-50 m di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007).
14
11. Verifikasi Pasang Surut di Perairan Lhokseumawe 15
DAFTAR LAMPI RAN
Lampiran Teks Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
Gejala penyimpangan iklim, yang dikenal dengan El Nino, dirasakan di Indonesia
lewat musim kemarau yang lebih panjang. Selain itu, juga ditandai dengan kebakaran hutan,
kabut asap, turunnya kualitas udara, rusaknya siklus hidrologi, berjangkitnya penyakit
pernapasan, dan berbagai dampak lain. Bencana El Nino kuat pernah terjadi di Indonesia pada
1971-1972, yang, kala itu, mengakibatkan langkanya pangan dan rakyat harus mengantre
untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok. El Nino 1982-1983 mengakibatkan kebakaran
hutan hebat di Kalimantan dan menelan kerugian sampai 9 miliar dollar AS. El Nino terbesar
sepanjang sejarah berlangsung pada September 1997-Februari 1998. Kala itu hampir 264.000
hektar hutan terbakar, kabut asap menerjang Sumatera, Kalimantan, Malaysia, dan Singapura.
El Nino juga menyebabkan gagal panen di mana-mana, ada sekitar 1,5 juta orang terserang
penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan merenggut 527 nyawa. Kerugian saat itu
mencapai Rp 5,96 triliun (Susilo, 2009).
El Nino disebabkan oleh perubahan arah angin di bagian Equator Lautan Pasifik, yang
seharusnya dari timur ke barat, tetapi terjadi pergeseran dari barat ke timur. Kejadian El Nino
terjadi dengan berbagai skala: rendah, menengah, kuat dan luar biasa kuat. Ukuran skala El
Nino ditentukan dengan berbagai kriteria, antara lain skala pemanasan dari temperatur
permukaan air laut di tengah dan bagian timur Pasifik dari kondisi rata-rata, keluasan area dari
anomali air panas, kelamaan (durasi) lamanya bertahan air panas sebelum bertukar dengan air
yang dingin di lautan tropis Pasifik.
Pada kondisi normal, angin berhembus sepanjang pantai barat Amerika Selatan dan di
dekat equator, angin berbelok ke barat ke arah Asia. Akibatnya di bagian barat pasifik, air naik
beberapa puluh centimeter di atas rata-rata, sedangkan muka air di Pasifik bagian Timur turun
di bawah rata-rata. Karena air didorong ke arah barat, air dingin, dari bagian laut yang lebih
dalam di pantai Amerika Selatan naik ke permukaan untuk menggantikan air permukaan yang
terdorong ke barat. Air dingin ini kaya akan zat makanan, membuat daerah pantai upwelling
BAB II. STUDI PUSTAKA
Pemodelan Laut dibagi dalam dua jenis: model analitik dan model numerik. Pada
model analitik biasanya hanya dikaji masalah-masalah teoritis. Solusi analitis diperlukan
untuk melakukan justifikasi terhadap model numerik, misalnya untuk validasi atau tafsiran
fisis dari model numerik seperti yang telah dilakukan oleh Rizal (2000, 2002).
Penelitian ini akan memakai model HAMSOM. Hamsom (HAMburg Shelf Ocean
Model) adalah salah satu model hidrodinamika 3 dimensi persamaan primitif dengan
permukaan bebas dan menggunakan 2 tingkatan waktu. Grid horizontal dan vertikalnya
didefinisikan pada Z-koordinat, sedangkan skema numerik yang digunakan adalah C-grid
Arakawa (Arakawa and Lamm, 1977) dengan metode semi implisit untuk mode internal dan
eksternal. Model ini pertama kali disusun tahun 1983 oleh Prof. J. Backhaus (Backhaus, 1985)
dan tahun-tahun selanjutnya dikembangkan baik secara teoritis persamaan dan perhitungan
masing-masing sukunya, maupun penyelesaian numeriknya, hingga penambahan input dan
initialisasi modelnya sesuai dengan kajian yang diinginkan (Backhaus, 1985 ; Rizal and
Sündermann, 1994; Pohlmann, 1996; Harms et al. ,2002) dan lain-lain.
Dalam meneliti pengaruh El Nino terhadap arus, temperatur dan salinitas laut
diperlukan data-data tahun terjadinya kondisi El Nino, Normal dan La Nina. Untuk
mendeteksi kondisi El Nino, La Nina dan Normal biasanya dinyatakan dari nilai Southern
Oscillation Index (SOI). Indeks Osilasi bagian Selatan dalam bahasa Inggrisnya The Southern
Oscillation Index (SOI) dihitung berdasarkan fluktuasi bulanan atau musiman perbedaan
antara tekanan udara di Tahiti dan Darwin.
Nilai negatif SOI yang relatif agak panjang mengindikasikan episode EL Nino.
Nilai-nilai negatif ini biasanya diikuti oleh lamanya panas di Lautan Pasifik tropis di bagian tengah
dan timur, penurunan kekuatan angin pasat Pasifik (Pacific trade winds) dan berkurangnya
curah hujan di bagian Timur dan Utara Australia. El Nino terakhir yang sangat kuat terjadi
pada tahun 1997/98, walaupun efek yang terasa di Australia relatif agak terbatas.
Nilai-nilai positif SOI diikuti oleh bertambah kuatnya angin pasat Pasifik (Pacific
trade winds) dan menghangatnya ke utara Australia; episode ini dikenal dengan La Nina.
Massa air laut di lautan Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih dingin pada masa La
Nina ini. Bersamaan dengan kejadian ini, di bagian timur dan utara Australia curah hujan
menjadi lebih besar daripada kejadian normal. La Nina yang kuat terjadi tahun 1988/89.
Secara Matematis, Biro Meteorologi Australia (Australian Bureau of Meteorology), memakai
formula berikut untuk menghitung SOI, yaitu:
[ Pdiff - Pdiffav ]
SOI = 10 ---
SD(Pdiff)
Dimana:
Pdiff = (rata-rata bulanan nilai MLSP di Tahiti) - (rata-rata bulanan nilai MLSP di Darwin)
Pdiffav = rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
SD(Pdiff) = Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud
MLSP = Tekanan pada muka air laut rata-rata (Mean Sea Level Pressure)
Setelah dikali dengan 10, SOI akan berharga antara -35 dan +35. SOI biasanya dihitung setiap
BAB III. TUJUAN DAN MAMFAAT PENELITIAN
3.1.Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari Penelitian ini adalah:
a. Mensimulasi Selat Malaka secara Baroklinik
b. Output simulasi berupa: Transport massa air laut akan dihasilkan
c. Simulasi laut di Selat Malaka akan dilakukan di tahun normal, tahun El Nino dan tahun
La Nina
d. Selanjutnya akan dibandingkan antara data di ke tiga tahun di atas dengan output
simulasi laut di Selat Malaka
e. Akan dicari bagaimana korelasi antara ke tiga tahun di atas dengan keadaan transport
massa air laut di Selat Malaka
3.2. Manfaat Penelitian (Keutamaan Penelitian)
Seperti yang telah dikemukakan di atas inti dari kejadian El Nino adalah di Pasifik
tropis. Tetapi pengaruhnya dirasakan sangat meluas termasuk di Indonesia melalui proses
teleconnections.
Meskipun kejadian El Nino, prosesnya di Pasifik, dampaknya bisa meluas ke berbagai
belahan dunia. Berdasarkan Studi Kishore et al. (2000) tentang dampak El Nino 1997-98, dari
1877 sampai dengan 1997, 93 % dari tahun-tahun kering selalu dihubungkan dengan El Nino.
Beberapa studi menunjukkan hubungan yang jelas antara anomali curah hujan yang normal
dengan Southern Oscillation Index (SOI). Pada tahun-tahun El Nino, datangnya monsun lebih
lambat, selama La Nina datangnya monsun lebih cepat. Sehingga pada El Nino terjadi
kelambatan masa tanam dan mereduksi hasil pertanian. Sedangkan pada La Nina, terjadi
percepatan musim tanam dengan hasil panen yang meningkat.
Dampak yang paling terasa di Indonesia dan sangat menarik perhatian internasional
akibat kejadian El Nino 1997-98, adalah pada sektor kehutanan. Kebakaran hutan yang terjadi
di Indonesia sangat serius dan mempunyai dampak ekonomi yang sangat signifikan. Asian
hutan dan musim kering yang melanda Indonesia lebih dari 9 milliar US$ (Kishore et al., 2000
Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch, 2001).
Mengingat dampaknya yang begitu besar penelitian yang menyangkut iklim dan
BAB IV. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan persamaan gerak Navier-Stokes. Adapun persamaan
dasarnya adalah persamaan gerak dinamika oseanografi dalam arah x dan y (Backhaus, 1985 ;
Rizal and Sündermann, 1994; Pohlmann, 1996):
∂
Dalam arah z persamaan hidrostatika disederhanakan dalam bentuk:
∂∂p ρ
z = − g (3)
Persamaan keadaan air laut:
(
, ,)
ρ ρ'lintang geografi; ζ(x,y,t) merupakan elevasi permukaan air yang diukur dari permukaan air
konstanta percepatan gravitasi, Hx
k dan Hyk secara bersamaan merupakan ketebalan lapisan
dalam arah u dan v pada lapisan k-th, dan ∇H adalah operator gradient horizontal. adalah
koefisien pertukaran turbulensi horizontal dan adalah koefisien viskositas eddy vertikal.
Pers (1), (2), (3) digunakan untuk pemodelan dinamika oseanografi melalui proses diskrisitasi
menggunakan metode finite different skema semi-implisit.
Ah
Av
Tekanan hidrostatis p (dengan mengabaikan suku gρ0z dan pa, dikarenakan tidak
memiliki kontribusi terhadap gradient tekanan horizontal) pada arah z ditulis dalam bentuk :
= 1 + '
( )
+∫
0 ' ≡ 1 + (8)Karena berhubungan dengan syarat stabilitas pada langkah waktu yang harus dipenuhi oleh
simulasi numerik, tekanan pada pers. (8) dipisahkan menjadi dua suku yaitu : komponen
Barotropik (gρ1ζ ) dan komponen Baroklinik (I).
Tahapan penelitian ini terdiri atas pengumpulan data Indek Osilasi Selatan, data
sekunder 7 parameter meteorologi tahun 1980-2007 dari National Centers for Environmental
Prediction (NCEP), data temperatur dan salinitas (Levitus dan Boyer, 1994a,b) serta data
amplitudo dan phase komponen harmonik pasang surut. Data sekunder 7 parameter
meteorologi NCEP yaitu:
• Kecepatan angin arah U pada 10 meter (m/s) (U-wind at 10 m).
• Kecepatan angin arah V pada 10 meter (m/s) (V-wind at 10 m).
• Suhu udara pada 2 meter (K) (air temperature at 2 meters).
• Laju presipitasi (kg/m2/s) (precipitation rate).
• Kelembaban khusus pada 2 meter (kg/kg) (specific humadity at 2 meters).
• Tekanan level permukaan laut (Pa) (sea level pressure).
• Total tutupan awan (%) (total cloud cover).
Selanjutnya disimulasikan dengan domain 5°30’ LU - 1°30’ LU dan 95°30’ BT -
103°30’ BT (Gambar 2) dengan lebar grid horizontal ∂x= 5’, ∂y= 5’ dan grid vertikal
kedalaman (z) yang didiskritisasi sebanyak 11 lapis, yaitu 0-10,10-20, 20-30, 30-50, 50-75,
75-100, 100-125, 125-150, 150-200, 200-250, 250-300, 300-400, 400-500, 500-600, 600-700,
700-800 dan 800-900 m. Langkah waktu ∆t = 600 s, koefisien eddy horizontal AH = 500 m2/s,
elevasi pada bidang terbuka diasimilasi dari komponen harmonik dengan interpolasi 5’.
Analisis pengaruh el nino di Selat Malaka berupa perbandingan antara tahun normal, el nino
dan la nina dari output transport massa air laut, elevasi muka air laut dan densitas laut.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan analisis penelitian ini terdiri atas transport massa air laut, elevasi muka laut,
densitas laut dan verifikasi model. Hasil transport massa air laut, elevasi muka laut, densitas
laut diperlihatkan pada Gambar 3 – 10 yang dipilih berdasarkan Indek Osilasi Selatan. Indek
Osilasi Selatan ini yang menentukan kondisi Normal, El Nino dan La Nina diperoleh dari
badan meteorologi Australia. Dalam membahas penelitian ini dari simulasi tahun 1980-2007
yang telah dilakukan, maka dipilih pada tahun-tahun kejadian El Nino (1982, 1997), kejadian
La Nina (1988,1998, 2007) dan kejadian Normal (1981,1996). Verifikasi model terdiri atas
pasang surut laut dan arus laut di lokasi tertentu di Selat Malaka (Gambar 11 dan Gambar 12).
5.1 Transport Massa Air Laut
Transport massa air laut di Selat Malaka pada kondisi Tahun Normal, El Nino dan La
Nina, transport bergerak ke Barat Laut berkisar 0.1 – 3 Sv. Transport massa air laut pada
kondisi El Nino menunjukkan bahwa transport di bagian barat laut Selat Malaka
pergerakannya melemah dan transport di bagian tenggara pergerakannya menguat
a b
c
Gambar 3. Transport Massa Air Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
a b
c
Gambar 4. Transport Massa Air di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007),.
5.2 Elevasi Muka Laut
Elevasi muka laut di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1981), La Nina
(Nov 1988, Nov 1998) berkisar 0.8 m s/d 1 m. Pada kondisi El Nino (Nov 1982) berkisar 0.6
m s/d 0.8 m. Sedangkan kondisi El Nino (Nov 1997) berkisar 0.4 m s/d 0.8 m. Elevasi muka
air di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1996), La Nina (Nov 2007) berkisar
0.8 m (Gambar 5. dan Gambar 6.).
a b
c
a b
c
Gambar 6. Elevasi Muka Air di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007).
d
5.3 Densitas Air Laut
Densitas permukaan laut di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1981, Nov
1996), El Nino (Nov 1982, Nov 1997) dan La Nina (Nov 1988, Nov 1998, Nov 2007)
berkisar 18.5 s/d 20.5 kg/m3 (Gambar 7 dan 8). Densitas laut lapisan 30-50 m di Selat Malaka
pada kondisi tahun Normal (Nov 1981, Nov 1996), El Nino (Nov 1982, Nov 1997) dan La
a b
c
Gambar 7. Densitas Permukaan Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
a b
c
Gambar 8. Densitas Permukaan Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007),.
a b
c
Gambar 9. Densitas Laut Lapisan 30-50 m di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
a b
c
Gambar 10. Densitas Laut Lapisan 30-50 m di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007).
5.4 Verifikasi Model
Verifikasi model pasang surut laut pada lokasi tertentu di Selat Malaka dilaksanakan
tanggal 16 Oktober 2009 di perairan Lhokseumawe dengan menggunakan alat palem meter
(Gambar 11). Berdasarkan dari pengukuran lapangan di perairan Lhokseumawe menunjukkan
kesesuaian dengan simulasi model. Sedangkan verifikasi model arus pasang surut
dibandingkan dengan data ship drift bulan April 2008. Hal ini menyatakan bahwa arus pasang
surut simulasi model secara umum telah valid dengan data ship drift (Gambar 12).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 -50
0 50
Pasang Surut Laut Perairan Lhokseumawe tanggal 16 - 10 - 2009
Waktu (jam)
ζ
(c
m
)
Simulasi Model Pengukuran Lapangan
-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5
1 14 27
Hari
K
ecep
at
an
(m
/s
)
Data Ship Drift Model
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Transport massa air laut pada kondisi El Nino menunjukkan bahwa transport di bagian
barat laut Selat Malaka pergerakannya melemah dan transport di bagian tenggara
pergerakannya menguat dibandingkan pada kondisi tahun Normal dan La Nina.
2. Elevasi muka air di Selat Malaka pada kondisi tahun El Nino lebih rendah
dibandingkan pada kondisi Normal dan La Nina.
3. Densitas permukaan laut di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1981, Nov
1996), El Nino (Nov 1982, Nov 1997) dan La Nina (Nov 1988, Nov 1998, Nov 2007)
berkisar 18.5 s/d 20.5 kg/m3.
4. Densitas laut lapisan 30-50 m di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1981,
Nov 1996), El Nino (Nov 1982, Nov 1997) dan La Nina (Nov 1988, Nov 1998, Nov
2007) berkisar 19 s/d 21 kg/m3.
5. Densitas permukaan laut dan densitas laut kedalaman 30-50 m di bagian tenggara Selat
Malaka pada kondisi El Nino lebih besar dibandingkan pada tahun Normal maupun
tahun La Nina.
6.2 Saran
Penelitian selanjutnya akan dikaitkan dengan kejadian Indian Ocean Dipole sebagai
DAFTAR PUSTAKA
Arakawa, A., and V.R. Lamb, 1977. Computational design of the basic dynamical processes of
the UCLA general circulation model. In Methods in Computational Physics, 17, J.
Chang (ed.), Academic Press, New York, 173-265.
Backhaus, J. O., 1985. A three-dimensional model for the simulation of shelf sea dynamics.
Deutsche Hydrographische Zeitschrift - German Journal of Hydrography, 38:
165-187.
FWI/GFW. 2001. Keadaan Hutan Indonesia. Bogor , Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch.
Harms I., U. Hübner, J.O. Backhaus, M. Kulakov, V. Stanovoy, O. Stepanets, L. Kodina and
R. Schlitzer, 2002. Salt intrusions in Siberian River Estuaries - Observations and
model experiments in Ob and Yenisei. accepted by Proceedings in Marine Science.
Kishore et al., 2000. Indonesia Country Case Study: Impacts and Responses to the 1997-98 El
Niño Event, supported by the US Office of Foreign Disaster Assistance and Office of
Global Programs, National Oceanic and Atmospheric Administration as a contribution
to the UNEP/NCAR/WMO/UNU/ISDR study for the UN Foundation.
Levitus, S., and Boyer, T. 1994a. World Ocean Atlas 1994, Vol 3: Salinity. NOAA Atlas
NESDIS 3, U. S. Government Printing Office, Washington D.C. 93 pp.
Levitus, S., and Boyer, T. 1994b. World Ocean Atlas 1994, Vol 4: Temperature. NOAA Atlas
NESDIS 4, U. S. Government Printing Office, Wash., D.C. 117 pp.
Pohlmann, T., 1996. Calculating the annual cycle of the vertical eddy viscosity in the North
Sea with a three-dimensional baroclinic shelf sea circulation model. Cont. Shelf Res.,
Rizal, S. and J. Sündermann, 1994. On the M2 tide of the Malacca Strait: a numerical
investigation, Deutsche Hydrographische Zeitschrift - German Journal of
Hydrography, 46(1), 61 - 80.
Rizal, S., 2000. The role of nonlinear terms in the shallow water equations with the application
in the three-dimensional tidal model of Malacca Strait and Taylor's problem in low
geographical latitude, Continental Shelf Research 20(15), 1965 - 1991.
Rizal, S., 2002. Taylor's problem- influences on the spatial distribution of real and virtual
amphidromes, Continental Shelf Research 22(15), 2147-2158.
Susilo, I., 2009. Cuaca: Dari El Nino 1997 ke El Nino 2009, Harian Nasional Kompas,
LAMPIRAN 1
Instrumen Penelitian
Fedora 10. Sistem Linux Fedora 10
C shell
Compiler fortran 90 (gcc-gfortran atau GNU fortran)
GMT
Grads
LAMPIRAN 2
Personalia Tenaga Peneliti
Ketua Peneliti :
A Nama Muhammad, M.Si
B NIP 196012311990021005
C Golongan/Pangkat/TMT Gol IVa / Pembina /1 – 10 – 1992
D Tempat/Tgl Lahir Kayee Panyang / 1960
E Agama/Jenis Kelamin Islam / Laki-Laki
F Jabatan : Struktural
Fungsional
Ketua Jurusan Ilmu Kelautan
Lektor Kepala
G Instansi / Tempat Kerja Utama FMIPA Unsyiah
H Alamat Kantor / Telp. Fax Jurusan Ilmu Kelautan
I Alamat Rumah / Telp / Fax Jl. Pemuda Perumahan Tungkop No. 7 Banda
Aceh
J Bidang Keahlian Instrumentasi Kelautan
1. Pendidikan :
Jenjang Perguruan Tinggi Tempat Tahun Lulus Bidang
S1 USU Medan 1987 Fisika
S2 Universitas Indonesia
(UI)
Jakarta 1994 Fisika
2. Pengalaman Penelitian :
No Judul Tahun Sumber
1 Study Pasang Surut Laut (Tide Height) dan
Arus Pasang Surut Laut (Tidal Current) di
Perairan Indonesia Dengan Metode
Numerik Tiga Dimensi
2 Penyelesaian Solusi Numerik Persamaan
Schrodinger Gayut Waktu Kasus Paket
Gelombang Gaussian Dengan Metode
Eksplisit
2003 Proyek HEDS
3 Optimalisasi Efisiensi Sel Surya Material
AL3Ga1-2 AS : Si
2003 Dikti
4 Mendeteksi Loncatan Densitas pada Plasma
Gelombang Kejut Yang Dibangkitkan
dengan Memfokuskan Laser Q – Sω MD
yang pada Target Logam
2003 Pendidikan Tinggi
(BBI)
5 Penelitian Air Tanah Dengan Metode
Geolistrik Tahanan Jenis Wenner
2004 Jurnal Natural
6 Sirkulasi Arus Baroklinik di Perairan Sunda
Kecil dengan Metode Numerik Tiga
Dimensi
2005 Dikti
7 Pengaruh Katalis Nanopartikel Nikel
Terhadap Karakteristik Serapan Material
Penyimpanan Hidrogen Berbasis
Magnesium Hidrida (MgH2)
2008
Banda Aceh, 15 November 2009
Ketua Peneliti,
Anggota Peneliti I:
1. Nama Lengkap : Prof. Dr. Syamsul Rizal
2. N I P : 196101221987031003
3. Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 22 Januari 1961
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Bidang Keahlian : MIPA
6. Kantor/Unit Kerja : Jurusan Ilmu Kelautan
7. Alamat Kantor : FMIPA Universitas Syiah Kuala
Kota: Banda Aceh, Kode Pos : 23111
E-Mail : syamsul.rizal@unsyiah.net
Alamat Rumah : Jl. Tgk. Nyak Arief No. 122 A Banda Aceh
Kota : Banda Aceh, Kode Pos : 23413
Telepon : ( 0651-7452600)
E-Mail : syamsul.rizal@unsyiah.net
8. No. Hp : 081360217496
9. Pendidikan
Institusi Gelar Bidang Studi Tahun Selesai
Institut für Ozeanographie
Univ. Hamburg, Jerman
Post Doctor Physical
Oceanography
1996
Institut für Ozeanographie
Univ. Hamburg, Jerman
Doctor Physical
Oceanography
1993
10. Judul Disertasi : Numerical Study on the Malacca Strait (Southeast Asia)
Study of tides by using
three-dimensional model as a basics to
investigate algae in Aceh Water
The role of convective terms in
shallow water equations with the
application in the Malacca Strait
An effort to quicken the stability
of three-dimensional tidal model
by setting the implicitness
parameter
Making three dimensional
numerical tidal model in order to
conserve and to use the natural sea
resources (first year: tidal force)
Making three-dimensional model
(2nd year: Wind induced)
Making three-dimensional model
(3rd year: oil spill modeling)
On the determination of tidal
fronts in the Malacca Strait by
10.
11.
12.
The difference of simulation
results between two- and
three-dimensional tidal model
The verification of
three-dimensional tidal model through
analytical model applied in
rectangular basin
Study of Tide Height and Tidal
Current In Indonesian Waters by
Using Three-dimensional
June 2000 –Jan. 2001
Riset Unggulan
Terpadu 2002/2004
GoI
GoI
GoI
12. Daftar Publikasi :
1. Rizal, S., 1994. Numerical Study on the Malacca Strait (Southeast Asia) with a
three-dimensional hydrodinamical model, Berichte aus dem Zentrum fuer Meeres- und
Klimaforschung, No. 5.
2. Rizal, S. and Sündermann, J., 1994. On the M2 tide of the Malacca Strait: a numerical
investigation, Deutsche Hydrographische Zeitschrift - German Journal of Hydrography,
46(1), 61 - 80.
3. Rizal, S.,1994b. Coupling nested models: German Bight versus North Sea, Max-Planck
Institut für Meteorologie, Deutsches Klimazentrum GmbH, Jahresbericht 1994.
4. Rizal, S., 1995a. A three-dimensional model for shelf sea modeling, Proceedings
aerospace and marine technology, Manchester, UK.
5. Rizal, S., 1995b. Focusing Model, report on the EC commission.
6. Rizal, S., Hasballah, K., Azwir, 1997. Study of tides by using three-dimensional model as
a basics to investigate algae, Research Report of Fundamental Research, Syiah Kuala
7. Rizal, S., 1997. Studi Pasang Surut Laut (tides) di Perairan Aceh dengan Model Numerik
Tiga Dimensi, Jurnal Teknik Sipil ITB, Vol. 4 No. 3.
8. Rizal, S., 1997. The calculation of S2-tidal energy in The Malacca Strait with a
three-dimensional numerical model, Media Teknik UGM, November 1997.
9. Rizal, S., Muhammad, Iskandar, T., 1998. The role of convective terms in shallow water
equations with the application in the Malacca Strait, Research Report of Fundamental
Research, Syiah Kuala University
10.Rizal, S., Muhammad, Iskandar, T., 1998. Making three dimensional numerical tidal
model in order to conserve and to use the natural sea resources (first year: tidal force).
Research Report of RUT, Syiah Kuala University
11.Rizal, S., Muhammad, Iskandar, T., 1999. An effort to quicken the stability of
three-dimensional tidal model by setting the implicitness parameter. Research Report of
Fundamental Research, Syiah Kuala University
12.Rizal, S., Muhammad, Iskandar, T., 1999. Making three dimensional numerical tidal
model in order to conserve and to use the natural sea resources (2nd year: Wind induced).
Research Report of RUT, Syiah Kuala University
13.Rizal, S., Muhammad, Iskandar, T., 2000. Making three dimensional numerical tidal
model in order to conserve and to use the natural sea resources (3rd year: oil spill
modeling. Research Report of RUT, Syiah Kuala University
14.Rizal, S., Muhammad, Iskandar, T., 2000. The difference of simulation results between
two- and three-dimensional tidal model, Research Report of Fundamental Researh, Syiah
Kuala University
15. Rizal, S., Irwandi, Iskandar, T., 2000. On the determination of tidal fronts in the Malacca
Strait by using three-dimensional numerical model, Research Report of Toray Grant
Research, Syiah Kuala University.
16.Rizal, S., 2000. The role of nonlinear terms in the shallow water equations with the
application in the three-dimensional tidal model of Malacca Strait and Taylor’s problem in
low geographical latitude, Continental Shelf Research 20(15), 1965 - 1991.
17.Rizal, S., 2000. Perumusan Persamaan Dasar Pemodelan Dinamika Oseanografi Tiga
18.Rizal, S., 2000. Diskritisasi persamaan hidrodinamika model tiga dimensi untuk
memodelkan distribusi amplitudo dan fase M2 di Selat Malaka, Jurnal Teknik Sipil ITB.
19.Rizal, S., Irham, M., Marwan, 2001. The verification of three-dimensional tidal model
through analytical model applied in rectangular basin, research report of DCRG.
20.Rizal, S., 2001. The behaviors of sea level tidal amphidromic points in a semi-enclosed
rectangular basin. Submitted to Continental Shelf Research.
21.Rizal, S., 2002. Taylor's problem¯ ¯influences on the spatial distribution of real and virtual
amphidromes, Continental Shelf Research 22(15), 2147-2158.
22.Rizal, S., Damm, Iskandar, 2003. Baroclinic Simulation in the Andaman Sea and Malacca
Strait by Using the HAMSOM Modell, International conference on Marine Science, Syiah
Kuala University.
23. Rizal, S., Muhammad, Iskandar, 2003. Simulation of M2-tide in Indonesian waters with a
three-dimensional numerical model, regional conference, Technical Faculty of Syiah
Kuala University, Banda Aceh.
Banda Aceh, 16 November 2009
Anggota Peneliti,
Anggota Peneliti II :
1. Nama : Ichsan Setiawan, M.Si
2. Tempat/Tanggal Lahir : Bireuen / 07 Juni 1978
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pangkat / NIP : Penata Muda Tk.I / 132 318 928
5. Jabatan Fungsional : Lektor
6. Instansi : FMIPA Universitas Syiah Kuala
7. Alamat Kantor : Jurusan Ilmu Kelautan FMIPA Unsyiah
Darussalam-Banda Aceh (23111)
8. Alamat Rumah : Jl. Elang, Lr. Merpati No. 62, Kel. A. Pahlawan,
Banda Aceh
9. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Tempat Tahun Titel Bidang
SMA Negeri 2 Banda Aceh 1993-1996 -- Fisika
FMIPA
UNSYIAH Banda Aceh 1996-2000 S.Si Fisika
FIKTM ITB Bandung 2002-2005 M.Si Oseanografi
10. Pengalaman Penelitian
BRR NAD dan NIAS, 2007
Marwan, Said Munzir, Ichsan Setiawan, Rasuddin, Pengkajian Jarak Rambat Maksimum
Run-Up dan Tingkat Reduksi Amplitudo Gelombang Sebagai Akibat Pembangunan
Pemecah Gelombang Di Daerah Pantai
DPA-SKPD NAD, 2007
Ichsan Setiawan, Marwan. Amplifikasi Amplitudo Elevasi pada Perambatan Gelombang
HIBAH BERSAING TAHUN I, 2008
Syamsul Rizal, Ichsan Setiawan, Muhammad, Perhitungan Transport Massa Air di Selat
Malaka dengan Model Numerik Tiga-dimensi
11. Daftar Publikasi
Ichsan Setiawan, Totok Suprijo, Dadang K. Mihardja, (2006), ”Pemodelan Transport
Sedimen Akibat Arus Yang Dibangkitkan Oleh Gelombang di Perairan Pulau Baai,
Bengkulu ”, Jurnal Geoaplika Geologi Terapan FIKTM-ITB.
Ichsan Setiawan, Edy Miswar, (2006), ”Simulasi Penjalaran Gelombang di Perairan
Pantai Pulau Baai Bengkulu”, Jurnal Natural FMIPA Unsyiah.
Ichsan Setiawan, Marwan, (2007), ”Amplifikasi Amplitudo Elevasi pada Perambatan
Gelombang Permukaan Bertipe Benjamin-Feir”, Jurnal Natural FMIPA Unsyiah.
Ichsan Setiawan, (2009), ” Validasi Model Numerik Arus Sejajar Pantai Dengan Model
Analitik Longuet-Higgins”, Jurnal Dinamika Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Banda Aceh, 16 November 2009
Anggota Peneliti,
LAMPIRAN 3
Rincian Biaya Penelitian
URAIAN PENGGUNAAN DANA
TAHUN 2009
Uang yang diterima Tahap pertama Rp : 99.000.000,-
Penggunaan (saat ini) Rp : 99.000.000,-
Sisa Rp : 0,-
Uraian Komponen Biaya :
1. Pelaksana (Gaji Upah)
No Nama Tim Peneliti Tugas / Jabatan Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
1.
2.
3.
Muhammad, M.Si
Prof. Dr. Syamsul Rizal
Ichsan Setiawan M.Si
Ketua Peneliti
Peneliti I
Peneliti II
390 jam
390 jam
390 jam
Rp. 35.500/jam
Rp. 20.500/jam
Rp. 20.500/jam
13.845.000
7.995.000
7.995.000
29.835.000
2. Peralatan
No Jenis Peralatan Volum
e Harga Satuan Jumlah Biaya
NaN NaN NaN NaN
3. Bahan Habis Pakai
No Jenis Bahan Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
Pembelian network card computer 2 buah 250.000,-
500.000
Pembelian RAM computer 3GB 1 Buah 1.250.000,-
1.250.000
Pembelian USB storage drive penyimpan
data 8 GBytes
1 Buah 250.000,-
250.000
PembelianCD 40 Kotak 100.000,-
4.000.000
Pembelian Tinta computer 5
Cartridge
190.000,-
950.000
Pembelian Hardisk/Penyimpan Data 5 Unit 1.000.000,- 5.000.000
Pemesanan Literatur 11.100.000,-
11.100.000
Pembelian ATK
2.000.000,-
2.000.000,-
Internet 1 unit 4.000.000 4.000.000
4. Penginapan
No Nama Tempat Penginapan Lamanya Biaya Jumlah
5. Perjalanan
No. Nama yang melakukan perjalanan Gol. Tujuan Jumlah Biaya
1 Syamsul Rizal IV/c Jakarta 4.510.000
2 Syamsul Rizal IV/c Jakarta
5.200.000,-3 Syamsul Rizal, Muhammad dan
Ichsan Setiawan Untuk Koleksi data Lapangan dan data analisis
IVc/IVa/IIId Lhok Seumawe
Jumlah 11.700.000
6. Pemeliharaan
No Jenis Pemeliharaan Volume Biaya Jumlah
NaN NaN NaN NaN
7. Pertemuan/lokakarya
N
o Tema Kegiatan
Tempat
Lamanya Biaya Jumlah
NaN NaN NaN NaN NaN
8. Laporan/Publikasi
N
o Jenis Penggunaan
Volume
Harga Satuan Jumlah Biaya
Pembuatan dan Penggandaan Laporan Akhir 1 2.000.000,- 2.000.000
No. Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
1 Pertemuan-pertemuan internal 8 500.000 4.000.000
2 Pembuatan Buku Ajar 1 15.000.000 15.000.000
3 Monev 1 2.000.000,- 2.000.000
4 Persiapan Penulisan Jurnal 1 5.415.000
Jumlah 26.415.000
LAMPIRAN 4
Buku Catatan Harian Penelitian (BCHP)
Judul Penelitian : Pengaruh El Nino terhadap Transport Massa Air Laut
di Selat Malaka
Peneliti Utama : Muhammad, M.Si
Institusi Peneliti : Jurusan Ilmu Kelautan, FMIPA, Universiras Syiah Kuala
Bidang Fokus : Perubahan Iklim dan Pelestarian Lingkungan (Biodiversity)
Tahun Pelaksanaan : 2009
Biaya : Rp. 99.000.000,-
Tujuan : Mencari korelasi antara kejadian El Nino dan Transpor Massa Air Laut
Sasaran Akhir Tahun :
1. Bathimetri Selat Malaka didiskretisasi
2. Dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap bathimetri Selat Malaka
3. Data Meteorologi pada tahun-tahun normal, El Nino dan La Nina akan dilakukan
penyesuaian-penyesuaian (interpolasi) dan lain-lain.
4. Penyesuaian open boundaries values untuk selat Malaka
5. Semua program plot diselesaikan
6. Mencari Korelasi antara sea level elevation pada tahun-tahun normal, El Nino dan La
Nina.
7. Mencari korelasi antara salinitas pada tahun-tahun normal, El Nino dan La Nina.
8. Mencari korelasi antara temperatur pada tahun-tahun normal, El Nino dan La Nina
9. Mencari korelasi antara densitas pada tahun-tahun normal, El Nino dan La Nina
10.Mencari korelasi antara transport massa air laut pada tahun-tahun normal, El Nino dan
La Nina
11.Hasil-hasil bisa diseminarkan
Catatan Kemajuan Penelitian (tambah halaman sesuai kebutuhan)
No. Tanggal
(dan jam) Kegiatan
Catatan Kemajuan
(berisi data yg diperoleh, keterangan data, sketsa, gambar, analisis singkat dsb)
1 15 Februari
2009 (pkl. 9) –
28 Februari
2009 (pkl. 17)
Studi pustaka tentang Ocean
Modeling, El Nino, Metode
Finite-Difference
Mendapatkan rumus-rumus Model
Hidrodinamika, metode-metode diskretisasi,
Enso (El Nino, Netral dan La Nina), dan
pengaruh-pengaruhnya terhadap domain yang
dimodelkan
Sistem Operasi Fedora 10. Sistem
Operasi Fedora 10, digunakan
pada penelitian ini
Mendapatkan OS Linux Fedora 10
3 8 Maret 2009
berikut: C shell, Compiler fortran
90 (gcc-gfortran atau GNU
fortran), GMT, Grads, dan GV
(ghost view)
Mendapatkan software-software pendukung
yang dapat diinstal pada computer pemodel dan
siap mensimulasikan model
4 13 Maret 2009
(pkl. 9) – 20
Maret 2009
(pkl. 17)
Dibangun topografi Selat Malaka
dari data Batimetri yang tersedia
dan sekaligus dilakukan
diskretisasi model
Mendapatkan data batimetri Global diambil dari
ETOPO2 dengan spatial grid 2 menit. Dari data
inilah diekstrak dan diinterpolasi sehingga
terbentuk topografi sesuai dengan domain dan
resolusi yang diinginkan
Menghasilkan topogra Selat Malaka yang lebih
No. Tanggal
(dan jam) Kegiatan
Catatan Kemajuan
(berisi data yg diperoleh, keterangan data, sketsa, gambar, analisis singkat dsb)
yang ada.
data sekunder lainnya yang
diperlukan sebagai input dan dan
untuk kebutuhan kalibrasi model
serta data yang diasumsikan
mempunyai korelasi dengan hasil
model seperti data meteorologi,
pasut, dan data ENSO (normal, El
Nino dan La Nina).
Mendapatkan data-data sekunder,
1. 7 komponen data meteorologi dari
National Centers for Environmental
Prediction (NCEP) masing-masing
selama 28 tahun.
2. Data amplitude dan phase pasang surut 8
komponen OTPS (Oregon State
University Tidal Prediction Software)
3. Data-data ENSO
7 21 Mai 2009 (pkl. 9) – 18 Juni 2009 (pkl. 17)
Menginterpolasi data – data sekunder, dan diplot beberapa contoh data untuk memastikan kevalidan interpolasi.
Mencari korelasi antara sea level elevation pada tahun-tahun normal, El Nino dan La Nina
Mengatur open boundary values sehingga hasil Model cenderung sesuai dengan hasil kalibarasi dengan menggunakan hasil pengukuran
(Wirtky).
9 16 juli 2009 – 15 Agustus 2009
Mencari korelasi antara salinitas pada tahun-tahun normal, El Nino dan La Nina
Open boundaries values dengan memakai data GODAS normal, El Nino dan La Nina
Open boundaries values dengan memakai data GODAS
11 16 September 2009 – 15 Oktober 2009
Mencari korelasi antara densitas pada tahun-tahun normal, El Nino dan La Nina
Open boundaries values dengan memakai data GODAS
12 16 Oktober 2009 – 15 November 2009
Mencari korelasi antara massa air laut pada tahun-tahun normal, El Nino dan La Nina
LAMPIRAN 5
PROSIDING SEMINAR
I.1. Judul : Pengaruh El Nino Terhadap Transport Massa Air Laut
Di Selat Malaka
2. Ketua Peneliti : Muhammad, M.Si
3. Penyaji : Muhammad, M.Si
4. Moderator : Dr. Zuyasna, M.Sc
5. Hari/ tanggal : Senin / 2 November 2009
6. Tempat : Ruang seminar Lembaga Penelitian Unsyiah
II. Pertanyaan/ Tanggapan/ Saran
1. Syahrul Purnawan, M.Si :
Bagaimana kaitan El Nino yang akan terjadi pada periode mendatang (2009-2010) dengan penelitian yang telah dilakukan ?
2. Dr. Zuyasna, M.Sc
Kenapa elevasi muka air lebih rendah pada saat terjadinya El Nino ?
1. berdasarkan data SOI yang diperoleh pada saat ini belum menunjukkan perubahan index yang begitu signifikan. Tetapi berdasarkan ramalan dan kajian yang dilakukan maka terdapat kemungkinan akan terjadi El-Nino meskipun intensitas belum dapat diketahui secara pasti. Berdasarkan data yang diperoleh beberapa tahun sebelumnya diketahui bahwa SOI menunjukkan trend pergerakan udara ke arah barat Pasifik. Hal ini akan berdampak pada penumpukan massa air di bagian barat Pasifik. Data terakhir (November 2009) menunjukkan bahwa nilai SOI berada pada level negatif, sehingga kemungkinan massa air hangat yang bertumpuk di barat Pasifik akan mencari kesetimbangan dan bergerak kembali ke arah timur Pasifik. Jika kemudian yang terjadi adalah El Nino kuat, maka pengaruh El Nino tersebut dapat dirasakan hingga ke daerah Selat Malaka. Sehingga proses yang terjadi akan seperti fenomena El Nino kuat yang terjadi pada tahun 1997, dimana proses transport massa air di Selat Malaka akan menjadi sedikit lebih kuat ke arah barat laut.
2. Jika dilihat dari proses terjadinya El Nino dimana terjadinya penurunan elevasi muka air di barat Pasifik, menyebabkan input massa air yang bergerak masuk ke perairan Indonesia, terutama melalui Selat Makasar juga berkurang. Hal ini turut berpengaruh pada transport massa air yang terdistribusi menuju Selat Malaka, sehingga elevasi muka air di daerah Selat Malaka akan turut turun.
Moderator, Banda Aceh, 2 November 2009
Penyaji,
Dr. Zuyasna, M.Sc Muhammad, M.Si
ARTIKEL HASIL RISET UNGGULAN
STRATEGIS NASIONAL
PENGARUH EL NINO TERHADAP TRANSPORT MASSA AIR LAUT
DI SELAT MALAKA
Oleh:
Muhammad, M. Si
Prof. Dr. Syamsul Rizal
Ichsan Setiawan, M.Si
Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional
Nomor: 096/H11-P2T/A.01/2009 Tanggal 27 Pebruari 2009
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
NOPEMBER, 2009
PENGARUH EL NINO TERHADAP TRANSPORT MASSA AIR LAUT DI
SELAT MALAKA
Muhammad, Syamsul Rizal dan Ichsan Setiawan
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Email korespondensi: syamsul.rizal@unsyiah.net
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji pengaruh El Nino di Selat Malaka dengan memakai indek osilasi selatan Samudera Pasifik dalam menentukan kondisi Normal, El Nino dan La Nina sebagai analisis transport massa air laut, elevasi muka laut dan densitas laut. Metode penelitian menggunakan persamaan Navier-Stokes dengan gaya pembangkit pasang surut, angin dari National Centers for Environmental Prediction (NCEP) Tahun 1980-2007, Salinitas dan Temperatur (Levitus dan Boyer, 1994). Persamaan gerak air laut tersebut dimodelkan dengan model Hamburg Shelf Ocean Model (HAMSOM). Hasil-hasil menunjukkan bahwa transport di bagian barat laut Selat Malaka pergerakannya melemah dan transport di bagian tenggara pergerakannya menguat dibandingkan pada kondisi tahun Normal dan La Nina. Sedangkan elevasi muka air di Selat Malaka pada kondisi tahun El Nino lebih rendah dibandingkan pada kondisi Normal dan La Nina. Selanjutnya densitas permukaan laut di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal, El Nino dan La Nina berkisar 18.5 s/d 20.5 kg/m3. Densitas laut lapisan 30-50 m di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal, El Nino dan La Nina berkisar 19 s/d 21 kg/m3. Densitas permukaan laut dan densitas laut kedalaman 30-50 m di bagian tenggara Selat Malaka pada kondisi El Nino lebih besar dibandingkan pada tahun Normal maupun tahun La Nina.
.
1. PENDAHULUAN
Gejala penyimpangan iklim, yang dikenal dengan El Nino, dirasakan di Indonesia
lewat musim kemarau yang lebih panjang. Selain itu, juga ditandai dengan kebakaran
hutan, kabut asap, turunnya kualitas udara, rusaknya siklus hidrologi, berjangkitnya
penyakit pernapasan, dan berbagai dampak lain. Bencana El Nino kuat pernah terjadi di
Indonesia pada 1971-1972, yang, kala itu, mengakibatkan langkanya pangan dan rakyat
harus mengantre untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok. El Nino 1982-1983
mengakibatkan kebakaran hutan hebat di Kalimantan dan menelan kerugian sampai 9
miliar dollar AS. El Nino terbesar sepanjang sejarah berlangsung pada September
1997-Februari 1998. Kala itu hampir 264.000 hektar hutan terbakar, kabut asap menerjang
Sumatera, Kalimantan, Malaysia, dan Singapura. El Nino juga menyebabkan gagal panen
di mana-mana, ada sekitar 1,5 juta orang terserang penyakit infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) dan merenggut 527 nyawa. Kerugian saat itu mencapai Rp 5,96 triliun
(Susilo, 2009).
Meskipun kejadian El Nino, prosesnya di Pasifik, dampaknya bisa meluas ke
berbagai belahan dunia. Berdasarkan Studi Kishore et al. (2000) tentang dampak El Nino
1997-98, dari 1877 sampai dengan 1997, 93 % dari tahun-tahun kering selalu
dihubungkan dengan El Nino. Beberapa studi menunjukkan hubungan yang jelas antara
anomali curah hujan yang normal dengan Southern Oscillation Index (SOI). Pada
tahun-tahun El Nino, datangnya monsoon lebih lambat, selama La Nina datangnya monsoon
lebih cepat. Sehingga pada El Nino terjadi kelambatan masa tanam dan mereduksi hasil
pertanian. Sedangkan pada La Nina, terjadi percepatan musim tanam dengan hasil panen
yang meningkat.
Dampak yang paling terasa di Indonesia dan sangat menarik perhatian
internasional akibat kejadian El Nino 1997-98, adalah pada sektor kehutanan. Kebakaran
hutan yang terjadi di Indonesia sangat serius dan mempunyai dampak ekonomi yang
sangat signifikan. Asian Development Bank (ADB) dan BAPPENAS menduga kerugian
ekonomi akibat kebakaran hutan dan musim kering yang melanda Indonesia lebih dari 9
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan persamaan gerak Navier-Stokes. Adapun persamaan
dasarnya adalah persamaan gerak dinamika oseanografi dalam arah x dan y (Backhaus,
1985 ; Rizal and Sündermann, 1994; Pohlmann, 1996):
∂
Dalam arah z persamaan hidrostatika disederhanakan dalam bentuk:
∂
∂ ρ
p
z = − g (3)
Persamaan keadaan air laut:
(
, ,)
ρ ρ'merupakan lintang geografi; ζ(x,y,t) merupakan elevasi permukaan air yang diukur dari
permukaan air tenang, h(x,y) merupakan kedalaman air juga diukur dari permukaan air
tenang, g adalah konstanta percepatan gravitasi, Hx
k dan Hyk secara bersamaan
merupakan ketebalan lapisan dalam arah u dan v pada lapisan k-th, dan ∇H adalah
operator gradient horizontal. A adalah koefisien pertukaran turbulensi horizontal dan A
adalah koefisien viskositas eddy vertikal. Pers (1), (2), (3) digunakan untuk pemodelan
dinamika oseanografi melalui proses diskrisitasi menggunakan metode finite different
skema semi-implisit.
Tekanan hidrostatis p (dengan mengabaikan suku gρ0z dan pa, dikarenakan tidak
memiliki kontribusi terhadap gradient tekanan horizontal) pada arah z ditulis dalam
bentuk :
Karena berhubungan dengan syarat stabilitas pada langkah waktu yang harus dipenuhi
oleh simulasi numerik, tekanan pada pers. (8) dipisahkan menjadi dua suku yaitu :
komponen Barotropik (gρ1ζ ) dan komponen Baroklinik (I).
Tahapan penelitian ini terdiri atas pengumpulan data Indek Osilasi Selatan, data
sekunder 7 parameter meteorologi tahun 1980-2007 dari National Centers for
Environmental Prediction (NCEP), data temperatur dan salinitas (Levitus dan Boyer,
1994a,b) serta data amplitudo dan phase komponen harmonik pasang surut. Data
sekunder 7 parameter meteorologi NCEP yaitu:
• Kecepatan angin arah U pada 10 meter (m/s) (U-wind at 10 m).
• Kecepatan angin arah V pada 10 meter (m/s) (V-wind at 10 m).
• Suhu udara pada 2 meter (K) (air temperature at 2 meters).
• Laju presipitasi (kg/m2/s) (precipitation rate).
• Kelembaban khusus pada 2 meter (kg/kg) (specific humadity at 2 meters).
• Tekanan level permukaan laut (Pa) (sea level pressure).
• Total tutupan awan (%) (total cloud cover).
Selanjutnya disimulasikan dengan domain 5°30’ LU - 1°30’ LU dan 95°30’ BT -
103°30’ BT (Gambar 1) dengan lebar grid horizontal ∂x= 5’, ∂y= 5’ dan grid vertikal
kedalaman (z) yang didiskritisasi sebanyak 11 lapis, yaitu 0-10,10-20, 20-30, 30-50,
50-75, 75-100, 100-125, 125-150, 150-200, 200-250, 250-300, 300-400, 400-500, 500-600,
600-700, 700-800 dan 800-900 m. Langkah waktu ∆t = 600 s, koefisien eddy horizontal
AH = 500 m2/s, koefisien eddy vertikal AV = 0.01 m2/s dan faktor gesekan dasar laut Cf =
0.0025. Syarat batas elevasi pada bidang terbuka diasimilasi dari komponen harmonik
dengan interpolasi 5’. Analisis pengaruh el nino di Selat Malaka berupa perbandingan
antara tahun normal, el nino dan la nina dari output transport massa air laut, elevasi muka
Gambar 1. Batimetri Selat Malaka (meter)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Transport Massa Air Laut
Transport massa air laut di Selat Malaka pada kondisi Tahun Normal, El Nino dan
La Nina, transport bergerak ke Barat Laut berkisar 0.1 – 3 Sv. Transport massa air laut
pada kondisi El Nino menunjukkan bahwa transport di bagian barat laut Selat Malaka
pergerakannya melemah dan transport di bagian tenggara pergerakannya menguat
a b
c
Gambar 2. Transport Massa Air Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
a b
c
Gambar 3. Transport Massa Air di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007),.
d
Elevasi Muka Laut
Elevasi muka laut di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1981), La
Nina (Nov 1988, Nov 1998) berkisar 0.8 m s/d 1 m. Pada kondisi El Nino (Nov 1982)
berkisar 0.6 m s/d 0.8 m. Sedangkan kondisi El Nino (Nov 1997) berkisar 0.4 m s/d 0.8
m. Elevasi muka air di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1996), La Nina
a b
c
Gambar 4. Elevasi muka air di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
a b
c
Gambar 5. Elevasi Muka Air di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007).
d
Densitas Air Laut
Densitas permukaan laut di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1981,
Nov 1996), El Nino (Nov 1982, Nov 1997) dan La Nina (Nov 1988, Nov 1998, Nov
2007) berkisar 18.5 s/d 20.5 kg/m3 (Gambar 6 dan 7). Densitas laut lapisan 30-50 m di
Nov 1997) dan La Nina (Nov 1988, Nov 1998, Nov 2007) berkisar 19 s/d 21 kg/m3
(Gambar 8 dan 9).
a b
c
Gambar 6. Densitas Permukaan Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
a b
c
Gambar 7. Densitas Permukaan Laut di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007),.
a b
c
Gambar 8. Densitas Laut Lapisan 30-50 m di Selat Malaka a. Normal (Nov 1981), b. El Nino Kuat (Nov 1982), c. La Nina Kuat (Nov, 1988).
a b
c
Gambar 9. Densitas Laut Lapisan 30-50 m di Selat Malaka a. Normal (Nov 1996), b. El Nino Kuat (Nov 1997), c. La Nina Kuat (Nov, 1998), d. La Nina Sedang (Nov, 2007).
d
4. KESIMPULAN
1. Transport massa air laut pada kondisi El Nino menunjukkan bahwa transport di
bagian barat laut Selat Malaka pergerakannya melemah dan transport di bagian
tenggara pergerakannya menguat dibandingkan pada kondisi tahun Normal dan La
2. Elevasi muka air di Selat Malaka pada kondisi tahun El Nino lebih rendah
dibandingkan pada kondisi Normal dan La Nina.
3. Densitas permukaan laut di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov 1981,
Nov 1996), El Nino (Nov 1982, Nov 1997) dan La Nina (Nov 1988, Nov 1998,
Nov 2007) berkisar 18.5 s/d 20.5 kg/m3.
4. Densitas laut lapisan 30-50 m di Selat Malaka pada kondisi tahun Normal (Nov
1981, Nov 1996), El Nino (Nov 1982, Nov 1997) dan La Nina (Nov 1988, Nov
1998, Nov 2007) berkisar 19 s/d 21 kg/m3.
5. Densitas permukaan laut dan densitas laut kedalaman 30-50 m di bagian tenggara
Selat Malaka pada kondisi El Nino lebih besar dibandingkan pada tahun Normal
maupun tahun La Nina.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan
Nasional yang telah membiayai penelitian ini melalui Penelitian Unggulan Strategis
Nasional tahun 2009. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Lembaga Penelitian
Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan kepercayaan atas kelancaran penelitian
ini.
6. DAFTAR PUSTAKA
Arakawa, A., and V.R. Lamb, 1977. Computational design of the basic dynamical
processes of the UCLA general circulation model. In Methods in Computational
Physics, 17, J. Chang (ed.), Academic Press, New York, 173-265.
Backhaus, J. O., 1985. A three-dimensional model for the simulation of shelf sea
dynamics. Deutsche Hydrographische Zeitschrift - German Journal of
Hydrography, 38: 165-187.
Harms I., U. Hübner, J.O. Backhaus, M. Kulakov, V. Stanovoy, O. Stepanets, L. Kodina
and R. Schlitzer, 2002. Salt intrusions in Siberian River Estuaries - Observations
and model experiments in Ob and Yenisei. accepted by Proceedings in Marine
Kishore et al., 2000. Indonesia Country Case Study: Impacts and Responses to the
1997-98 El Niño Event, supported by the US Office of Foreign Disaster Assistance and
Office of Global Programs, National Oceanic and Atmospheric Administration as
a contribution to the UNEP/NCAR/WMO/UNU/ISDR study for the UN
Foundation.
Levitus, S., and Boyer, T. 1994a. World Ocean Atlas 1994, Vol 3: Salinity. NOAA Atlas
NESDIS 3, U. S. Government Printing Office, Washington D.C. 93 pp.
Levitus, S., and Boyer, T. 1994b. World Ocean Atlas 1994, Vol 4: Temperature. NOAA
Atlas NESDIS 4, U. S. Government Printing Office, Wash., D.C. 117 pp.
Pohlmann, T., 1996. Calculating the annual cycle of the vertical eddy viscosity in the
North Sea with a three-dimensional baroclinic shelf sea circulation model. Cont.
Shelf Res., Vol. 16, No. 2: 147 – 161.
Rizal, S. and J. Sündermann, 1994. On the M2 tide of the Malacca Strait: a numerical
investigation, Deutsche Hydrographische Zeitschrift - German Journal of
Hydrography, 46(1), 61 - 80.
Rizal, S., 2000. The role of nonlinear terms in the shallow water equations with the
application in the three-dimensional tidal model of Malacca Strait and Taylor's
problem in low geographical latitude, Continental Shelf Research 20(15), 1965 -
1991.
Rizal, S., 2002. Taylor's problem - influences on the spatial distribution of real and
virtual amphidromes, Continental Shelf Research 22(15), 2147-2158.
Rizal, S., 2002. Taylor's problem - influences on the spatial distribution of real and
virtual amphidromes, Continental Shelf Research 22(15), 2147-2158.
Susilo, I., 2009. Cuaca: Dari El Nino 1997 ke El Nino 2009, Harian Nasional Kompas,