• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Manusia Ideal dalam Pandangan Etn (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Manusia Ideal dalam Pandangan Etn (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Manusia Ideal dalam Pandangan Etnik Sunda

(Studi Kasus: Masyarakat Sunda, Desa: Tanjungkerta, Tasikmalaya, Jawa Barat. ) Oleh:

Milka M Miqdar, Nabilah Shalihah, Nurul Annisa, Nurul Budiarsih, Rifa’I Umami, Yoshinta Dimas Pratiwi1

a. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki ciri khas yang berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Manusia memiliki daya nalar, berpikir logis, dan menghubungkan ide-ide secara sadar. Setiap manusia memiliki potensi yang tertanam pada dirinya. Potensi tersebut mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu, baik bersifat positif maupun negatif. Dalam pekembangannya, manusia didorong oleh keinginannya untuk dapat menwujudkan sejarahnya. Manusia akan sadar dengan keberadaannya di dunia sehingga terdorong untuk berkreativitas sesuai dengan pilihan jalan hidup yang dipilihnya. Manusia cenderung bersifat tidak puas terhadap hasil yang telah diperolehnya. Hal itu menyebabkan manusia akan terus berusaha untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan karakteristik sosok manusia ideal, yaitu gambaran mengenai manusia yang sempurna.

Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah, manusia dapat diartikan sebagai sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.

Manusia seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya manusia dapat menciptakan dan mengembangkan teknologi, lewat jasmaninya manusia dapat menerapkan dan merasakan kemudahan yang diperolehnya dari teknologi tersebut sedangkan melalui rohani terciptalah peradaban. Lebih dari itu melalui ketiganya (akal, jasmani, rohani) manusia dapat membuat perubahan di berbagai bidang sesuai dengan perjalanan waktu yang dilaluinya sebagai upaya penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Aspek inilah yang menjadi pembeda antara manusia dengan mahluk lainnya dalam hal kemampuannya beradaptasi dengan alam. Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu :

1. Sebagai makhluk tuhan 2. Sebagai makhluk individu 3. Sebagai makhluk sosial budaya

(2)

Sebagai makhluk pribadi, manusia terus melakukan interaksi dengan sesamanya sebagai jalan mencari pemahaman tentang dirinya, lingkungan dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat diperolehnya sendiri. Interaksi tersebut sebagai cikal terbentuknya suatu komunitas sosial yang selanjutnya melahirkan aturan-aturan dan norma yang disepakati bersama untuk mengatur interaksi yang terjadi tersebut.

Setiap masyarakat memiliki konsep manusia ideal sendiri sesuai dengan pemikirannya dan perkembangan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal masyarakat itu sendiri . Konsep manusia ideal secara umum adalah Manusia Berakhlak Mulia sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003. Manusia ideal adalah manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Konsep ini mencakup semua ciri-ciri dasar manusia, yaitu memiliki kecerdasan fikiran, kecerdasan perasaan atau akhlak , kecerdasan spiritual, kecerdasan berbahasa atau komunikasi, kecerdasan berbudaya, dan kecerdasan dalam bekerja.

Berdasarkan gambaran diatas maka penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang “Konsep Manusia Ideal dalam Pandangan Etnik Sunda” (Studi Kasus: Desa TanjungKerta, Tasikmalaya). Untuk itu kelompok akan menggunakan Teori Identitas untuk mendeskripsikan bagaimana manusia ideal dalam etnik sunda. Pertanyaan penelitian dari masalah yang dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana konsep manusia ideal dalam etnik sunda, yang akan menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana individu dipandang dalam etnik sunda? Dan bagaimana Teori Identitas memandang individu dalam etnis sunda?

b. Metode Penelitian

Penelitian ini bertumpu pada pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. Dalam penelitian jenis ini peneliti berusaha mengembangkan konsep dan menghimpun fakta dengan cermat tanpa melakukan pengujian hipotesis tetapi penulis hanya mendeskripsikan data dan fakta yang diperoleh di lapangan, kemudian dilakukan interpretasi data dan analisis data.

Waktu dan Lokasi Penelitian lapangan ini dilakukan selama 3 hari Pada Tanggal 08-10 April 2016. Penelitian ini mengambil lokasi di salah satu desa yaitu Desa Tanjungkerta yang terletak di Tasikmalaya, Jawa Barat. Sumber data merupakan subyek darimana data diperoleh. Adapun sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata kata atau tindakan dan selebihnya adalah dokumentasi. Jenis data yang digunakan peneliti adalah data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data untuk mencari data, mengumpulkan sumber data dan hasil data yang dikelola.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara mendalam (Indepth Interview), observasi maupun dokumentasi terhadap narasumber atau informan. Sumber data Primer dalam penelitian ini adalah Kepala Dusun Godebag dan Kepala Dusun Bojong Gede sebagai Key informan, Polisi Desa dan Masyarakat Desa Tanjungkerta sebagai informan. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung diperoleh dari sumber peneliti yang mampu memberikan data tambahan suatu pengamatan terhadap data penelitian. Data sekunder berupa data tertulis dari berbagai buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip, skripsi dokumen pribadi dan dokumen resmi.

(3)

wawancara kelompok terfokus, wawancara mendalam, pengamatan langsung atau observasi dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui realita yang ada, dan pendokumentasian audio-visual. Data sekunder diperoleh dan diolah dari buku, data-data BPS, profil desa, data dasar desa dan literatur terkait dengan penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan model Interaktif mengikuti pendapat Miles dan Huberman (1992) dalam model ini dilakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, yang ketiganya merupakan suatu siklus untuk memperkuat pengambilan kesimpulan.

(Gambar 1)

C.Apa itu Etnis Sunda?

Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia tua. Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia relatif lebih tua, setidaknya dalam hal pengenalan terhadap budaya tulis. "Kegemilangan" kebudayaan Sunda di masa lalu, khususnya semasa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya kemudian seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebudayaan Sunda. Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Jika Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda.

Menurut Koentjaraningrat (2002:307) suku bangsa Sunda adalah orangorang yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari dan berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat atau Tatar Sunda atau Tanah Pasundan2. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada

juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat

(4)

dikategorikan sebagai suku Sunda. Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang.

Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang Sunda juga mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan hidup tersebut tidak bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara tersurat dan tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran agama Islam. Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman kerajaan Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara Kerajaan Sunda-Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang.

Sistem kekerabatan masyarakat Sunda adalah bilateral (garis keturunan ayah ataupun ibu). Sistem kekerabatan dan perkawinan dilakukan secara Islam. Bentuk keluarga yang terkenal adalah keluarga batih, yaitu suami, istri, dan anak-anak. Dalam keluarga Sunda, bapak yang bertindak sebagai kepala keluarga3. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan

peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya, menurut pandangan hidup orang Sunda, hendaknya didasari oleh sikap yang menjunjung tinggi hukum, membela negara, dan menyuarakan hati nurani rakyat. Pada dasarnya, tujuan hukum yang berupa hasrat untuk mengembalikan rasa keadilan, yang bersifat menjaga keadaan, dan menjaga solidaritas sosial dalam masyarakat.

Mata pencaharian saat ini beraneka ragam, antara lain dari sektor perkebunan, perdagangan, dan pertanian. Dalam sektor perdagangan mengalami kemajuan yang pesat. Perkebunan banyak terdapat di daerah ini, seperti perkebunan teh, kelapa sawit, kina, dan tebu. Pertanian dikembangkan di Jawa Barat antara lain padi, jagung, ketela, kacang tanah, dan kedelai.

D.Masyarakat Sunda di Desa Tanjungkerta, Tasikmalaya

Masyarakat disini bersatu karena adanya pesantren suryalaya. Satu aliran yaitu tarekat Qhodiriyah Naqsyabandiyah. Ada pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak dilaksanakan jam 4 sore. Ketika ada acara keagaman seperti Maulidan masyaraktnya berapartisipasi untuk mengikuti acara tersebut. Rajaban atau maulidan dilaksanakan dengan meriah. Untuk memeriahkan acara tersebut anak-anak Desa menampilkan aksi panggung seperti kesenian tari, pencak silat, hadroh, dll. Pengajian dilaksanakan pada tanggal 23 Hijriyah. Sedangkan sarana keagamaan di Desa ini sudah lengkap, bukan karena adanya Pesantren tetapi memang dari peninggalan nenek moyang.

Perilaku etnis sunda dalam masyarakat di Desa ini menganut sunda asli yang dimana perkataan yang dilontarkan adalah bahasa sunda halus . Tapi banyak anak-anak zaman sekarang ini sudah membawa bahasa sunda dengan tidak pantas, seperti kata-kata hewan keluar. Masyarakat sunda sehari-hari khususnya desa ini dengan bermacam kerjaan

3 Sri Pajriah, “Eksistensi Masyarakat Etnik Sunda di Desa Cimrutu Kecamatan Patimuan Kabupaten

(5)

ada pns, bertani , berdagang dll. Kebiasaan-kebiasaan yang bisa membedakan dengan masyarakat lain, budaya sunda kental gotong royongnya, masih menjaga sistem silaturahim , saling mengingatkan dan saling menghargai satu sama lainnya , pendatang pun diperlakukan seperti itu.

Ciri khas masyarakat tanjung kerta, dengan masyarakat lain, tidak yang beda. Masyarakat sunda di Desa Tanjungkerta jika ada pendatang bersikap yang baik, disambut, terbuka , tidak membeda-bedakan.. Kegiatan agama pun sering dilakukan dengan adanya pengajian rutin dalam seminggu, sebulan dan tahunan. Tidak hanya orang tua saja yang mengikuti kegiatan tersebut tetapi pemuda-pemuda di Desa tersebut juga aktif dalam menjalankan kegiatan keagamaan tersebut.

Budaya sunda Tanjungkerta kental akan solidaritas masyarakat dan nilai-nilai keagamaannya, terutama hadirnya Pondok Pesantren Suralaya juga memberikan pengaruh penting dalam pelaksanaan ajaran-ajaran islam. kegiatan dan ajaran-ajaran islam terus berlangsung hingga saat ini yang juga di dukung dengan keyakinan masyarakat Desa Tanjungkerta 100% menganut aliran Tareekat Qodiriyah Naqsyabandiyah.

Pesantren Suralaya mengungkapkan bahwa seharusnya seorang manusia bersifat bersahaja terhadap sesasama sebagai bentuk manusia yang baik. masyarakat etnis sunda memandang manusia harus memiliki sikap yang baik dan harus bisa menolong sesamanya, karena apabila kita bisa berperilaku baik kepada orang lain maka orang lain akan berperilaku baik juga terhadap kita. bagi pak surya, masyarakat sunda terdari dari individu-individu yang terbuka kepada orang lain dan berperilaku baik baik dari orang tua hingga yang muda harus bisa saling bergaul satu sama lain. Solidaritas masyarakat sunda terlihat dari aktifnya mereka dalam setiap keagamaaan yang dilaksanakan oleh desa, dusun maupun pesantren Suralaya khususnya dalam pelaksanaan pengajian dan penghormatan terhadap leluhurnya. Dalam hal ini masyarakat Desa Tanjungkerta memiliki Solidaritas Mekanis yang dimana menurut Emile Durkheim masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanis, kesadaran kolektif melingkupi seluruh masyarakat dan seluruh anggotanya; dia sangat diyakini, sangat rigid; dan isinya sangat bersifat religius4. Apa yang dikatakan oleh

Durkheim ini sangat terbukti di Desa Tanjungkerta karena masyarakat disini selalu melakukan aktivitas yang berlandaskan agama secara bersama-sama, karena kesadaran kolektif yang terbentuk dimasyarakat Tanjungkerta berdasarkan ajaran Tareekat Naqsyabandiyah yang berasal dari Pesantren Suryalaya.

E. Karakteristik Masyarakat Sunda Desa Tanjungkerta

Menurut Pak Mamat budaya sunda kental dengan agama, masyarakatnya bersatu. Kalau ada acara keagaman seperti Maulidan masyaraktnya berapartisipasi untuk mengikuti acara tersebut. rajaban atau maulidan dilaksanakan dengan meriah. Dalam rangka mau maulid kesenian Terbang ini masih digunakan di masjid-masjid. Kesenian Terbang ini menggunakan ayat-ayat Al-quran untuk melantunkan syairnya. Selanjutnya, menurut Pak Jajat Sudrajat selaku Polisi Desa Suralaya masyarakat sunda sehari-hari khususnya desa ini dengan bermacam kerjaan ada pns, bertani kebanyakan, kebiasaan-kebiasaan yang bisa membedakan dengan masyarakat lain, budaya sunda kental gotong royongnya, masih menjaga sistem silaturahim tidak ada perbedaaan, walaupun orang asing dan pendatang, baik sunda mau apapun yang ada lingkungan ini saling menjaga , saling menertibkan itu

(6)

adat sunda disini jadi adat timurnya masih kental. Sifat-sifat masyarakat/kehidupan sehari-hari, karna lekat dengan agama segala sesuatu penuh pertimbangan, jadi selalu memikirikan sebab akibat karana punya pegangan, ada aturan, apa yang dilakukan apa menyenangkan atau menyakitkan orang lain, jadi selalu hati-hati dan selalu waspada.

Selain Pak Mamat dan Pak Jajat kami juga mewawancarai warga sekitar yaitu Ibu Desi dan Teh Oca. Menurut mereka kebiasaan orang sunda sehari-sehari ada yang ke kebun, ke sawah. Kebiasaan yang berbau dengan agama ada pengajian ada yang harian, seminggu sekali, sebulan sekali. Sifat masyarakat sunda disini baik, ramah, komunikasi dengan tetangga baik, tidak bersaing. Masyarakat yang baik menurut masyarakat sunda, ya kalo ada pendatang bersikap yang baik, disambut, terbuka , tidak membeda-bedakan. Begitu juga dengan Ibu Ntin dan Pak Surya, menurut mereka manusia yang bai adalah manusia yang bersahaja dan mau saling tolong menolong, taat beribadah dan terbuka dengan siapa saja termasuk pendatang yang ingin bertamu. Desa yang hampir 99% Tareekat Naqsyabandiyah ini juga memiliki sifat yang didasari oleh nilai-nilai agama.

Sifat sifat masyarakat sunda dalam pandangannya sebagai kepala dusun dan tokoh informal adat melihat bahwa masyarakat sunda adalah masyarakat sunda yang menjalankan ibadah-ibadah agama dan melestarikan tradisi yang dimiliki dan diturunkan oleh nenek moyang mereka seperti kebiasaan melaksanakan pengajian setiap tanggal 23 Hijriah yang biasa disebut dengan Manakiban dan kebiasaan Ziarah atau berkunjung ke maqam yang disertai dengan tradisi membawa makanan atau seserahan serta ritual mensucikan atau memandikan benda benda gaib yang sudah turun-menurun.

Budaya sunda Tanjungkerta kental akan solidaritas masyarakat dan nilai-nilai keagamaannya, terutama hadirnya Pondok Pesantren Suralaya juga memberikan pengaruh penting dalam pelaksanaan ajaran-ajaran islam. Kegiatan dan ajaran-ajaran islam terus berlangsung hingga saat ini yang juga di dukung dengan keyakinan masyarakat Desa Tanjungkerta 100% menganut aliran Tareekat Qodiriyah Naqsyabandiyah.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Desa Godebag yang didalamnya terdapat Pesantren Suralaya mengungkapkan bahwa seharusnya seorang manusia bersifat bersahaja terhadap Bagi pak surya, masyarakat sunda terdari dari individu-individu yang terbuka kepada orang lain dan berperilaku baik baik dari orang tua hingga yang muda harus bisa saling bergaul satu sama lain. Solidaritas masyarakat sunda terlihat dari aktifnya mereka dalam setiap keagamaaan yang dilaksanakan oleh desa, dusun maupun pesantren Suralaya khususnya dalam pelaksanaan pengajian dan penghormatan terhadap leluhurnya.

(7)

TABEL HASIL PENELITIAN

Nama Pandangan

Tentang Manusia

Manusia Baik menurut Masyarakat Sunda

Sifat-sifat masyarakat sunda

Kebiasaan masyarakat sunda

Kepercayaan dalam Sunda

Ciri khas orang sunda Desa Tanjungkerta

Pak Mamat (Kepala Dusun Bojong Benteng)

Rajin Beribadah)

Mempunyai Akhlak yang baik.

Sesuai dengan ajaran-ajaran agama

Pengajian Rutin Bulanan

 100% Aliran

Tareekat Qodiriyah

Naqsyabandiyah

 Ritual ziarah ke makam

 Ritual benda

benda gaib

Kental budaya

(8)
(9)

E. penutup

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki ciri khas yang berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Manusia memiliki daya nalar, berpikir logis, dan menghubungkan ide-ide secara sadar. Setiap manusia memiliki potensi yang tertanam pada dirinya. Potensi tersebut mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu, baik bersifat positif maupun negatif. Setiap masyarakat memiliki konsep manusia ideal sendiri sesuai dengan pemikirannya dan perkembangan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal masyarakat itu sendiri . Konsep manusia ideal secara umum adalah Manusia Berakhlak Mulia sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003. Pesantren Suralaya mengungkapkan bahwa seharusnya seorang manusia bersifat bersahaja terhadap sesasama sebagai bentuk manusia yang baik. masyarakat etnis sunda memandang manusia harus memiliki sikap yang baik dan harus bisa menolong sesamanya, karena apabila kita bisa berperilaku baik kepada orang lain maka orang lain akan berperilaku baik juga terhadap kita. bagi pak surya, masyarakat sunda terdari dari individu-individu yang terbuka kepada orang lain dan berperilaku baik baik dari orang tua hingga yang muda harus bisa saling bergaul satu sama lain.

Perilaku etnis sunda dalam masyarakat di Desa ini menganut sunda asli yang dimana perkataan yang dilontarkan adalah bahasa sunda halus . Kebiasaan-kebiasaan yang bisa membedakan dengan masyarakat lain, budaya sunda kental gotong royongnya, masih menjaga sistem silaturahim , saling mengingatkan dan saling menghargai satu sama lainnya , pendatang pun diperlakukan seperti itu.Ciri khas masyarakat tanjung kerta, dengan masyarakat lain, tidak yang beda. Masyarakat sunda di Desa Tanjungkerta jika ada pendatang bersikap yang baik, disambut, terbuka , tidak membeda-bedakan.Budaya sunda Tanjungkerta kental akan solidaritas masyarakat dan nilai-nilai keagamaannya, terutama hadirnya Pondok Pesantren Suralaya juga memberikan pengaruh penting dalam pelaksanaan ajaran-ajaran islam. Kegiatan dan ajaran-ajaran islam terus berlangsung hingga saat ini yang juga di dukung dengan keyakinan masyarakat Desa Tanjungkerta 100% menganut aliran Tareekat Qodiriyah Naqsyabandiyah.

Gambar

TABEL HASIL PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak masih sering terjadi faktor-faktor yang menyebabkan tingginya pelanggaran lalu

Permasalahan yang sering terjadi pada Klinik Medisina yaitu pada pasien akan melakukan pemeriksaan dan belum mempunyai kartu berobat harus mendaftarkan diri kepada

Jas hujan untuk tim BASARNAS dibuat dengan mengutamakan comfortable (kenyamanan) namun dengan desain yang trendy dan multifungsional. Jas hujan yang di desain agar dapat

Di sisi lain, akuntan berpendapat bahwa risiko terhadap tuntutan hukum lebih besar apabila sejumlah tertentu aktiva tetap dinyatakan terlalu tinggi (overstated) dibandingkan

Akankah esok kembali ,aku masih kau beri kehidupan yang berarti?. Wahai dunia dan

kaitan dengan kegiatan penulis tertarik untuk mengkaji tentang aspek karakteristik individu yang meliputi pendidikan, jenis kelamin, agama, status sosial serta karakteristi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan bunyi dari burung cendet pada peak frekuensi 3000 - 4000 Hz yang dipaparkan selama 1 jam setiap harinya