• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi manfaat nuptk dalam tunjangan (17)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fungsi manfaat nuptk dalam tunjangan (17)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Fungsi Fosfor (P) Bagi Pertumbuhan

Tanaman

Fosfor (P) dalam tanah merupakan unsur hara yang tidak mobil, sebagian besar terikat oleh partikel tanah, sebagian sebagai P organik dan hanya sedikit dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Pada tanah sawah ketersediaan P meningkat setelah penggenangan. Hal ini disebabkan karena penggenangan membantu terjadinya proses reduksi feri fosfat menjadi fero fosfat, hidrolisis aluminium fosfat, peningkatan kelarutan kalsium fosfat dan netralnya reaksi tanah.

Serapan P oleh akar tanaman hanya dapat berlangsung melalui mekanisme intersepsi akar dan difusi dalam jarak pendek sehingga efisiensi pupuk P umumnya sangat rendah, yaitu hanya berkisar antara 15–20%. Dari sejumlah P yang tidak diserap tanaman hanya sebagian kecil yang hilang tercuci bersamaan dengan air perkolasi, sebagian besar berubah menjadi P non mobil yang tidak tersedia bagi tanaman dan terfiksasi sebagai ikatan Al atau Fe-fosfat pada tanah masam atau Ca-fosfat pada tanah alkalis (Adiningsih, 2004).

Fenomena menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat secara terus menerus menyebabkan penimbunan P sehingga menurunkan respon tanaman terhadap pemupukan fosfat. Penimbunan P selain mengurangi efisiensi P juga dapat mempengaruhi ketersediaan hara lain bagi tanaman, diantaranya adalah Fe dan Mn. Oleh karena itu pola pemberian P hendaknya didasarkan pada status P untuk tanah yang bersangkutan (Makarim dkk., 1993).

Dalam tanaman, P merupakan unsur penting penyusun adenosin triphosphate (ATP) yang secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energi yang terkait dalam proses metabolisme tanaman (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Hara P sangat diperlukan tanaman padi terutama pada saat awal pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan tanaman tersebut, P berfungsi memacu pembentukan akar dan penambahan jumlah anakan.

Disamping itu, P juga berfungsi mempercepat pembungaan dan pemasakan gabah. Kerak bumi merupakan sumber dan cadangan P. Kandungan P dalam kerak bumi sekitar 0,12% dengan kelarutan rendah. Meskipun fosfor yang terikat sebagai anion dapat dipertukarkan, tetapi umumnya tetap berada dalam bentuk-bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah-tanah berpasir dengan bahan organik dan cadangan P rendah, tanah masam di lahan kering dengan fiksasi P tinggi seperti tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisols dan Oxisols), tanah sawah yang telah terdegradasi, tanah gambut, tanah sulfat masam di daerah pasang surut, tanah alkaline, dan tanah saline dengan pH>7,5 sering kali kekurangan P (Adiningsih dkk., 1989).

(2)
(3)

Fosfor merupakan unsur hara yang sangat penting bagi tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar, oleh sebab itu fosfor disebut unsur hara makro. Peranan fosfor antara lain :

1. Senyawa-senyawa penting dalam penyusunan jaringan tanaman seperti asam nukleat, fosfolipida dan fitin sangat memrlukan fosfor.

2. Fosfor juga digunakan dalam pembentukan promordia bunga dan organ tanaman lainnya yang berfungsi untuk reproduksi.

3. Fosfor dapat mempercepat masaknnya buah biji tanaman terutama untuk tanaman serealia.

4. Fosfor secara tidak langsung dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat pada daun dan juga pemindahan sukrosa hal ini dikarenakan dalam penyusunan heksosa dan sukrosa sangat dibutuhkan fosfat energi yang tinggi (ATP dan UTP).

5. Fosfor juga berkaitan dengan pembentukan pati pada tanaman kentang, lebih dari 40% fosfor diperkirakan bergabung dengan pati umbi knetang.

6. Selain itu, fosfor juga membantu dalam mendorong pertumbuhan akar tanaman.

Gejala-gejala tanaman kekurangan unsur hara fosfor dapat ditandai dengan :

 Tanaman akan mempunyai volume jaringan yang kecil serta pertumbuhan yang terhambat.

 Warna daun menjadi lebih gelap.

 Terkadang kadar nitrat didalam tanaman menjadi lebih tinggi karena terhambatnya proses perubahan mitrat selanjutnya.

 Pada tanaman jagung, warna daun menjadi keunguan dan kecoklatan.

 Pembentukan antosianin menjadi terhambat.

(4)

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):

1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N

dengan cara:

- menyediakan energi bagi bakteri penambat N

- membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.

2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.

5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam tanah

6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah

7. Meningkatkan suhu tanah

(5)

9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.

Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula memberikan dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat muncul akibat dari penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota adalah meningkatnya logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman, meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat bifenil, fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam organik (propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997) Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur. Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein.

Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:

1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.

2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.

(6)

Manfaat Asam Humat Di Tanah Liat

Posted by sofie on Apr 12, 2010 in Tehnology | 1 comment

Kutukan dari keberadaan setiap tukang kebun adalah tanah liat. Selain merasa seperti Anda berkebun di halaman rumah, tanah liat membuat tugas-tugas seperti biasa menyirami tanaman dan memberi makan masalah besar. Tanah dengan kandungan lempung tinggi menahan air dan tidak mengalir dengan baik, yang menyebabkan masalah akar tanaman. Jika akar berada dalam kesulitan, seluruh tanaman akan segera berada dalam kesulitan. Partikel tanah liat juga memegang erat gizi partikel, yang membuatnya lebih sulit bagi tanaman untuk mengambil nutrisi yang mereka butuhkan dari tanah. Ada cara untuk membantu Anda dibekerja keras, rendahnya bahan organik dalam tanah liat: menambahkan kondisioner tanah dengan asam humik.

(7)

Permasalahan dalam Kimia Tanah Liat

Manfaat asam humik dalam tanaman ada berbagai cara. Yang pertama adalah bahwa hal itu memfasilitasi pertukaran ion. Asam humat memiliki kapasitas tukar kation ( KTK ) yang lebih tinggi, atau CEC. Itu berarti lebih mudah bagi hara tanah partikel untuk bergerak di dalam tanah, dan dengan demikian akan mudah diambil oleh tanaman. Tanah diperlakukan dengan asam humik memiliki ketersediaan gizi jauh lebih baik. Asam humat tidak secara langsung menyediakan tanaman dengan nutrisi, tapi itu tidak membuat apa nutrisi di dalam tanah lebih mudah bagi tanaman untuk mengakses. Asam humik juga mempengaruhi pH tanah, yang mempengaruhi ketersediaan hara. Liat tanah dengan kadar humus yang sangat rendah dapat menjadi terlalu asam, sehingga dalam kondisi buruk untuk pertumbuhan tanaman. Asam humik meningkatkan kapasitas penyangga tanah, dan memungkinkan pH untuk tetap mantap.

Oksigen Permasalahan dalam Tanah Liat

Masalah oksigen secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai masalah kimia juga. Jumlah rendah oksigen dan pertukaran oksigen di dalam tanah menimbulkan masalah dengan akar tanaman. Tanaman dikatakan “makan” karbon dioksida dan melepaskan oksigen. Yang lebih atau kurang benar, untuk suatu titik. Tanaman mengambil karbon dioksida untuk digunakan dalam fotosintesis, reaksi kimia dikatalisis oleh sinar matahari di mana tanaman membuat gula dari karbon dioksida dan air. Ketika tanaman menggunakan gula atau pati yang telah mereka buat selama fotosintesis, proses tersebut disebut respirasi. Oksigen diperlukan untuk respirasi, dan tanaman mendapatkan oksigen dari pengambilan dalam tanah melalui akar mereka. Tanah liat yang terlalu sering tidak memiliki ruang-ruang yang diperlukan untuk oksigen di dalam tanah. Basah, tanah liat yang benar-benar jenuh tidak memiliki ruang untuk oksigen. Ketika tanaman tidak dapat mengambil oksigen melalui akar mereka, mereka menderita. Asam humik dan humus membantu menciptakan ruang-ruang dalam tanah untuk oksigen tersedia bagi akar tanaman.

Asam Humik dan Nutrient uptake

Selain ketersediaan gizi, asupan nutrisi merupakan bagian penting dari pertumbuhan tanaman. Jika gizi yang ada di tanah, tetapi tanaman tidak bisa menyerap mereka, nutrisi menjadi tidak bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian juga menunjukkan bahwa asam humat membuat dinding sel tanaman yang lebih mudah menerima zat gizi dan lebih permeabel terhadap nutrisi. Ini menghemat biaya tanam, serta mendorong pertumbuhan tanaman yang sehat. Jika Anda makan tanaman Anda sedangkan tanaman yang Anda tanam tidak dapat mengambil zat gizi, maka Anda telah menyia-nyiakan waktu dan uang, dan berpotensi mencemari air tanah dengan pupuk kimia yang Anda gunakan.

Di samping banyak cara lain asam humat bermanfaat bagi tanaman, juga membantu

menetralisir efek utama di konten tanah liat, membuat mereka lebih ramah bagi pertumbuhan tanaman.

(8)

Unsur Hara Mikro Esensial : Mangan (Mn) BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman terdiri dari unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan unsur mikro (Zn, Cu, Mn, Mo, B, Fe, dan Cl). Secara umum semua unsur hara bersumber dari bebatuan induk tanah/mineral-mineral, kecuali unsur N yang berasal dari bahan organik. Mineral dalam bebatuan terlarut, unsur hara terbebas dan tersedia bagi tanaman. Suplai unsur hara dari bahan mineral untuk tanaman secara alami cukup bagi pertumbuhan tanaman secara normal, kecuali pada tanah masam seperti pada Oxisols. Tanah ini memiliki sifat kesuburan rendah terutama

tingginya kelarutan unsur-unsur mikro yang dapat menekan pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan da produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna. Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial. ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial: a. Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal. b. Unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain. c. Peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung.

Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan tanaman yaitu air, udara dan unsur hara. Tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan beberapa contoh unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman karena walaupun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit tetapi sangat besar peranannya dalam metabolisme di dalam tanaman (Cottenie, 1983, Harmsen, 1977).

(9)

sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim. Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH. N pada pH 5.5 - 8.5, P pada pH 5.5 - 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 - 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah. Hal ini disebabkan karena pada pH tersebut semua unsur hara esensial baik makro maupun mikro berbeda dalam keadaan yang siap untuk diserap oleh akar tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman.

1.2. Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menginventarisasi /mengumpulkan informasi mengenai unsur hara mikro Mn sehingga makalah ini diharapkan menjadi bahan bacaan yang berguna bagi pembaca. Selain itu diharapkan akan meningkatkan perhatian para peneliti terhadap pentingnya ketersediaan unsur hara mikro khususnya Mangan (Mn).

1.3. Identifikasi Masalah

Dalam makalah ini dibahas segala informasi mengenai unsur Mn yang merupakan salah satu unsur mikro esensial bagi tanaman. Mulai dari ketersediaannya dalam tanah, mekanisme penyerapannya, faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaannya, sumber-sumber Mn, gejala kekurangan, fungsi Mn serta dampak dari kelebihan unsur Mn.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Ketersediaan Unsur Hara Mn di dalam Tanah dan Tanaman serta Faktor Yang Mempengaruhinya Tingkat ketersediaan unsur hara mikro bagi tanaman sangat tergantung pada pH tanah, proses oksidasi reduksi, adanya unsur yang berlebihan dan bahan organik tanah.

Reaksi unsur hara mikro di dalam tanah pada setiap jenis tanah berbeda-beda. Pada tanah yang ber-pH rendah atau bersifat masam, beberapa unsur mikro lebih banyak tersedia terutama dalam bentuk kation diantaranya Fe, Mn, Zn dan Cu. Bila pH tanah naik maka bentuk ion dari kation tersebut berubah menjadi hidroksida/oksida yang tidak tersedia bagi tanaman. Hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan tanaman adalah bahwa setiap jenis tanaman berbeda-beda

kebutuhannya akan unsur mikro sehingga kelebihan sedikit saja akan bersifat racun bagi tanaman. Pada umumnya proses oksidasi terjadi bila didukung oleh pH yang tinggi sedangkan pada pH yang rendah/masam akan terjadi reduksi. Mn, Fe, dan Cu dalam kondisi teroksidasi umumnya kurang larut pada pH yang biasa dijumpai dalam tanah dibandingkan keadaan tereduksi pada tanah-tanah yang sangat masam (reduktif).

Mangan paling banyak diserap dalam bentuk ion mangan. Keberadaan unsur mangan biasanya bersama-sama dengan unsur besi dan unsur besi biasanya terdapat di air tanah. Air tanah umumnya mempunyai konsentrasi karbon dioksida yang tinggi hasil penguraian kembali zat-zat organik dalam tanah oleh aktivitas mikroorganisme, serta mempunyai konsentrasi oksigen terlarut yang relatif rendah, menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi dan mangan bentuk mineral tidak larut (Fe3+ dan Mn4+) tereduksi menjadi besi dan mangan yang larut dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+ dan Mn2+).

(10)

Selain itu besi dan mangan ditemukan pula pada air tanah yang mengandung asam yang berasal dari humus yang mengalami penguraian dan dari tanaman atau tumbuhan yang bereaksi dengan unsur besi untuk membentuk ikatan kompleks organik. konsentrasi mangan pada umumnya kurang dan 1,0 mg/l.

Pada air permukaan yang belum diolah ditemukan konsentrasi mangan rata-rata lebih dari 1 mg/l, walaupun demikian dalam keadaan tertentu unsur mangan dapat timbul dalam konsentrasi besar pada suatu reservoir/tandon atau sungai pada kedalaman dan saat tertentu. Hal ini terjadi akibat adanya aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan dan mereduksi bahan organik dan mangan (IV) menjadi mangan (II) pada kondisi hypolimnion (kondisi adanya cahaya matahari).

Mangan terdapat dalam bentuk kompleks dengan bikarbonat, mineral dan organik. Unsur mangan pada air permukaan berupa ion bervalensi empat dalam bentuk organik kompleks.

Ketersediaan dalam tanah dan kebutuhan normal tanaman akan unsur mikro Unsur Hara Ketersediaan dalam tanah (ppm) Kebutuhan Normal Tanaman (ppm) Boron

Mangan diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Mn++ dan Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari organ yang satu ke organ lain yang membutuhkan.

2.3. Peranan Unsur hara Mangan (Mn)

(11)

Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase sehingga tunbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam pemecahannyamenjadi hidrogen dan oksigen.

Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:

a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi

Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mengsubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.

2.4. Gejala Kekurangan/Defisiensi Unsur Hara Mn

Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara. bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik.

Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.

Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif, seringkali defisiensi satu unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan tidak mudah membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan penyakit menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai macam sebab.

Gejala dari defisiensi mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada daun. Mobilitas dari mangan adalah kompleks dan tergantung pada spesies dan umur tumbuhan sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih tua.. Kekurangan mangan ditandai dengan

menguningnya bagian daun diantara tulang-tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiir tetap berwarna

hijau. Bagian yang menguning tersebut akan mati dan meninggalkan

lubang-lubang berbentuk memanjang. Kekurangan Mn sering terjadi sebagai akibat pemupukan Fe berlebihan sehingga menyebabkan Mn menjadi tidak tersedia.

Gambar 1. Gejala Kekuranga Unsur Mn

Pada tanaman melon, Gejala yang dapat terlihat adalah ditandai dengan adanya bintik-bintik klorosis pada permukaan daun lebih tua yang menghadap tangkai.

(12)

Mangan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 20 sampai 3000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn.

Sumber-sumber Mangan adalah: a. Batuan mineral Pyroluste Mn O2 b. Batuan mineral Rhodonite Mn SiO3 c. Batuan mineral Rhodochrosit Mn CO3 d. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis

Pemupukan Mn dapat dilakukan melalui daun dan tanah. Jika melalui daun (Foliar application) dilakukan dengan menyemprot larutan pupuk ke permukaan bawah daun, namun dalam aplikasi melalui daun ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu : konsentrasi Mn dalam larutan bahan, lamanya kontak dengan daun dan temperatur. Jika melalui tanah, dengan memberikan Mn dalam bentuk MnO2. biasanya pemupukan Mn pada tanah sebanyak 5-40 kgMn/ha.

Jenis pupuk Daun yang mengandung unsur hara mikro (Mn) yaitu pupuk daun. Jenis-jenis pupuk tersebut antara lain :

1. Pupuk Organik (di pasaran)

- hi grow protect, Pupuk Lengkap Cair yang mengandung unsur hara essensial baik unsur hara makro (N,P, K, Ca, Mg, S) maupun Mikro (Zn, Fe, Mn, Cu, B, Mo, Cl) yang wajib dibutuhkan oleh tanaman apapun. BioIntra, MultiTonik, Bayfolan, dll

- Pupuk Super Bionik, merupakan pupuk organik cair alami berkualitas tinggi dengan hasil ekstrasi berbagai limbah organik (limbah ternak, limbah tanaman dan limbah alam lainnya) yang diproses berdasar teknologi berwawasan lingkungan (bioteknologi). Super Bionik adalah terobosan teknologi unggulan yg ramah lingkungan untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas. Mengandng hara makro maupun mikro makro (N, P, K, CA, Mg, S, B, Fe, Cu, Cl, Mn, Zn, dan Mo) dalam bentuk tersedia (dpt diserap tanaman) dalam komposisi yamg optimal untuk memcu pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Sehingga aplikasi interval waktu relatif pendek dan kontinyu dapat mengurangi pemakaian pupk anorgonaik hingga 50% atau lebih.

- Pupuk Majemuk Lengkap Tablet (Pmlt), merupakan pupuk majemuk yang mengandung hara makro (N,P2O5, K2O, MgO, CaO, S) dan mikro (Fe, Mn, B, Cu dan Zn) berbentuk tablet dengan formula spesifik lokasi atas dasar kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Selain mengandung hara lengkap, PMLT-Suburin bersifat lepas hara lambat dengan durasi kurang lebih 12 bulan. - dll

2. Pupuk AnOrganik, contohnya : Gandasil B dan D, dll.

2.6. Unsur Mangan dengan Konsentrasi Tinggi

Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO2 dan pada dasar perairan tereduksi menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu pemakaian air berasal dari dasar suatu sumber air, sering ditemukan mangan dalam konsentrasi tinggi.

(13)

atau MnCO3 meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan relative lambat. Secara visual dalam air yang banyak mengandung mangan berwarna kehitam – hitaman.

Jika konsentrasi besi dan mangan di dalam air relatif besar, akan memberikan dampak sebagai berikut :

Menimbulkan penyumbatan pada pipa disebabkan secara langsung oleh deposit (tubercule) yang disebabkan oleh endapan besi :

1. Secara tidak langsung, disebabkan oleh kumpulan bakteri besi yang hidup di dalam pipa, karena air yang mengandung besi, disukai oleh bakteri besi.

2. Selain itu kumpulan bakteri ini dapat meninggikan gaya gesek (losses) yang juga berakibat

meningkatnya kebutuhan energi. Selain itu pula apabila bakteri tersebut mengalami degradasi dapat menyebabkan bau dan rasa tidak enak pada air.

3. Besi dan mangan sendiri dalam konsentrasi yang lebih besar dan beberapa mg/L, akan memberikan suatu rasa pada air yang menggambarkan rasa logam, atau rasa obat.

Meninggalkan noda pada bak-bak kamar mandi dan peralatan lainnya (noda kecoklatan disebabkan oleh besi dan kehitaman oleh mangan). Pada ion exchanger endapan besi dan mangan yang

terbentuk, seringkali mengakibatkan penyumbatan atau menyelubungi media pertukaran ion (resin), yang mengakibatkan hilangnya kapasitas pertukaran ion. Menyebabkan keluhan pada konsumen (seperti kasus “red water”) bila endapan besi dan mangan yang terakumulasi di dalam pipa, tersuspensi kembali disebabkan oleh adanya kenaikan debit atau kenaikan tekanan di dalam pipa/system distribusi, sehingga akan terbawa ke konsumen.

Ada beberapa prinsip proses penghilangan besi dan mangan yaitu : pertukaran ion (ion exchange), proses secara biologis, tetapi yang umum digunakan pada sistem penyediaan air adalah proses oksidasi secara kimiawi, yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan merubah bentuk besi dan mangan terlarut menjadi bentuk besi dan mangan tidak larut (endapan). Proses ini dilanjutkan dengan pemisahan endapan/suspensi/dispersi yang terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan atau filtrasi. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan endapan ini, bila perlu menggunakan proses koagulasi-flokulasi dilanjutkan dengan sedimentasi dan filtrasi.

Besi dan mangan dapat diendapkan sebagai senyawa dengan karbonat pada air yang mengandung karbonat (alkalinitas), dengan penambahan kapur atau soda. Pengendapan ini berlangsung pada kondisi anaerobik. Kelarutan Fe (II) dan Mn(II) ditentukan oleh konsentrasi total karbonik. Pada kondisi tersebut, Fe (II) dan Mn (II) karbonat dapat diharapkan mengendap seluruhnya pada pH > 8 dan 8,5. Pengendapan Fe (II) hidroksida dan Mn (II) hidroksida pada pH ± 11. Campuran dua macam endapan tersebut, terbentuk dalam proses Kapur – Soda. Besi dan mangan akan lebih baik bila diendapkan dengan jalan oksidasi oleh oksidator seperti O2 ; O3 ; Klor/senyawa klor ; KMnO4, karena kelarutan dari bentuk Fe (III) trihidroksida dan Mn (IV) dioksida adalah lebih rendah dibandingkan dengan senyawa Fe (II) dan Mn (II) karbonat. Kecepatan oksidasi Fe (II) oleh oksigen sangat rendah dalam kondisi nilai pH rendah. Dalam hal ini pH perlu dinaikkan dengan mengurangi konsentrasi CO2 atau dengan penambahan alkali (kapur).

Kecepatan oksidasi Mn (II) relatif lambat pada pH < 9, pengaruh katalisator dari endapan Mn (IV) sangat diperlukan. Morgan menunjukkan bahwa efek utama dari MnO2 mengadsorpsi Mn (II), dengan cara demikian memberikan pengaruh dalam penghilangan mangan selama proses filtrasi. Kemudian Mn (IV) yang mengadsorpsi, melanjutkan oksidasinya secara perlahan-lahan.

(14)

Penambahan MgO pada air yang mempunyai pH rendah dapat menaikan kecepatan oksidasi Fe (II) tanpa menaikan pH yang berarti bagi air yang dihasilkan (air hasil olahan).

Pembentukan besi (III) dan mangan (IV) dipengaruhi oleh pH, pada pH antara 6,9 – 7,2. Reaksi pembentukan Fe (III) dapat terjadi dengan cepat, sedangkan reaksi pembentukan Mn (IV) akan lambat bila pH dibawah 9,5. Penggunaan klor sebagai oksidator biasanya untuk mengolah air dengan kandungan besi (II) dan mangan (II) kurang dari 2 mg/l. Pembentukan Fe (III) dan Mn (IV) tergantung pada pH. Pada pH 7,5 klor berbentuk 50 % asam hipoklorit (HOCI) dan 50 % ion hipoklorit (OCI)-. Reaksi oksidasi pada besi (II) lebih cepat dibanding dengan Mangan (II), batas pH untuk

pembentukan mangan (IV) adalah 5 – 7 . Pada reaksi terhadap oksidator KMnO4 maka akan terjadi reaksi sebagai berikut : Mn2+ + 2ClO2 + 2H2O ———–> MnO2 + 2O2 + 2Cl− + 4H+

BAB III KESIMPULAN

Selain unsur hara makro (N, P, K) unsur lain yang dibutuhkan tanaman tidak itu saja meliankan ada 16 macam unsur yang terbagi atas unsur hara makro (C,H,O,N,P,K.Ca,Mg dan S) dan unsur mikro (Fe, Mn, Mo, B, CU,Zn, dan Cl).

Bila penerapan pemupukan yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Padahal

meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim.

Unsur Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan sebagai koenzim. Mangan berperan serta sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase sehingga tunbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam

pemecahannyamenjadi hidrogen dan oksigen.

Sumber Mangan diantaranya ada yang berasal dari pelapukan batuan, melalui pemupukan, dan pelapukan bahan organik.

DAFTAR PUSTAKA

Cottenie, A., 1983. Trace Elements In Agriculture and In The Environment. Laboratory of Analytical and Agrochemistry, Faculty of Agriculture, State University of Ghent, Belgium.

(15)

Judi Ginta. 2005. Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Tanaman . Diadses pada web

www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc. (Diakses pada tgl. 18 November 2008).

Karomatul. 2008. Fisiologi Tumbuhan. Diakses pada web www.multiply.com (pada tgl. 18 November 2008).

Lahudin. 2007. Aspek Unsur Hara Mikro Dalam Kesuburan Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan.

NN. 2008. Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dalam Eustaria. Diakses pada web http://www.idwordspace/tag/wawasan (pada tgl. 18 November 2008).

NN. 1986. Mengenali gejala Keracunan Mn dan Defisiensi Mg pada tanaman Melon di tanah asam. Sumber Horticulture Science 21.

NN. Senyawa mikro dan kultur jaringan. Diakses pada web http://e-learning.unram.ac.id (pada tgl. 18 November 2008).

Suyono, D. Aisyah. 2008. Pupuk dan Pemupukan. Unpad Press : Bandung.

Yudhi. 2007. Jangan Sepelekan Unsur Hara Mikro pada Tanaman Anda. Diakses pada web

(16)

Gerakan Hara Dalam Tanah

Posted by meyovy on Januari 3, 2013 · Tinggalkan Sebuah Komentar

1 Vote

Ion di dalam tanah tanah akan bergerak menuju permukaan akar dengan mekanisme berikut: root interception, mass flow atau diffusion.

Pemasokan dan pengangkutan hara:

1. intersepsi akar semata-mata berkaitan dengan pemasokan hara (solely a supply mechanism).

2. aliran massa dan difusi merupakan pemasokan dan pengangkutan hara (mechanisms of supply and transport).

3. memahami bagaimana hara bergerak, sangat penting untuk memahami dampaknya bagi lingkungan, juga dalam penyerapan hara.

Intersepsi akar

(17)

misalnya Ca dan Mg, atau hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil bagi tanaman seperti Zn dan Mn dan hara mikro lainnya.

Intersepsi dipengaruhi oleh semua yang mempengaruhi pertumbuhan akar: tanah yang kering, tanah mampat, pH tanah yang rendah, keracunan Al dan Mn, kekahatan hara, kegaraman, aerasi buruk, penyakit akar, serangga, nematoda, temperatur sangat tinggi atau sangat rendah. Pertumbuhan tanaman berpengaruh paling besar terhadap proses intersepsi, meskipun juga berpengaruh terhadap dua mekanisme lainnya.

Hara yang masuk melalui intersepsi tergantung pada kadar hara dalam tanah, volume tanah yang dijelajahi akar, akar menempati 1 – 2% volume tanah, pada permukaan tanah akar lebih rapat.

Proses intersepsi atau pertukaran langsung dapat digambarkan sebagai berikut:

 [rambut akar] H+ denganK+ [lempung/BO]

 pertukaran=> => =>

 [rambut akar] K+ dengan H+ [lempung/BO]

Hal ini terjadi karena akar juga memiliki KPK yang berumber dari gugus karboksil (seperti dalam bahan organik): COOH <–> COO- + H+. Besarnya kpk akar pada monokotil 10 – 30

meq/100 g dengan sifat kation monovalen lebih cepat diserap, sedangkan akar dikotil memiliki KPK 40 – 100 meq/100 g dengan sifat kation divalen lebih cepat diserap.

Aliran masa (mass flow)

Hara terlarut terbawa bersama aliran air menuju akar tanaman, aliran air dipengaruhi oleh transpirasi, evaporasi dan perkolasi. Jumlahnya proporsional dengan laju aliran (volume air yang ditranspirasikan) dan kadar hara dalam larutan tanah.

Aliran masa memasok hampir seluruh hara mobil yang diperlukan tanaman yaitu: NO3-,

SO42-, Cl-, and H3BO3. Seringkali memasok hara Ca dan Mg yang berlebihan. Dengan

demikian dapat memenuhi kebutuhan Cu, Mn, and Mo, serta memenuhi sebagian kebutuhan Fe and Zn.

Faktor yang mempengaruhi aliran masa adalah :

1. kadar lengas tanah: tanah yang kering tidak ada gerakan hara,

2. temperatur: temperatur yang rendah mengurangi transpirasi dan evaporasi,

3. ukuran sistem perakaran: mempengaruhi serapan air.

Pengaruh kerapatan akar terhadap pasokan hara oleh aliran masa lebih ringan dibanding terhadap intersepsi akar dan difusi.

(18)

Ion bergerak dari wilayah yang memiliki kadar hara tinggi ke wilayah yang lebih rendah kadar haranya. Akar menyerap hara dari larutan tanah. Kadar hara di permukaan akar lebih rendah dibandingkan kadar hara tersebut larutan tanah di sekitar akar. Ion bergerak menuju permukaan akar. Mekanisme ini sangat penting bagi hara yang berinteraksi kuat dengan tanah. Terutama untuk memasok hara P dan K, juga hara mikro Fe dan Zn.

Laju difusi proporsional dengan gradien konsentrasi, koefisien difusi dan wilayah yang tersedia untuk terjadinya difusi. Persamaan difusi “Hukum Fick”:

dC/dt = De. A.dC/dX

dC/dt = laju difusi (perubahan konsentrasi antar waktu) De = koefisien disfusi efektif

A = luas penampang difusi

dC/dX = gradien konsentrasi (perubahan konsentrasi antar jarak)

Koefisien difusi efektif (effective diffusion coefficient)

De=Dw.Θ(1/T).(1/b)

Dw = koefisien difusi dalam air Θ = kadar air tanah volumetrik T = faktor kelikuan (tortuosity)

b = daya sangga tanah (soil buffering capacity)

Koefisien difusi dalam air dipengaruhi temperatur, jika dingin difusi lebih lambat. Kadar air tanah, jika kering difusi lebih lambat, kurang air, wilayah yang dilewati difusi lebih sempit. Kelikuan (tortuosity), jalur dalam tanah tidak lurus, tetapi melalui sekeliling partikel tanah yaitu lapisan air yang sangat tipis. Hal ini dipengaruhi oleh tekstur tanah dan kadar airnya. Jika lebih banyak lempung maka jalur difusi lebih panjang. Lapisan air lebih tipis, jalur difusi lebih panjang. Daya sangga tanah (buffering capacity): hara dapat diambil melalui jerapan tanah selama bergerak tersebut, hal ini akan menurunkan laju difusi.

(19)

PENYAKIT ABIOTIK

PENYAKIT ABIOTIK

Mungkin lebih dari 50% dari semua gangguan pada tumbuhan disebabkan oleh lingkungan, keadaan hara atau keadaan fisik yang tidak sesuai, yang kesemuanya disebut fisiopat. Penyakit penyakit yang disebabkan oleh fisiopat ini disebut penyakit abiotik, fisiologis, atau fisiogenik, yang sering juga di sebut sebagai penyakit tak menular (noninfctius). Berat atau ringannya penykit tergantung dari berapa jauhnya penyimpangan dari keadaan yang optimum.

Karena pada umumnya tidak tumbuh dalam keadaan optimum, secara teori sebagian besar tumbuhan mengalami pnyakit abiotik. Tetapi jika penyimpangannya hanya sedikit, tumbuhan tidak menunjukan gejala yang jelas dan dalam peraktek disebut sehat.

Gejala dan penyebab penyakit abiotik pada umumnya kurang diketahui. Untuk mengadakan diagnosis diperlukan pengetahuan tentang cara bercocok tanam, keadaan hara dan keadaan luar yang cocok bagi tiap jenis tumbuhan, bahkan sering bagi tiap varietas, karena keadaan yang baik sesuatu jenis dapat merugikan jenis lain.

KEADAAN TANAH

1.Kelembapan tanah

(20)

Hidrofit adalah tumbuhan air, misalnya padi sawah. Xerofit adalah tmbuhan tanah kering, seperti kaktus, yang sangat tahan terhadap kekeringan. Mesofit berada diantara kedua golongan itu dalam kebutuan akan airnya. Kebanyakan tanaman pertanian termasuk kedalam golongan mesofit.

Pada umumnya kekurangan air dapat menybabkan hambatan pertumbuhan, warna daun pucat, tumbuhan cepat masak (tua) atau mati. Tanaman jagung muda yang tidak mendapat cukup air ruas ruasnya kurang memanjang, sehingga daun daun tampak berdesak desak.

Pengaruh terlalu banyak air pada umumnya bersipat tidak langsung. Kelebihan air dalam tanah menghambat perkecambahan biji dan memperlemah tumbuhan dalam semua tingkat pertumbuhan. Sebenarnya air sendiri tidak merugikan, tetapi ini dapat mengurangi jumlah oksigen dalam yang diperlukan oleh akar akar. Akar dapat juga menjadi lemah dan mudah diserang oleh patogen busuk akar.

Pergantian dari kering ke basah yang terjadi dengan tiba tiba dapat menyebabkan pecahnya buah buahan, antara lain mangga dan pisang. Masa kering menyebabkan kulit agak mengeras, sehingga tidak dapat mengikuti perkembangan bagian dalam buah karena tersedianya air secara mendadak. Pada mangga gejala ini sering terjadi pada varietas yang buahnya kurang berserat. Seringkali buah bercelah dalam, bahkan hampir terbelah memanjang. Pada kentang pergantian kering ke basah mendadak menyebabkan terjadinya umbi yang bentuknya tidak teratur.

2.Struktur tanah

Struktur fisik tanah dapat memberikan pengaruh langsung terhadap tumbuhan, misalnya adanya lapisan yang keras dan padat yang menghalangi perkembangan akar tumbuhan. Struktur fisik juga dapat berpengaruh terhadap aerasi dan kapasitas menahan air (water holdingcapacity). Tanah lempung berat yang tidak mengandung bahan organik di waktu musim hujan tidak mengering dengan cepat, tetapi pada musim kemarau tanah dapat menahan kelembapan yang cukup. Tanah yang mempunyai tekstur kasar biasanya tidak menahan air, sehingga tumbuhan di sana mudah menderita kekeringan.

3. Kahat (kekurangan) oksigen

Kebanyakan tumbuhan membutuhkan oksigen yang cukup didalam tanah. Kebutuhan akan oksigen ini berbeda beda. Aerasi tanah sangat dipengaruhi oleh struktur dan kelembapan. Di tanah tanah berat aerasi tanah dapat dipebaiki, antara lain dengan pandangiran, drainasi, dan pembuatan rorak rorak.

4. Kahat (kekurangan) unsur unsur hara

Selain air, oksigen, dan asam arang tumbuhan memerlukan nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, besi, mangan, belerang, borium tembaga, molibdenium (Mo), dan seng (Zn), dan beberapa unsur lain. Unsur unsur yang perlukan dalam jumlah yang lebih banyak disebut unsur hara makro, dan unsur unsur ini sudah biasa diberikan sebagai pupuk pupuk buatan. Unsur unsur lain diperlukan dalam jumlah yang kecil, cukup beberapa ppm dalam larutan tanah. Unsur unsur ini disebut unsur unsur hara mikro, misalnya borium, tembaga, mangan, seng, dan molibdenium. Kekurangan unsur unsur ini dapat menyebabkan penyakit kelaparan (defisiensi)

(21)

a. Nitrogen . Unsur ini diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk pembentukan protein dan sering berada dalam keadaan yang kurang. Dengan demikian nitrogen merupakan unsur penting dalam pembentukan enzim, nukleotida, dan banyak persenyawaan antara, maupun bagian bagan sel. Nitrogen juga turut membentuk lignin (zat kayu).

Tumbuhan yang kahat nitrogen akan merana, kurang membentuk cabang, daun jarang, klorotik merata, hijau pucat. Kadang kadang agak kekuning kuningan, kemerah merahan, atau agak ungu. Daun daun cepat rontok dan tumbuhan kurang menghasilkan biji dan buah

Sebaliknya kelebihan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan sukulentik, perpanjangan masa vegetatif, dan penundaan kemasakan. Pada padi padian kelebihan nitrogen menyebabkan lemahnya batang sehingga tanaman mudah rebah. Selain itu tanaman tidak tahan panas dan kering. Pada tembakau kelebihan nitrogen sangat mengurangi daun. Pada jagung kelebihan nitrogen menyebabkan klorosis pada ujung ujung daun.

b. Fosfor. Di samping kahat nitrogen, kahat fosfor sering terjadi. Fosfor merupakan unsur penting dalam banyak persenyawaan yang terkait dalam fotosintesis, seperti ATP, PGA, NADP, dan heksosa fosfat juga merupakan begian protein dan fosfolipid dalam membran sel.

Gejala kekurangan fosfor tidak selalu khas sehigga sukar di kenal. Daun daun kecil, agak tegak, warnanya lebih tua (hiperklorofilase) dan sering terdapat nekrosis nekrosis. Pembentukan tunas tunas lateral kurang. Pada padi padian sering daun berwarna kemerah merahan atau keungu unguan karena terbentuknya antosianin. Pada kopi Arabika dan karet daun daun tua berwarna hijau kemerah merahan atau merah perunggu.

Kahat fosfor menyebabkan tumbuhan kurang membentuk bunga dan buah. Juga kurang membentuk akar, sehingga tanaman kurang tahan terhadap kekeringan. Pada kacang kacangan akar yang sedikit itu kurang membentuk bintil akar, seperti pada kedelai.

c. Kalium. Meskipun tidak menjadi bagian persenyawaan organik tertentu di dalam sel, kalium berperan dalam keseimbangan ion, hidratasi,dan permeabilitas membran. Jika kalium tidak ada, fotosintesis, sintesis protein, dan transkolasi akan sangat terganggu.

Kahat kalium sering di sebut ''kelaparan kalium'' (potash hunger). Ini juga sering terjadi dan menimbulkan gejala yang agak khas. Pada umumnya terjadi klorosis pada ujung dan tepi daun, yang di mulai dari daun daun tua.Jaringan klorosis akhirnya berkembang menjadi nekrosis yang berbentuk hurup V. Pada helaian daun sering terjadi bercak bercak nekrotik tersebar.

Karena fotosintesis sangat terganggu, alat alat yang mengandung banyak karbohidrat seperti umbi dan biji biji kurang berkembang. Tanaman umbi umbian pada umumnya memerlukan pupuk kalium lebih banyak. Dulu pernah diduga bahwa penyakit mentek pada padi disebabkan oleh kelaparan kalium.

d. Magnesium. Magnesium adalah unsur esensial pembentuk klorofil, dan dalam bentuk ion bebas merupakan aktivator banyak enzim respirsi.

(22)

e. Besi. Besi merupakan komponen penting pada banyak enzim protein logam, sitokrom, dan leghemoglobin dalam bintil akar tanaman kacang kacangan. Bila besi tidak ada, klorofil tidak akan terbentuk.

Kahat besi menyebabkan terjadinya klorosis, yang tampak paling jelas pada daun muda. Sering kali daun berwarna kuning, bahkan sama sekali putih dan berkerut, seperti yang terjadi pada daun karet. Pada kopi Arabika tulang tulang daun tetap berwarna hijau sehingga terlihat seperti jala hijau. Bagian bagian yang klorosis cepat mati. Ranting ranting mati ujungnya. Pada tebu daun daun klorosis bergaris garis yang merata pada daun daun.

Kekurangan besi sering terjadi pada tanah tanah yang banyak mengandung kapur. yang menyebabkan besi kurang tersedia bagi tanaman.

f. Kalsium. Unsur ini di butuhkan dalam jumlah sedikit untuk pembelahan sel. Lamela tengah diantara dinding dinding sel terdiri atas kalsium pektat. Seperti halnya dengan kalium, kalsium banyak berada dalam bentuk ion bebas yang berperan dalam keseimbangan oin dan permeabilitas membran.

Kahat kalsium menyebabkan kurang berkembang atau matinya jaringan jaringan meristem, yang diikuti oleh matinya tumbuh atau matinya seluruh tumbuhan. Pada helaian dan tepi daun dapat terjadi klorosis dan nekrosis,. Daun agak menggulung kebawah. Tumbuhan kurang membentuk umbi, biji, dan buah. Pada tomat , kahat kalsium yang terjadi pada waktu pembentukan buah dapat

menyebabkan pembusukan yang khas pada ujung ujung buah yang sedang berkembang, yang dikenal sebagai blossom-end rot.

Di sini kahat kalsium dapat terjadi karena pemberian pupuk nitrogen yang berlebihan, pertumbuhan tanaman yang cepat, atau karena meningkatnya kelembapan tanah secara mendadak.

Di indonesia sering kali bagian tengah umbi kentang berwarna coklat seperti bergabus, yang setelah di masak menjadi keras dan tidak dapat dimakan. Gejala ini disebut nekrosis empulur (mergnecrose, Bld.). Bagian diatas tanah tanaman yang bersangkutan tidak bergejala penyakit. Ternyata gejala tersebut disebabkan karena tanah kurang mengandung kalsium. Jenis kentang ditanam pada waktu (kentang berdaging putih) sangat rentan terhadap kahat kalsium. Karena kentang diusahakan sekarang (berdaging kekuningan) tidak peka terhadap kekurangan kalsium, nekrosis empulur tidak pernah disebut sebut lagi.

g. Mangan. Unsur ini adalah aktivator enzim enzim respirasi, berperan dalam sintesis klorofil dan dalam reaksi fotokimia pada fotosintesis.

Kekurangan mangan menyebabkan bercak bercak klorosis dan nekrosis yang tersebar pada daun daun muda. Pada padi pada daun muda terjadi klorosis di antara tulang tulang daun, sedang daun daun tua tetap hijau atau hijau kekuningan. Pada tebu daun bergaris garis seperti pada kahat besi, tetapi disini klorosis terutama terdapat pada ujung dan bagian tengah daun. Tumbuhan yang kahat mangan terhambat pertumbuhannya dan cepat mati. Kekurangan mangan sering terjadi ditanah yang netral atau alkalis.

h. Belerang. Unsur ini merupakan pembentuk banyak protein dan enzim, juga ko-faktor, seperti ko-enzim A, tiamin, dan biotin.

(23)

kuning terang (kunning emas) dan daun daun tua cepat mengeringnya. Pada karet daun menguning dan berbercak seperti marmer (marbling)

i. Borium. Unsur ini berperan dalam pembelahan sel, diferensiasi sel sel penyusun berkas pembuluh dan koordinasi proses proses pertumbuhan. Cara kerja yang sebenarnya dari borium belum diketahui dengan tepat.

Kahat borium menyebabkan atrofi dan nekrosis pada jaringan jaringan meristem. Karena itu bagian tumbuhan yang masih muda, yang sedang mengadakan pertumbuhan sering menguning dan mati. Pada kacang kacangan perkembangan bintil akar sangat terhambat. Pada tembakau Deli kekurangan borium menyebabkan busuk ujung (top rot). Pada kelapa sawit anak daun seperti kait yang disebut hook leaf . Kadang kadang anak daun tidak berkembang sehingga daun hanya terdiri dari pelepah dengan anak anak daun yang sangat pendek. Pada apel terjadi internal cork dan saledri cracked steam.

j. Tembaga. Enzim enzim yang mengandung tembaga memegang peran penting pada

berbagai reaksi oksidasi dalam sel. Tembaga juga merupakan bagian nitrat reduktase. Mungkin unsur ini berperan pada tahap fotokimiawi pada fotosintesis.

Kahat tembaga menyebabkan matinya daun yang tampak layu mulai dari ujungnya. Bagian bagian tertentu dapat mengalami distrosi. Pada jeruk kekurangan tembaga menyebabkan mati pucuk.

k. Seng. Seng (Zn) merupakan komponen dari banyak enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, dan sintesis protein protein dan auksin auksin.

Pada umumnya kahat seng menyebabkan klorosis, nekrosis, terbentuknya daun daun kecil, dan defoliasi. Pada beberapa tumbuhan daun menebal dan mengeriting. Ranting ranting mati ujugnya. Ruas ruas kurang memanjang sehingga terjadi gejala pusar (roset). Pada jeruk, selain pusar, juga terbentuk daun daun kecil yang berbercak bercak. Pada beberapa macam tumbuhan kahat seng menimbulkan gejala yang khas, yaitu daun daun muda berbentuk sabit (sickle leaf), seperti yang terjadi pada teh dan mangga.

l. Molibden. Unsur ini merupakan kopaktor yang khas dalam reduksi nitrat, merupakan komponen berbagai enzim-logam, memegang peran yang penting dalam fiksasi nitrogen dalam bintil akar kacang kacangan.

Kahat molibden (Mo) menyebabkan kurang berkembangnya helaian daun, sehingga daun hanya terjadi dari tulang tulang daun saja. Pada tembakau sering terdapat penyakit ''cacar'' atau ''cemara'' (frenching), yang mungkin disebabkan karena kahat molibden. Ada juga yang menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan karena toksin yang di hasilkan oleh Bacillus cereus.

5. Kelebihan Kemikalia

Kelebihan kemikalia secara langsung dapat menyebabkan keracunan dan menyebabkan kerusakan tumbuhan. Secara tidak langsung ini dapat mempengaruhi pelarutan dan penyerapan unsur unsur lain.

(24)

di tanah dapat menghambat pertumbuhan yang dapat mematikan. Kelebihan kalsium dapat mengurangi tersedianya (avaliability) mangan, besi, dan unsur unsur tertentu lainnya. Sebaliknya besi, mangan, dan magnesium jika berlabihan dapat menyebabkan tumbuhan mengalami kekurangan unsur unsur lain.

Unsur tertentu dapat merugikan tumbuhan, tetapi keracunan ini dapat berkurang apabila ada unsur lain. Meskipun demikian, kelebihan unsur unsur yang larut dapat menyebabkan kerusakan pada biji biji yang berkecambah, tumbuhan yang masih muda maupun yang sudah dewasa.

Pemberian pupuk sintetik yang berlebihan pada waktu dan tempat yang tidak tepat sering menyebabkan kerusakan.

Garam garam alkali, misalnya garam dapur (NaCI), jika berlebihan dapat merusak tumbuhan. Tumbuhan mempunyai ketahanan yang berbeda beda terhadap alkali. Pada tebu penyakit yang terjadi karena kadar garam yang tinggi didaerah pantai (Cirebon dan tegal) disebut ''kemasinan''. Gejala tampak lebih jelas dalam cuaca kering karena meningkatnya kadar garam secara relatif. Gandum adalah sangat peka sedangkan bit gula dan rumput rumput tertentu sangat tahan. Gejala ''alkali sickness'' ini agak berbeda beda pada bermacan macam tumbuhan, antara lain matinya semai semai, hambatan pertumbuhan , kelayuan, gugurnya daun, klorosis, dan menebal atau mengecilnya daun daun.

Tanah yang banyak mengandung besi dalam keadaan kurang oksogen dan masam dapat tereduksi manjadi fero yang mudah larut dalam air dan di serap oleh akar sehingga menyebabkan keracunan. Pada tebu penyakit ini disebut ''penyakit Kalimati''. Penyakit ini dapat dikurangi dengan pemberian pupuk kalium yang dapat menghilangkan pengaruh buruk keracunan besi.

6. Reaksi Tanah

Ketahanan tumbuhan akan kemasaman tanah berbeda beda. Leeguminosae pada umumnya meyukai tanah alkalis. Kebanyakan tumbuhan pertanian dapat tumbuh cukup baik di tanah yang mempunyai pH 3-4. Pada umumnya kadar ion H mempunyai pengaruh terhadap tersedinya unsur unsur hara. Pada tanah masam besi dan unsur unsur lain mudah tersedia, sehingga dapat

(25)

Busuk Batang dan Busuk Daun

Gejala serangan penyakit busuk batang dan busuk daun dicirikan oleh:

· Infeksi pertama terjadi pada titik tumbuh, bunga dan pucuk daun, kemudian menyebar ke bagian bawah tanaman.

· Pucuk daun berubah warna dari hijau muda menjadi warna coklat, lalu hitam dan akhirnya membusuk.

· Busuk ini merata menuju ke bagian bawah tanaman dan menyerang kuncup bunga yang lain, sehingga seluruh bagian atas tanaman terkulai.

· Batang yang terserang menjadi busuk kering, kulitnya mudah terkelupas, akhirnya tanaman mati.

· Dalam kondisi kelembaban tinggi terbentuk bulu-bulu berwarna hitam yang muncul dari jaringan yang terinfeksi cendawan.

Untuk mengendalikan penyakit busuk batang dan busuk daun dapat dilakukan dengan: · Sanitasi lapangan dengan cara memusnahkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dan gulma yang bersifat inang

· Rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang, seperti dari padi-padian dan palawija · Pengendalian serangga inang yang dapat menularkan dari satu tanaman ke tanaman lain · Mengatur waktu tanam yaitu dengan tidak menanam cabai merah pada musim hujan dengan curah hujan tinggi.

(26)

EKNOLOGI TEPAT GUNA

WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi

Alat Pengolahan | Budidaya Pertanian | Budidaya Perikanan | Budidaya Peternakan |

Pengelolaan dan Sanitasi | Pengolahan Pangan

TTG - BUDIDAYA PERTANIAN M E L O N

( Cucumis melo L.)

(27)

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.

2. JENIS TANAMAN

Jenis-jenis melon yang terkenal adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid (1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem, Hacken Sack dan Osage (1881–1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto (1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939). Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para ahli mengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu:

1) Tipe Netted-Melon

1. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara 75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.

2. Varietas:

1. Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala dan harum;

2. Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan harum.

2) Tipe Winter-Melon

1. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat untuk masak antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untuk disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman hias.

2. Varietas:

1. Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan diameter 2,5–7,5 cm;

2. Cucumis melo var. flexuosus, permukaan buah halus, buah memanjang antar 35–70 cm;

3. Cucumis melo var. dudain, ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman hias;

4. Cucumis melo var. chito, ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias.

(28)

Buah melon dimanfaatkan sebaga makanan buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi.

4. SENTRA PENANAMAN

Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.

2. Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah.

3. Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya.

4. Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon tidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.

5. Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit.

5.2. Media Tanam

1. Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.

2. Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2.

3. Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan optimal.

(29)

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.

2) Penyiapan Benih

a) Pengadaan benih secara generatif

Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman disemprot dengan pupuk daun Complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untuk mencegah kekurangan unsur kalsium dan boron maka tanaman disemprot dengan pupuk daun Ferti-cal dengan konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengan konsentrasi 2 ml/liter.

b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)

Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan yang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Media dasar yang dipakai tersusun dari garam-garam berdasarkan susunan Murashige & Skoog (1962) dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myo-inositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter berbagai kombinasi hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit.Tanaman yang didapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya tanaman yang didapat dari biji.

c) Sumber benih

Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).

d) Cara penyimpanan benih

Benih harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih dapat

dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umur benih hanya selama 10– 14 hari, karena untuk melindungi benih tanaman yang masih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas koran agar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah.

(30)

Benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk cadangan penyulaman.

f) Perlakuan benih

Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan benih semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon adalah pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Cara dan Waktu Penyemaian

Benih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam air selama 2–4 jam. Kemudian benih disemaikan pada kantong plastik, yang telah diisi tanah dan pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.

b) Pembuatan Media Semai

Melon termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk pembibitannya. Medianya dapat dibuat dengan berbagai variasi, contohnya dengan

mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang atau kompos, asal perbandingannya sesuai misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkan hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang tepat terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambah dengan insektisida karbofuran.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.

a) Cara dan Waktu Penyiraman

Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari polibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tanaman pada siang hari karena akan menyebabkan air dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering dan layu.

(31)

Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam.

c) Pemupukan

Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5 gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media

semai telah mencukupi

d) Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan

Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan adalah Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.

5) Pemindahan Bibit

Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau tanaman melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

a) Pengukuran pH Tanah

Pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akan di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.

b) Analisis Tanah

Berdasarkan fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.

c) Penetapan Waktu/Jadwal Tanam

(32)

Maret adalah varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tanaman varietas melon yang dikehendaki pelanggan.

d) Penetapan Luas Areal Penanaman

Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia, musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyur hujan terus-menerus. Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkan dengan sistem hidroponik

e) Pengaturan Volume Produksi

Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval

penanaman berkisar 2 minggu. Pengaturan ini lazim dilakukan pada agribisnis melon dengan sistem hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnya

berselang 1-2 minggu.

2) Pembukaan Lahan

a) Pembajakan

Untuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang dibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup dilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.

b) Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam

Untuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering. Karena kita bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah dan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap air). Dengan tanah tersebut akan

menguntungkan tanaman. Selain perakarannya mudah menembus tanah, juga akan mudah bernapas. Cara-cara pencangkulan adalah sebagai berikut:

1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.

2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan, dengan kedalaman ± 30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan)

3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah dikategorikan ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah cukup beremah dan kita dapat mengerjakan pekerjaan yang lain.

3) Pembentukan Bedengan

(33)

Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan

membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm.

b) Bentuk Bedengan

Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu agar terjadi proses

oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga menghilang tuntas.

c. Ukuran dan Jarak Bedengan

Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan tanaman dan mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan tinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras. Dan pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan perawatan pada saat

penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.

4) Pengapuran

Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :

1. < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha

2. 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha

3. 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha

4. 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha

5. 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha

6. 6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha

5) Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)

(34)

serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang). Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis pemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan menggunakan pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah selesai pemasangan, bedengan-bedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Tanaman melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan pola monokultur.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas atau memanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi

empat ati dia baros berhadap-hadapan membentuk segi tiga.

3) Cara Penanaman

Bibit yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

(35)

2) Penyiangan

Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.

3) Pembubunan

Untuk pembubunan pertama-tama kita lakukan adalah pemupukan awal dan mensterilkan lahan di situ. Tujuannya adalah setelah tanah diolah dan dipupuk, tanah akan menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat melakukan pemupukan, tanah yang

sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang selama 2 minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup lama terkena terik matahari tersebut, cukup sehat untuk ditanami.

4) Perempalan

Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.

5) Pemupukan

Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan sejak awal.

1. Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha.

2. Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha.

3. TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan II=550 kg/ha.

4. KCl: pupuk dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha. Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam); pupuk susulan I : umur ± 20 hari; pupuk susulan II: umur + 40 hari; pupuk susulan III: umur + 60 hari.

6) Pengairan dan Penyiraman

a) Pengairan

Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan. Pengairan dilakukan pada sore atau malam hari.

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan Motorik dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama Motorik kasar yang berarti gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh

Respon tanaman pakcoy pada bobot bersih per petak terhadap pemberian pupuk organik cair memberikan hasil yang terbaik pada perlakuan E (8,764 kg) dan perlakuan F

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran pupuk kandang dan periode penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil lidah buaya ( Aloe chinensis B.) dan

pertidaksamaan, sistem persamaan linear, program linear, matriks, vektor, serta penerapannya dalam bidang kejuruan.. Siswa mampu

Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, Para pemuda pejuang termasuk Chaerul saleh, Sukarni, Wikana, Shodanco Singgih dan pemuda lainnya membawa soekarno, beserta fatmawati dan

Percobaan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh takaran urea terhadap pertumbuhan tanaman stevia di dataran rendah dan menentukan umur panen

materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. 6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan

Jual beli akun game online mobile legends dalam perspektif Hukum Positif lebih banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positifnya dan menimbulkan unsur kejahatan