PERKEMBANGAN FISIK USIA REMAJA
Luthfi Anisa
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 Email : anissalthf@gmail.com
1. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja
Masa remaja seringkai dikenal sebagai masa pencarian jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1993). Hal terse but terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya, mereka bukan lagi seperti anak-anak melainkan sudah seperti layaknya orang dewasa, tetapi jika diperlakukan seperti orang dewasa, ternyata mereka belum mampu menunjukan sikap dewasanya. Oleh karena itu, terdapat sejumlah sikap yang sering ditunjukan oleh remaja, yaitu:
a. Kegelisahan
Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan, dan mimpi yang hendak mereka wujudkan di masa depan. Akan tetapi, sesungguhnya remaja belum mempunyai kemampuan yang memadai untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Seringkali mereka berangan terlalu jauh diluar batas kemampuannya.
Selain itu, di satu pihak mereka ingin mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan, tetapi dipihak lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga mereka tidak berani mengambil tindakan untuk mencari pengalaman langsung dari sumbernya. Tarik-menarik antara angan-angan yang tinggi dengan batas
kemampuannya membuat mereka sering diliputi rasa gelisah. b. Pertentangan
menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orangtuanya, kemudian ditentangnya sendiri sebenarnya mereka ingin juga mendapatkan rasa aman. Remaja sesungguhnya belum berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi dirinya. Selain itu, keinginan melepaskan diri tersebut belum disertai dengan kesanggupan untuk mandiri tanpa bantuan orang tua dalam soal keuangan. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi akan menimbulkan kebingngan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
c. Mengkhayal
Kebanyakan dari remaja sangat berkeinginan untuk menjelajah dan berpetualang. Namun tidak semuanya tersalurkan, dan biasanya hambatannya adalah soal keuangan dan biaya.
Menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan menghabiskan banyak dana dan biaya, sedangkan mereka hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu
mengkhayalmencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melaui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedangkan remaja putrid biasanya lebih mengkhayalkan romantika kehidupan.
Khayalan ini tidak selamanya bersifat negative. Khayalan tersebut kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
d. Aktivitas Kelompok
Berbagai macam keinginan remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena berbagai macam kendala. Hal yang sering terjadi adalah karena tidak adanya biaya. Adanya berbagai macam larangan dan aturan dari orang tua seringkali justru melemahkan dan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan dari mereka akan menemukan solusi atau jalan keluar setelah mereka berkumpul dengan rekan teman sebayanya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan berbagai macam kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama (Singgih DS, 1980).
e. Keinginan mencoba segala sesuatu
Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria merokok karena sering melihat orang dewasa
melakukannya. Seolah-olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya dirinya mampu melakukan apa yang orang dewasa lakukan. Remaja putri seringkali mencoba memakai kosmetik baru, meskipun sekolah melarangnya.
Oleh karena itu, yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingi tahunya yang tinggi dapat terarah pada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif, misalnya ingin menjelajah alam untuk kepentingan penyelidikan atau ekspedisi. Jika keinginan semacam itu mendapat bimbingan dan pengarahan yang baik, akan menghasilkan kreatifitas remaja yang bermanfaat, seperti kemampuan membuat alat elektronik untuk kepentingan komunikasi, menghasilkan temuan ilmiah remaja yang bermutu, menghasilkan karya ilmiah remaja yang berbobot, dan lain sebagainya. Jika tidak terarah, dikhawatirkan dapat menjurus pada kegiatan atau perilaku negative, misalnya mencoba narkoba, minum minuman keras, penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah yang berakibat terjadinya kehamilan (Soerjono Soekanto, 1989).
Memahami karakteristik remaja, remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tau yang tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, mengkhayal, dan merasa gelisah, serta berani
melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau “tidak dianggap”. Oleh karena itu, mereka sangat memerlukan keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa disekitarnya. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua, antara apa yang sering dikatakan dalam berbagai forum dengan kenyataan nyata di lapangan. Kata-kata moral didengungkan dimana-mana, tetapi kemaksiatan juga disaksikan dimana-mana oleh remaja.
2. Perubahan Fisik Remaja
Perubahan fisik yang dialami saat menginjak usia remaja biasa disebut dengan istilah
kematangan seksual serta pertambahan tinggi dan berat badan di masa pertumbuhan remaja. Pubertas pada anak laki-lai sebagian besar dimulai pada usia 10 s/d 13,5 tahun dan berakhir pada usia 13 s/d 17 tahun. Sedangkan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi pada usia 9 s/d 15 tahun. Namun ada juga anak yang mengalami Precocious Puberty, yaitu pubertas yang terjadi sebelum waktunya pubertas, dan perkembangannya pun sangat cepat. Berikut ini adalah
karakteristik perubahan fisik yang terjadi di usia remaja atau di masa pubertas: Karakterisitik perubahan fisik pada pubertas pria :
- Meningkatnya ukuran penis dan testis - Munculnya rambut kemaluan
- Perubahan pada suara
- Ejakulai pertama (biasanya melalui masturbasi atau mimpi basah) - Terjadinya pertumbuhan maksimal
- Tumbuhnya rambut di ketiak, wajah dan bagian tubuh lainnya - Bertambahnya berat badan
Karakteristik perubahan fisik pada pubertas wanita : - Payudara membesar
- Rambut kemaluan muncul - Tumbuh rambut di ketiak - Bertambah tinggi
- Melebarnya pinggul
- Menarche : menstruasi pertama pada wanita - Bertambahnya berat badan
Growth spurt (pertumbuhan yang berlangsung cepat) pada anak perempuan rata-rata terjadi dua tahun lebih awal dibandingkan anak laki-laki. Di masa remaja, konsentrasi hormon-hormon tertentu dapat meningkat secara dramatis:
- Testoteron : hormon yang diasosiasikan dengan perkembangan genital, bertambahnya ketinggian tubuh, dan perubahan suara pada laki-laki.
- Estradiol : hormon yang diasosiasikan dengan perkembangan payudara, uterus, dan kerangka pada perempuan.
Sebuah aspek psikologis pasti terjadi dan berkaitan dengan perubahan fisik :
- Remaja akan sangat memperhatikan tubuhnya dan mengembangkan citra mengenai tubuhnya.
- Secara umum, jika dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan kurang puas dengan tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang lebih negatif selama pubertas (Bearman dkk dalam Santrock, 2011).
- Remaja yang matang lebih awal dini atau yang terlambat dibandingkan dengan kawan-kawan sebaya memandang dirinya secara berbeda.
Berdasarkan Berkeley Longitudinal Study, anak laki-laki yang lebih cepat matang memandang dirinya lebih positif dan lebih berhasil dalam relasi dengan kawan-kawan
dibandingkan dengan anak laki-laki yang matang lebih lambat (Jones dalam Santrock, 2011). Hal ini didukung pula oleh riset yang dilakukan belakangan ini, yang mengkonfirmasi bahwa, pada remaja laki-laki, matang lebih dini cenderung menguntungkan daripada matang lebih akhir (Graber, Brooks-Gunn, & Warren dalam Santrock, 2011). Sedangkan bagi anak perempuan, kematangan lebih dini dan lebih lambat terkait dengan citra tubuh. Semakin banyak peneliti yang menemukan bahwa kematangan lebih awal meningkatkan kerentanan pada anak perempuan untuk mengalami sejumlah masalah, seperti misalnya, kecenderungan merokok, minum
minuman keras, depresi, memiliki gangguan makan, menuntut kemandirian lebih dini dari orang tua, memiliki kawan-kawan yang lebih tua; tubuh mereka cenderung membangkitkan respons dari pria yang mengarah pada pacaran dan pengalaman seksual lebih awal.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
a. Keluarga
Faktor dari keluarga yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja meiputi keturunan dan lingkungan. Keturunan menyebabkan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dibandingkan anak lainnya sehingga akan lebih berat pula tubuhnya, sedangkan faktor lingkungan akan dapat membantu menentukan dapat tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa anak tersebut. Pada setiap tahapan umur, lingkungan ternyata lebih banyak berpengaruh terhadap pertambahan berat tubuh daripada pengaruhnya terhadap tinggi tubuh.
b. Gizi
yang kekurangan gizi. Lingkungan dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga dapat menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja. c. Gangguan Emosional
Dari berbagai penelitian menyimpulkan bahwa anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan. Hal tersebut akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormone pertumbuhan di kelenjar pituitary. d. Jenis kelamin
Dalam pertumbuhannya, anak laki0laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada usia 12 dan 15 tahun anak perempuan biasanya menampakkan pertumbuhan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.
e. Status Sosial Ekonomi
Meskipun tidak dapat dijelaskan secara langsung, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah, secara umum cenderung lebih kecil daripada anak yang berasal dari keluarga yang status ekonominya menengah apalagi mereka yang berada dalam status sosial ekonomi yang tinggi.
f. Kesehatan
Status kesehatan anak juga banyak mempengaruhi pertumbuhan remaja. Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit. g. Bentuk Tubuh
Kecenderungan bendtuk tubuh, apakah masuk dalam klasifikasi eksomorf, mesomorf, atau endomorph akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh remaja. Misalnya, anak yang bentuk tubuhnya mesomorf akan tumbuh lebih besar daripada anak yang endomorph atau eksomorf karena memang lebih gemuk dan berat.
4. Pengaruh Pertumbuhan Fisik dan Perilaku
Faktor-faktor eksternal dan internal yang semuanya mempengaruhi pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik akan sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan
gizi akan menunjukkan pertumbuhan fisik yang lebih cepat daripada anak yang sering sakit-sakitan dan kekurangan gizi. Pertumbuhan fisik juga menunjukkan perbedaan yang mencolok antara remaja putri dan remaja putra. Pada umumnya, remaja putrid lebih cepat pertumbuhan fisiknya daripada remaja putra. Meskipun demikian, pada suatu periode tertentu anak laki-laki menyusul dengan kecepatan melebihi anak perempuan sehingga pada akhirnya anak laki-laki mempunyai tinggi, besar, dan berat badan melebihi anak perempuan.
Akibat pertumbuhan fisik yang pesat pada remaja, perubahan remaja tidak saja Nampak pada pertambahan tinggi dan berat badan, tetapi juga muncul berbagai macam akibat psikologis yang sering termanifestasi pada perilakunya. Perubahan proporsi tubuh yang sangat pesat dan mulai berfungsinya hormone-hormon reproduksi menyebabkan kecanggungan remaja dalam menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Karena dalam berperilakupun remaja harus
menyesuaikan dengan perubahan tersebut, baik dalam cara berpakaian maupun bergaul dengan teman sehingga perubahan fisik yang terjadi hamper selalu dibarengi dengan perubahan perilaku dan sikap. Keadaan ini akan lebih diperparah karena sikap orang-orang disekitarnya yang kurang “menerima” dan juga sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan fisik.
Remaja sering memperhatikan keadaan tubuhnya yang mengalami proses perubahan. Sebagian remaja (pada umunya yang bertipe kepribadian ekstrovert) tidak terlalu memperhatikan pertumbuhannya tersebut tetapi ada pula yang selalu memperhatikan perubahan yang terjadi dan memikirkan normal tidaknya dirinya dibandingkan dengan teman sebayanya. Jika remaja merasa tertinggan dari teman sebaya baik dalam pertumbuhan atau minat dan kegiatan lain, akan muncul kekhawatiran apakah dirinya bisa menjadi dewasa. Jika remaja berpendapat bahwa dirinya tumbuh tidak wajar ditambah lagi dengan sikap orang-orang disekelilingnya yang kadang-kadang banyak menuntut, akan menjadi konsep diri negative yang sulit dihilangkan dalam tahapan perkembangan berikutnya.
Salah satu dari beberapa konsekuensi masa remaja yang paling penting adalah pengaruh jangka panjang terhadap sikap, perilaku soaial, minat, dan kepribadian. Jika sikap dan perilaku remaja kurang diterima oleh lingkungan dan dapat menghilang setelah keseimbangan
sebagainya. Kekuatan dan ukuran tubuh yang melebihi teman sebayanya akan meningkatkan citra dirinya diantara teman sebayanya. Akan tetapi, tidak demikian dengan anak perempuan yang masa remajanya datang lebih awal. Kematangan awal yang terjadi pada anak perempuan sering menimbulkan rasa rendah diri karena akan muncul julukan atau sebutan yang kurang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Stang, Jamie., Story, Mary. (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Sevices (2005). http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.shtm
Hartinah D.S., Sitti. 2008. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama