• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Komik dengan Model Discovery Learning untuk Mata Pelajaran PPKN Subtema Bumi Kelas 2 SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Komik dengan Model Discovery Learning untuk Mata Pelajaran PPKN Subtema Bumi Kelas 2 SD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Penelitian Pengembangan

2.1.1.1Pengertian Penelitian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2012). Sedangkan menurut Gay (dalam

Mangelep) mengatakan bahwa penelitian pengembangan merupakan suatu usaha

untuk mengembangkan suatu produk yang efektif digunakan dalam pembelajaran

sekolah dan bukan untuk menguji teori.

Pengembangan merupakan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti

kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan

dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru (Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan

merupakan penelitian dalam rangka menyempurnakan atau menciptakan inovasi

baru berupa produk yang telah teruji validitas dan keefektifannya. Produk yang

dimaksudkan bisa berupa hardware (modul, buku, maupun media pembelajaran di

kelas) dan software (perangkat lunak) seperti media audiovisual dan program

pengolahan data.

2.1.1.2Langkah-langkah Penelitian Pengembangan

Terdapat beberapa langkah yang dapat dijadikan pedoman dalam

melaksanakan penelitian pengembangan, yaitu sebagai berikut:

1. Potensi dan Masalah

Dapat dikatakan bahwa penelitian berangkat dari adanya potensi yang

(2)

masalah maupun potensi, sebaiknya peneliti mengumpulkan informasi yang

diperlukan sebanyak mungkin.

2. Mengumpulkan Informasi

Untuk mengumpulkan informasi peneliti perlu untuk melakukan

wawancara dan observasi. Selain mencari apa yang kiranya perlu diperbaiki,

peneliti juga harus melihat apa yang dibutuhkan oleh sekolah tersebut. Sebagai

contoh dalam kegiatan pengumpulan informasi diketahui bahwa siswa kelas 3 SD

memiliki karakteristik senang membaca komik, sedangkan mereka kurang

berminat dalam pelajaran IPS. Dengan adanya masalah tersebut guru maupun

peniliti dapat memanfaatkan potensi yang ada yaitu merangkum atau

memasukkan unsur pembelajaran IPS menjadi bentuk komik. Dengan adanya

pengembangan tersebut pembelajaran akan lebih menyenangkan bagi siswa.

3. Desain Produk

Ketika sudah diketahui produk apa yang dibutuhkan, pada tahap ini

dilakukan desain produk atau rancangan sesuai dengan materi yang diteliti.

4. Validasi Desain

Setelah desain produk selesai dibuat, perlu adanya uji validitas dengan

beberapa ahli yang berpengalaman di bidangnya. Uji validitas ini diperlukan guna

menilai efektifitas rancangan produk yang dibuat untuk siswa.

5. Perbaikan Desain

Apabila uji validitas sudah dilaksanakan maka akan diketahui apa saja

kelemahan dari rancangan produk yang dibuat. Dengan informasi tersebut maka

perlu dilakukan perbaikan rancangan sebelum dilakukan uji coba ke sekolah.

6. Uji Coba Produk

Uji coba diperlukan untuk mengetahui bagaimana apakah produk tersebut

berhasil dalam penggunaannya. Apabila masih terdapat kesalahan dan kelemahan

maka produk harus diperbaiki kembali.

7. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila ditemukan adanya kekurangan dan

(3)

8. Uji Coba Pemakaian

Uji coba kedua diperlukan untuk mengetahui apakah setelah dilakukan

perbaikan sebelumnya akan berhasil atau justru diperlukan perbaikan kembali.

Apabila masih terdapat kesalahan dan kelemahan maka produk harus diperbaiki

dengan pemikiran yang matang, sehingga tidak ada kesalahan dan kelemahan

dalam produk berikutnya.

9. Revisi Produk

Revisi produk kedua dilakukan apabila masih ditemukan kekurangan dan

kelemahan dalam uji coba sebelumnya yang harus diperbaiki kembali.

10.Pembuatan Produk Masal

Apabila produk yang dibuat sudah dinyatakan efektif dalam beberapa

pengujian, maka produk tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran di

sekolah.

2.1.2 Bahan Ajar Subtema Bumi Kelas 2 SD

Salah satu tugas pendidik adalah memberikan pembelajaran yang

menyenangkan. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi

menyenangkan adalah dengan menggunakan bahan ajar yang menyenangkan dan

menarik perhatian siswa. Menurut National Centre for Competency Based

Training (dalam Prastowo, 2011) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di

kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis.

Bahan ajar merupakan segala bahan (informasi, alat, maupun teks) yang

disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang

akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan

tujuan perencanaan dan menelaah implementasi pembelajaran (Prastowo, 2011).

Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahan ajar adalah

segala sesuatu yang disusun secara sistematis untuk membantu guru dan siswa

mempermudah proses belajar mengajar.

Andi Prastowo (2011) mengemukakan tujuan pembuatan bahan ajar, yaitu

(4)

1. Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu

2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta didik

3. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran 4. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

Dalam subtema tentang bumi ini siswa diajarkan beberapa mata pelajaran

yaitu Bahasa Indonesia, PJOK, matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, dan

SBdP. PPKn (Pendidikan Kewarganegaraan) menjadi fokus mata pelajaran yang

akan diteliti. Siswa diajarkan untuk dapat menerima kebersamaan dalam

keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan

sekolah. Selain itu siswa diharapkan dapat manunjukkan perilaku toleran terhadap

keberagaman karakteristik individu, dalam kehidupan beragama, suku, fisik dan

psikis di rumah dan di sekolah.

2.1.3 Media Pembelajaran Komik

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki pengruh terhadap alat

bantu mengajar di sekolah. Berbagai alat bantu yang digunakan guru dalam

kegiatan belajar mengajar disebut dengan media. Media menurut Briggs (dalam

Anitah, 2012) pada hakikatnya merupakan peralatan fisik untuk menyempurnakan

isi pembelajaran. Sedangkan menurut Sanaky (2013) media pembelajaran adalah

sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam

proses belajar - mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

Dari kedua definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa, media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan guru dalam proses belajar

mengajar untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajardan mencapai

tujuan pembelajaran.

Tujuan adanya media pembelajaran adalah sebagai berikut: (1)

Mempermudah proses pembelajaran di kelas, (2) Meningkatkan efisiensi proses

pembelajaran, (3) Menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan

belajar, (4) Membantu konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran (Sanaky,

2013). Media pembelajaran juga berfungsi untuk merangsang pembelajaran

(5)

abstrak ke konsep yang lebih konkret; dan memberikan suasana belajar yang

menyenangkan, santai, menarik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Hamalik (dalam, Arsyad 2011) mengemukakan bahwa menghadirkan media

dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat baru, motivasi, dan

bahkan dapat mempengaruhi psikologis terhadap siswa.

Disamping memiliki manfaat yang baik dalam proses belajar mengajar,

perlu adanya pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran karena media

yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, bahan mengajar,

metode yang digunakan, karakteristik siswa, dan situasi pembelajaran.

Komik merupakan cerita tertulis dan bergambar dalam bentuk percakapan

sederhana yang dirancang untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu dan sebagai

hiburan. Pada awalnya komik hanya diciptakan untuk hiburan semata, namun

seiring berkembangnya jaman komik bisa dijadikan sebagai media pembelajaran

yang menarik bagi siswa. Dengan visualisasi yang digambar sedemikian rupa dan

bahasa yang ringan menjadikan siswa lebih mudah untuk menangkap pesan yang

ingin disampaikan penulis. Tetapi menjadikan komik sebagai media

pembelajaraan juga memiliki kekurangan. Media ini cocok untuk siswa yang

memiliki gaya belajar visual, sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar yang

lain akan sedikit kesulitan nelajar menggunakan media komik.

2.1.4 Pendekatan Pembelajaran Saintifik (Discovery Learning)

Berkenaan dengan implementasi Kurikulum 2013 di SD maka pemerintah

juga menekankan untuk menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan

ilmiah. Dengan ini siswa diharapkan bisa lebih aktif dalam pembelajaran. Melalui

pendekatan ini siswa juga mempunyai kesempatan untuk mengeksplor lebih

materi yang dipelajari. Pembelajaran saintifik memiliki kriteria sebagai berikut:

(1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika; (2) Mendorong siswa untuk dapat berpikir kritis dan analistis

dalam memecahkan masalah maupun mengaplikasikan materi pembelajaran

dalam kehidupan sehari-hari; (3) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris

(6)

Sani (2014) menyatakan dalam bukunya terdapat 5 langkah yaitu

mengamati, menanya, mencoba, menalar/ asosiasi, dan membentuk jaringan/

mengkomunikasikan. Sedangkan Rusman dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran Tematik Terpadu” menyebutkan bahwa dalam pendekatan saintifik telah dikembangkannya menjadi 8 langkah yaitu mengamati, menanya, menalar,

mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan

(Rusman, 2015). Menurut Kemendikbud tahun 2013 (dalam Rusman, 2015)

menyatakan bahwa langkah pembelajaran saintifik terdapat 5 langkah yaitu

observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar),

experimenting (mencoba) dan networking (membentuk jejaring). Adanya

persamaan pada pendapat Kemendikbud dan Rusman yaitu siswa diajak untuk

menalar / berfikir terlebih dahulu sebelum mereka mencoba atau praktek

langsung. Walaupun menurut Ridwan mencoba atau praktek terlebih dahulu baru

lah siswa dijak menalar atau berfikir.

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik akan melatih siswa untuk

berfikir lebih, sehingga diharapkan dengan adanya pendekatan ini siswa sebagai

calon generasi bangsa memiliki pemikiran yang luas, kritis, dan terarah. Model

pembelajaran discovery learning dipilih untuk melengkapi upaya

mengaplikasikan pendekatan saintifik, sehingga siswa dapat menemukan sesuatu

yang bermakna dalam pembelajaran yaitu melalui langkah sebagai berikut :

a. Stimulus (stimulation), pada kegiatan ini siswa akan diberikan stimulan

berupa media komik yang sesuai dengan materi yang akan dibahas.

b. Identifikasi masalah (problem statement), pada kegiatan ini siswa diharuskan

menemukan permasalahan yang mereka dapatkan dari media komik.

c. Pengumpulan data (data collection), pada tahap ini peserta didik dberikan

pengalaman untuk mencari dan mengumpulkan data berdasarkan

permasalahan yang siswa temukan.

d. Pengolahan data (data processing), pada tahap ini akan melatih siswa untuk

mencoba mengeksplorasi kemampuan konseptual siswa dalam kehidupan

(7)

e. Verifikasi (verification), pada tahap ini mengarahkan siswa untuk mencari

tahu kebenaran dari hasil pengolahan data pada tahap sebelumnya.

f. Generalisasi (generalization), pada tahap ini siswa didorong untuk membuat

kesimpulan dari permasalahan yang ditemukan sebelumnya.

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan, seperti halnya model

pembelajaran discovery learning. Model ini membantu siswa untuk memperbaiki

dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses perkembangan

kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang

tergantung bagaimana cara belajarnya. Model ini memungkinkan siswa

berkembang dengan cepat, selain itu juga membantu siswa memperkuat konsep

dirinya karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

Model pembelajaran discovery learning berpusat pada siswa dan guru

yaang memiliki peran sama untuk aktif mengeluarkan gagasan. Bahkan guru

dapat bertindak sebagai siswa dan sebagai peneliti ketika dalam situasi diskusi.

Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri sehingga situasi proses

belajar menjadi lebih terangsang.

Selain berbagai kelebihan menggunakan model discovery learning

memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut:

a) Dapat menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau

berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang

tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

b) Kurang efisien untuk diaplikasikan pada jumlah siswa yang banyak,

karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka

menemukan solusi permasalahan yang lainnya.

c) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini akan menjadi kurang

berhasil apabila berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa

dengan cara-cara belajar yang lama.

d) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

(8)

2.1.5 Pembelajaran Tematik dalam Kurikulum 2013 2.1.5.1Pengertian Pembelajaran Tematik

Menurut Poerwadarminta (dalam Rusman, 2015) tema adalah gagasan

pokok atau pikiran pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran

tematik adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan

beberapa muatan mata pelajaran yang diintegrasikan (Rusman, 2015).

Pembelajaran tematik terpadu merupakan salah satu pendekatan dalam

pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang pelaksanaannya lebih

berorientasi kepada siswa. Di dalam kelas siswa diharapkan lebih aktif

menemukan, mengeksplorasi, atau menggali konsep materi dalam pembelajaran,

baik dalam lingkup kelompok maupun individu. Didukung dengan teori Piaget

yang mengatakan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada

kebutuhan dan perkembangan anak. Fokus pembelajaran tematik terletak pada

bagaimana proses siswa dalam memahami konsep dan sejalan dengan

pengembangan keterampilannya.

Dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik bertolak dari suatu tema

yang dikembangkan oleh guru sesuai dengan lingkungan sekitar dan tetap

memperhatikan keterkaitan isi mata pelajaran. Pembelajaran tematik merupakan

beberapa muatan mata pelajaran yang dipadukan menjadi satu. Tanpa disadari

ketika mempelajari 1 subtema siswa sudah belajar beberapa mata pelajaran, itulah

yang disebut integrated (terpadu).

2.1.5.2Karakteristik Pembelajaran Tematik

Rusman (2015:146-147) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik

terpadu memliki karakteristik sebagai berikut:

a. Berpusat pada siswa

b. Memberikan pengalaman langsung kepada anak

c. Pemisahan muatan mata pelajaran yang tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai muatan mata pelajaran e. Bersifat luwes/fleksibel

f. Hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), dengan adanya

(9)

informasi untuk memahami konsep dan guru hanya berperan sebagai fasilitator

yang hanya membuka jalan atau mengarahkan siswa yang mengalami salah

pemahaman konsep. Anak dengan usia Sekolah Dasar memiliki kecenderungan

bersifat konkret (nyata). Dengan memberikan pengalaman langsung pada anak

dalam belajar misalnya melakukan eksperimen, mengaitkan pembelajaran dengan

pengalaman sehari-hari akan membuat siswa lebih mudah memahami konsep.

Apabila konsep sudah tertanam pada diri anak, kelak akan memahami hal-hal

yang lebih bersifat abstrak.

Guru diberikan kelaluasaan untuk mengembangkan bahan ajar dengan

mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah berada

sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu guru juga bisa mengembangkan proses

belajar mengajar dengan menggunakan metode, media, dan sumber lain untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media yang bervariatif juga dapat

menanamkan prinsip kepada siswa bahwa belajar itu menyenangkan. Prinsip

inilah yang perlu dibangun kembali dalam diri siswa.

2.1.5.3Pentingnya Pembelajaran Tematik Terpadu untuk Siswa Kelas 2 SD Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

proses belajar dan mengarahkan siswa untuk lebih aktif. Terdapat beberapa

keunggulan dalam penerapannya seperti lebih mengembangkan keterampilan

sosial siswa dengan kerjasama, toleransi, dan tanggap terhadap gagasan orang

lain. Kegiatan belajar yang bersifat pragmastis sesuai dengan permasalahan yang

sering ditemui menjadikan siswa belajar memecahkan masalah dalam keseharian.

Keterampilan berpikir siswa lebih terlatih karena mengeksplor dan menggali

konsep pembelajaran sendiri sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Dengan keunggulan diatas, maka pembelajaran tematik sangat penting

untuk diterapkan di Sekolah Dasar karena memiliki banyak manfaat sebagai

berikut: (1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar, indikator dan isi

mata pelajaran dapat terhindar dari tumpang tindih materi; (2) Pembelajaran yang

tidak terpecah-pecah akan mendapat pengertian mengenai proses belajar yang

(10)

Memberikan penerapandari dunia nyata dapat mempertinggi kesempatan transfer

belajar (transfer of learning).

2.2Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mendukung pengembangan media komik adalah penelitian yang dilakukan oleh Supriyanta tahun 2015 dengan judul “Pengembangan Media Komik untuk Mata Pelajaran IPS tentang Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada Kelas V SD Muhammadiyah Mutihan Wates Kulon Progo”. Media komik yang dikembangkan secara juantitatif dan kualitatif layak digunakan

dalam pembelajaran. Kelayakan ditunjukkan dari penilaian ahli materi sebesar 4,

14 yang termasuk dalam kategori baik dan penilaian dari ahli media sebesar 4,07

termasuk dalam kategori baik.

Penelitian yang dilakukan Putri tahun 2016 dengan judul “Pengembangan

Komik dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan Model Discovery

Learning untuk Kelas V SD” juga menunjukkan bahwa belajar melalui media

komik dengan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Hal ini dibuktikan saat posttest sebanyak 93,75% siswa mendapat

nilai diatas KKM, sebelumnya pada saat pretest hanya 50% siswa yang mendapat

nilai diatas KKM. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa menggunakan media

pembelajran komik dengan model pembelajaran discovery learning efektif

digunakan sebagai media pembelajaran.

Dari kedua penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa media komik

dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil

belajar pembelajaran siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan mengkaji melalui penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Media Komik dengan Model Discovery Learning untuk Mata Pelajaran PPKn Subtema

Bumi Kelas 2 SD”.

2.3Kerangka Pikir

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan cara belajar

(11)

menggunakan media pembelajaran yang bervariatif. Pemilihan media yang tepat

juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran

sehingga sesuai dengan harapan.

Berdasarkan karakteristik siswa sekolah dasar pada tahap perkembangan

operasional konkrit dengan pola berpikir sederhana, maka disusun sebuah media

komik yang menyampaikan pesan melalui percakapan sederhana di dukung

dengan visualisasi yang menarik sehingga nantinya dapat memudahkan siswa

dalam proses belajar. Dengan menggunakan mediabelajar komikini siswa juga

akan memiliki motivasi dalam belajar.

2.4Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kajian teori dan kerangka pikir, maka dapat

dirumuskan sebuah hipotesis yaitu media komik dengan model pembelajaran

discovery learning untuk mata pelajaran PPKn subtema bumi dapat

Referensi

Dokumen terkait

3.4 Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa

Decisions : The Moderating Effect of Marketing Stimulation and Personal Value ” yaitu sebagian responden memiliki respon positif terhadap variabel gaya hidup, yang

[r]

KELOMPOK KERJA GURU (KKG) MADRASAH IBTIDAIYAH KECAMATAN GENUK KOTA

luas ODE = luas OAB letak titik O dari station – station harus merupakan garis lengkung yang stream line..  Setelah bentuk station selesai dibuat, dilakukan

a. Menurut Rules Of Construction Hull BKI Vol. Mulai 0,2 Lpp dari sekat haluan sampai sekat tubrukan jarak gading- gading tidak boleh lebih besar dari yang dibelakang 0,2 Lpp

3) Untuk menghitung CDG, SDG dan strong beam. Beban geladag bangunan atas pada Geladag Kemudi [Navigation deck]. Beban geladag bangunan atas pada Geladag kompas

Peserta berbentuk badan usaha harus memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pada subbidang pengadaan barang