• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHUTBAH JUM’AT (31) Bertauhid, Berkurban dan Berhaji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KHUTBAH JUM’AT (31) Bertauhid, Berkurban dan Berhaji"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Khotbah

Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka'at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci. Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta'atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi.

Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah

(2)

telah memposisikan dirinya di atas alam. Ajaran ke-Esa-an yang diprakarsai oleh Nabi Allah Ibrahim telah mengangkat derajat manusia atas alam se-isinya.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sesungguhnya tidak berlebihan jika hari ini kita jadikan sebagai salah satu hari besar kemanusiaan internasional yang harus diperingati oleh manusia se-jagad raya. Oleh karena itu hari ini adalah momen yang tepat untuk mengenang perjuangan Nabi Allah Ibrahim as dan upayanya menemukan Allah swt. Bagaimana beliau bersusah payah melatih alam kebathinannya untuk mengenal Tuhan Allah Yang Paling Berkuasa. Bukankah itu hal yang amat sangat rumit? Apalagi jika kita membandingkan posisi manusia sebagai makhluk yang hidup dalam dunia kebendaan, sedangkan Allah Tuhan Yang Maha Sirr berada ditempat yang tidak dapat dicapai dengan indera? Bagaimana Nabi Allah Ibrahim bisa menemukan-Nya? Tentunya melalui berbagai jalan thariqah yang panjang. Melalui latihan dan penempaan jiwa yang berat. Untuk itulah mari kita lihat rekaman tersebut dalam surat Al-An'am ayat 75-79

( َنيِنِقوُمْلا َنِم َنوُكَيِل َو ِض ْرَ ْيا َو ِتا َواَمّسلا َتوُكَلَم َميِها َرْبِ ي ِرُن َكِلَذَك َو

terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. (75)

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam " (76)

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." (77)

(3)

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79)

Para Hadirin yang dimuliakan Allah

Jika kita lihat dokumen sejarah yang termaktub dalam al-Qur'an di atas, hal ini menunjukkan betapa proses pencarian yang dilakukan Nabi Allah Ibrahim as sangatlah berat. Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim berhasil menemukan Tuhan Allah Rabbil Alamin, bukan tuhan suku dan bangsa tertentu, tapi Tuhan seru sekalian alam. Tuhan yang senantiasa berada sangat dekat dengan manusia baik ketika terpejam maupun ketika terjaga. Itulah sejarah terbesar yang dipahatkan oleh Nabi Allah Ibrahim di sepanjang relief kehidupan umat manusia yang seharusnya selalu dikenang oleh umat beragama.

Selain sebagai orang yang menemukan konsep Ketuhaan. Beliau juga salah satu hamba tersukses di dunia yang mampu menaklukkan nafsu dunyawi demi memenangkan kecintaannya kepada Allah Sang Maha Suci. Fragmen ketaatan dan keikhlasannya untuk menyembelih Ismail sebagai anak tercinta yang diidam-idamkannya, adalah bukti kepasrahan total kepada Allah swt. Bayangkan saudara-saudara, Ismail adalah anak yang telah lama dinanti dan diidamkan, Ismail adalah anak tercintanya namun demikian semua itu ditundukkan oleh Nabi Ibrahim as demi memenangkan cintanya kepada Allah swt.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dua hal di atas yaitu penemuan Ibrahim atas ke-Esaan Allah dan perintah penyembelihan terhadap anak tercinta merupakan satu perlambang bahwa ruang di mana Nabi Allah Ibrahim as. hidup adalah garis batas yang memisahkan antara kehidupan brutal dan kehidupan berpri-kemanusiaan. Penyembelihan terhadap Ismail yang kemudian diganti dengan kambing merupakan tanda bahwa semenjak itu tidak ada lagi proses penyembahan dengan cara pengorbanan manusia (sesajen). Karena manusia adalah makhluk mulia yang tak pantas dikorbankan secara cuma-cuma, meskipun dilakukan dengan suka rela. Allah swt sendiri yang tidak memperbolehkannya, dengan Kuasa-Nya ia ganti Ismail dengan seekor kambing.

Itulah beberapa hal yang harus dikenang dari Nabi Allah Ibrahim as. Sebagai umat manusia yang beriman dan beragama sudah sewajibnya kita mengenang dan menteladani apa yang dilakukannya.

(4)

sebagaimana kisah Nabi Ibrahim? Sungguh berkurban adalah suatu tindakan yang layak dilakukan seoerang hamba sebagai rasa ssyukur atas karunia-Nya selama ini, sebagai bukti ketundukan dan penghambaan kepada-Nya. Demikian pentingnya berkorban hingga Rasulullah saw berabda, sebagaimana terdapat dalam kitab Durratun Nasihin:

َنوحَضُي َل ىِتمُا ُرا َر ِش َو َنوحَضُي ىِتمُا ُراَيِخر

Sebaik-baik umatku adalah mereka yang berkurban, dan sejelek-jelek umatku adalah mereka yang tidak mau berkurban.

Artinya jikalau seorang muslim memiliki rizqi yang berlimpah dan sudah ada kelebihan untuk keperluan sehari-hari pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka dianjurkan atas mereka untuk berkurban. Anjuran ini bukanlah anjuran biasa, tetapi anjuran yang amat-sangat, sehingga mendekati pada anjuran wajib. Demikian itu terbsersit dalam hadits Rasulullah saw yang terkenal:

َلَف ّح َْْضُي ْمَل َو ٌةَع َْْس ُهَْْل َناَك ْنَم َلاَق َمّلَس َو ِهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ِ ّا َلوُسَر ّنَأ َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع و

اَن ّلَصُم ّنَب َرْقَي

Barang siapa yang memiliki kelonggaran (rizqi) dan tidak berkurban, maka janganlah mendekati majidku.

Seperti itulah anacaman bagi mereka yang mampu berkorban tetapi tidak mau mengeluarkan hartanya untuk berkorban. Akan tetapi sebaliknya, jika seseorang telah berniat untuk berkurban maka semenjak ia melangkahkan kaki seperlu membeli hewan kurban Allah telah menyediakan pahala berlipat ganda. Sebagaimana keterangan Sayyidina Ali Karramallahu wajahah:

(5)

Sehubungan dengan kurban, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Yang selama ini mungkin banyak disalah pahami. Pertama, Apapun alasannya tidak dibenarkan menjual bagian dari kurban entah itu kulit, kepala, ataupun tanduk hewan kurban. Walaupun dengan tujuan membiayai proses pemotongan, sungguh itu tidak dibenarkan. Karena semua yang terdapat dalam hewan kurban adalah milik Allah swt, semua yag terdapat dalam hewan kurban adalah benda sedekah yang harus dibagikan dan dinikmati dengan seksama. Tidak ada yang diperjual belikan atau ditukar gulingkan dengan benda lain. Andaikan memang proses pemotongan itu membutuhkan biaya, hendaknya biaya itu diminta tersendiri tidak diambil dari hewan kurban.

Kedua, hendaklah orang yang berkurban merasakan sebagian daging kurbannya. Sebagaimana Rasulullah saw memakan sebagian dari kurban yang disembelihnya. Kecuali bila kurban itu telah dinadzarkan sebelumnya, maka tidak dibolehkan memakan daging hewan kurbannya.

Ketiga, setelah kurban diembelih disunnahkan bagi orang yang berkurban menjalankan shalat dua rekaat dan setelahnya berdo'a yang makudnya "ya Allah bahwa halatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik-Mu, dan tidak ada yang berekutu dengan-Mu. Ya Allah semoga kami diberikan panjang umur hingga menikmati kembali idul adha tahun yang akan datang dengan penuh keta'atan dan rizqi yang makin berkah. Semoga orang-orang muslim yang hari ini berkurban benar-benar berkurban untuk-Mu, tidak karena yang lain sehingga mereka akan dapat berkurban kembali tahun mendatang. begitu pula semoga kaum muslim yang tahun ini belum mampu berkurban diberikan Allah kemampuan berkorban tahun mendatang. Semoga kita semua mendengarkan panggilannya berziarah ke Baitullah dan maqam Rasulullah saw, dan mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Demikianlah doa itu dipanjatkan dengan seksama dan diakhiri dengan permohonan untuk pergi haji. Karena berhaji merupakan ibadah penyempurna bagi seorang muslim.

Para Jama'ah idhul adha yang berbahagia

Haji meupakan salah satu ibadah yang sarat dengan simbol dan perlambang. Oleh karena itu, jikalau ibadah haji dilaksanakan tanpa mengerti makna yang tersimpan didalamnya sangatlah percuma, karena yang demikian itu hanya menyisakan kelelahan belaka. Kelelahan yang kerontang tanpa kesadaran.

(6)

sehari-hari ketika kita berinteraksi dengan tetangga, teman, saudara dan umat manusia pada umumnya.

Saudara-saudaraku seiman dan setaqwa

Bila kita tengok bahwa haji dimulai dengan niat yang dibarengi dengan menanggalkan pakaian sehari-hari untuk digantikan dengan dua helai kain putih yang disebut dengan busana ihram. Maka ketahuilah dibalik keseragaman ini tersimpan beragam makna. Pertama bahawa pakaian yang selama ini kita pakai sehari-hari sangat menunjukkan derajat dan status sosil manusia. Oleh karena itu, ketika seorang muslim telah berniat untuk haji dan berniat menghadap-Nya maka segeralah tanggalkan pakaian itu dan gantilah dengan busana Ihram yang serba putih, karena manusia di hadapan Ilahi Rabbi sejatinya tidak berbeda.

Kedua, Pakaian itu tidak hanya apa yang kita pakai namun juga identitas yang menyelimuti diri manusia hendaknya segera diluluhkan ketika menghadap-Nya. Allah tidak akan pernah membedakan antara peabat dan rakyat, antar penguasa dan hamba, antara pedagang dan nelayan. Semua itu dimata Allah swt adalah sama. Seperti putihnya seragam yang membalut raga.

)ىناربطلا هاور( ىوقتلابل دحأ ىلع دحي لضفل ةوخر نوملسملا

Artinya, orang-orang Islam itu satu sama lain bersaudara, tiada yang lebih utama seorangpun dari seorang yang lain, melainkan karena taqwanya (HR. Tabhrani)

Ketiga, Pakaian itu adalah sifat manusia. Ketika seorang muslim telah berniat menghadap Allah Sang Maha Kuasa, hendaklah ia mencopot segala identitasnya. Baik identitas sebagai tikus, buaya, serigala ataupun identitas sebagai kupu-kupu, merpati ataupu kasuwari. Artinya, segala macam sifat yang melekat baik negative maupun positif sebaiknya dihilangkan. Jangan pernah merasa sebagai apa-apa jikalau engkau menghadap-Nya.

Keempat, pakaian itu mengingatkan manusia akan ketakberdayaannya. Nanti ketika menghadap Ilahi Rabbi manusia tidak membawa apa-apa kecuali kain putih yang menemaninya. Sebagai pertanda bahwa sebaiknya manusia hidup dengan sederhana, karena semua akan ditinggalkannya.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

(7)

adalah simbol hablum minallah yang hakiki, bahkan lebih dari itu. Tidak ada lagi habl penghubung antara manusia dan Sang Khaliq. Karena keduanya telah menyatu.

Kemudian sa'i berlari kecil dari shofa ke marwah. Ini merupakan rangkaian setelah Thowaf yang dapat diartikan sesuai perspketif sejarah. Ketika Siti Hajar Ibunda Nabi Ismail ditinggal oleh Nabi Allah Ibrahim as. Maka ia pun harus bertarung mempertahankan hidup ini dengan mencari air dari bukit Shofa ke Marwa. Kehidupan sarat dengan perjuangan. Usaha menjadi suatu kewajiban bagi manusia. Tiada air yang turun dari langit, namun air itu harus dicari sumbernya. Begitulah kehidupan di dunia ini. Hidup itu suci dan harus dijaga seperti makna hafiah kata Shofa yaitu kemurnian dan kesucian sedangkan. Namun hidup itu juga cita-cita yang jumawa dan penuh idealism seperti makna kata marwa yaitu kemurahan, memaafkan dan menghargai.

Jika thowaf menggambarkan hubungan dan kemanunggalan manusia dengan Sang Khaliq, maka sa'i menunjukkan bahwa kehidupan haruslah dijalani sesuai dengan hukum kemanusiaan. Berinteraksi, berhubungan dan berkomunikasi dengan sesame. Maka kehidupan ini haruslah menyeimbangkan antara keilahiyahan dan keinsaniyahan.

Ma'asyiral Muslimin yang berbahagia

Selain itu simbolisme dalam ibadah haji juga melekat pada Ka'bah Baitullah. Di sana ada hijir Ismail yang berarti 'pangkuan Ismail'. Di sanalah seorang Ismail putera Ibrahim yang membangun Ka'bah pernah berada dalam pangkuan sang Ibu Hajar, seorang wanita hitam yang miskin juga seorang budak. Dengan ini Allah swt membuktikan bahwa seorang hamba pun dapat dimuliakanya dengan memposisikan kuburnya disamping ka'bah baitullah. Itu semua karena ketaqwaannya. Ketaqwaan Ibu Hajar yang mampu berhijrah menuju kebaikan dan kemuliaan.

Sedangkan padang Arafah sebagai tempat para haji menunaikan wuquf merupakan ruang luas yang terhampar untuk memasak diri seorang muslim hingga ia mengenal siapa jati dirinya sebagai manusia. Arafah adalah ruang berintrospeksi diri, siapa, dari mana sosok diri itu dan hendak kemana nantinya. Oleh karena itu ruang ini dinamakan arafah yang mempunyai satu asal kata yang sama dengan ma'rifat yaitu mengeatuhi dan mengerti hakikat diri. Diharapkan setelah diramu dalam padang arafah ini seorang diri bisa menjadi lebih arif (bijaksana) dalam mengarungi kehidupan dan mempertimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat seperti yang disimbolkan dalam thowaf dan sa'i.

(8)

menakutkan. Tetapi cukup dengan kerikil yang kecil sebagai simbol atas kesabaran dan keteguhan hati.

Ma'asyiral Muslimin

Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan amrilah kita berdoa kepada Allah swt semoga amal ibadah kita diterima. Semoga kita yang disini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana diberi keselamatan semua. Amien

َكّب َرِل ّل َْْصَف َرَث ْوَْْكْلا َكاَْْنْيَطْعَأ اّنِ .ِميِحّرلا ِنم ْحّرلا ِا ِمْسِب .ِمْيِجّرلا ِنطْيّشلا َنِم ِلاِب ُذ ْوُعأ

ُرَتْبَ ْيا َوُه َكَئِناَش ّنِ ْر َحْنا َو

.ِمْيِكَحْلا ِرْكّذْْلا َو ِتاَْْيلا َنِم هْْيف اْْمب ْمُكاّيِا َو يِنَعَفَن َو .ِمْي ِظَعْلا ِنآ ْرُْْقْلا يِف ْمُكَل َو يِل ُا َكَراَب

ُمْيِح ّرلا ُر ْوُفَغلْا َوُه ُهّنِا ا ْوُرِف ْغَت ْساَف .ُمْيِلَعلْا ُعْيِمّسلا َوُه ُهلنِا ُهَت َولِت ْمُكْنِم َو ْيّنِم ْلّبَقَت َو

KHUTBAH KEDUA:

( ْرَبْكَا ُا

3

( ْرَبْكَا ُا )

4

َو ًة َرْْْكُب ا َنا َحْب ُْْس َو ا ًرْْْيِثَك ِل ُدْْْم َحلْا َو اريْْبك ْرَْْبْكَا ُا )

ُدْم َحلْا ِل َو ْرَبْكَا ُا ْرَبْكَا ُا َو ُا َو ُا ّلِا َهَلِا َل ًلْيْصَأ

ُا َو ُا ّلِا َهَْْلِا َل ْنَا ُدَه ْْْشَا َو .ِهِْْناَنِتْمِا َو ِهِْْقْيِف ْوَت َىلَع ُهَْْل ُرْك ّْْشلا َو ِهِنا َْْس ْحِا َىلَع ِل ُدْم َحْلَا

ّلَص ّمُهللا .ِهِنا َو ْض ِر َىلِا ىِعاّدلا ُهُل ْوُس َر َو ُهُدْبَع اًدّم َحُم اَنَدّيَس ّنَا ُدَهْشَا َو ُهَل َكْي ِرَش َل ُهَد ْح َو

ا ًرْيثِك اًمْيِل ْسَت ْمّلَس َو ِهِباَحْصَا َو ِهِلَا ىَلَعَِو ٍدّمَحُم اَنِدّيَس ىَلَع

َأَدَْْب ٍرْمَاِب ْمُكَرَمَا لا ّنَا ا ْوُمَلْعا َو ىَهَن اّمَع ا ْوُهَتْنا َو َرَمَا اَمْيِف َااوُقّتِا ُساّنلا اَهّيَا َايَف ُدْعَب اّمَا

آْْي ىِبّنلا َىلَع َن ْوّل َْْصُي ُهَْْتَكِئ َم َو َا ّنِا ىَلَاْْعَت َلاَْْق َو ِه ِْْسْدُقِب ِهِتَكِئ َمِب ىَنَْث َو ِهِسْفَنِب ِهْيِف

ِهْْْيَلَع ُا ىّل َْْص ٍدّمَحُم اَنِدّيَس ىَلَع ّلَص ّمُهللا .اًمْيِلْسَت ا ْوُمّلَس َو ِهْيَلَع ا ْوّلَص ا ْوُنَمآ َنْيِذّلا اَهّيَا

ِنَع ّمُهلللا َض ْرا َو َنْيِب ّرَْْقُملْا ِةَْْكِئ َم َو َكِل ُْْسُر َو َكِئآيِبْنَا ىَلَع َو ٍدّم َحُم َانِدّي َْْس ِلآ ىَلَع َو ْمّلَس َو

يِعِباَْْت َو َنْيِعِباّتلا َو ِةَباَح ّْْصلا ِةّيِقَب ْنَع َو ىِلَع َو ناَْْمْثُع َورَمُع َو ٍرْكَب ىِبَا َنْيِد ِْْشاّرلا ِءاَْْفَلُخرلْا

(9)

ّمُهللا ِتا َوْْْمَلْا َو ْمُهْنِم ُءآْْي ْحَلَا ِتاَمِل ْْْسُملْا َو َنْيِمِل ْْْسُملْا َو ِتاَْْنِم ْؤُملْا َو َنْيِنِم ْؤُْْمْلِل ْرِف ْغا ّمُهللَا

ْنَم ْر ُْْصْنا َو َةّيِد ّح َوُملْا َكَداَْْبِع ْر ُْْصْنا َو َنْيِك ِر ْْْشُملْا َو َك ْر ّْْشلا ّلِذَأ َو َنْيِمِل ْْْسُملْا َو َمَلْسِلْا ّزِعَا

.ِنْيّدْْلا َم ْوَْْي ىَلِا َكِْْتاَمِلَك ِلْْْعا َو ِنْيّدْْلاَءاَدْعَا ْرّمَد َو َنْيِمِل ْْْسُملْا َلَذَخر ْنَم ْلُذ ْخرا َو َنْيّدلا َرَصَن

اَْْم َو اَْْهْنِم َرَْْهَظ اَم َن َحِملْا َو ِةَنْتِفلْا َء ْوُس َو َن َحِملْا َو َل ِزَلّزلا َو َءاَب َولْا َو َءَلَبلْا اّنَع ْعَفْدا ّمُهللا

َاْْنِتآ اَنّب َر . َنْيِمَلاَعلْا ّب َر اَي ًةّمآع َنْيِمِلْسُملْا ِناَدْلُبلْا ِرِئاَس َو ًةّصآخر اّيِسْيِنوُدْنِا اَنِدَلَب ْنَع َنَطَب

اَْْنَل ْرِْْف ْغَت ْمَل ْنِا َواَن َْْسُفْنَا اَْْنْمَلَظ اَْْنّب َر . ِراّنلا َباَذَع اَنِق َو ًةَنَسَح ِةَرِخرلْا ىِف َو ًةَنَسَح اَيْنّدلا ىِف

ىِذ ِءآْْتْيِ َو ِنا َْْس ْحِلْا َو ِلْدَْْعلْاِب اَْْنُرُمْأَي َا ّنِا ! ِاَداَبِع . َنْي ِر ِْْساَخرلْا َنِم ّنَن ْوُْْكَنَل اَْْنْمَح ْرَت َو

َمْي ِظَعلْا َااوُرُك ْذا َو َن ْوُرّكَذَْْْت ْمُكّلَعَل ْمُكُظِعَي ي ْغَبلْا َو ِِرَْْْكْنُملْا َو ِءآْْْش ْحَفلْا ِنَع ىَهْنَي َو َىب ْرُْْْقلْا

ِا ُرْكِذَل َو ْمُكْد ِزَي ِهِمَعِن َىلَع ُه ْوُرُكْشا َو ْمُك ْرُكْذَي

Referensi

Dokumen terkait

(Satu milyar tiga ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh ratus delapan puluh tiga ribu rupiah), setelah diadakan evaluasi dan pembuktian.. kualifikasi oleh Pokja Pengadaan

(Seratus dua puluh satu juta delapan ratus sembilan puluh tiga ribu tujuh ratus lima puluh rupiah).. Negosiasi Harga :

Nilai Penawaran terkoreksi : Rp 199.771.000 (seratus sembilan puluh sembilan juta tujuh ratus tujuh puluh satu ribu rupiah).. Nilai Teknis :

5,399,321,875.00 ( Lima Milyar Tiga Ratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Tiga Ratus Dua Puluh Satu Ribu Delapan Ratus Tujuh Puluh Lima rupiah)..

Jumlah Tahun n : Rp2.961.875.000,00 (Dua milyar sembilan ratus enam puluh satu juta delapan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) Jumlah Tahun n + 1 : Rp3.930.627.000,00 (Tiga

Fasilitas kredit modal kerja dengan limit sebesar US$ 2,547,992.81 (Dua juta lima ratus empat puluh tujuh ribu sembilan ratus sembilan puluh dua koma delapan puluh satu dollar

Manusia sebagai individu yang paripurna, ketika menghadap Tuhan di kehidupan yang akan datang akan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, dan oleh karena itu kebebasan

Menjatuhkan pidana tambahan uang pengganti terhadap Terdakwa sebesar Rp131.573.000,00 (seratus tiga puluh satu juta lima ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah) dengan