• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I II dan III Kewajiban dan Ekuitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I II dan III Kewajiban dan Ekuitas"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Akuntansi merupakan aktivitas jasa, yang fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat di antara berbagai alternatif tindakan.

Semua badan usaha, tanpa memandang besar dan sifat operasinya, memerlukan catatan-catatan yang akurat untuk transaksi usaha. Perusahaan yang tidak menyelenggarakan catatan yang akurat tidak akan dapat beroperasi seefisien dan semenguntungkan perusahaan yang menyelenggarakan catatan yang akurat. Di samping itu, kebutuhan para pemakai informasi akuntansi atas keakuratan data akuntansi menyebabkan perusahaan menyelenggarakan pembukuan dan catatan yang akurat, yang secara wajar mencerminkan aktivitas usaha perusahaannya.

Setiap transaksi yang dilakukan dalam perusahaan mempengaruhi posisi keuangan yaitu posisi harta (aktiva), utang (kewajiban), dan modal (ekuitas) perusahaan. Aktiva adalah manfaat ekonomi yang sangat mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu pada masa mendatang sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu. Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin terjadi pada masa mendatang yang timbul dari keharusan yang dihadapi entitas tertentu saat ini untuk mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain pada masa mendatang sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu. Sementara Ekuitas merupakan hak residual atas aktiva entitas atau perusahaan yang masih ada sesudah dikurangi dengan kewajiban-kewajibannya.

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LIABILITAS 2.1.1 PENGERTIAN

Menurut PSAK 57, Liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Pada umumnya dijelaskan bahwa kewajiban memiliki tiga kharakteristik utama yang terdiri atas pengorbanan manfaat ekonomik masa datang, keharusan sekarang untuk menstransfer aset, dan timbul sebagai akibat transaksi masa lalu.

1. Menjadi pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti di masa depan (probable future sacrifices of economic benefits).

2. Menjadi kewajiban saat ini atau perioda ini (present obligation) untuk menyerahkan kas, barang, atau jasa di masa datang.

3. Terjadi karena transaksi masa lalu.

Liabilitas keuangan (PSAK 50) adalah setiap liabilitas yang berupa: a) Kewajiban kontraktual:

(i) Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau (ii) Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan

entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas tersebut;

b) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:

(i) Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau

(3)

Karakteristik esensial liabilitas adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. Namun, kewajiban juga timbul dari praktik bisnis yang lazim, kebiasaan dan keinginan untuk memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan cara yang adil. Apabila perusahaan memutuskan untuk menarik kembali produk yang cacat meskipun masa garansi sebenarnya telah lewat, jumlah yang diharapkan akan dibayarkan tersebut merupakan liabilitas.

Keputusan manajemen perusahaan untuk membeli aset di masa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban masa kini. Kewajiban biasanya timbul hanya kalau aset telah diserahkan atau entitas telah membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aset. Hakikat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan berarti bahwa konsekuensi ekonomi dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban.

Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelelsaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, dengan:

a) Pembayaran kas; b) Penyerahan aset; c) Pemberian jasa;

d) Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau e) Konversi kewajiban menjadi ekuitas.

(4)

Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit. Karena kewajiban merupakan cerminan dari aset, maka pengukurannya juga mengikuti pengukuran aset. Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo.

Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika:

a) Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normal;

b) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;

c) Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan; atau

d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk biaya karyawan dan biaya operasi lain, merupakan bagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal. Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan. Siklus operasi normal yang sama diterapkan pada aset dan liabilitas entitas. Jika tidak dapat diidentifikasi secara jelas, maka siklus operasi normal entitas diasumsikan dua belas bulan.

(5)

jangka panjang yaitu dividen terutang, pajak penghasilan terutang, dan terutang nonusaha lain. Liabilitas keuangan yang merupakan pembiayaan jangka panjang (bukan bagian dari modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal) dan tidak jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan merupakan liabilitas jangka panjang.

Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai liabilitas jangka pendek jika liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan, meskipun:

a) Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan; dan

b) Perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran, atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.

Jika entitas memperkirakan, dan memiliki diskresi, untuk melakukan pembiayaan kembali atau perpanjangan suatu kewajiban selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan dengan menggunakan fasilitas pinjaman yang ada, maka entitas mengklasifikasikan kewajiban tersebut sebagai liabilitas jangka panjang, meskipun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam periode yang lebih pendek dari dua belas bulan. Namun, jika pepmbiayaan kembali atau perpanjangan kembali bukan merupakan diskresi entitas (misalnya, tidak terdapat perjanjian untuk pembiayaan kembali), maka entitas tidak mempertimbangkan kemungkinan pembiayaan kembali kewajiban, dan mengklasifikasikannya sebagai liabilitas jangka pendek.

(6)

entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabiltas tersebut dalam jangka waktu sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Namun, entitas mengklasifikasikan liabiltas sebagai liablitas jangka panjang bila pemberi pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk memberikan tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan, selama periode diman entitas dapat memperbaiki pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat meminta percepatan pembayaran segera.

Berkaitan dengan pinjaman yang diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika peristiwa berikut ini terjadi antara akhir periode pelaporan dan tanggal penyelesaian laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, maka peristiwa tersebut diungkapkan sebagai peristiwa yang tidak memerlukan penyelesaian sesuai dengan PSAK 8: Peristiwa Setelah Periode Pelaporan:

a) Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang;

b) Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang; dan

c) Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

2.1.2 PENGAKUAN

(7)

pengakuan liabilitas mengakibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan.

Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus di evaluasi atas dasar kaidah pengakuan.

Ada empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban, yaitu : a. ketersediaan dasar hukum

Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karakteristik pendukung definisi kewajiban tadi. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif hanya keharusan konstruktif atau demi kedilan.

b. keterterapan konsep dasar konservatisma

Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Implikasi dianutnya konsep konservatism adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.

c. ketertentuan substansi ekonomik transaksi

Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat keharusan sekarang timbul. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui jika secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran.

d. keterukuran nilai kewajiban

(8)

atas dipenuhi. Hal ini berkaitan dengan penentuan saat pengakuan kewajiban. Hendriksen dan Van Breda menunjukkan saat – saat untuk mengakui kewajiban yaitu :

a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat. Dalam hak kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan / menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya.

b. Bersamaan dengan pengakuan biaya jika barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.

c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan barang dan jasa diperoleh.

d. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akruan.

Keempat kaidah tersebut di atas sebagai bukti teknis dan ketentuan saat pencatatan pada umumnya mudah diidentifikasi dan diterapkan untuk keharusan kontraktual, konstruktif, dan demi keadilan.

Pengakuan Kewajiban Bergantung

Untuk keharusan bergantung (khususnya rugi bergantung yang menimbulkan kewajiban), kaidah pengakuan keempat (keterukuran nilai kewajiban) dan pasti tidknya pengorbann sumber ekonomik masa datang kan terjadi menimbulkan msalah pengakuan. Oleh karena itu, diperlukn ketentuan yang lebih tegas untuk mengakui kewajiban yang berkaitan dengan rugi bergntung. FSAB memberi contoh keadaan – keadaan kebergantungan rugi yang berpotensi memicu pengakuan kewjiban sebagai berikut :

- Ketertagihan piutang usaha

- Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk

(9)

- Ancaman penambilan set oleh pemerintah

- Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan

- Klaim atau pungutan yang telah diajukan / dikenakan atau yang mungkin ( possible ) terjadi

- Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asurnsi kerugian dan kecelakaan dan perusahaan reasuransi

- Jaminan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit

- Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau asset yang terkait yang telah dijual

Provisi dan Liabilitas Kontinjensi (PSAK 57)

Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Provisi dapat dibedakan dari liabilitas lain, seperti utang dagang dan akrual, karena pada provisi terdapat ketidakpastian mengenai waktu atau jumlah yang dikeluarkan di masa depan untuk menyelesaikan provisi tersebut.

Provisi diakui jika:

a) Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;

b) Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan

c) Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. Jika 3 kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui.

Liabilitas kontinjensi adalah:

a) Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau

b) Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena:

(10)

(ii) Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara handal.

Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi. Jika entitas bertanggung jawab secara masing-masing dan bersama dengan pihak lainnya atas suatu kewajiban, maka bagian kewajiban yang diharapkan akan dipenuhi oleh pihak-pihak lain diperlakukan sebagai liabilitas kontinjensi. Entitas mengakui provisi untuk bagian dari kewajiban yang arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi berkemungkinan besar, kecuali dalam keadaan sangat jarang, ketika estimasi andal tidak dapat dibuat.

Liabilitas kontijensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, liabilitas kontinjensi terus menerus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi bertambah sehingga menjadi kemungkinan besar. Jika timbul kemungkinan besar bahwa arus keluar sumber daya ekonomi diperlukan untuk menyelesaikan suatu unsur yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai liabilitas kontinjensi, maka entitas mengakui provisi dalam laporan keuangan pada periode saat perubahan menjadi kemungkinan besar tersebut terjadi (kecuali dalam keadaan yang sangat jarang, ketika estimasi andal tidak dapat dibuat).

2.1.3 PENGUKURAN

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Berbagai dasar pengukuran adalah sebagai berikut:

(11)

b) Biaya kini (current cost). Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini.

c) Nilai realisasi/penyelesaian. Liabilitas dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal. d) Nilai sekarang (present value). Liabilitas dinyatakan sebesar arus kas keluar

bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.

Penilaian Kembali Aset dan Liabilitas pada Saat Kuasi Reorganisasi (PSAK 51)

Kuasi reorganisasi, aset dan liabilitas harus dinilai kembali dengan nilai wajar. Proses penilaian kembali aset dan liabilitas ini dapat menghasilkan aset neto yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan nilai tercatatnya sebelum penilaian kembali.

Nilai wajar aset dan liabilitas ditentukan sesuai dengan nilai pasar. Bila nilai pasar tidak tersedia, estimasi nilai wajar didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia. Estimasi nilai wajar dilakukan dengan mempertimbangkan harga aset sejenis dan teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik aset dan liabilitas yang bersangkutan.

(12)

Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah yang secara rasional akan dibayar entitas untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau untuk mengalihkan kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu. Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan berdasarkan pertimbangan manajemen entitas, ditunjang dengan pengalaman dari transaksi serupa, serta dalam beberapa kasus dilengkapi dengan laporan ahli independen. Diantara bukti yang dipertimbangkan termasuk bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah periode pelaporan.

Ketidakpastian dari jumlah yang akan diakui sebagai provisi dapat dinilai dengan berbagai cara sesuai dengan kondisi yang ada. Jika provisi yang sedang diukur menyangkut populasi yang terdiri dari sejumlah besar unsur, maka kewajiban ditentukan dengan menimbang berbagai kemungkinan hasil berdasarkan probabilitas terkait. Metode estimasi statistik ini dikenal dengan metode “nilai yang diperkirakan” (expected value). Jika hasil yang timbul adalah suatu rentang hasil yang berkesinambungan, dan setiap titik dalam rentang tersebut mempunyai kemungkinan terjadi yang sama, maka yang digunakan adalah nilai tengah rentang tersebut.

Risiko dan Ketidakpastian

(13)

Nilai Kini

Apabila dampak nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. Karena nilai waktu dari uang, provisi yang melibatkan pengeluaran uang yang timbul seketika setelah periode pelaporan lebih memberatkan jika dibandingkan dengan provisi yang melibatkan pengeluran uang dalam jumlah sama yang timbul kemudian. Dengan demikian, jika dampaknya bersifat material, provisi didiskontokan. Tingkat diskonto adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu dari uang dan risiko yang terkait dengan liabiltas yang bersangkutan. Tingkat diskonto tidak boleh mencermikan risiko yang sudah diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa depan.

Perubahan Provisi

Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Ika arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi dibatalkan. Jika provisi didiskontokan, maka nilai tercatatnya akan meningkat pada setiap periode untuk mencerminkan berlalunya waktu. Peningkatan ini diakui sebagai biaya pinjaman.

Penerapan Aturan Pengakuan dan Pengukuran

Provisi tidak boleh diakui untuk kerugian operasi masa depan. Kerugian operasi masa depan tidak memenuhi definisi liabilitas dan kriteria pengakuan umum bagi provisi. Perkiraan akan terjadinya kerugian operasi masa depan merupakan indikasi bahwa aset tertentu dalam suatu operasi mungkin mengalami penurunan nilai.

2.1.4 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

(14)

jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Kriteria tersebut adalah :

a. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau

b. jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Penyajian kewajiban lancar dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun. Maka perbedaan antara nilai sekarang kewajiban lancar dan nilai jatuh temponya biasanya tidak besar. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sbagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya.

Penyajian hutang jangka panjang Perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.

Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan: a) Nilai tercatat pada awal dan akhir periode;

(15)

c) Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi selama periode bersangkutan;

d) Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan

e) Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto. Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan:

a) Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus keluar sumber daya ekonomi terjadi;

b) Indikasi mengenai ketidakpasitan saat atau jumlah arus keluar tersebut. Jika diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, maka entitas mengungkapkan asumsi utama yang mendasari prakiraan peristiwa masa depan; dan

c) Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.

Apabila kemungkinan arus keluar dalam penyelesaian adalah kecil, entitas mengungkapkan untuk setiap jenis liabilitas kontinjensi pada akhir periode pelaporan, uraian ringkas mengenai karakteristik liabilitas kontinjensi.

2.2 EKUITAS

2.2.1 PENGERTIAN

Ekuitas (Warsono, 2013) merupakan sumber pemerolehan dana yang berasal dari lain-lain (selain dari Liabilitas dan Penghasilan). Salah satu komponen utama dari Ekuitas adalah Modal (capital), yaitu sumber pemerolehan dana dari pemilik.

(16)

dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal masing-masing disajikan secara terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan apabila pos tersebut mengindikasikan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap kemampuan entitas untuk membagikan atau menggunakan ekuitas. Klasifikasi tersebut juga dapat merefleksikan fakta bahwa pihak-pihak dengan hak kepemilikannya masing-masing dalam perusahaan mempunyai hak yang berbeda dalam hubungannya dengan penerimaan dividen atau pembayaran kembali modal.

Jumlah ekuitas yang ditampilkan di dalam neraca bergantung pada pengukuran aset dan liabilitas. Biasanya hanya karena faktor kebetulan kalau jumlah ekuitas agregat sama dengan jumlah nilai pasar keseluruhan dari saham entitas atau jumlah yang dapat diperoleh dengna melepaskan seluruh aset bersih entitas baik satu per satu atau secara keseluruhan dalam kondisi kelangsungan usaha.

Setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:

a) Laba rugi;

b) Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan

c) Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.

(17)

(termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut.

Ketika penerbit instrumen keuangan menerapkan definisi Liabilitas Keuangan (PSAK 50) untuk menentukan apakah instrumen keuangan merupakan instrumen ekuitas, dan bukan merupakan liabilitas keuangan, maka instrumen tersebut merupakan ekuitas jika, dan hanya jika, kedua kondisi berikut terpenuhi: a) Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual:

(i) Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau (ii) Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan penerbit.

b) Jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan:

(i) Nonderivatif yang tidak memiliki kewajiban kontraktual bagi penerbitnya untuk menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau

(ii) Derivatif yang akan diselesaikan hanya dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.

Kuasi Reorganisasi (PSAK 51)

Kuasi reorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh aset dan liabilitasnya. Dengan ini, diharapkan perusahaan bisa meneruskan usahanya secara lebih baik, seolah-olah mulai dari awal yang baik, dengan laporan posisi keuangan yagn menunjukkan nilai sekarang dan tanpa dibebani defisit.

(18)

prospek baik di masa depan. Prospek ini bisa timbul dari pengembangan produk dan pasar baru, masuknya grup manajemen baru, atau adanya peningkatan kondisi perekonomian yang dapat mendorong peningkatan hasil operasi. Pada saat kuasi reorganisasi, dilakukan penilaian kembali seluruh aset dan liabilitas pada nilai wajarnya dan penghapusan defisit ke tambahan modal disetor dan modal saham.

Penilaian kembali aset dan liabilitas terdapat pada bagian liabilitas di atas. Pengeliminasian saldo laba negatif dilakukan terhadap akun-akun ekuitas di bawah ini dengan urutan prioritas sebagai berikut:

a) Cadangan umum; b) Cadangan khusus;

c) Selisih penilaian aset dan liabilitas (termasuk di dalamnya selisih revaluasi aset tetap) dan selisih penilaian yang sejenisnya (misalnya selisih penilaian efek tersedia untuk dijual, selisih transaksi perubahan ekuitas entitas anak/entitas asosiasi dan pendapatan komprehensif lain);

d) Tambahan modal disetor dan yang sejenisnya (misalnya selisih kurs setoran modal);

e) Modal saham.

Apabila selisih penilaian aset dan liabilitas digunakan untuk mengeliminasi saldo laba negatif, maka jumlah yang digunakan untuk menutup defisit tersebut hanya sampai saldo laba menjadi nol. Selanjutnya, jika masih terdapat saldo selisih penilaian aset dan liabilitas setelah digunakan untuk mengeliminasi saldo laba negatif, maka saldo tersebut tetap disajikan sebagai selisih penilaian aset dan liabilitas di kelompok akun ekuitas.

Perusahaan yang melakukan kuasi reorganisasi, harus mengungkapkan hal-hal berikut:

a) Alasan perusahaan melakukan kuasi organisasi;

(19)

c) Jumlah saldo laba negatif yang dieliminasi dalam laporan posisi keuangan, dan jumlah tersebut disajikan selama tiga tahun berturut-turut sejak kuasi reorganisasi;

d) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk menilai aset dan liabilitas pada saat dilakukan kuasi reorganisasi;

e) Rincian dari jumlah yang membentuk akun selisih penilaian aset dan liabilitas sebelum digunakan untuk mengeliminasi defisit; dan

f) Keterangan tentang tanggal terjadinya kuasi reorganisasi pada akun saldo laba dalam laporan posisi keuangan untuk jangka waktu 10 tahun ke depan sejak kuasi reorganisasi.

2.2.2 Komponen Ekuitas Pemegang Saham

Ekuitas pemilik tercermin dalam neraca terdiri dari:

1. Modal disetor, yaitu jumlah setoran pemilik ke perusahaan sebesar nilai nominal saham. Setoran ini akan dilaporkan dalam bentuk modal saham. 2. Tambahan modal disetor, yaitu selisih jumlah setoran yang melebihi nilai

nominal saham. Kelebihan jumlah setoran ini bisa juga disebut denganagio saham.

3. Laba ditahan yaitu akumulasi perolehan laba (rugi) sejak perusahaan berdiri sampai dengan periode terakhir.

Ekuitas pemegang saham mencerminkan kepentingan pemilik atau pemegang saham pada perusahaan bisnis yang merupakan kepentingan residu (residual interest) jumlah ekuitas pemegang saham setiap periode merupakan kumulatif dari kontribusi bersih pemegang saham ditambah (dikurangi) laba ditahan atau rugi perusahaan. Dengan demikian dua sumber utama perubahan ekuitas adalah:

1. Kontribusi pemegang saham (modal disetor) dan

(20)

Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan

Pembedaan antara dua komponen ekuitas pemegang saham merupakan hal yang sangat penting. Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus dipisahkan dengan modal setoran meskipin jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan juga penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan pada pihak lain, sedangkan laba ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian deviden.

2.2.3 Bentuk Perusahaan

Terdapat beberapa bentuk perusahaan yaitu perusahaan perorangan, persekutuan dan perseroan terbatas serta koperasi. Walaupun secara hukum perusahaan perseorangan tidak diakui sebagai entitas yang terpisah dengan pemiliknya, namun menurut pandangan akuntansi perusahaan perorangan terpisah dari pemiliknya. Perseroan terbatas menurut pandangan hukum merupakan entitas yang dapat melakukan kegiatan seperti manusia sehingga dapat dikatakan bahwa PT merupakan entitas buatan (artificial entity).

Karakteristik Perseroan Terbatas (PT)

(21)

a) Perseroan sektor masyarakat/publikperseroan jenis ini saham-sahamnya dimiliki oleh unit-unit pemerintahatau operasi bisnis yang dimiliki unit-unit pemerintah.

b) Perseroan sektor swasta i. Bukan saham

Perseroan jenis ini adalah perseroan yang bersifat nirlaba dan tidak menerbitkan saham. Contoh dari bentuk ini adalah yayasan gereja,yayasan sosial dan sekolah, dll.

ii. Saham

Merupakan perseroan yang menerbitkan saham untuk menunjukkankepemilikan. Jadi perseroan berbentuk saham, kepemilikan padaperusahaan tercermin dalam jumlah saham yang dipegangnya. Jenisperseroan bentuk ini terbagi menjadi dua yaitu:

 Perseroan tertutup (non-publik): yaitu perseroan yang sahamnya dipegang oleh beberapa pemegang saham (mungkin satu keluarga)dan tidak tersedia untuk pembelian umum.

 Perseroan terbuka (perusahaan publik): perseroan yangkepemilikannya berbentuk saham dan saham perseroan inidiperdagangkan pada suatu pasar yang disebut dengan pasar modal.pemilik atau pemegang saham jenis perseroan bentuk ini bisaberubah-ubah setiap saat, tergantung penjualan dan pembeliansaham di bursa efek.untuk perusahaan yang berbentuk perseroan

Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT

(22)

dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor. Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba rugi luar biasa.

Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan: 1) Jumlah uang yang diterima

2) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata.

3) Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal. 4) Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham. 5) Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.

6) Setoran saham dalam bentuk barang, menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.

Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan: 1) Jumlah uang yang dibayarkan

2) Besarnya hutang yang timbul

3) Nilai wajar aktiva bukan kas yag diserahkan

Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari nilai nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun Agio Saham. Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan kembali saham yang telah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun Modal Saham dan mengkredit Modal Saham yang diperoleh kembali sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan.

2.2.4 Perlakuan Akuntansi Dan Pelaporan Saham

Jenis-jenis saham terdapat dua bentuk saham sebagai tanda hak milik pada perusahaan yaitu:

(23)

pembagian ase bila perusahaan dilikuidasi. Namun pemegang saham ini memiliki hak suara terkait dengan penentuan kebijakan operasional perusahaan

2) Saham preferen (preferred stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak-hak istimewa di perusahaan terutama berkaitan dengan pembagian dividen dan pembagian aset saat perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham preferen akan selalu mendapatkan dividen sebesar prosentase tertentu (tercantum dalam lembar saham preferen) dari nilai pari atau nilai nominalnya. Namun pemegang saham preferen ini tidak memiliki hak suara dalam hal penentuan kebijakan operasi perusahaan. Akuntansi Untuk Penerbitan Saham

1) Akuntansi penerbitan saham untuk memperlihatkan informasi penerbitan saham pada nilaipari/nilai nominal, akun-akun berikut harus dipertahankan untuk masing-masing saham sebagai berikut :

a. Saham preferen atau saham biasa. Akun ini memperlihatkan jenis saham yang diterbitkan dengan nilai parinya.akun ini dikredit ketika saham pertama kali diterbitkan, dan tidak adapenambahan ayat jurnal pada akun ini kecuali ada penambahan sahamyang diterbitkan atau adanya penarikan saham.

b. Tambahan modal disetor akun ini menunjukkan kelebihan modal disetor di atas nilai pari saham.tambahan modal disetor ini meliputi agio saham atau disagio saham

2) Akuntansi penerbitan saham atas dasar pesanan. Dua perkiraan baru digunakan apabila saham dijual atas dasar pesanan, yaitu

a. saham biasa atau preferen yang dipesan menunjukkan kewajibanperseroan untuk menerbitkan saham setelah pembayaran akhir saldo pesananoleh mereka yang telah memesan saham.

(24)

mengemukakan bahwa piutang pesanan sebaiknya dilaporkan pada seksi aset lancar. Piutang dagang muncul dari transaksi penjualan pada kegiatan bisnis seperti yang biasa sedangkan piutang pesanan berhubungan dengan penerbitan saham sendiri dan merupakan kontribusi modal yang belum dibayarkan kepada perseroan.

Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT

Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan cost atau par value method. Dengan cost method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan, yang disajikan sebagai pengurang akun modal. Metode nilai nominal (par value method) lazimnya digunakan dalam hal saham yang diperoleh kembli tersebut akan dikeluarkan lagi di kemudian hari. Dengan metode ini, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar niali nominal saham, yang disajikan sebagai akun pengurang modal saham. Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas nilai pari, akun agio saham akan didebit dengan agio saham yang bersangkutan.

Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebit akun saldo laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai unsure penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal dari perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam rangka penarikan saham.

(25)

tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal yang berasal dari sumbangan.

2.2.5 Dividen

Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi dividen, dan saldo laba akan dibebani dengan jumlah dividen yang dimaksud. Kewajiban yang timbul disajikan dalam kelompok kewajiban lancar. Bila dividen dibagikan dalam bentuk aktiva bukan kas, maka saldo laba akan didebit sebesar nilai wajar aktiva yang diserahkan. Dasar pembagian dividen dalam bentuk aktiva bukan kas harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.

Pembagian dividen termasuk dividen saham yang berasal dari saldo laba. Pembagian dividen saham adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham, yang diinvestasikan kembali oleh mereka dalam bentuk modal disetor. Pembagian dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar saham. Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilai nominal, yang tidak boleh digolongkan sebagai pembagian dividen.

Penyajian Modal

Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek, saham dapat ditempatkan dengan dasar pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah membayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan mendebit akun piutang kepada pemegang saham dan mengkredit akun modal saham yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan disajikan dalam kelompok modal di bawah akun modal saham.

(26)

melunasi pembayarannya, maka tergantung pada kebijakan perusahaan dan dilandaskan pada peraturan hukum yang berlaku.

Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba

Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Akun ini harus dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika terdapat indikasi pembatasan terhadap saldo laba, misalnya untuk perluasan pabrik. Saldo laba yang tidak dibagikan sebagai dividen karena pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan tersebut, dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun berjalan.

Pengungkapan saldo laba meliputi:

1) Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba 2) Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di sekitar saldo laba 3) Perubahan slado laba karena penggabungan usaha dengan metode

penyatuan kepentingan

4) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak 5) Pengungkapan jumlah dividend an dividen per lembar saham 6) Tunggakan dividen

7) Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca 8) Pengungkapan dividen saham dan pecah saham.

Informasi tiap jenis saham harus diungkap terpisah dalam catatan atas laporan keuangan, meliputi:

1) Modal dasar

2) Modal ditempatkan atau dipesan sebelum disetor 3) Harga pari, harga nominal belum disetor

(27)

6) Batasan khusus

7) Penjelasan bila dapat konversi

Apabila perseroan menderita kerugian sebesar lima puluh persen dari modalnya, kewajban untuk diumumkan dalam register kepaniteraan Pengadilan Negeri dan dalam Berita Negara, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Apabila perseroan mencapai akumulasi kerugian sebesar 75% dari modal, penjelasan bahwa demi hukum PT tersebut bubar, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Pengungkapan Dividen

Pengungkapan dividen, meliputi: jumlah dividen, dividen per lembar saham, bentuk dividen, batasan saldo laba minimum dalam kaitan dengan ketersediaan dividen, hutang dividen, hutang dividen per lembar saham, pengumuman pembagian dividen setelah tanggal neraca sebelum tanggal pendapat akuntan independen, jumlah kapitalisasi dividen saham dan pecah saham, laba per saham perlu disaji ulang berdasarkan jumlah saham yang setara setelah pecah saham agar dapat diperbandingkan.

Pengungkapan Saham Beredar yang Diperoleh Kembali

Pengungkapan saham beredar yang diperoleh kembali, meliputi :saham beredar yang diperoleh kembali, metode cost, disajikan sebagai pengurang jumlah modal; dan saham beredar yang diperoleh kembali, metode nilai pari (par value) sebagai pengurang saham beredar. Pengungkapan bagian lain ekuitas (seperti saldo laba, agio, selisih penilaian kembali aktiva tetap, dan cadangan) harus dilakukan secara terpisah, meliputi: perubahan selama periode akuntansi dan batasan distribusi.

(28)

BAB III KESIMPULAN

(29)

penilaian dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.

Referensi

Dokumen terkait

akal murni' Menurut Immanuel Kant, yang paling rendah nilainya adalah akal murni, di mana hanya bisa menguraikan hal-hal yang ada di bawah manusia, hal- hal yang

Adanya keterlibatan aspek psikologis di dalam setiap aktifitas manusia terutama dalam beribadah merupakan kurikulum penting yang harus diperhatikan di dalam pembelajaran

guru yaitu sebaiknya lebih banyak memberikan pertanyaan yang dapat merangsang siswa untuk memprediksi cerita dan membimbing siswa dalam memprediksi, serta sebaiknya

G. SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 5ubungan pengendalian produksi terhadap keseluruhan organisasi manufaktur yang terutama ialah sebagai alat pengendali

Figur pengganti yang dapat berfungsi mengisi kehilangan akan menghasilkan perilaku sosial yang bertanggung jawab, membantu remaja menerima kematian orangtua sebagai takdir dan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan dapat membantu pelaku bisnis untuk meningkatkan kinerja agar memaksimumkan nilai perusahaan bagi kemakmuran

SEHINGGA MEREKA AKAN MEMPUNYAI DAYA SAING SEHINGGA MEREKA AKAN MEMPUNYAI DAYA SAING SEHINGGA MEREKA AKAN MEMPUNYAI DAYA SAING SEHINGGA MEREKA AKAN MEMPUNYAI DAYA SAING BANGSA

Menggunakan kompresor berkualitas prima untuk menghasilkan kinerja pendingin yang handal dengan suhu dingin yang stabil dan optimal. Hemat listrik berkat teknologi Smart Sensor