• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pendidikan Dalam Perubahan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Pendidikan Dalam Perubahan Sosial"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERAN PENDIDIKAN DALAM PERUBAHAN SOSIAL

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Kependidikan

Oleh:

NARSIM NIM 0102514050

LALU JAPARUDIN NIM 0102514069

JATMIKO NIM 0102514070

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

(2)

PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, maha pengasih lagi maha penyayang yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judulPeran Pendidikan dalam Perubahan Sosialsebagai tugas Landasan Kependidikan.

Makalah ini mencoba untuk mengkaji peran pendidikan dalam perubahan sosial masyarakat di Indonesia. Pemasalahan utama dalam makalah ini yaitu : (1) bagaimana perubahan sosial yang sedang terjadi di indonesia saat ini, (2) bagaimana kondisi pendidikan kita saat ini dan (3) bagaimana peran pendidikan dalam perubahan sosial masyarakat di indonesia. Perubahan sosial yang terjadi di Indonesia dikaji dari sudut padang pendidikan secara holistik. Kajian tersebut kemudian disusun dalam empat bagian yaitu : (1) Pendahuluan; (2) Kajian Teori, (3) Pembahasan, dan (4) Penutup.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak, utamanya pembaca skripsi ini demi perbaikan dan penyempurnaan

skripsi.

Akhirnya, semoga skripsi ini benar-benar dapat memberikan sumbangsih dan

manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun para pemabaca umumnya. Amin.

Semarang, 13 Oktober

(3)

DAFTAR ISI

b. Teori Perubahan Sosial ... 3

c. Bentuk Perubahan Sosial ... 4

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial... 6

e. Tahap-tahap Perubahan Sosial ... 6

2. Pendidikan... 7

a. Definisi Pendidikan ... 7

b. Tujuan Pendidikan ... 8

c. Fungsi Pendidikan... 8

3. Hubungan Perubahan Sosial dengan Pendidikan... 9

C. PEMBAHASAN 1. Perubahan Sosial yang Sedang Terjadi di Indonesia ... 10

2. Kondisi Pendidikan Indonesia saat Ini ... 11

a. Kurikulum... 11

b. Kelembagaan ... 12

c. Profesionalisme Guru ... 13

d. Strategi Pembelajaran ... 14

3. Peran Pendidikan dalam Perubahan Sosial... 15

a. Berpikir Kritis dan Inovatif ... 15

b. Mendorong Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang dan Keinginan untuk maju... 16

c. Toleransi terhadap Perbuatan Menyimpang yang bukan Merupakan Pelanggaran Hukum... 16

d. Sistem Pelapisan Masyarakat yang Terbuka... 17

e. Pemahaman atas Keberadaan Masyarakat yang Hetrogen ... 18

(4)

g. Pandangan Bahwa Manusia harus Senantiasa Mmeperbaiki Hidupnya ... 19

D. PENUTUP

1. Simpulan... 20 2. Saran... 21

(5)

A. PENDAHULUAN

1. Kebermasalahan

Saat ini perkembangan jaman telah membawa dampak perubahan pada berbagai aspek. Dampak perubahan yang terjadi begitu cepat dan mudah diamati yaitu aspek sosial. Perubahan sosial yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Hal itu sudah terjadi sejak jaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat selalu memunculkan resiko kehidupan sosial atau ketidakpastian sosial. Tatanan sosial yang baru (modern) lebih menekankan pada rasionalisasi yang bersifat progresif dalam dunia kemasyarakatan. Masyarakat yang mengalami transformasi, menganggap solidaritas bukan lagi menjadi prioritas, melainkan lebih individualis atau berorientasi pada pertimbangan untung rugi.

Berbagai media baik cetak maupun elektronik menampilkan perilaku sosial masyarakat seperti korupsi, kekerasan, perusakan, kejahatan seksual, pencurian, dan lain sebagainya. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk menuntut ilmu dan mendidik siswa menjadi manusia berakal nampaknya berbanding terbalik. Siswa melakukan tindakan melanggar norma sosial misalnya tindakan asusila, tawuran, tidak jujur dan tindakan lain yang melanggar nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Di samping itu, masalah ketidakdisiplinan pelajar pada jam belajar sekolah yang lebih mementingkan urusan pribadi atau kelompok dengan berkunjung ke mall atau bergerombol di taman, warnet atau tempat-tempat santai lainnya (http://www.merdeka.com/tag/k/kenakalan-remaja, diakses 8 September 2014).

(6)

sepihak karena menghilangkan masalah sosial bukan merupakan hal yang mudah, butuh waktu, biaya dan usaha yang maksimal secara terus menerus.

Lembaga pendidikan (sekolah) sering dianggap sebagai salah satu lembaga sosial yang paling konservatif dan statis di masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal kurang mampu mengikuti dan menanggapi arus perubahan cepat yang terjadi di masyarakat. Supaya kegiatan pendidikan mampu membekali siswa menghadapi tantangan hidupnya di masa depan, perlu dilakukan antisipasi apa yang menjadi tantangan hidup mereka di masa depan.

Begitu cepatnya perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat sering memunculkan fenomena-fenomena di masyarakat dan dikaitkan dengan dunia pendidikan. Karena hal tersebut ada yang menuding kegagalan dunia pendidikan dalam membina moralitas peserta didiknya. Timbul pertanyaan di benak kita dimana peran pendidikan dalam mengatasi persoalan sosial masyarakat. Persoalan ini menjadi menarik untuk diperbicangakan dan dikaji lebih lanjut dalam pembahasan makalah ini.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana perubahan sosial yang sedang terjadi di Indonesia saat ini? b. Bagaimana kondisi pendidikan kita saat ini?

(7)

B. KAJIAN TEORI

1. Perubahan Sosial

a. Definisi Perubahan Sosial

Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.

Perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 2000).

William F. Ogburn dalam Moore (2002), berusaha memberikan suatu pengertian tentang perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Dengan kata lain perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.

b. Teori perubahan sosial

1) Teori Evolusi (Evolutionary Theory)

(8)

evolusi, ialah asumsi mengenai kemajuan budaya, di mana kebudayaan Barat dianggap sebagai tahap kebudayaan yang maju dan superior/sempurna.

2) Teori Siklus (Cyclical Theory)

Menurut PB Horton dan CL Hunt (1992), para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahapan yang harus dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa proses perubahan masyarakat bukannya berakhir pada tahap “terakhir” yang sempurna,

tetapi berlanjut menuju tahap kepunahan dan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya.

3) Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)

Penganut teori ini memandang setiap elemen masyarakat memberikan fungsi terhadap elemen masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di suatu bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada bagian yang lain pula. Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan itu berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke dalam kebudayaan (menjadi cara hidup masyarakat).

4) Teori Konflik (Conflict Theory)

Menurut pengikut teori ini, yang konstan dalam kehidupan masyarakat adalah konflik sosial, bukannya perubahan. Perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik dalam masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas kelompok penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh karena konflik sosial berlangsung secara terus menerus, maka perubahanpun juga demikian adanya. Menurut Karl Marx, konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Perubahan akan menciptakan kelompok dan kelas sosial baru.

c. Bentuk perubahan sosial

(9)

1) Perubahan Sosial secara Lambat

Perubahan sosial secara lambat dikenal dengan istilah evolusi, merupakan perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti. Ciri perubahan secara evolusi ini seakan perubahan itu tidak terjadi di masyarakat, berlangsung secara lambat dan umumnya tidak mengakibatkan disintegrasi kehidupan.

2) Perubahan Sosial secara Cepat

Perubahan sosial yang berjalan cepat disebut revolusi. Selain terjadi secara cepat, juga menyangkut hal-hal yang mendasar bagi kehidupan masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan sering menimbulkan disintegrasi dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.

3) Perubahan Sosial Kecil

Perubahan sosial kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung / berarti bagi masyarakat karena tdak berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan dan lembaga kemasyarakatan.

4) Perubahan Sosial Besar

Perubahan sosial besar merupakan perubahan yang dapat membawa pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan serta menimbulkan perubahan pada lembaga kemasyarakatan seperti yang terjadi pada masyarakat yang mengalami proses modernisasi - industrialisasi. 5) Perubahan Sosial yang Direncanakan

Perubahan Sosial yang direncanakan atau rekayasa sosial “social

engineering” merupakan perubahan yang diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan mengadakan perubahan di dalam masyarakat (agent of change). 6) Perubahan Sosial yang Tidak Direncanakan

(10)

dikehendaki oleh masyarakat dan di luar jangkauan pengawasan masyarakat. Bisa terjadi, perubahan yang tidak direncanakan/tidak dikehendaki ternyata diharapkan dan diterima oleh masyarakat, seperti reformasi yang terjadi di Indonesia.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial

Menurut Soekanto (2000), penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

e. Tahap-tahap perubahan sosial

Menurut Soekanto (1981: 95), suatu proses perubahan tentang struktur dan fungsi sistem- sistem sosial setidaknya terjadi dalam tiga tahap:

1) Invensi; yakni suatu proses dimana perubahan itu didasari dari dalam masyarakat itu sendiri, diciptakan oleh masyarakat itu sendiri yang kemudian munculah perubahan- perubahan.

2) Diffusi; dimana ide- ide atau gagasan yang didapat dari luar itu kemudian dikomunikasikan dalam suatu masyarakat.

(11)

bersikap terbuka terhadap hal- hal atau masalah baru baik dari luar maupun dari dalam.

2. Pendidikan

a. Definisi Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan. Pendidikan selanjutnya diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Sugihartono, 2007:3).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

George F. Kneller dalam bukunya yang berjudul: Foundations of Education mengatakan bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti

luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung terus (seumur hidup) (Siswoyo, 2007:18).

(12)

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan perilaku manusia agar dapat secara aktif mengembangkan potensi diri yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada dirinya yang dilakukan melalui usaha sadar, terorganisir, terencana, dan berlangsung sepanjang hayat untuk memanusiakan manusia.

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, bab II pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Sementara tujuan pendidikan menurut Langeveld mengemukakan ada enam macam tujuan pendidikan, yaitu (1) tujuan umum, total atau akhir, (2) tujuan khusus, (3) tujuan tak lengkap, (4) tujuan sementara, (5) tujuan intermedier dan (6) tujuan insindental.

Tujuan pendidikan pada GBHN adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, keratif, terampil, beridsiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, dan sehat jasmani-rohani.

Bagi kaum Naturalis, dengan tokohnya JJ. Rousseau, menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan adalah self-realisasi potensi-potensi manusia menjadi kenyataan di dalam tindakan yang nyata

Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk manusia seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara harmonis, berimbang dan terintegrasi. c. Fungsi Pendidikan

(13)

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Thomas (1981) mengungkapkan bahwa ada tiga fungsi utama yang diharapkan dari dunia pendidikan yaitu: the administrator’s production

function, the psycologist’s production function dan the economic’s

production function.

3. Hubungan Perubahan Sosial dengan Pendidikan

(14)

C. PEMBAHASAN

1. Perubahan sosial yang sedang terjadi di Indonesia saat ini

Perkembangan sosial di Indonesia dimulai dengan reformasi yang membawa perubahan terhadap tantanan kehidupan. Reformasi merupakan suatu proses perbaikan dengan melakukan koreksi terhadap unsure-unsur yang rusak, dengan tetap mempertahankan elemen budaya dasar yang masih fungsional, tanpa merubah bentuk masyarakat dan budaya secara total dan mendasar. Transformasi adalah perubahan yang sifatnya lebih cepat, total, mendasar dan menyeluruh. Sedangkan deformasi merupakan kerusakan pada keteraturan sosial tersebut. Perubahan yang cepat tersebut harus mampu mempertahankan “cultural continuity”, dan disini suatu unsur yang amat

perlu dipertahankan adalah kesepakatan-kesepakatan nilai (commonality of values) yang pernah dicapai selama lebih dari 60 tahun silam (http://diez-files.blogspot.com/2007/09/perkembangan-sosial-di-indonesia.html, diakses 10 Oktober 2014).

Akibat gejala sosiologis fundamental, maka terjadi pergeseran-pergeseran yang diantaranya sebagai berikut:

a. Pergeseran Struktur Kekuasan: Otokrasi menjadi Oligarki, Kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi dsb.). Krisis dlm representative democracy dan civil society.

(15)

1) Konflik sosial yang terjadi di Indonesia bukan hanya konflik terbuka (manifest conflict) tetapi lebih berbahaya lagi adalah “hidden atau latent conflict” antara berbagai golongan.

2) Cultural animosity adalah suatu kebencian budaya yang bersumber dari perbedaan ciri budaya tetapi juga perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga terkandung unsur keinginan balas dendam. Konflik tersembunyi ini bersifat laten karena terdapat mekanisme sosialisasi kebencian yang berlangsung dihampir seluruh pranata sosialisasi (agent of socialization) di masyarakat (mulai dari keluarga, sekolah, kampung, tempat ibadah, media massa, organisasi massa, organisasi politik dsb.

3) Kita belum berhasil menciptakan kesepakatan budaya (civic culture). 4) Persoalannya adalah proses integrasi bangsa kita yang kurang mengembangkan kesepakatan nilai secara alamiah dan partisipatif (integrasi normatif), tetapi lebih mengandalkan pendekatan kekuasaan (integrasi koersif).

5) Karena kebencian sosial yang tersembunyi, maka timbul suatu budaya merebaknya pengangguran. Secara sosiologis, penganggur adalah orang yang tidak memiliki status sosial yang jelas (statusless), sehingga tidak memiliki standar pola perlaku yang pantas atau tidak pantas dilakukan, cenderung mudah melepaskan diri dari tanggungjawab sosial.

2. Kondisi pendidikan Indonesia saat ini

Makalah ini akan memfokuskan pembahasan pada kondisi kurikulum, kelembagaan, profesionalisme guru dan strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Kurikulum

(16)

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Wina Sanjaya (2008) mengemukakan, kurikulum berhubungan dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai tujuan yang ingin dicapai. Seringkali kurikulum juga diartikan sebagai mata pelajaran.

Menurut Wina Sanjaya, proses perencanaan kurikulum memiliki ketentuan, yaitu: 1) Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgement ahli bidang studi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan faktor pendidikan, ahli tersebut menentukan mata pelajaran apa yang harus diajarkan pada siswa; 2) Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti tingkat kesulitan, minat siswa, urutan bahan pelajaran, dan lain sebagainya; 3) Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan pada penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat menguasai materi pelajaran.

Isu aktual terkait kurikulum baru tahun 2013 di antaranya adalah masalah materi pelajaran dan kesiapan sumber daya manusia (guru). Banyak kritik yang menyangsikan kurikulum tersebut dapat dipraktikkan dengan baik, karena kualitas guru yang belum kondusif dan penyatuan sejumlah mata pelajaran yang terkesan dipaksakan.

b. Kelembagaan

Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan yang dimaksud dengan uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau bahkan dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama. Dualisme atau dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama ini agaknya merupakan warisan dari pemikiran Islam klasik yang memilah antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu ghairuh syariah dan ilmu syariah, seperti yang terlihat dalam konsepsi al-Ghazali (Otman, 1981: 182).

(17)

1987:3). Jenis pendidikan yang pertama melahirkan sosok manusia yang berpandangan sekuler, yang melihat agama hanya sebagai urusan pribadi. Sedangkan sistem pendidikan yang kedua melahirkan sosok manusia yang taat, tetapi miskin wawasan. Dengan kata lain, adanya dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kendala untuk dapat melahirkan sosok manusia Indonesia “seutuhnya”.

c. Profesionalisme Guru

Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan. Menurut Suyanto (2007: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun funfsional yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera

ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia

pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “digugu lan

ditiru”.

Lebih jauh Suyanto (2007: 3-4) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah: (a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b) harus berdasarkan atas kompetensi individual, (c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (d) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, (e) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik (kide etik), (g) memiliki sistem seleksi profesi, (h) adanya militansi individual, dan (i) memiliki organisasi profesi.

(18)

pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan) Suyanto (2007: 4).

Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini.

Lebih jauh disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP. No. 74 Th. 2008).

Sejalan dengan tugasnya sebagai tenaga pendidik profesional, guru dituntut memiliki empat kompetensi. Adapun empat kompetensi tersebut yaitu: (1) Kompetensi Kepribadian; (2) Kompetensi Pedagogik; (3) Kompetensi Profesional; (4) dan Kompetensi Sosial. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (PP. Nomor 74 Tahun 2008).

d. Strategi Pembelajaran

(19)

Paulo Freire (2000: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept).

Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing). Namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru.

Suprijono (2009:3) mengatakan bahwa strtegi pembelajaran sekarang ini harus menggunakan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa atau student centered, bukan berpusat pada guru atau teacher centered. Guru lebih berperan sebagai fasilitator, mediator, dinamisator,

organisator, dan katalisator. Konsep semacam ini dapat menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Apabila siswa aktif maka tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Peran pendidikan dalam perubahan sosial

Peran pendidikan dalam perubahan sosial masyarakat Indonesia yaitu: a. Berpikir kritis dan inovatif

(20)

kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman atau tidak.

Berbekal pendidikan, masyarakat akan terdorong untuk berusaha menciptakan berbagai penemuan kebudayaan yang baru agar masyarakatnya mampu hidup mengikuti perkembangan zaman. Peran pendidikan dalam konteks ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti di amanatkan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

b. Mendorong sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

Sikap positif masyarakat terhadap berbagai hasil karya anggota masyarakatnya, merupakan indikasi bahwa masyarakat tersebut ingin maju lewat hasil karya baru warganya yang diharapkan dapat membawa perubahan dan kebaikan bagi kehidupan masyarakatnya: Seperti penghargaan, pemberian Tanda Jasa, penghargaan Kenaikan Jabatan dan sebagainya, mendorong masyarakat untuk terus berprestasi lewat karya-karya baru mereka, sehingga membawa perubahan dalam masyarakatnya. Hal ini menjadi salah satu indikator keberhasilan pendidikan dalam mendewasakan manusia seperti dikemukakan oleh Sugihartono (2007:3) bahwa pendidikan selanjutnya diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

c. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang yang bukan merupakan pelanggaran hukum

(21)

perubahan-perubahan di dalam kehidupan masyarakatnya: Seperti toleransi terhadap warga masyarakat yang tidak lagi melaksanakan kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya karena menganggap kebiasaan tersebut kurang rasional atau tidak relevan lagi dengan kemajuan zaman, serta menggantinya dengan bentuk kebiasaan baru yang diikuti oleh berkembangnya lembaga-lembaga kemasyarakatan yang baru pula. Sekarang ini semakin banyak warga masyarakat yang pada saat melakukan acara MITONI (Tujuh Bulanan) usia kandungan, tidak lagi melakukan upacara-upacara ritual seperti dilakukan oleh generasi-generasi sebelumnya, namun cukup dengan acara pengajian dan doa keselamatan. Sikap semcam ini merupakan bentuk penerimaan hal-hal baru seperti pendapat Soemardjan (1982) bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.

d. Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka

(22)

e. Pemahaman atas keberadaan masyarakat yang heterogen

Di dalam masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai perbedaan latar belakang kebudayaan, ras, ideology dan sebagainya, mempermudah terjadinya konflik-konflik dalam masyarakat, sehingga sering muncul goncangan-goncangan yang mendorong terjadinya perubahan kehidupan masyarakat: Di dalam komunitas masyarakat Transmigran yang berasal dari berbagai macam daerah/wilayah Indonesia yang padat penduduknya, harus berkumpul dalam satu wilayah yang sama, menjalankan kehidupan bersama. Karena mereka berasal dari daerah yang berbeda, cenderung berperilaku sesuai budaya asalnya masing-masing, sehingga sering terjadi ketidak cocokan di antara mereka karena menganut nilai dan norma yang berbeda, maka muncullah gesekan/konflik. Berangkat dari sinilah pendidikan diharapkan memiliki peran yang kuat dalam memperbaiki moral bangsa. Hal ini sependapat dengan pendapat Sudjana (2004:2) bahwa pendidikan adalah upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan kata lain pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya.

f. Orientasi ke masa depan

(23)

karena sesungguhnya masa depan itulah mengaharap-harapkan dari kita, kita sendirilah yang seharusnya menyiapkannya (Joesoef, 2001: 198). g. Pandangan bahwa manusia harus senantiasa memperbaiki hidupnya

(24)

D. PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Kondisi sosial yang terjadi di Indonesia

Perubahan sosial di Indonesia dimulai dengan reformasi yang membawa perubahan terhadap tantanan kehidupan. Reformasi merupakan suatu proses perbaikan dengan melakukan koreksi terhadap unsur-unsur yang rusak, dengan tetap mempertahankan elemen budaya dasar yang masih fungsional, tanpa merubah bentuk masyarakat dan budaya secara total dan mendasar. Akibat gejala sosiologis fundamental, maka terjadi pergeseran-pergeseran yang diantaranya: pergeseran struktur kekuasan dari Otokrasi menjadi Oligarki dan kebencian sosial yang tersembunyi (Socio–Cultural Animosity).

b. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini

Kondisi pendidikan Indonesia saat ini menunjukkan bahwa: penerapan kurikulum 2013 yang belum sepenuhnya siap karena pendidik belum mengetahui secara mendalam tentang cara pembuatan perangkat pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa, permasalahan sistem kelembagaan pendidikan dualisme atau bahkan dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama, profesionalisme Guru yang masih rendah dan strategi pembelajaran yang belum tepat dan kurang inovatif.

c. Peran pendidikan dalam perubahan sosial

(25)

2. Saran

a. Perubahan sosial dalam masyarakat tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, olehnya itu kita sebagai bagian dari kelompok sosial harus berusaha mengendalikan perubahan itu ke arah yang positif agar budaya yang terbentuk dari perubahan sosial dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia yang makmur dan damai.

b. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional hendaknya selalu melakukan perbaikan secara terus guna memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia dari sistem, landasan dan komponen-komponen pendukungya berdasarkan pendidikan yang humanis dan Pancasila dan UUD 45.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Allan, Thomas. 1981. The Productive School. A System Analisis Approach to Education Administration. New York: John Willey and Son Inc.

Freire, Paulo. 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya dkk. Jakarta: LP3ES.

Henslin, James M. 2007. Essential of Sociology : A Down-to-Earth Approach (Sosiologi dengan Pendekatan Membumi). Penerjemah: Kamanto Sunarto. Jakarta: Penerbit Erlangga

Horton, Paul B & Hunt,Chester L. 1992. Sociology (Sosiologi). Penerjemah: Aminudin Ram. Jakarta: Penerbit Erlangga Soekanto.

http://www.merdeka.com/tag/k/ kenakalan-remaja, diakses 8 September 2014. Karis, M. Rusli. 1991. Pendidikan Islam sebai Upaya Pembebasan Manusia,

dalam Muslih Usa (ed.). Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Maarif, Ahmad Syafii, 1987. Masalah Pembaharuan Pendidikan Islam, dalam Ahmad Busyairi dan Azharudin Sahil (ed.). Tantangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: LPM UII.

Moore, Wilbert. E. 2002. Social Change. New York: The Macmillan Company. Othman, Ali Issa, 1981. Manusia Menurut al-Ghazali, alih bahasa Johan Smit

dkk. Bandung: Pustaka.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Th. 2008 tentang Guru.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Soedjatmoko. 1991. Nasionalisme sebagai Prospek Belajar. Prisma, No. 2 Th. XX, Februari.

Soekanto, Soerjono. 1981. Memperkenalkan sosiologi. Jakarta: Rajawali Press. _______________. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo

(27)

Soemardjan, Selo. 1982. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

Siswoyo, Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2004. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2007.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyanto. 2007. Tantangan Profesionalisme Guru di Era Global. Pidato Dies Natalis ke-43 Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Mei.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengangkat permasalahan klasifikasi hasil pap smear test di Rumah Sakit “X” Surabaya tahun 2010 yang didasarkan pada ketujuh faktor risiko, yaitu

Secara teoritis, hasil penelitian ini serta didukung pula oleh sejumlah penelitian lainnya tentang flypaper effect di Indonesia dapat digeneralisasi bahwa tujuan

(1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam qanun ini dapat juga dilakukan oleh

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sebelas

Pada percobaan kali ini praktikan akan mencoba untuk instalasi dan konfigurasi FTP server terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan instalasi Filezilla pada komputer

Rumusan masalah umum penelitian ini adalah “ “apakah implementasi supervisi akademik kepala sekolah dalam peningkatan profesionalisme guru di SMP Negeri 7 seluma telah

[r]

Menurut Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 14 Tahun 2012 tentang pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa pendidikan Praktik