• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pendidikan Nasional id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan Pendidikan Nasional id. docx"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kata pengantar buku Sistem Pendidikan Nasional Visioner karya

Muhamad Mastuhu, Komarudin Hidayat menyimpulkan sebagai berikut1: “Muhamad Mastuhu memiliki pandangan inklusivisme dalam politik pendidikannya. Maka model pendidikan yang harus dikembangkan oleh Bangsa ini, yaitu, suatu pendidikan dan pengajaran yang senantiasa melakukan proses internalisasi akan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab (humanity adn equality), persatuan Indonesia (nasionalisme dan keindonesiaan), kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan (freedom and democracy), dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (fairness)”.

Dari dasar tersebut, Muhamad Mastuhu menjelaskan bahwa substansi dari

strategi Sistem Pendidikan Nasional Visioner (SPNV) adalah “kukuh dalam

akidah, dinamis dalam syari’ah, dan santun serta bermoral dalam kerja

pendidikannya”.2

Ahmad Tafsir dalam buku nya Filsafat Pendidikan Islami mengatakan

bahwa kesulitan yang dihadapi para pendidik Muslim untuk mencapai

Internalisasi Pendidikan Islami yang ketiga, yaitu being muslim sangat sulit

karena ahli pendidikan Islami tidak memiliki metode nya. Sedangkan ahli-ahli

pendidikan Barat malu membicarakan being muslim. Untuk aspek knowing

dan doing para ahli pendidikan Islami punya metode yang jauh lebih variatif

dan lebih canggih.3

Metode internalisasi sampai Tahun 2005 adalah istilah dari Prof. Achmad

Sanusi, UPI. Prof. Djawad Dahlan menyebutnya metode personalisasi.4

1Muhamad Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Ciputat: Lentera Hati, 2007, Cet.I, hlm.ix.

2Ibid, hlm.ix.

3Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012, Cet-V, hlm. 228.

(2)

Maka untuk mewujudkan cita-cita Internalisasi diatas, maka diperlukan

sistem pendidikan. Muhammad Maftuhu memberikan definisi sistem

pendidikan sebagai berikut:

“Totalitas interaksi dari seperangkat unsur-unsur pendidikan yang bekerjasama secara terpadu dan saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan bersama para pelakunya. Kerjasama harus didasari, dijiwai, digerakkan, digairahkan dan diarahkan oleh nilai-nilai luhur yang dijunjung bersama. Unsur organik maupun anorganik, yakni dana, sarana, alat-alat perangkat keras maupun lunak. Hubungan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan”.

Tantangan pendidikan dewasa ini, manusia dituntut berusaha tahu banyak

(knowing much), berbuat banyak (doing much), mencapai keunggulan (being

exellence), menjalin hubungan dan kerjasama dengan orang lain (being

sociable), sertaterus memegang teguh nilai-nilai (being morally). Dasar-dasar

manusia “unggul, bermoral, dan bekerja keras” diberikan di sekolah.5

Maka untuk menanggulangi persoalan-persoalan pendidikan diatas,

ditetapkanlah Standar Nasional Pendidikan di suatu Negara. Dalam hal ini

kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di seluruh wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.6

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Standar Nasional Pendidikan di Indonesia? 2. Bagaimana penerapannya hingga saat ini?

C. TUJUAN & MANFAAT

1. Mengetahui Standar Nasional Pendidikan di Indonesia saat ini 2. Mengetahui keunggulan dan cara pengembangannya ke depan.

Pendidikan, Menjawab Problematika Krisis Pendidikan Kontemporer, Bogor: UIKA Press, hlm.46. 5Nana Syaodih Sukmadinata, et al., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsif, dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama, 2006, hlm. 5.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 1. Landasan Dasar

Pertama adalah filsafat Negara yaitu Pancasila, yang dimana di

dalam nya terdapat lima sila dan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah

core nya. Maka bila dibaca setiap butir maka seharusnya sebagai

berikut7:

(4)

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

3. Persatuan Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan berdasarkan Ketuhaan Yang Maha Esa

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dan apabila digambarkan, maka gambar yang benar adalah sebagai

berikut8:

Kedua adalah Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 Ayat 1

hingga ayat 5, sebagaimana berikut9:

“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (Ayat 1). Setiap warna negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (Ayat 2). Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (Ayat 3). Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendidikan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (Ayat 4). Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Ayat 5).”

8Ibid, hlm.154.

9Undang-undang Dasar 1945

Keadilan Sosial

Ketuhanan Yang Maha

Esa

Kemanusiaan

Kerakyatan yang Dipimpin..

Persatuan

(5)

Ketiga adalah Undang-undang. Sudah dilakukan dan banyak

sekali, diantaranya: Undang-undang Sistem Pendidikan nasional

(UUSPN) No.2 Tahun 198910 yang kemudian diganti dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 Tahun 2003 yang

berlaku hingga saat ini.11

Keempat adalah Peraturan Pemerintah. Untuk saat ini Standar

Nasional Pendidikan masih menggunakan Peraturan Pemerintah No.

19 Tahun 2005.12

Kelima, Peraturan Pemerintah itu harus diturunkan kedalam Surat

Keputusan Menteri (SKM).

Keenam, Surat Keputusan Menteri itu (bila perlu) dituangkan

dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) atau Petunjuk Tekhnis

(JUKNIS).

Maka urutan operasional dari teori diatas bila digambarkan akan

tampak sebagai berikut13:

Gambar: 2 Petunjuk tekhnis landasan operasional pendidikan

2. Pengertian

10M.Ali Hasan, Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2002, Cet-II, hlm.37.

11Ahmad Tafsir, Ibid, hlm.72.

12Tim Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Sisdiknas, Bandung: Fokus Media, 2011, hlm.61.

13Ahmad Tafsir, Ibid, hlm.72.

FILSAFAT NEGARA

UUD

UU UU

PP PP

SKM SKM

(6)

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang

sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia (PP No.19 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 1).

3. Fungsi dan Tujuan

a) Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (PP No.19 Tahun 2005 Pasal 3).

b) Standar Nasional Pendidikan bertujuan menajmin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 Tahun 2005 Pasal 4)

c) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global (PP No.19 Tahun 2005 Pasal 2 Ayat 3).

B. LINGKUP STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Implementasi Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya

disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik

dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pembiayaan, standar penilaian pendidikan.14

Dalam makalah ini penulis akan memaparkan empat standar nasional

pendidikan sebagimana berikut:

1. Standar Isi

Pendidikan Nasional harus merata, maka pemerintah melalui

undang-undang mewujudkan program wajib belaajr 9 tahun.

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas

(7)

manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa,

serta olah raga agar mampu menghadapi tantangan blobal.

Standar Isi meliputi: Pertama, kerangka dasar dan struktur

kurikulum Kedua, beban belajar. Ketiga, kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) yang berubah menjadi K13. Keempat, kalender

pendidikan.

Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 59 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.

a) Struktur Kurikulum15

Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SMA/MA pada setiap tingkat kelas.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:16

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMA/MA dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti SMA/MA KOMPETENSI INTI

KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan

2. Menghayati dan mengamalkan

2. Menghayati dan mengamalkan

15Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.

(8)

KOMPETENSI INTI

sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan

(9)

KOMPETENSI INTI yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

b) Mata Pelajaran

Tabel 2: Struktur Kurikulum SMA/MA

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER MINGGU

X XI XII

KELOMPOK A (UMUM)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matematika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan 3 3 3

9 .

Prakarya dan Kewirausahaan

2 2 2

Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B

per minggu 24 24 24

KELOMPOK C (PEMINATAN)

Mata pelajaran peminatan akademik 9 atau 12 12 atau 16 12 atau 16 Mata pelajaran pilihan lintas minat

dan/ataupendalaman minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8 Jumlah jam pelajaran kelompok A, B,

dan C per minggu 42 44 44

(10)

1) Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat. 2) Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran

yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.

3) Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.

4) Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah

5) Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.

6) Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.

7) Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.

8) Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.

9) Khusus untuk Madrasah Aliyah struktur kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.

10) Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan.

11) Mata Pelajaran Umum

Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.

12) Mata Pelajaran Peminatan Akademik

Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan.

(11)

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta

didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

1. Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.

a. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran.

b. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran.

2. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.

3. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu 4. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.

Beban belajar bagi SMA/MA yang menyelengarakan Sistem Kredit

Semester (SKS), diatur dalam pedoman SKS.

d) Kalender Pendidikan17

No. Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan 1. Minggu efektif

belajar

Min. 34 pekan Mak. 38 pekan

Pembelajaran efektif

2. Jeda tengah semester Mak. 2 pekan Sepekan tiap semester 3. Jeda antar semester Mak. 2 pekan Antara semster I dan II 4. Libur akhir tahun Mak. 3 pekan Persiapan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran

5. Hari libur keagamaan

2-4 pekan Daerah khusus

6. Hari libur Nasional Mak. 2 pekan Sesuai peraturan pemerintah

7. Hari libur khusus Mak. 1 pekan Sesuai ciri kekhususan masing-masing

8. Kegiatan khusus

sekolah Mak. 3 pekan Kegiatan yang diprogramkan secara khusus

Tabel: 3 Alokasi waktu pada Kalender Pendidikan

(12)

2. Standar Proses

Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran

pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.

Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi

Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.18

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

a) Prinsip Proses Pembelajaran sebagai berikut:

1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

(13)

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal

menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal

(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;

12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang

budaya peserta didik.

b) Karasteristik Pembelajaran

1) Satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.

2) Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan

(14)

tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

Tabel:4 Ranah Kompetensi

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar

Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

Mencipta

c) Sillabus Pembelajaran

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap

bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus

digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan

pembelajaran.

Tabel: 5 Silabus Pembelajaran

d) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran :

Satuan Pendidikan :

Kompetensi Inti :

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian

Materi Pokok

Kegiatan Pembelajaran

Alokasi Waktu

(15)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP

dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran

peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap

pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

No. Uraian No. Uraian

1.1 2.1

1.1.1 2.1.1

1.1.2 2.1.2

Tabel: 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP Terbaru 2017

Pengembangan kecerdasan abad 21 1) Harus memunculkan 4 c

a) Critical thingking : berfikir kritis b) Collaboration : berkelompok

c) Creative : kreatif

d) Communication : komunikasi 2) Harus memunculkan pembentukan karakter

Nilai-nilai Pembentuk Karakter

Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian

NAMA SEKOLAH :

MATA PELAJARAN :

KELAS/PEMINATAN :

SEMESTER :

MATERI POKOK :

ALOKASI WAKTU : ... X 45 Menit ( ... x pertemuan) • Kompetensi inti

• Tujuan Pembelajaran

(16)

empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

a) Jujur b) Toleransi c) Disiplin d) Kerja keras e) Kreatif f) Mandiri g) Demokratis h) Rasa Ingin Tahu i) Semangat Kebangsaan j) Cinta Tanah Air k) Menghargai Prestasi l) Bersahabat/Komunikatif m)Cinta Damai

n) Gemar Membaca o) Peduli Lingkungan p) Peduli Sosial q) Tanggung Jawab r) Religius

3) Harus memunculkan literasi :

Literasi berasal dari istilah latin 'literature' dan bahasa inggris 'letter'. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)."

4) Harus memunculkan soal hots

5) Ki 1 dan ki 2 untuk mapel selain pkn dan agama harus digabungkan untuk membedakan antara direct theaching dgn indirect theaching

6) Tujuan pembelajaran sebaiknya deskripsi dengan memunculkan tujuan pembelajaran dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap

7) Materi pembelajaran boleh dikelompokkan berdasarkan fakta, konsep dan prosedur maupun metakognitif

e) Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran

(17)

instruksional (instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap.

2) Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling.

3) Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

4) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman, catatan anekdot, dan refleksi.

f) Aspek yang Diukur Dalam Penilaian Berbasis Kompetensi

Ada tiga aspek yang diukur, yaitu: Kognitif, Afektif, Psikomotor.

Aspek yang pertama yaitu Kognitif memiliki 6 tingkatan berfikir. Hal ini

sebagimana dipaparkan dalm Taxonomy Bloom (Bloom, Englehart, Furst,

Hill, Krathwohl) sebagi berikut:19

Kognitif20

1) Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu kota, rumus).

2) Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf).

3) Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya: menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah).

4) Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi).

5) Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian di laboratorium).

6) Evaluasi (Evaluation), Kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu.

Afektif

1) Mencakup penilaian a.l. : Sikap, Tingkah Laku, Minat, Emosi dan Motivasi, Kerjasama, Koordinasi dari setiap peserta didik.

19Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran (Filosofi, Teori, dan Aplikasi), Bandung: Pakar Raya, 2004, hlm.59.

(18)

2) Dilakukan melalui pengamatan dan interaksi langsung secara terus menerus. Pada umumnya dilakukan secara non-ujian (misalnya; untuk mengetahui siapa peserta didik yang bisa dipercaya, siapa peserta didik yang disiplin, siapa yang berminat ke jurusan Ilmu Sosial atau Ilmu Alam dll)

3) Setiap informasi yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan sebagai referensi dalam penilaian berikutnya.

4) Penilaian afektif dibagi atas penilaian afektif secara umum (budi pekerti) dan penilaian afektif per mata pelajaran.

Psikomotorik

1) Tidak semua mata pelajaran dapat dinilai aspek psikomotornya (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik).

2) Digunakan untuk pembelajaran yang banyak memerlukan praktik: Pendidikan Agama, Pendidikan Seni, Pendidikan Jasmani, Praktik IPA dan Bahasa

Untuk penyusunan soal, sesuai dengan indikator yang telah disusun dalam silabus, hendaknya memiliki tingkat berpikir menengah sampai tinggi.

g) Pengawasan Proses Pembelajaran

Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna

peningkatan mutu secara berkelanjutan. Sistem pengawasan internal

dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan dinas pendidikan dan

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Kepala Sekolah, Pengawas dan

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan melakukan pengawasan dalam

rangka peningkatan mutu. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan

pengawasan dalam bentuk supervisi akademik dan supervisi manajerial. 1) Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi, pelaporan, dan

tindak lanjut.

2) Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

(19)

yang dilakukan melalui antara lain, pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi, atau pelatihan. 4) Pelaporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi

proses pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.

5) Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk: - Penguatan dan penghargaan kepada guru yang

menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar; dan

- Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan

3. Standar Kompetensi Lulusan

Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki

kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Hal ini sesuai dengan Peraturan menteri pendidikan dan

kebudayaan nomor 20 tahun 2016 tentang standar kompetensi lulusan

pendidikan dasar dan menengah.21

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan

SMA/MA/SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi sikap

sebagai berikut.

Tabel: 7 Dimensi Sikap

SD/MI/SDLB/ Paket A SMP/MTs/SMPLB/

Paket B

SMA/MA/SMALB/ Paket C

Rumusan Memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli,

3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli,

3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli,

3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati

(20)

sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.

sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan

internasional

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/ SMPLB/Paket B; dan

SMA/MA/ SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan

sebagai berikut.

Tabel: 8 Dimensi Pengetahuan

SD/MI/SDLB/ Paket A SMP/MTs/SMPLB/ Paket B SMA/MA/SMALB/ Paket C

Rumusan Memiliki pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan: 1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi,

3. seni, dan 4. budaya.

Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,

sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan dengan:

1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi,

3. seni, dan 4. budaya.

Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,

sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan:

1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi,

3. seni,

4. budaya, dan 5. humaniora. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,

(21)

Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif

pada masing-masing satuan pendidikan dijelaskan pada matriks berikut

Tabel: 9 Matriks Standar Kompetensi Lulusan

Penjelasan SD/MI/SDLB/

Faktual Pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.

Pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

Pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks Konseptual Terminologi/ istilah

yang digunakan, teknologi, seni dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara

Terminologi/ istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi dan teori, yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu

(22)

bangsa, negara, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara.

Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan teknologi, seni dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu

(23)

negara, dan kawasan

Tabel: 10 Dimensi Keterampilan

SD/MI/SDLB/ Paket A SMP/MTs/SMPLB/

Paket B

SMA/MA/SMALB/ Paket C

Rumusan Memiliki keterampilan

berpikir dan bertindak: 1. kreatif,

2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri,

5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap

perkembangan anak yang relevan dengan tugas yang diberikan

Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif,

2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri,

5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri

Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif,

2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri,

5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri

Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang

pendidikan memperhatikan: a. perkembangan psikologis anak; b. lingkup dan

(24)

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

A. Pendidik

Untuk Standar Nasional Pendidikan yaitu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan. Mengenai standar keempat diatas dapat dirincikan

sebagai berikut:

Pertama dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2,22 2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Kedua Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab VI Pasal 28

Ayat 1,2, dan 3 sebagi berikut:23

1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2) Kualifikasi akademik sebagimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkatan pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3) Kompetensi24 sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

a) Kompetensi pedagogik b) Kompetensi kepribadian c) Kompetensi profesional; dan d) Kompetensi sosial

Ketiga dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 sebagi berikut25:

1)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

22Tim Fokus Media, Ibid, hlm. 21. 23Redaksi Sinar Grafika, Ibid, hlm.17.

24Menurut Akhmad Alim, selain Empat Kompetensi yang diharuskan oleh Pemerintah harusnya ditambah satu Kompetensi lagi yaitu; Kompetensi Diyanah.

(25)

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

B. Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan sebagaimana dalam UUSPN No.20

Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 1 adalah;

1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Tenaga kependidikan dalam Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005 bagian kedua tentang Tenaga Kpeendidikan Pasal 35

sebagai berikut:

Tenaga Kpeendidikan unutk tingkat SMA/MA sekurang-kurangnya terdiri dari:

a) Kepala sekolah b) Tenaga administrasi c) Tenaga perpustakaan d) Tenaga laboratorium e) Tenaga kebersihan sekolah

C. Rasio Pendidik terhadap Peserta Didik

Sesuai Permendikbud Nomor 17 tahun 2017 pasal 24 rasio

peserta didik sebagimana tabel dibawah ini. Tabel: 11 rasio Pendidik terhadap peserta didik

No Nama Satuan Minimal Maksimal

1 SD 20 orang 28 orang

2 SMP 20 orang 32 orang

3 SMA 20 orang 36 orang

4 SMK 15 orang 36 orang

5 SDLB - 5 orang

(26)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah yang dipaparkan dapat dipahami bahwa Kebijakan

Pemerintah atas penetapan Standar Nasional Pendidikan sudah sangat

bagus dan tepat. Akan tetapi Infrastruktur untuk memenuhi Standar

Nasional Pendidikan diatas belumlah memadai. Hal ini tampaknya

disebabkan beberapa hal:

Pertama, masih minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam

bidang pendidikan yang profesional (linieritas), baik itu dari Pendidik

maupun Tenaga Kependidikan.

Kedua, Fasilitas yang masih sangat terbatas, di masa ini dimana di

belahan dunia lain sudah menggunakan teknologi seperti: papan tulis

touch screen, slide dan proyektor, video, serta bahan belajar-mengajar

yang tanpa buku (e-book). Sementara di Indonesia masih ada yang

berkutat dengan kapur tulis dan black board, sebahagian besar baru pakai

spidol dan white board.

Ketiga, ketersediaan sumber ajar dan literasi yang masih sangat

minim. Di daerah Jabodetabek saja masih banyak sekolah yang belum

memiliki perpustakaan yang memadai sebagai sumber dan fasilitas literasi.

B. Saran

Kepada Pemerintah agar terus berbenah memperbaiki pendidikan

di Indonesia dengan lebih melihat kepada law imporcement daripada terus

menerus memperbaiki peraturan maupun perundang-undangan yang ada. Kepada Pemangku kebijakan di Universitas agar menelurkan

(27)

Sehingga akan muncul manusia Indonesia yang Profesional dlam bidang

dengan keahlian masing-masing.

Kepada Masyarakat agar menuntut hak yang telah diamantkan

undang-undang, yaitu; wajib belajar 9 tahun (minimal), di beberapa

provinsi sudah menerapkan wajib belajar 12 tahun seperti DKI Jakarta.

Terlebih lagi sudah banyaknya program beasiswa yang digelontorkan

pemerintah melalui Mendikbud, Kemenag dan Kemenkeu atau pun pihak

swasta lainnya.

C. Harapan

Semoga pendidikan di Indoensia sesuai harapan para pemangku

kebijakan dan juga masyarakat, yaitu pada tahun 2030 menjelma sebagai

negara dengan melahirkan banyak Ilmuan sehingga pada tahun 2045

benar-benar manusia Indonesia menjadi Generasi Emas.

(28)

Alim, Akhmad, Islamisasi Ilmu Pendidikan, Menjawab Problematika Krisis Pendidikan Kontemporer, Bogor: UIKA Press

AS, I. Wayan, 2012, 8 Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: CV Azzahra.

Hasan, M.Ali, Ali, Mukti, 2002, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.

Mastuhu, Muhamad, 2007, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Ciputat: Lentera Hati

Nurhudaya, Ade, (Koordinator Pengawas Disdik Kabupaten Bogor), Slide Presentasi:.Intisari Lampiran Permendikbud No.22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.

Sutanto, Purwadi, 2017, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan SMA, Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA (pdf).

Syaodih Sukmadinata, Nata, et al., 2006, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsif, dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama

Tafsir, Ahmad, 2012, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Yulaelawati, Ella, 2004, Kurikulum dan Pembelajaran (Filosofi, Teori, dan Aplikasi), Bandung: Pakar Raya

Fokus Media, Tim, 2011, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Sisdiknas, Bandung: Fokus Media.

Sinar Grafika, Redaksi, Standar Nasional Pendidikan: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.

Salinan Putusan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gambar

Tabel 1:Kompetensi Inti SMA/MA
Tabel 2: Struktur Kurikulum SMA/MA

Referensi

Dokumen terkait

Genotipe pembanding jagung ketan memiliki nilai yang nyata lebih tinggi pada karakter bobot biji dan produktivitas.. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok genotipe uji

Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa zeolit MOR pori hirarki yang disintesis menggunakan silika SCBA maupun silika komersial (LUDOX) memiliki fasa kristalin dengan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan serat tangkai lada sebanyak 0,5%, 1%, 1,5%, 2% dan 2,5% pada campuran beton mampu meningkatkan: (1)kuat tekan beton,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi korelasi antara interval S2-OS yang sudah disesuaikan dengan mitral valve area (MVA) pada pasien mitral stenosis

Aplikasi dengan menghembuskan abu terbang kayu pada dosis 40 kg/ha efektif mengurangi populasi WBPC dalam 2 hari setelah aplikasi dengan rerata populasi sebanyak 0,5

Kuliah pada tingkat SO dan SI terhadap setiap kelompok yang terdiri dari sebanyak ‐ banyaknya 40 orang mahasiswa selama 1 semester, 1  jam tatap muka per minggu ditambah 1 jam

Keputusan kajian menunjukkan bahawa tahap kepuasan bekerja bagi aspek pendorong di kalangan guru - guru adalah lebih tinggi berbanding dengan tahap kep uasan bekerja

Nilai OR (odds ratio) , yaitu sebesar 26,00 dengan keyakinan interval 95% 4,095-165,095, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mode adaptif konsep diri