BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kata pengantar buku Sistem Pendidikan Nasional Visioner karya
Muhamad Mastuhu, Komarudin Hidayat menyimpulkan sebagai berikut1: “Muhamad Mastuhu memiliki pandangan inklusivisme dalam politik pendidikannya. Maka model pendidikan yang harus dikembangkan oleh Bangsa ini, yaitu, suatu pendidikan dan pengajaran yang senantiasa melakukan proses internalisasi akan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab (humanity adn equality), persatuan Indonesia (nasionalisme dan keindonesiaan), kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan (freedom and democracy), dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (fairness)”.
Dari dasar tersebut, Muhamad Mastuhu menjelaskan bahwa substansi dari
strategi Sistem Pendidikan Nasional Visioner (SPNV) adalah “kukuh dalam
akidah, dinamis dalam syari’ah, dan santun serta bermoral dalam kerja
pendidikannya”.2
Ahmad Tafsir dalam buku nya Filsafat Pendidikan Islami mengatakan
bahwa kesulitan yang dihadapi para pendidik Muslim untuk mencapai
Internalisasi Pendidikan Islami yang ketiga, yaitu being muslim sangat sulit
karena ahli pendidikan Islami tidak memiliki metode nya. Sedangkan ahli-ahli
pendidikan Barat malu membicarakan being muslim. Untuk aspek knowing
dan doing para ahli pendidikan Islami punya metode yang jauh lebih variatif
dan lebih canggih.3
Metode internalisasi sampai Tahun 2005 adalah istilah dari Prof. Achmad
Sanusi, UPI. Prof. Djawad Dahlan menyebutnya metode personalisasi.4
1Muhamad Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Ciputat: Lentera Hati, 2007, Cet.I, hlm.ix.
2Ibid, hlm.ix.
3Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012, Cet-V, hlm. 228.
Maka untuk mewujudkan cita-cita Internalisasi diatas, maka diperlukan
sistem pendidikan. Muhammad Maftuhu memberikan definisi sistem
pendidikan sebagai berikut:
“Totalitas interaksi dari seperangkat unsur-unsur pendidikan yang bekerjasama secara terpadu dan saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan bersama para pelakunya. Kerjasama harus didasari, dijiwai, digerakkan, digairahkan dan diarahkan oleh nilai-nilai luhur yang dijunjung bersama. Unsur organik maupun anorganik, yakni dana, sarana, alat-alat perangkat keras maupun lunak. Hubungan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan”.
Tantangan pendidikan dewasa ini, manusia dituntut berusaha tahu banyak
(knowing much), berbuat banyak (doing much), mencapai keunggulan (being
exellence), menjalin hubungan dan kerjasama dengan orang lain (being
sociable), sertaterus memegang teguh nilai-nilai (being morally). Dasar-dasar
manusia “unggul, bermoral, dan bekerja keras” diberikan di sekolah.5
Maka untuk menanggulangi persoalan-persoalan pendidikan diatas,
ditetapkanlah Standar Nasional Pendidikan di suatu Negara. Dalam hal ini
kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.6
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Standar Nasional Pendidikan di Indonesia? 2. Bagaimana penerapannya hingga saat ini?
C. TUJUAN & MANFAAT
1. Mengetahui Standar Nasional Pendidikan di Indonesia saat ini 2. Mengetahui keunggulan dan cara pengembangannya ke depan.
Pendidikan, Menjawab Problematika Krisis Pendidikan Kontemporer, Bogor: UIKA Press, hlm.46. 5Nana Syaodih Sukmadinata, et al., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsif, dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama, 2006, hlm. 5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 1. Landasan Dasar
Pertama adalah filsafat Negara yaitu Pancasila, yang dimana di
dalam nya terdapat lima sila dan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
core nya. Maka bila dibaca setiap butir maka seharusnya sebagai
berikut7:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Persatuan Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berdasarkan Ketuhaan Yang Maha Esa
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dan apabila digambarkan, maka gambar yang benar adalah sebagai
berikut8:
Kedua adalah Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 Ayat 1
hingga ayat 5, sebagaimana berikut9:
“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (Ayat 1). Setiap warna negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (Ayat 2). Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (Ayat 3). Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendidikan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (Ayat 4). Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Ayat 5).”
8Ibid, hlm.154.
9Undang-undang Dasar 1945
Keadilan Sosial
Ketuhanan Yang Maha
Esa
Kemanusiaan
Kerakyatan yang Dipimpin..
Persatuan
Ketiga adalah Undang-undang. Sudah dilakukan dan banyak
sekali, diantaranya: Undang-undang Sistem Pendidikan nasional
(UUSPN) No.2 Tahun 198910 yang kemudian diganti dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 Tahun 2003 yang
berlaku hingga saat ini.11
Keempat adalah Peraturan Pemerintah. Untuk saat ini Standar
Nasional Pendidikan masih menggunakan Peraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2005.12
Kelima, Peraturan Pemerintah itu harus diturunkan kedalam Surat
Keputusan Menteri (SKM).
Keenam, Surat Keputusan Menteri itu (bila perlu) dituangkan
dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) atau Petunjuk Tekhnis
(JUKNIS).
Maka urutan operasional dari teori diatas bila digambarkan akan
tampak sebagai berikut13:
Gambar: 2 Petunjuk tekhnis landasan operasional pendidikan
2. Pengertian
10M.Ali Hasan, Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2002, Cet-II, hlm.37.
11Ahmad Tafsir, Ibid, hlm.72.
12Tim Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Sisdiknas, Bandung: Fokus Media, 2011, hlm.61.
13Ahmad Tafsir, Ibid, hlm.72.
FILSAFAT NEGARA
UUD
UU UU
PP PP
SKM SKM
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia (PP No.19 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 1).
3. Fungsi dan Tujuan
a) Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (PP No.19 Tahun 2005 Pasal 3).
b) Standar Nasional Pendidikan bertujuan menajmin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 Tahun 2005 Pasal 4)
c) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global (PP No.19 Tahun 2005 Pasal 2 Ayat 3).
B. LINGKUP STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Implementasi Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya
disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pembiayaan, standar penilaian pendidikan.14
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan empat standar nasional
pendidikan sebagimana berikut:
1. Standar Isi
Pendidikan Nasional harus merata, maka pemerintah melalui
undang-undang mewujudkan program wajib belaajr 9 tahun.
Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa,
serta olah raga agar mampu menghadapi tantangan blobal.
Standar Isi meliputi: Pertama, kerangka dasar dan struktur
kurikulum Kedua, beban belajar. Ketiga, kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang berubah menjadi K13. Keempat, kalender
pendidikan.
Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 59 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.
a) Struktur Kurikulum15
Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SMA/MA pada setiap tingkat kelas.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:16
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMA/MA dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1: Kompetensi Inti SMA/MA KOMPETENSI INTI
KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan
2. Menghayati dan mengamalkan
2. Menghayati dan mengamalkan
15Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.
KOMPETENSI INTI
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan
KOMPETENSI INTI yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
b) Mata Pelajaran
Tabel 2: Struktur Kurikulum SMA/MA
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan 3 3 3
9 .
Prakarya dan Kewirausahaan
2 2 2
Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B
per minggu 24 24 24
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata pelajaran peminatan akademik 9 atau 12 12 atau 16 12 atau 16 Mata pelajaran pilihan lintas minat
dan/ataupendalaman minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8 Jumlah jam pelajaran kelompok A, B,
dan C per minggu 42 44 44
1) Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat. 2) Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran
yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
3) Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.
4) Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
5) Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.
6) Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
7) Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.
8) Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
9) Khusus untuk Madrasah Aliyah struktur kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama.
10) Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan.
11) Mata Pelajaran Umum
Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
12) Mata Pelajaran Peminatan Akademik
Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan.
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta
didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
1. Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran.
b. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran.
2. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu.
3. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu 4. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.
Beban belajar bagi SMA/MA yang menyelengarakan Sistem Kredit
Semester (SKS), diatur dalam pedoman SKS.
d) Kalender Pendidikan17
No. Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan 1. Minggu efektif
belajar
Min. 34 pekan Mak. 38 pekan
Pembelajaran efektif
2. Jeda tengah semester Mak. 2 pekan Sepekan tiap semester 3. Jeda antar semester Mak. 2 pekan Antara semster I dan II 4. Libur akhir tahun Mak. 3 pekan Persiapan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
5. Hari libur keagamaan
2-4 pekan Daerah khusus
6. Hari libur Nasional Mak. 2 pekan Sesuai peraturan pemerintah
7. Hari libur khusus Mak. 1 pekan Sesuai ciri kekhususan masing-masing
8. Kegiatan khusus
sekolah Mak. 3 pekan Kegiatan yang diprogramkan secara khusus
Tabel: 3 Alokasi waktu pada Kalender Pendidikan
2. Standar Proses
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.18
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
a) Prinsip Proses Pembelajaran sebagai berikut:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang
budaya peserta didik.
b) Karasteristik Pembelajaran
1) Satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
2) Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan
tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Tabel:4 Ranah Kompetensi
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta
c) Sillabus Pembelajaran
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Tabel: 5 Silabus Pembelajaran
d) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran :
Satuan Pendidikan :
Kompetensi Inti :
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
No. Uraian No. Uraian
1.1 2.1
1.1.1 2.1.1
1.1.2 2.1.2
Tabel: 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP Terbaru 2017
Pengembangan kecerdasan abad 21 1) Harus memunculkan 4 c
a) Critical thingking : berfikir kritis b) Collaboration : berkelompok
c) Creative : kreatif
d) Communication : komunikasi 2) Harus memunculkan pembentukan karakter
Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian
NAMA SEKOLAH :
MATA PELAJARAN :
KELAS/PEMINATAN :
SEMESTER :
MATERI POKOK :
ALOKASI WAKTU : ... X 45 Menit ( ... x pertemuan) • Kompetensi inti
• Tujuan Pembelajaran
empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
a) Jujur b) Toleransi c) Disiplin d) Kerja keras e) Kreatif f) Mandiri g) Demokratis h) Rasa Ingin Tahu i) Semangat Kebangsaan j) Cinta Tanah Air k) Menghargai Prestasi l) Bersahabat/Komunikatif m)Cinta Damai
n) Gemar Membaca o) Peduli Lingkungan p) Peduli Sosial q) Tanggung Jawab r) Religius
3) Harus memunculkan literasi :
Literasi berasal dari istilah latin 'literature' dan bahasa inggris 'letter'. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)."
4) Harus memunculkan soal hots
5) Ki 1 dan ki 2 untuk mapel selain pkn dan agama harus digabungkan untuk membedakan antara direct theaching dgn indirect theaching
6) Tujuan pembelajaran sebaiknya deskripsi dengan memunculkan tujuan pembelajaran dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap
7) Materi pembelajaran boleh dikelompokkan berdasarkan fakta, konsep dan prosedur maupun metakognitif
e) Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
instruksional (instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap.
2) Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling.
3) Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
4) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman, catatan anekdot, dan refleksi.
f) Aspek yang Diukur Dalam Penilaian Berbasis Kompetensi
Ada tiga aspek yang diukur, yaitu: Kognitif, Afektif, Psikomotor.
Aspek yang pertama yaitu Kognitif memiliki 6 tingkatan berfikir. Hal ini
sebagimana dipaparkan dalm Taxonomy Bloom (Bloom, Englehart, Furst,
Hill, Krathwohl) sebagi berikut:19
Kognitif20
1) Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu kota, rumus).
2) Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf).
3) Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya: menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah).
4) Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi).
5) Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian di laboratorium).
6) Evaluasi (Evaluation), Kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu.
Afektif
1) Mencakup penilaian a.l. : Sikap, Tingkah Laku, Minat, Emosi dan Motivasi, Kerjasama, Koordinasi dari setiap peserta didik.
19Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran (Filosofi, Teori, dan Aplikasi), Bandung: Pakar Raya, 2004, hlm.59.
2) Dilakukan melalui pengamatan dan interaksi langsung secara terus menerus. Pada umumnya dilakukan secara non-ujian (misalnya; untuk mengetahui siapa peserta didik yang bisa dipercaya, siapa peserta didik yang disiplin, siapa yang berminat ke jurusan Ilmu Sosial atau Ilmu Alam dll)
3) Setiap informasi yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan sebagai referensi dalam penilaian berikutnya.
4) Penilaian afektif dibagi atas penilaian afektif secara umum (budi pekerti) dan penilaian afektif per mata pelajaran.
Psikomotorik
1) Tidak semua mata pelajaran dapat dinilai aspek psikomotornya (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik).
2) Digunakan untuk pembelajaran yang banyak memerlukan praktik: Pendidikan Agama, Pendidikan Seni, Pendidikan Jasmani, Praktik IPA dan Bahasa
Untuk penyusunan soal, sesuai dengan indikator yang telah disusun dalam silabus, hendaknya memiliki tingkat berpikir menengah sampai tinggi.
g) Pengawasan Proses Pembelajaran
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan. Sistem pengawasan internal
dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan dinas pendidikan dan
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Kepala Sekolah, Pengawas dan
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan melakukan pengawasan dalam
rangka peningkatan mutu. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan
pengawasan dalam bentuk supervisi akademik dan supervisi manajerial. 1) Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi, pelaporan, dan
tindak lanjut.
2) Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
yang dilakukan melalui antara lain, pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi, atau pelatihan. 4) Pelaporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi
proses pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.
5) Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk: - Penguatan dan penghargaan kepada guru yang
menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar; dan
- Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan
3. Standar Kompetensi Lulusan
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki
kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Hal ini sesuai dengan Peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 20 tahun 2016 tentang standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan menengah.21
Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
SMA/MA/SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi sikap
sebagai berikut.
Tabel: 7 Dimensi Sikap
SD/MI/SDLB/ Paket A SMP/MTs/SMPLB/
Paket B
SMA/MA/SMALB/ Paket C
Rumusan Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati
sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
internasional
Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/ SMPLB/Paket B; dan
SMA/MA/ SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan
sebagai berikut.
Tabel: 8 Dimensi Pengetahuan
SD/MI/SDLB/ Paket A SMP/MTs/SMPLB/ Paket B SMA/MA/SMALB/ Paket C
Rumusan Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan: 1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi,
3. seni, dan 4. budaya.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan dengan:
1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi,
3. seni, dan 4. budaya.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan:
1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi,
3. seni,
4. budaya, dan 5. humaniora. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif
pada masing-masing satuan pendidikan dijelaskan pada matriks berikut
Tabel: 9 Matriks Standar Kompetensi Lulusan
Penjelasan SD/MI/SDLB/
Faktual Pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
Pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks Konseptual Terminologi/ istilah
yang digunakan, teknologi, seni dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara
Terminologi/ istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi dan teori, yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu
bangsa, negara, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara.
Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan teknologi, seni dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu
negara, dan kawasan
Tabel: 10 Dimensi Keterampilan
SD/MI/SDLB/ Paket A SMP/MTs/SMPLB/
Paket B
SMA/MA/SMALB/ Paket C
Rumusan Memiliki keterampilan
berpikir dan bertindak: 1. kreatif,
2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri,
5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap
perkembangan anak yang relevan dengan tugas yang diberikan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif,
2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri,
5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif,
2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri,
5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri
Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang
pendidikan memperhatikan: a. perkembangan psikologis anak; b. lingkup dan
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
A. Pendidik
Untuk Standar Nasional Pendidikan yaitu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Mengenai standar keempat diatas dapat dirincikan
sebagai berikut:
Pertama dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2,22 2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Kedua Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab VI Pasal 28
Ayat 1,2, dan 3 sebagi berikut:23
1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kualifikasi akademik sebagimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkatan pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3) Kompetensi24 sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a) Kompetensi pedagogik b) Kompetensi kepribadian c) Kompetensi profesional; dan d) Kompetensi sosial
Ketiga dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 sebagi berikut25:
1)
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan22Tim Fokus Media, Ibid, hlm. 21. 23Redaksi Sinar Grafika, Ibid, hlm.17.
24Menurut Akhmad Alim, selain Empat Kompetensi yang diharuskan oleh Pemerintah harusnya ditambah satu Kompetensi lagi yaitu; Kompetensi Diyanah.
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
B. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan sebagaimana dalam UUSPN No.20
Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 1 adalah;
1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Tenaga kependidikan dalam Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 bagian kedua tentang Tenaga Kpeendidikan Pasal 35
sebagai berikut:
Tenaga Kpeendidikan unutk tingkat SMA/MA sekurang-kurangnya terdiri dari:
a) Kepala sekolah b) Tenaga administrasi c) Tenaga perpustakaan d) Tenaga laboratorium e) Tenaga kebersihan sekolah
C. Rasio Pendidik terhadap Peserta Didik
Sesuai Permendikbud Nomor 17 tahun 2017 pasal 24 rasio
peserta didik sebagimana tabel dibawah ini. Tabel: 11 rasio Pendidik terhadap peserta didik
No Nama Satuan Minimal Maksimal
1 SD 20 orang 28 orang
2 SMP 20 orang 32 orang
3 SMA 20 orang 36 orang
4 SMK 15 orang 36 orang
5 SDLB - 5 orang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang dipaparkan dapat dipahami bahwa Kebijakan
Pemerintah atas penetapan Standar Nasional Pendidikan sudah sangat
bagus dan tepat. Akan tetapi Infrastruktur untuk memenuhi Standar
Nasional Pendidikan diatas belumlah memadai. Hal ini tampaknya
disebabkan beberapa hal:
Pertama, masih minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
bidang pendidikan yang profesional (linieritas), baik itu dari Pendidik
maupun Tenaga Kependidikan.
Kedua, Fasilitas yang masih sangat terbatas, di masa ini dimana di
belahan dunia lain sudah menggunakan teknologi seperti: papan tulis
touch screen, slide dan proyektor, video, serta bahan belajar-mengajar
yang tanpa buku (e-book). Sementara di Indonesia masih ada yang
berkutat dengan kapur tulis dan black board, sebahagian besar baru pakai
spidol dan white board.
Ketiga, ketersediaan sumber ajar dan literasi yang masih sangat
minim. Di daerah Jabodetabek saja masih banyak sekolah yang belum
memiliki perpustakaan yang memadai sebagai sumber dan fasilitas literasi.
B. Saran
Kepada Pemerintah agar terus berbenah memperbaiki pendidikan
di Indonesia dengan lebih melihat kepada law imporcement daripada terus
menerus memperbaiki peraturan maupun perundang-undangan yang ada. Kepada Pemangku kebijakan di Universitas agar menelurkan
Sehingga akan muncul manusia Indonesia yang Profesional dlam bidang
dengan keahlian masing-masing.
Kepada Masyarakat agar menuntut hak yang telah diamantkan
undang-undang, yaitu; wajib belajar 9 tahun (minimal), di beberapa
provinsi sudah menerapkan wajib belajar 12 tahun seperti DKI Jakarta.
Terlebih lagi sudah banyaknya program beasiswa yang digelontorkan
pemerintah melalui Mendikbud, Kemenag dan Kemenkeu atau pun pihak
swasta lainnya.
C. Harapan
Semoga pendidikan di Indoensia sesuai harapan para pemangku
kebijakan dan juga masyarakat, yaitu pada tahun 2030 menjelma sebagai
negara dengan melahirkan banyak Ilmuan sehingga pada tahun 2045
benar-benar manusia Indonesia menjadi Generasi Emas.
Alim, Akhmad, Islamisasi Ilmu Pendidikan, Menjawab Problematika Krisis Pendidikan Kontemporer, Bogor: UIKA Press
AS, I. Wayan, 2012, 8 Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: CV Azzahra.
Hasan, M.Ali, Ali, Mukti, 2002, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.
Mastuhu, Muhamad, 2007, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Ciputat: Lentera Hati
Nurhudaya, Ade, (Koordinator Pengawas Disdik Kabupaten Bogor), Slide Presentasi:.Intisari Lampiran Permendikbud No.22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses.
Sutanto, Purwadi, 2017, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan SMA, Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA (pdf).
Syaodih Sukmadinata, Nata, et al., 2006, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsif, dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama
Tafsir, Ahmad, 2012, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Yulaelawati, Ella, 2004, Kurikulum dan Pembelajaran (Filosofi, Teori, dan Aplikasi), Bandung: Pakar Raya
Fokus Media, Tim, 2011, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Sisdiknas, Bandung: Fokus Media.
Sinar Grafika, Redaksi, Standar Nasional Pendidikan: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009
Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.
Salinan Putusan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.