TOKSISITAS ABU TERBANG KAYU TERHADAP Nilaparvata lugens DAN KOMPLEKS PREDATORNYA
WOOD FLY-ASH TOXICITY AGAINST Nilaparvata lugens AND ITS PREDATOR COMPLEX
Fransiscus Xaverius Wagiman1), Hafiz Fauzana*2), dan Kartika Yoga Prasetyani3) 1)Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada 2)Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada 3)Mahasiswa S1 Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Jln. Flora 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
*Penulis untuk korespondensi. E-mail: fauzana_hafiz@yahoo.co.id ABSTRACT
The brown planthopper (Nilaparvata lugens) is currently a very noxious pest insect and it threatened the self suffi-cience of rice in Indonesia. Innovation of control technology is urgently needed to be developed. Objective of the study was to determine mortality-effect of the wood fly-ash obtained from pulp factory in Riauagainst N. lugens and its predator complex. A bioassay of the wood fly-ash was done in the laboratory to determine its activity against the test insects. A randomized complete block design (RCBD) experiment with three treatments —fly-ash 40 kg/ha, botanical insecticide containing of root extract of Derris eliptica, and control— with five replications was conducted at a paddy field in Sleman District Yogyakarta. Results showed that the wood fly-ash was toxic against N. lugens: LD50 at 72 hours after treatment were 4.84 and43.26 g/m2, respectively. As compared with control and botanical insecticideof D.
elip-tica, the wood fly-ash was significantly more effective for controlling the N. lugens but relatively safe against preda-tor complex.Dusting of the wood fly-ash at rate of 40 kg/ha effectively reduced population of N. lugens within 2 days but did not significantly reduce population of the predator complex namely spiders (Lycosa sp., Oxyopes sp., Cal-litrichia sp., Argiope sp., and Tetragnatha sp.), Coccinellidae (Menochilus sexmaculatus and Verania sp.), Cicindeli-dae (Ophionea sp.), and StaphyliniCicindeli-dae (Paederus fuscipes).
Key words: Nilaparvata lugens, paddy, wood fly-ash INTISARI
Wereng batang padi cokelat (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan hama utama pada tanaman padi yang paling membahayakan dan sulit dikendalikan sehingga sangat merugikan perpadian di Indonesia. Inovasi teknologi pengen-dalian mendesak untuk dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan efek mortalitas dari abu terbang kayu yang berasal dari pabrik pulp di Riau terhadap hama N. lugens dan kompleks predatornya. Pengujian dari abu lterbang kayu dilakukan di laboratorium untuk menentukan toksisitas abu terbang kayu terhadap serangga uji. Perco-baan menggunakan randomized complete block design(RCBD) dengan 3 perlakuan—dosis abu terbang kayu 40 kg/ha, insektisida botani berasal dari ekstrak akar Derris eliptica, dan kontrol—, dengan 5 ulangan yang dilakukan pada pertanaman padi di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa toksisitas abu terbang kayu terhadap N. lugens: LD50 setelah 72 jam perlakuan adalah 4,84 dan 43,26 g/m2, berturut-turut. Abu terbang kayu dibandingkan dengan kontrol dan insektisida botani, signifikan dan efektif mengendalikan N. lugens dan relatif tidak membahayakan terhadap kompleks predator. Pemaparan abu terbang kayu dosis 40 kg/ha efektif mengurangi populasi N. lugens selama 2 hari dan tidak signifikan terhadap pengurangan populasi kompleks predator laba-laba (Lycosa sp., Oxyopes sp., Callitrichia sp., Argiope sp., dan Tetragnatha sp.), Coccinellidae (Menochilus sexmaculatus and Verania sp.), Cicindelidae (Ophionea sp.), dan Staphylinidae (Paederus fuscipes).
Kata kunci: abu terbang kayu, Nilaparvata lugens, padi PENGANTAR
Hama wereng batang padi coklat, Nilaparvata
lugens Stall. (Homoptera: Delphacidae) merupakan
hama utama padi yang merusak karena selain menghisap cairan sel tanaman padi juga menjadi vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Salah satu cara pengendalian hama padi yang dilakukan oleh petani adalah dengan menaburkan abu dapur.
Abu terbang batubara telah diteliti mampu mengendalikan hama Cnaphalocrocis medinalis 73,33%, Scirpophaga incertulas 46.44%, Oxya
nitidula 71,10%, Psalis pennatula 68,88%, Hispa armigera 39,99%, Leptocorisa acuta 62,12%, Menida histrio 38,88%, Scotinophora lurida
40,00% (Narayanasamy, 2001) dan berbagai jenis hama pada tanaman padi, terong, kacang-kacangan, waluh-waluhan, dan lainnya (Sankari &
Narayanasamy, 2007). Abu terbang batubara berdampak negatif terhadap serangga hama pengigit pengunyah dan pengisap serta lebih dari 50 spesies serangga hama pada berbagai tanaman utama peka (Anonim, 2002).
Abu terbang (fly-ash) merupakan limbah indus-tri dari pembakaran batubara atau kayu di PLTU, industri pulp, industri pengolahan kelapa sawit, yang belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya, pabrik pulp PT. RAPP di Provinsi Riau meng-hasilkan abu terbang kayu 100 ton per hari (Fitri, 2005). Potensi abu terbang baik yang berasal dari kayu maupun batubara sebagai insektisida hama padi di Indonesia belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi abu terbang pada kompleks musuh alami.
BAHAN DAN METODE
Bahan abu terbang kayu diperoleh dari pabrik
pulp Indah Kiat, Pekanbaru, Propinsi Riau dalam
bentuk dust dan berkadar air 3,03%. Koloni wereng batang padi cokelat (WBPC) diperoleh dari tanam-an padi di Kecamattanam-an Slemtanam-an, Yogyakarta, dtanam-an diperbanyak di Pusat Studi Pengelolaan Sumber Daya Hayati, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta menggunakan padi varietas Cisadane (PT. Sang Hyang Seri). Kompleks predator hama WBPC ber-asal dari hasil koleksi di pertanaman padi sawah dari daerah Moyudan.
Kajian Teknik Aplikasi
Efisiensi teknik aplikasi abu terbang kayu dengan cara spraying atau dusting belum diketahui.
Dosis abu terbang kayu yang diuji ialah 4 g/m2,
ditentukan dari dosis 40 kg/ha dosis yang digunakan oleh Anonim (2002). Untuk spraying, abu terbang kayu sebanyak 4 g disuspensikan dalam 50 ml air kemudian disemprotkan dengan hand-sprayer pada
bidang 1 m2 yang permukaannya kering. Untuk
dusting, abu terbang kayu dihembuskan dengan alat
gama duster pada bidang 1 m2yang permukaannya
terlebih dahulu disemprot air agar basah dan debu melekat pada permukaan bidang. Bidang per-mukaan yang menjadi target dalam kajian ini ialah
kertas millimeter berukuran 1 m×1 m yang dile-takkan di atas kertas koran.
Pengamatan sebaran abu terbang kayu pada permukaan bidang dilakukan dengan mengamati gambar foto di bawah mikroskop. Segera setelah selesai spraying atau dusting, permukaan bidang difoto di lima tempat yakni satu di tengah dan lainnya di keempat sudut diagonal. Dari setiap gambar sampel foto, 40 subsampel bidang berukur-an 1 mm×1 mm diambil secara acak sistematis. Skor tingkat sebaran abu terbang kayu pada setiap 1
mm2 bidang (Tabel 1) dipakai sebagai indikator
efisiensi teknik aplikasi. Uji tα0,05dilakukan untuk
membandingkan efisiensi antara spraying dan
dust-ing.
Uji Aktivitas Abu Terbang Kayu terhadap Wereng Batang Padi Cokelat di Laboratorium
Imago brakhiptera WBPC umur 2 hari sebanyak 10 ekor diinfestasikan pada lima bibit padi setinggi 8 cm yang telah disiapkan dalam cup plastik 250 ml. Setelah WBPC mapan pada bibit padi, abu terbang kayu dipaparkan sesuai dengan tingkat dosis; 2, 4, 6,
8, 10, dan 12 g/m2, kecuali pada perlakuan kontrol.
Setiap perlakuan dosis termasuk kontrol memerlukan 210 ekor WBPC. Abu terbang kayu diaplikasikan dengan cara dihembuskan (dusting) pada koloni WBPC dengan memutar alat gama
duster. Mortalitas WBPC diamati pada jam ke-72
setelah aplikasi. Analisis probit dilakukan untuk
menentukan nilai LD50(Finney, 1971).
Efikasi Lapangan Pemaparan Abu Terbang Kayu terhadap Populasi Wereng Batang Padi Cokelat dan Pengaruhnya terhadap Kompleks Predator
Kajian dilakukan di sawah milik petani di daerah Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman yang ditanami padi varietas Cisadane dan berumur sekitar 35 hari setelah tanam (hst). Pengamatan awal menunjukkan bahwa populasi WBPC di lokasi tersebut sangat tinggi dengan distribusi relatif merata. Keefektifan pemaparan abu terbang kayu dibandingkan dengan insektisida botani yang
mengandung ekstrak akar tuba (Derris eliptica) dan
kontrol. Rancangan percobaan yang dipakai adalah
Tabel 1. Nilai skor setiap kategori sebaran abu terbang kayu pada bidang 1 mm2
Skor Kriteria sebaran abu terbang kayu pada permukaan bidang ukuran 1 mm × 1 mm
0 Tidak ada abu terbang kayu menempel pada bidang
1 0–25% bidang tertutup oleh abu terbang kayu
2 26–50% bidang tertutup oleh abu terbang kayu
3 51–75% bidang tertutup oleh abu terbang kayu
randomized complete block design (RCBD) dengan
lima ulangan. Plot percobaan seluas 3m×5m, den-gan jarak antar plot 1 meter.
Abu terbang kayu dipaparkan dengan cara
dusting dengan dosis 40kg/ha (Anonim, 2002).
Pengamatan populasi hama WBPC dan kompleks predator dilakukan pada hari H-1, H+1, H+2, dan H+7 setelah pemaparan. Dua baris tanaman tepi tidak diamati. Pada setiap kali pengamatan sebanyak 10 rumpun sampel diambil secara acak pada setiap plot percobaan. Analisis varians dilanjutkan dengan uji Duncan untuk menentukan tingkat perbedaan populasi WBPC dan kompleks predator di antara perlakuan.
Pengaruh Pemaparan Abu Terbang Kayu terhadap Berbagai Ordo Serangga
Serangga dan laba-laba ditangkap dengan jaring serangga sebanyak 10 kali ayunan, kemudian dengan hati-hati dimasukkan ke dalam botol plastik volume 1,5 liter (1 botol adalah 1 sampel). Bagian alas botol dipotong dan ditutup dengan kain kasa yang diikat dengan karet gelang, sedang mulut botol tetap tertutup. Total botol yang berisi sampel serangga adalah 12 botol. Satu jam kemudian enam botol dipapar dengan abu terbang kayu sebanyak 4 g/botol dan enam botol lainnya tidak diperlakukan (kontrol). Mortalitas serangga dan laba-laba
dihitung pada saat 3 jam setelah perlakuan dan diperbandingkan hasil pada botol yang diperlakukan dan pada botol kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Teknik Aplikasi
Hasil kajian menunjukkan bahwa aplikasi dengan cara dusting lebih baik daripada spraying dilihat dari luas permukaan yang tertutup oleh partikel abu terbang kayu. Skor sebaran partikel abu terbang kayu pada permukaan bidang pada perlakuan dusting (2,97) signifikan lebih tinggi daripada spraying (1,99) (Tabel 2).
Uji Aktivitas Abu Terbang Kayu terhadap Wereng Batang Padi Cokelat
Abu terbang kayu menunjukkan aktivitas terhadap WBPC. Mortalitas WBPC dengan bertambahnya dosis abu terbang kayu meningkat
kecuali pada dosis 6 g/m2 dan 8 g/m2menyebabkan
mortalitas yang sama yaitu 60%. Mortalitas pada hari ketiga (72 jam setelah aplikasi) mencapai 90% pada dosis tertinggi yaitu dosis 12 g/m2(Tabel 3).
Hasil kajian Fauzana (2011) menunjukkan bahwa pemaparan abu terbang batubara dan kayu menyebabkan mortalitas nimfa WBPC sebanyak 62
% dan imago WBPC 58% pada dosis 4 g/m2.
Tabel 3. Mortalitas dan LD 50 hama WBPC dengan pemaparan beberapa dosis abu terbang kayu 72 jam setelah pemaparan (30 ekor WBPC uji)
Dosis abu terbang kayu (g/m2) Mortalitas wereng batang padi cokelat yang mati dalam 72 jam (%)
0 0 2 6 4 12 6 18 8 18 10 24 12 27 Rerata 50 LD 50 (g/m2) 4,84
Tabel 2. Skor penutupan permukaan bidang oleh partikel abu terbang kayu pada perlakuan spraying dan
dusting
No. Sampel Skor permukaan bidang tertutup abu terbang kayu per mm2pada perlakuan
Spraying Dusting
Kisaran Rerata Kisaran Rerata
1 1–3 1,93 2–4 2,85 2 1–3 2,03 2–3 2,68 3 1–3 1,63 2–4 3,30 4 1–3 2,08 2–4 2,85 5 1–3 2,28 2–4 3,15 Rerata 1,99 a - 2,97 b Tα0,05 p= 0,00276
Analisis probit menghasilkan nilai LD50
sebesar 4,84 g/m2 (Tabel 3). Dosis pada LD50 ini
jika dikonversi ke hektar sebesar 48,4 kg/ha. Anonim (2002) menggunakan dosis 40 kg/ha untuk kajian pengendalian hama di India sehingga LD50 ini mendekati dosis aplikasi lapangan.
Efikasi Lapangan Pemaparan Abu Terbang Kayu terhadap Populasi Wereng Batang Padi Cokelat dan Pengaruhnya terhadap Kompleks Predator
Pengaruh pemaparan abu terbang kayu terhadap populasi wereng batang padi cokelat.
Survei lokasi di daerah Kecamatan Moyudan menemukan 90% rumpun padi terserang WBPC dengan populasi 1–8 ekor/rumpun pada varietas padiCisadanestadia vegetatif umur kurang lebih 35 hst. Selain WBPC, kompleks predator juga ditemukan melimpah di pertanaman padi tersebut. Pengaruh perlakuan dilihat dari fluktuasi populasi WBPC sebelum dan sesudah perlakuan, serta dari perbandingan antar perlakuan. Hasil percobaan
lapangan (Gambar 1a) menunjukkan bahwa
sebelum perlakuan (H-1), populasi WBPC relatif sama yaitu, kurang lebih 3–4 ekor/rumpun.
Hasil efikasi lapangan menunjukkan bahwa satu hari setelah pemaparan (H+1) abu terbang kayu terjadi penurunan populasi WBPC yang signifikan, sampai dua hari setelah pemaparan (H+2), kemudian populasi cenderung stabil sampai hari ketujuh (H+7). Sementara pada kontrol, populasi WBPC juga mengalami penurunan pada H+1 dan H+2, ini berarti ada implikasi lain yaitu faktor-fak-tor luar yang mempengaruhi dinamika fluktuasi populasi WBPC pada saat kajian, karena kondisi la-pangan yang kompleks (faktor lingkungan abiotik atau fisik yaitu iklim dan cuaca, serta faktor
lingkungan biotik yaitu musuh alami) (Dyck et al.,
1979) nampaknya ikut berperan menekan populasi
WBPC. Meskipun demikian dari hasil tergambar bahwa pemaparan abu terbang kayu berpengaruh menekan populasi WBPC, yang ditunjukkan dengan populasi WBPC yang berbeda secara signifikan setelah H+1, H+2, sampai H+7 setelah pemaparan.
Pemaparan abu terbang kayu pada tanaman padi secara signifikan menurunkan populasi WBPC.
Hasil percobaan lapangan (Gambar 1b)menunjukkan
bahwa rerata populasi WBPC pada pertanaman yang terpapar oleh abu terbang kayu adalah 0,5 ekor/rumpun, lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yaitu 1,63 ekor/ rumpun dan akibat aplikasi insektisida botani Derris eliptica yaitu 1,3 ekor/ rumpun.
Abu terbang batubara yang dihembuskan ke tanaman padi merupakan racun lambung terhadap serangga penggigit pengunyah. Selain menye-babkan kerusakan mandibel, abu terbang dapat mengganggu saluran pencernaan larva serangga se-hingga menimbulkan kematian (Narayanasamy, 1994). Meskipun pemaparan abu terbang kayu menurunkan populasi WBPC secara signifikan, pada kondisi lapangan yang kompleks, faktor lain mungkin dapat menurunkan populasi WBPC. Pen-gendalian alami diyakini bekerja efektif terutama oleh faktor musuh alami dari kelompok kompleks predator.
Pengaruh pemaparan abu terbang kayu terhadap populasi kompleks predator. Jumlah dan
komposisi predator yang berasosiasi dengan tanaman padi disajikan pada Tabel 4. Dalam penelitian ini ditemukan empat kelompok predator yaitu laba-laba, kumbang Coccinellidae, Cicindeli-dae, dan Staphylinidae. Laba-laba yang ditemukan adalah Lycosa sp., Oxyopes sp., Callitrichia sp.,
Argiope sp., Tetragnatha sp., dan Lycosa sp. adalah
species yang dominan. Laba-laba mendominasi (43,11%) populasi kompleks predator, diikuti
Menochilus sexmaculatus, Verania sp., Ophionea
sp. (famili Cicindelidae) dan Paederus fuscipes
(famili Staphylinidae).
Pemaparan abu terbang kayu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dinamika fluktuasi populasi kompleks predator di lapangan (Gambar 2a). Fluktuasi populasi kompleks predator pada H-1 relatif sama, kemudian pada H+1 justru meningkat dan menurun pada H+2, selanjutnya konstan. Sementara pada perlakuan kontrol dan insektisida botani fluktuasi populasi kompleks predator pada H+1 justru sebaliknya mengalami penurunan sampai H+2, dan konstan sampai H+7. Sejak H+1 sampai H+7 populasi kompleks predator pada perlakuan abu terbang kayu lebih tinggi (H+1) dan relatif sama dengan kontrol, artinya, abu terbang kayu tidak berpengaruh negatif terhadap kompleks predator.
Pemaparan abu terbang kayu pada kompleks predator tidak berpengaruh negatif. Hal ini ditun-jukkan dengan populasi kompleks predator tetap stabil bahkan lebih tinggi (1,6 ekor/rumpun) dibanding dengan insektisida botani Derris eliptica (1,04 ekor/rumpun) dan kontrol (1,09 ekor/ rumpun) (Gambar 2b). Pengaruh pemaparan abu terbang kayu pada kompleks predator pada kondisi lapang-an ylapang-ang kompleks tidak dapat disimpulklapang-an denglapang-an
cepat. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut dampak ikutan dari komponen lingkungan lain.
Pengaruh pemaparan abu terbang kayu terhadap berbagai ordo serangga. Kajian awal
menunjukkan bahwa abu terbang kayu dapat membunuh serangga percobaan jika dipaparkan
langsung pada permukaan tubuh selama 3 jam (Tabel 5). Namun, hasil ini tidak sinkron dengan kajian efikasi pemaparan abu terbang kayu di lapangan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang berperan pada kondisi lapangan sehingga dampak terhadap kompleks predator juga berbeda dengan hasil uji di laboratorium. Hasil kajian ini Tabel 4. Komposisi kompleks predator yang ditemukan pada tanaman padi Cisadane umur 35 hari setelah
tanam yang diperlakukan abu terbang kayu, insektisida botani ekstrak akar tuba (Derris eliptica), dan kontrol
Perlakuan Total kompleks predator
(ekor/rumpun/ empat kali pengamatan)
Komposisi kompleks predator (ekor) Laba-laba
(Lycosa sp., Oxyopes sp.)
Verania sp. Ophionea sp. Paederus sp.
Abu terbang kayu 6,88 a 2,86 1,58 0,20 2,24
Insektisida botani
(ekstrak akar tuba) 4,96 b 2,14 1,06 0,26 1,50
Kontrol 5,28 b 2,38 0,78 0,40 1,72
Jumlah 17,12 7,38 3,42 0,86 5,46
% 100,00 43,11 19,98 5,02 31,89
Gambar 1. Pengaruh pemaparan abu terbang kayu dan insektisida botani ekstrak akar tuba (Derris eliptica); (a) perubahan populasi wereng batang padi coklat (WBPC) sebelum dan sesudah perlakuan, (b) rerata populasi WBPC di lapangan
Gambar 2. Pengaruh pemaparan abu terbang kayu dan insektisida botani ekstrak akar tuba (Derris eliptica); (a) perubahan populasi kompleks predator laba-laba (Lycosa sp., Oxyopes sp.) dan Coleoptera (Verania sp., Paederus sp., dan Ophionea sp.) sebelum dan sesudah perlakuan; (b) rerata populasi kompleks predator di lapangan
(a) (a) (b) (b) 0,0 0,0 H-1 H-1 H+1 H+1 H+2
H+2 Kontrol Abu terbang kayu Insektisida botani
Kontrol Abu terbang kayu Insektisida botani
H+7 H+7 1,0 1,0 2,0 2,0 3,0 3,0 4,0 1,8 1,63a 0,50a 1,30a 1,09a 1,60a 1,04a 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Hari Pengamatan Hari Pengamatan Po pu las i ( ek or /ru m pu n) Po pu las i ( ek or /ru m pu n) Re ra ta po pu las i ( ek or /ru m pu n) Re ra ta po pu las i ( ek or /ru m pu n) Kontrol Abu terbang kayu Insektisida botani
Kontrol Abu terbang kayu Insektisida botani
masih harus diteruskan untuk mendapatkan infor-masi yang lebih lengkap tentang potensi abu terbang kayu sebagai insektisida yang efektif terhadap hama, namun aman pada musuh alami.
KESIMPULAN
1. Abu terbang kayu dari pabrik pulp efektif me-ngendalikan hama WBPC, yaitu pada dosis
tertinggi 12 g/m2 dapat membunuh WBPC
hingga 90% dengan LD50 sebesar 4,84 dan 43,26
g/m2.
2. Aplikasi dengan menghembuskan abu terbang kayu pada dosis 40 kg/ha efektif mengurangi populasi WBPC dalam 2 hari setelah aplikasi dengan rerata populasi sebanyak 0,5 ekor/ rumpun dan secara signifikan tidak berpengaruh terhadap populasi kompleks predator hama WBPC.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2002. Lignite Fly Ash as Eco-friendly
Insecticide. Online edition of India’s National
Newspaper. The Hindu. Thursday, May 23, 2002. www.hindu.com/thehindu/seta/2002/05/23/sto-ries/2002052300150300.htm, modified 24/4/10. Dyck, V.A., B.C. Misra, S. Alam, C.N. Chen, C.Y. Hsieh, & R.S. Rejesus. 1979. Ecology of the Brown Planthopper in the Tropics, p. 61–98. In Interna-tional Rice Research Institute (eds.), Brown
Plant-hopper: Threat to Rice Production in Asia. IRRI.
Los Banos, Laguna, Philippines.
Fauzana, H. 2011. Kajian Potensi Abu Terbang (Fly
ash) dari Batubara untuk Mengendalikan Hama Wereng Batang Padi Cokelat (Nilaparvata lugens Stal.). Laporan Penelitian DIPA Universitas Riau
Tahun Anggaran 2011, Riau. 41 p.
Fitri, Y. 2005. Sintesis Zeolit dari Limbah Abu
Ter-bang PT. RAPP. Master Skripsi. Jurusan Kimia
Fa-kultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Riau, Riau. 69 p.
Narayanasamy, P. 1994. Studies on the Utility of
Lignite Fly Ash as an I and an Adjuvant in Insecti-cide Formulations. Final Project Report. Tamil
Nadu State Council for Science and Technology. Govt. of Tamilnadu, Chennai. 144 p.
Narayanasamy, P. 2001. Indigenous Pest Suppres-sion, p. 87–111. In R.K.Upadhyay, K.G. Mukerji, & B.P. Chamola (eds.), Biocontrol Potential and its
Exploitation in Sustainable Agriculture. Volume 2.
Insect Pest. Kluwer Academic/Plenum Publishers, New York.
Sankari, S.A. & P. Narayanasamy. 2007. Bioeffi-cacy of Fly Ash Based Herbal Pesticides against Pests of Rice and Vegetables. Current Science 92: 811–816.
Sujitno, J., D. Kilin, Suprapto Hs., Sutrisno, &U. Gunara. 1988. Penelitian Wereng Coklat 1987/1988. Edisi khusus no. 2, p. 64–72. In S.E. Baehaki & D. Sukarna (eds.), Tekanan Predator dan Insektisida
terhadap Perkembangan Wereng Cokelat di tanaman. Badan Penelitian dan Pengembangan
Per-tanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Tabel 5. Pengaruh pemaparan abu terbang kayu terhadap mortalitas berbagai ordo
Kelompok serangga Jumlah serangga (ekor/6 botol) 3 jam setelah perlakuan
Abu terbang kayu Kontrol
Hidup Mati Hidup Mati
Orthoptera (Oxya sp.) 1 15 8 0 Hemiptera (WBPC) 0 46 14 0 Coleoptera Coccinellidae (Verania sp.) 0 32 24 0 Cicindelidae (Ophionea sp.) 0 5 4 0 Staphylinidae (Paederus sp.) 0 2 1 0 Diptera Cecidomyidae (Orseolia sp.) 0 8 10 0 Lepidoptera Noctuidae (Spodoptera sp.) 0 14 26 0 Hymenoptera (Icneumonidae) 0 1 3 0 Jumlah 1 123 90 0 % mortalitas 99,19 0