ANALISIS PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
MENGGUNAKAN TEORI WILSON
Arina Faila Saufa
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Analisis Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Di Perpustakaan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta menggunakan teori Wilson”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara utuh dan apa adanya tentang perilaku pencarian informasi pemustaka di Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta dan membatasinya dengan mengacu pada teori Wilson. Dalam melakukan wawancara dengan responden, peneliti memakai teori dari Wilson tentang perilaku pencarian informasi, yaitu (1) Perhatian pasif, (2) pencarian pasif, (3) pencarian aktif, dan (4) pencarian berlanjut. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pemustaka Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta melakukan pencarian informasi untuk kebutuhan tugas kuliah, tugas akhir, dan mencari tempat yang nyaman untuk membaca serta memanfaatkan internet. Adapun pada proses penelusuran informasi, pemustaka yang bisa menemukan koleksi yang dicari merupakan pemustaka yang sudah terbiasa menggunakan fasilitas perpustakaan dan telah mengikuti kelas literasi, sedangkan pemustaka yang kesulitan menemukan koleksi adalah pemustaka yang baru pertama kali datang ke perpustakaan dan belum pernah mengikuti kelas literasi. Hal ini juga dipengaruhi dengan cara mereka menemukan koleksi bahwa pemustaka yang sudah terbiasa datang ke perpustakaan mencari informasi dengan menggunakan OPAC dan langsung datang ke rak koleksi, sedangkan pemustaka yang belum terbiasa melakukannya masih harus bertanya kepada pustakawan.
Kata kunci: Perilaku pencarian informasi, teori wilson, pemustaka
Informasi telah menjadi kebutuhan bagi semua orang. Hal ini
dikarenakan dengan informasi, seseorang akan mendapatkan pengetahuan
baru sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan. Abdul
Kadir mengatakan bahwa “Informasi merupakan data yang telah diproses
sedemikan rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang
menggunakan data tersebut”.1 Lebih dalam lagi, Lani Sidharta mengatakan
bahwa informasi adalah data yang telah disajikan dalam bentuk yang lebih
berguna sehingga memudahkan penggunanya dalam membuat suatu
keputusan.2
Kebutuhan informasi timbul ketika seseorang merasa ada kesenjangan
antara informasi yang dibutuhkan dengan informasi yang dimiliki. Sehingga
seseorang tersebut membuat keputusan untuk mencari informasi supaya
dapat memenuhi kebutuhan informasinya. Setiap orang mempunyai cara
yang berbeda dalam melakukan pencarian informasi. Adakalanya seseorang
mengalami kesulitan dalam mencari informasi, namun adakalanya juga
seseorang merasa sangat mudah mencari sebuah informasi. Cara yang
berbeda dalam mencari informasi inilah yang menimbulkan adanya perilaku
pencarian informasi yang diterlihat dari seseorang ataupun kelompok yang
membutuhkan informasi.
Menurut Wilson “Information seeking behaviour is the purposive
seeking for information as a consequence of a need to satisfy some goal”.3 Dari
1 Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, (Yogyakarta.: Andi, 2002), hlm.31.
2 Lani Sidharta, Pengantar Sistem Informasi Bisnis, (Jakarta: P.T. ELEX Media
Komputindo, 1995), hlm.28.
3 Wilson, TD, “Human Information Behavior,” Special issue on information science
pernyataan tersebut dapat dijelaskan jika perilaku pencarian informasi
merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja karena seseorang
tersebut mempunyai keinginan untuk menggunakan informasi yang dicarinya
untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini termasuk perilaku pencarian dan
penggunaan informasi baik secara aktif maupun pasif. Seperti halnya
disampaikan oleh Wilson bahwa “Information behavior is the totality of
human behavior in relation to sources and channels of information, including
both active and passive information seeking and information use”.4
Perilaku pencarian informasi juga bisa ditunjukkan dengan melakukan
interaksi dengan berbagai sistem informasi baik manual maupun digital,
seperti halnya kegiatan pencarian informasi di perpustakaan yang dilakukan
oleh pemustaka. Menurut Qalyubi “sesuai dengan fungsinya, perpustakaan
sudah seharusnya menjadi lembaga yang bertindak sebagai penghubung atau
interface antara dua dunia, yaitu masyarakat sebagai kelompok pemakai
perpustakaan dan sumber-sumber informasi baik dalam bentuk cetak
maupun non cetak”.5 Sehingga dapat dikatakan bahwa perpustakaan menjadi
salah satu tempat penyedia informasi yang mampu memenuhi kebutuhan
informasi penggunanya. Namun sumber-sumber informasi yang dimiliki
perpustakaan terus bertambah dari waktu ke waktu sejalan dengan
berkembangnya informasi. Oleh karena itu, perpustakaan sudah seharusnya
4Ibid., hlm. 1.
5Qalyubi, dkk, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi, (Yogyakarta: Jurusan
menjamin koleksi atau informasi yang ada agar mudah dimanfaatkan
pemustakanyasecara optimal.
Sistem informasi yang disediakan oleh sebuah perpustakaan secara
tidak langsung juga mampu membentuk model perilaku pencarian informasi
penggunanya. Karena pemustaka berinteraksi secara langsung dengan
sumber informasi tersebut. Di Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani
Yogyakarta, pemustaka telah disediakan berbagai fasilitas pencarian
informasi. Diantaranya fasilitas pencarian informasi Open Public Access
Cataloging (OPAC) dan katalog manual. Sehingga pemustaka berhak memilih
untuk menggunakan sistem informasi yang cocok digunakan. Namun
berdasarkan obeservasi di lapangan, mayoritas pemustaka di perpustakaan
Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta ini lebih memilih langsung datang ke rak
penyimpanan koleksi untuk mencari sendiri koleksi yang diinginkan. Hal ini
menujukkan bahwa ada sebuah pembentukan model yang telah dilakukan
oleh pemustaka tersebut. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti ingin
menganaisis model pencarian informasi yang dilakukan oleh pemustaka di
perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta dengan melihat model teori
perilaku pencarian informasi menurut Wilson.
II. Teori Perilaku Pencarian Informasi A. Informasi
Menurut Jogiyanto HM “informasi dapat didefinisikan sebagai hasil
dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih
nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan”.6 Sedangkan menurut
Gordon B. Davis, informasi juga bisa diartikan sebagai data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yang lebih berarti bagi penggunanya dan bermanfaat
bagi pengambilan keputusan saat ini maupun mendatang.7 Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan kumpulan dari
fakta-fakta atau data-data yang telah diolah dengan baik sehingga
membentuk sebuah informasi yang bisa digunakan oleh penerimanya sebagai
suatu pengetahuan atau pengambilan keputusan. Hal ini juga sesuai dengan
gambar siklus informasi di bawah ini:8
Gambar 1. Siklus Informasi
Selain itu, Estabrook dalam Yusuf menyatakan dalam sudut pandang
dunia kepustakaan dan perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman
fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat
6Jogiyanto, HM, Analisis dan Desain Informasi: pendekatan terstruktur teori dan
praktik aplikasi bisnis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1999), hlm.692.
7Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1 (Jakarta: PT
Pustaka Binamas Pressindo, 1991), hlm. 28.
seseorang.9 Istilah informasi juga telah banyak didefinisikan oleh penulis
seperti halnya Krikelas dalam Munggaran mendefinisikan informasi sebagai
rangsangan yang menciptakan ketidakpastian yang membuat seseorang
sadar akan kebutuhan dan menciptakan suatu perubahan dalam tingat atau
derajat tertentu.10
Suatu informasi banyak digunakan oleh seseorang apabila informasi
tersebut berkualitas. Karena semakin berkualitas informasi tersebut, akan
semakin tinggi juga kredibilitas informasi tersebut. Menurut Budi Sutedjo
Dharma Oetomo kualitas informasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:11
1. Keakuratan dan teruji kebenarannya, artinya informasi harus bebas
dari kesalahan dan tidak menyesatkan.
2. Kesempurnaan informasi, artinya informasi harus disajikan dengan
lengkap tanpa pengurangan, penambahan, dan pengubahan.
3. Tepat waktu, artinya informasi harus disajikan secara tepat waktu,
karena menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.
4. Relevansi, artinya Informasi akan memiliki nilai manfaat yang tinggi,
jika Informasi tersebut dapat diterima oleh mereka yang
membutuhkan.
9Yusuf, Pawit M, Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), hlm.11.
10Robert and Janneke Mostert, “Information Seeking Behavior: a conceptual
framework,” Researchgate: South african journal of libraries and information science (Januari 2006), hlm.146.
11Oetomo, Budi Sutedjo Dharma, Perancangan dan Pengembangan Sistem Informasi
5. Mudah dan murah, artinya apabila cara dan biaya untuk memperoleh
informasi sulit dan mahal, maka orang menjadi tidak berminat untuk
memperolehnya, atau akan mencari alternatif substitusinya.
B. Perilaku informasi
Menurut Pettigrew dalam Frion menyatakan bahwa, “information
behavior as how people need, seek, give and use information in different
contexts”. Sedangkan menurut case dalam Frion menyatakan “Information
behavior.... encompasses information seeking as well as the totality of other
unintentional or passive behaviors (such as glimpsing or encountering
information) as well as purposive behaviors that do not involve seeking, such as
actively avoiding information”.12 Menurut Frion, perilaku informasi adalah
bagaimana orang-orang membutuhkan, mencari, dan menggunakan
informasi dalam konteks yang berbeda. Sedangkan menurut Case, perilaku
informasi mencakup pencarian informasi serta totalitas lain yang disengaja
atau perilaku pasif seperti melihat sekilas atau menjumpai informasi, serta
perilaku yang tidak melibatkan pencarian informasi aktif.
Sedangkan menurut Wilson ada empat istilah yang digunakan dalam
perilaku informasi yaitu information behavior, information seeking behavior,
information searching behavior, dan information use behavior. Dari keempat
istilah ini Wilson menyatakan sesuai urutan dari pengertian yang paling luas
hingga paling sempit. Adapun pengertian dari keempat istilah tersebut
adalah:
12Frion, Pascal, “ What Information Behavior can offer to Competitive
1. Information behavior adalah totalitas hubungan manusia dengan
sumber dan saluran informasi, termasuk pencarian aktif dan pasif
penggunaan informasi. Termasuk komunikasi langsung dengan yang
lain, serta penerimaan informasi secara pasif seperti menonton
televisi, tanpa perhatian atau niat khusus terhadap informasi yang
disajikan.
2. Information seeking behavior adalah upaya menemukan informasi
sebagai konsekuensi dari kebutuhan untuk memenuhi beberapa
tujuan. Dalam perjalanan menemukan, para individu berinteraksi
dengan sistem informasi manual (seperti surat kabar atau
perpustakaan), atau dengan sistem berbasis komputer (seperti World
Wide Web).
3. Information searching behavior adalah perilaku pencarian informasi di
tingkat mikro yang digunakan pencari ketika berinteraksi dengan
sistem informasi. Perilaku ini berinteraksi dengan sebuah sistem
informasi apakah dengan berinteraksi langsung dengan orang yang
ahli dengan menggunakan mouse atau tindakan meng-klik sebuah link
atau melakukan pencarian informasi dengan cara intelektual seperti
melakukan penelusuran menggunakan strategi bolean.13
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pencarian informasi
merupakan istilah yang paling luas kemudian disusul dengan information
seeking behavior yang merupakan suatu upaya menemukan informasi untuk
memenuhi kebutuhan informasi hingga mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
information searching behavior merupakan perilaku di tingkat mikro yang
ditujukan pencari informasi ketika berhadapan langsung dengan sistem
informasi.
Gambar 2: Ruang lingkup perilaku informasi Wilson14
Dalam gambar tersebut dapat dijelaskan perilaku pencarian informasi
menurut Wilson menunjukkan bahwa pencarian informasi merupakan
bagian dari perilaku penemuan informasi dan perilaku penemuan informasi
yang pada gilirannya hanya bagian dari semua perilaku informasi. Menurut
Wilson, model umum perilaku informasi terdiri dari tiga unsur berikut:
1. Kebutuhan informasi dan peran informasi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi individu terhadap
kebutuhan
3. Proses atau tindakan dalam memberikan respons.15
14Wilson, TD, “Human Information Behavior”, Spesial Issue on Information Science
Research., Vol. 3 No. 2, (2000), hlm.1-2.
Diuraikan di atas bahwa proses atau tindakan dalam memberikan respon
terhadap kebutuhan akan informasi merupakan bagian dari perilaku
informasi. Respon yang dimaksudkan yaitu bagaimana perilaku sesorang
menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi pengguna terhadap kebutuhan akan berpengaruh
terhadap perilaku penemuan informasi.
C. Perilaku pencarian informasi
Perilaku merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang sebagai
respon terhadap sesuatu hal yang menarik perhatian seseorang. Perilaku
dapat dilakukan secara sengaja dan tidak sengaja. Menurut Desmita perilaku
adalah kegiatan organisme yang dapat diamati dan yang bersifat umum
mengenai otot-otot dan kelenjar-kelenjar sekresi eksternal sebagaimana
terwujud pada gerakan bagian-bagian tubuh atau pada pengeluaran air mata,
keringat.16
Perilaku dari organisme tidak muncul dengan sendirinya, tetapi
muncul sebagai respon dari faktor-faktor dari luar organisme. Dalam
pengertian umum perilaku adalah tindakan yang dilakukan oleh makhluk
sebagai respon dari suatu rangsangan. Dalam penelitian ini perilaku diartikan
tindakan atau tingkah laku seseorang dalam hal menemukan informasi.
16 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Perilaku pencarian informasi merupakan tindakan yang dilakukan
oleh pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasi. Tindakan setiap orang
pasti berbeda. Beberapa faktor akan mempengaruhi cara pengguna mencari
informasi. Baik dari segi tingkat kebutuhan yang berbeda maupun dari
kemampuan pengguna. Menurut Wilson perilaku pencarian informasi
(Information seeking behavior) merupakan kegiatan pencarian informasi yang
dilakukan dengan sengaja sebagai konsekuensi dari kebutuhan untu
memenuhi beberapa tujuan.17 Tindakan seseorang dalam mencari informasi
tentu berbeda-beda. Hal ini salah satunya dipengaruhi tingkat kebutuhan
informasi seseorang yang berbeda-beda. Menurut Krikelas perilaku
pencarian informasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya.18 Sedangkan menurut Wilson “information seeking
behavior is the micro-level of behavior employed by the searcher in interacting
with information system of all kinds”.19 Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perilaku pencarian informasi adalah suatu tindakan yang dilakukan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang bisa dilakukan dengan
cara berinteraksi langsung dengan berbagai macam sistem informasi.
Wilson menciptakan model perilaku pencarian informasi yang bisa dilihat
pada skema di bawah ini:
17 Wilson, TD, “Human...”, hlm. 2.
18 Bradley,M. Hemminger, “Information Seeking Behavior of Academic Scientists,” Journal of The American Society for Information Science and Technology (December 2007), hlm. 3.
Dalam teori Wilson dapat dilihat bahwa perilaku informasi
merupakan proses yang berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatam
informasi dalam kehidupan seseorang. Selain itu dapat dilihat juga bahwa
kebutuhan akan informasi tidak langsung berubah menjadi perilaku mencari
informasi, melainkan harus dipicu terlebih dahulu dengan pemahaman
seseorang tentang persoalan dalam hidupnya.
Menurut Wilson, ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku pencarian
informasi tersebut.
Seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku informasi yang
berbeda dengan seseorang yang sedang gembira.
2. Demografis
Dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian
dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan. Kita dapat menduga bahwa
kelas sosial juga dapat mempengaruhi perilaku informasi seseorang.
Meskipun pengaruh tersebut lebih banyak ditentukan oleh akses seseorang
ke media perantara. Perilaku seseorang dari kelompok masyarakat yang tidak
memiliki akses internet pasti berbeda dengan orang yang hidup dengan
fasilitas teknologi melimpah.
3. Peran seseorang di masyarakatnya
Khususnya dalam hubungan interpersonal, ikut mempengaruhi perilaku
informasi. Misalnya, perilaku pencarian informasi kalangan dosen akan
berbeda dengan perilaku pencarian informasi mahasiswa. Jika seorang dosen
dan seorang mahasiswa berhadapan dengan pustakawan, peran mereka akan
ikut mempengaruhi cara mereka bertanya, bersikap, dan bertindak dalam
kegiatan mencari informasi.
Dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih luas,
sebagaimana terlihat di gambar sebelumnya ketika Wilson berbicara tentang
perilaku orang perorangan.
5. Karakteristik sumber informasi
Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan
informasi berkaitan dengan faktor demografis. Dimana orang-orang yang
terbiasa dengan media elektronik dan datang dari strata sosial atas pastilah
menunjukkan perilaku informasi berbeda dibandingkan mereka yang sangat
jarang terpapar media elektronik, baik karena keterbatasan ekonomi maupun
karena kondisi sosial-budaya.20
Kelima faktor di atas, menurut Wilson, akan sangat mempengaruhi
bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan kebutuhan informasi dalam
bentuk perilaku informasi. Faktor lain yang juga ikut menentukan perilaku
pencarian sesorang yaitu bagaimana pandangan sesorang terhadap resiko
dan imbalan yang akan diperoleh jika ia benar-benar melakukan pencarian
informasi. Resiko yang dimaksudkan yaitu hambatan yang dihadapi untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan diantaranya biaya, kemudahan
akses, waktu untuk memperoleh informasi.yang dibutuhkan.
Dalam modelnya, Wilson mengungkapkan empat perilaku pencarian
informasi yaitu:
1. Perhatian pasif (passive attention)
Dimana perilaku ini tidak bermaksud untuk mencari informasi seperti
mendengarkan radio atau menonton program televisi.
2. Pencarian pasif (passive search)
Merupakan suatu perilaku pencarian informasi yang kebetulan relevan
dengan kebutuhan individu.
3. Pencarian aktif (active search)
Merupakan jenis pencarian yang biasa dimana seorang individu secara aktif
mencari informasi.
4. Pencarian berlanjut
Merupakan pencarian aktif dimana kerangka dasar ide-ide, kepercayaan,
nilai, dan lain-lain sudah ditetapkan, tetapi dalam waktu-waktu tertentu
untuk melanjutkan pencarian dilakukan dengan memperbarui atau
memperluas kerangka kerja seseorang.21
III.Metode Penelitian
21Wilson, T.D, “Information Behavior: an interdiciplinary perspective,” Information
A. Desain dan jenis penelitian
Menurut Bryman dalam Pendit desain dan jenis penelitian merupakan
bagian dari kegiatan perencanaan penelitian. Desain penelitian adalah
penggambaran sebuah kerangka kerja yang mendasari pengumpulan dan
analisis data.22 Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian
kualitatif. Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan
sebuah penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau
kepercayaan orang yang diteliti, kesemuanya tidak dapat diukur dengan
angka.23 Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan keterangan
berdasarkan dari sudut pandang orang.
Pada penelitian ini akan digali keterangan dari informan tentang
bagaimana perilaku pencarian informasi yang dilakukan di Perpustakaan
Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif. Menurut Sulistyo-Basuki bahwa Penelitian deskriptif
mencoba untuk mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktvitas,
objek, proses dan manusia.24 Data yang terkumpul pada penelitian ini
berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan dan akan dijelaskan dengan
kata-kata tertulis bukan dengan angka-angka.
22 Pendit, Putu Laxman, Metodologi Penelitian Pusdokinfo. Penelitian Ilmu
Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi, (Jakarta: JIP-FSUI, 2003), hlm.165.
23 Sulistyo-Basuki, Metode Penelitian (Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas
B. Jenis dan sumber data
Mukhtar menyatakan bahwa data merupakan seluruh informasi
empiris dan dokumentatif yang diperoleh sebagai pendukung ke arah
konstruksi ilmu secara alamiah dan akademis.25 Sedangkan menurut Lofland
dalam Moleong sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.26 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif karena data yang diperoleh berupa kata-kata yang dinarasikan hasil
dari wawancara. Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yakni:
1. Sumber data primer
Menurut Sugiyono bahwa Data primer adalah data yang diperoleh
secara langsung dari subyek dan orang-orang yang menjadi responden
penelitian.27 Data primer pada penelitian ini adalah data yang langsung
diperoleh dari objek penelitian, yaitu hasil informasi yang diberikan dari
informan dalam penelitian ini tentang perilaku pencarian informasi
pemustaka di perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta. Pengumpulan
data primer pada penelitian ini melalui wawancara kepada pihak-pihak yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
25Mukhtar, Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: GP Press Group, 2013), hlm.
99.
26Moleong, Rexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 157.
2. Sumber data sekunder
Menurut Sugiyono bahwa Data sekunder adalah sumber data yang
diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media
lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.28
Data yang diperoleh secara tidak langsung dari suatu objek penelitian atau
data yang diperoleh berdasarkan teori yang ada. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah informasi dari buku-buku, dokumen-dokumen yang
terkait dengan perilaku pencarian informasi.
C. Teknik pengumpulan data
Menurut Ghony dan Almanshur, Pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human instrument),
untuk mencari data dengan berinteraksi secara simbolik dengan informan/
subjek yang diteliti.29 Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
1. Wawancara
Sugiyono menyatakan wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,dan juga apabila peneliti
28 Ibid., hlm. 139.
29Ghony, M. Junaedi dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
ingin mengetahui hal-hal kecil dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit atau kecil.30
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam.
Menurut Prastowo, Wawancara mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara bertatap
muka antara pewawancara dengan informan dengan tanpa menggunakan
pedoman wawancara tetapi terlibat langsung dalam kehidupan sosial yang
relatif lama.31
2. Studi Dokumentasi
Menurut Yin studi dokumentasi adalah data melalui
dokumen-dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau digital. Berbagai jenis
dokumen yang dapat dipertimbangkan dalam informasi dokumentasi seperti
surat, agenda, dokumen administrarif, penelitian, kliping, maupun artikel di
media massa.32 Dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
struktur organisasi, dokumen tetang gambaran umum Perpustakaan Stikes
Jenderal A. Yani Yogyakarta.
3. Observasi
Observasi dijelakan oleh Cartwright dalam Hardiansyah adalah suatu
proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertentu.33 Tujuan observasi pada penelitian ini
adalah untuk memperoleh informasi, serta gambaran dari proses pencarian
30 Sugiyono, Metodology ....”, hlm. 138.
31Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif dan Perspektif Rancangan, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 212.
32 Yin, Robert K, Studi Kasus: desain dan metode, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
hlm.104.
informasi yang dilakukan pemustaka di perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani
Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan observasi yang dilakukan secara non
partisipatif. Menurut Sulityo-Basuki, Observasi non partisipatif yang artinya
peneliti terpisah dari kegiatan yang diobservasi. Peneliti hanya mengamati