”Strategi promosi Budaya Yogyakarta di tengah Modernisasii“ (studi deskriptif pada Dinas Kebudayaan DIY)
PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi syarat skripsi
Oleh : Dwi Okta Jelita
10080012347 Public Relations
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PUBLIC RELATIONS 2016
Strategi promosi Budaya Yogyakarta di Tengah Modernisasi“ (studi deskriptif pada Dinas Kebudayaan DIY)
Disusun Oleh : Dwi Okta Jelita
10080012347
PROPOSAL
Proposal Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Syarat Skripsi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung
Telah disetujui oleh Ketua Program Studi Public Relations pada tangal seperti tertera dibawah ini :
Bandung,...
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Humas / Public Relations
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang/konteks penelitian
Seiring dengan kian pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, arus globalisasi juga semakin menyebar ke segenap penjuru dunia. Penyebarannya berlangsung secara cepat dan meluas, tak terbatas pada negara-negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga melintasi batas negara-negara berkembang dan miskin dengan pertumbuhan ekonomi rendah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan derasnya arus globalisasi merupakan dua proses yang saling terkait satu sama lain. Keduanya saling mendukung. Tak ada globalisasi tanpa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga berjalan lambat jika masyarakat tidak berpikir secara global. Dalam konteks itu, globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tak terelakkan (Scholte 2001).Semua golongan, suka atau tidak suka, harus menerima kenyataan bahwa globalisasi merupakan sebuah virus mematikan yang bisa berpengaruh buruk pada pudarnya eksistensi budaya-budaya lokal atau sebuah obat mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakit tradisional yang berakar pada kemalasan, kejumudan, dan ketertinggalan. Karena globalisasi diusung oleh negara-negara maju(Barat) yang memiliki budaya berbeda dengan negara - negara berkembang, maka nilai-nilai Barat bisa menjadi ancaman bagi kelestarian nilai- nilai lokal di negara negara berkembang, termasuk Indonesia.
Harus diakui, aktor utama dalam proses globalisasi masa kini adalah negara negara maju.Mereka berupaya mengekspor nilai-nilai lokal di negaranya untuk disebarkan ke seluruh dunia sebagai nilai-nilai global. Mereka dapat dengan mudah melakukan itu karena mereka menguasai arus teknologi informasi dan komunikasi lintas batas negara bangsa. Sebaliknya, pada saat yang sama,negara- negara berkembang tak mampu menyebarkan nilai-nilai lokalnya karena daya kompetitifnya yang rendah. Akibatnya, negara negara berkembang hanya menjadi penonton bagi masuk dan berkembangnya nilai-nilai negara maju yang dianggap nilai- nilai global ke wilayah negaranya.
lokalitas khas daerah-daerah di negeri ini. Kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak, wayang, gamelan, dan tari menghadapi ancaman serius dari berkembangnya budaya pop khas Barat yang semakin diminati masyarakat karena dianggap lebih modern. Budaya konvensional yang menempatkan tepo seliro toleransi, keramahtamahan, penghormatan pada yang lebih tua juga digempur oleh pergaulan bebas dan sikap individualistik yang dibawa oleh arus globalisasi. Dalam situasi demikian, kesalahan dalam merespon globalisasi bisa berakibat pada lenyapnya budaya lokal. Kesalahan dalam merumuskan strategi mempertahankan eksistensi budaya lokal juga bisa mengakibatkan budaya lokal khususnya jogjakarta semakin ditinggalkan masyarakat yang kini kian gandrung pada budaya yang dibawa arus globalisasi.
Inilah masalah terbesar budaya lokal di era kekinian. Ketika gelombang globalisasi menggulung wilayah Indonesia, kekuatannya ternyata mampu menggilas budaya-budaya lokal. Menurut Saidi(1998), proses itu sudah berlangsung sejak dimulainya era liberalisasi Indonesia pada zaman Presiden Soeharto. Sejak masa liberalisasi, budaya-budaya asing masuk Indonesia sejalan dengan masuknya pengaruh-pengaruh lainnya. Sementara, Wilhelm (2000) berpendapat bahwa perusakan budaya dimulai sejak masa teknologi informasi seperti satelit dan internet berkembang. Sejak masa itu, konsumsi informasi menjadi kian tak terbatas. Masa-masa yang haram untuk mengkonsumsi sesuatu ternyata menjadi halal begitu saja. Anakanak kecil dapat begitu saja melihat gambar-gambar porno. Remaja-remaja yang seharusnya menjadi tonggak kebudayaan bangsa malah mengagung-agungkan hedonisme dan modernitas. Karena itu, di era kontemporer sekarang ini, ujian terbesar yang dihadapi budaya lokal adalah mempertahankan eksistensinya di tengah terpaan globalisasi. Strategi-strategi yang jitu dalam menguatkan daya tahan budaya lokal perlu dirumuskan. Indonesia sedang berada dalam masa-masa
transisi dan penyesuaian di mana modernisasi dan globalisasi kian kuat masuk secara
bertahap ke dalam Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat terpengaruh
dengan majunya teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia sendiri.
satu unsur dari tujuh unsur kebudayaan tersebut, yaitu kesenian (Koentjaraningrat, 2004), karena unsur yang lain mengalami akulturasi. Berdasarkan pemikiran tersebut maka titik fokus upaya pelestarian kebudayaan di Yogyakarta adalah pada unsur kebudayaan yang dapat dikembangkan dan dapat diunggulkan agar menjadikan Yogyakarta sebagai pusat pariwisata kebudayaan terkemuka di tahun 2020. Dalam konteks ini Yogyakarta selain sebagai “kota pelajar” juga menjadi daerah tujuan wisata penting di Indonesia yang bertumpu pada sumberdaya ekonomi kreatif (cultural economic) yaitu kebudayaan, terutama pada kekhasan sejarah,pusat pendidikan, dan berbagai kesenian seperti perayaan adat dan pesta rakyat. Dengan ditunjang karya seni-budaya, Yogyakarta dapat menjadi tempat ideal untuk pengembangan pariwisata budaya dan etnik (Smith 1977), dengan menekankan observasi terhadap ekspresi dan gaya hidup masyarakat yang eksotik. Pariwisata budaya meliputi kunjungan ke industri dengan obyek kuliner, kesenian, baik seni rupa (bangunan dan upacara tradisional, tata rias, pementasan tari) maupun seni suara (kerawitan, mancapat). Senirupa meliputi seni arsitektural bangunan, seni rias (terutama seni pakaian kebaya yang telah menjadi kebudayaan nasional dengan seni batik dan lurik), seni kerajinan (kulit atau wayang). Selain itu, seni suara yang ada di Yogyakarta meliputi seni vokal dan instrumental (karawitan dan macapat) yang tergabung dengan seni tari. Ruang lingkup keduanya berkembang pesat.
Namun, proses globalisasi yang cepat telah mengubah konstelasi kebudayaan. Usaha ekonomi yang memproduksi barang kebudayaan (cultural goods) sebagai pendukung atraksi dan amenitas pariwisata budaya banyak dikuasai asing. Sebagai contoh, kuliner asing seperti hamburger McDonald mengalahkan geplak atau jajan pasar, seni kerawitan dan kebaya termarjinalisasi instrumen musik dan busana bangsa Eropa, sedangkan kuda lumping dikalahkan break dance bahkan permainan anak-anak seperti gobak sodor dan dakon sudah
lama punah dilumpuhkan computer game dan play station.Upaya revitalisasi kebudayaan
lokal agar unggul bersaing dengan mancanegara dalam industri kreatif (cultural industry) sudah berulang-kali dilakukan tetapi hasilnya belum signifikan. Sayangnya, pariwisata budaya pun selama ini justru dikembangkan secara universal dan uniformitas tanpa melihat keanekaragaman yang dimilikinya. Ketidak-berhasilan upaya tersebut ditengarai pula karena ketidak-tahuan ataupun ketiadaan strategi yang tepat dalam melestarikan budaya lokal sehingga arah pencapaiannya bias.
Atas latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui dan
mengangkat skripsi ini dengan judul “Strategi Promosi Budaya Yogyakarta di Tengah
1.2 Fokus Penelitian dan pertanyaan penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Suroto, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224, Indonesia.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana strategi promosi budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta ditengah era modernisasi dalam mempertahankan budaya ?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi dinas kebudayaan Yogyakarta dalam mempertahankan budaya Yogyakarta ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan strategi promosi budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta di tengah modernisasi dalam mempertahankan Budaya 2. Untuk mengetahui hambatan yang dialami Dinas kebudayaan Yogyakarta dalam
mempertahankan Yogyakarta
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian sejenis dan pengembangan studi lmu komunikasi.
2. Kegunaan Praktis A. Bagi peneliti
B. Bagi Dinas Kebudayaan
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya peningkatan strategi promosi budaya dan pemasaran wisata.
C. Bagi Universitas Islam Bandung
Untuk menambah referensi perpustakaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan-bahan bagi mahasiswa Ilmu komunikasi atau pihak yang berkepentingan untuk bahan-bahan penelitian sejenis.
1.5 Settingan Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan februari 2017.
Alasan memilih dinas kebudayaan Yogyakarta adalah karena sesuai dengan subjek penelitian. Penelitian ini mendeskripsikan strategi promosi budaya Yogyakarta dalam mempertahankan budaya di tengah modernisasi.
.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 MODERNISASI
Menurut para ahli :
a. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola
ekonomis dan politis.
b. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai berikut.
a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.
2.1.1 . FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GLOBALISASI
1.Perkembangan teknologi informasi komunikasi yang berperan untuk kemudahan dalam transaksi ekonomi antar negara.
2.Kerja sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-kesepakatan antarnegara yang terjalin dengan erat.
3.Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang mempermudah dalam jasa transport dan pengiriman barang keluar negeri.
2.1.2 CIRI-CIRI GLOBALISASI
1. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan
antarmanusia di seluruh dunia
2. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
3. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
4. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). S aat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
5. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain. Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
2.1.3 DAMPAK GLOBALISASI DI BIDANG BUDAYA
A.Dampak positif globalisasi dalam bidang sosial budaya di Indonesia antara lain:
a. Dapat bertukar gagasan/pikiran dengan dunia luar.
b. Dapat mempromosikan budaya Indonesia di kancah dunia, sehingga budaya Indonesia akan
terkenal.
c. Dapat menarik para wisatawan baik lokal maupun internasional dengan keindahan dan
keunikan budaya Indonesia.
d. Berkembangnya pola sosial seperti pola kerja masyarakat Indonesia.
e. Berkembang prinsip multiculturism, sehingga memungkinkan rasa keterbukaan terhadap
budaya baru.
f. Berkembangnya masyarakat sosialita, yang senantiasa memperhatikan perkembangan mode
Internasional seperti busana, film, dan lain-lain.
g. Maraknya event atau kegiatan berskala nasional bahkan internasional yang digelar Indonesia.
B. Dampak negatif globalisasi dalam bidang budaya di Indonesia antara lain:
a. Munculnya budaya baru yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia dengan mudah
b. Berkembangnya pola masyarakat individualisme. Sehingga tradisi tradisi seperti gotong
royong mulai hilang.
c. Semakin banyaknya imigrasi dari luar negeri yang menetap di Indonesia dengan perilaku
sosial budaya yang bertolak belakang dengan Indonesia.
d. Terpengaruhnya masyarakat khususnya para remaja oleh budaya manca yang cenderung
bebas mengakibatkan kemerosotan moral bagi generasi penerus Indonesia.
e. Akibat munculnya kaum sosialita berkembang pola hidup konsumtif.
f. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang.
g. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.
2.2 KEBUDAYAAN
A.Definisi Kebudayaan
Menurut Soelaeman Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta : Yayasan Tubuh Penerbit Fakultas Ekonomi Kampus Indonesia, 1964), hal 113, merumuskan kebudayaan sebagai segala hasil karya, cipta, serta rasa masyarakat. Karya masyarakat membuahkan tehnologi serta kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang dibutuhkan oleh manusia untuk kuasai alam sekitarnya supaya kemampuan dan akhirnya bisa diabdikan untuk kepentingan orang-orang.
Pengertian Kebudayaan dalam bahasa inggris yaitu culture. adalah satu arti yang relatif baru lantaran arti culture sendiri dalam bhs inggris baru nampak pada pertengahan era ke-19. Diawalnya pada th. 1843 beberapa pakar antropologi berikan arti kebudayaan sebagai langkah mengolah tanah, usaha bercocok tanam, seperti tercermin dalam arti agriculture serta holticulture.
E.B. Taylor mendefinisikan kebudayaan sebagai hal yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt-istiadat, kebiasaan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2.2.1 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :
1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup,
2. Sistem mata pencaharian hidup
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem Pengetahuan
7. Sistem Religi
Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai memudar, faktor dari budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita ini. Contohnya saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat antusias dan up to date untuk mengetahui juga mengikuti perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya bukan hanya orang-orang tua saja yang harus mengenalkan dan melestarikan kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda harus senang dan mencintai kebudayaan asli negara sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur budaya universal yaitu :
1. Sistem Teknologi dan Peralatan
beragam. Kita bisa pelajari denganbaik maka akan dapat banyak sekali pengetahuan yang sangat bermanfaat.
2. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karenabermanfaat untuk memenuhi kehidupan manusia. Misalnya kaumpegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya. Haltersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita tekuni. Contohnyamasyarakat yang hidup dipesisir pantai lebih banyak bermata pencahariansebagai nelayan atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak bermatapencaharian sebagai pegawai kantoran.
3. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Kebudayaan di Indonesia beragam sangat banyak. Terdapat masyarakat Jawa,Sunda, Batak, Bugis dsb. Dari macam-macam kebudayaan tersebut, perluditanamkan nilai-nilai kemanusiaan yaitu membiasakan bergaul dengankebudayaan yang lain. Dan saling berinteraksi dengan rukun. Di Indonesiabanyak terdapat kebudayaan yang harus di lestarikan bersama. Jangan kitasaling bersaing untuk kepentingan pribadi dengan kebudayaan lain, karena itusama saja kita memecahbelahkan kebudayaan yang sudah ditanam oleh
leluhursebelumnya.
4. Bahasa
Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada bahasa yang dipakainya.Contohnya bahasa Inggris, Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak bahasatersebut kita dapat mempelajarinya untuk pengetahuan yang lebih luas. Tidakhanya bahasa yang dipelajari berasal dari bahas luar negri saja, tetapi bahasadari negri Indonesiapun perlu kita pelajari untuk melestarikan kebudayaan yangada di Indonesia.
5. Kesenian
maupun negara. Contohnyalagu-lagu daerah ampar-ampar pisang yang berasal dari Kalimantan Selatanyang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.
6. Sistem Pengetahuan
Ada banyak sistem pengetahuan misalnya pertanian, perbintangan,perdagangan/bisnis, hukum dan perundang-undangan, pemerintahaan/politikdsb. Hal tersebut juga bagian dari kebudayaan. Kita wajib mempelajarinyakarena dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi tahu dunia luar dansangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada pekerjaanseseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan banyak informasi yang kita dapat.
7. Sistem Upacara Keagamaan
Setiap kebudayaan terdapat kepercayaan yang dianut. Kepercayaan yang dianutdi Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Darikelima agama tersebut terdapat upacara keagamaan yang berbeda-beda. Akantetapi untuk masyarakat yang tinggal dikota upacara keagamaan sepertinyasudah tidak dilaksanakan lagi kecuali dalam hal-hal tertentu saja. Sedangkan masyarakat yang tinggal didesa masih banyak yang melaksanakan upacara keagamaan tersebut.
2.3 STRATEGI PROMOSI
-Menurut Rangkuti (2001:13), “Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya”. Sedangkan menurut Kotler (2000:91), strategi adalah “Suatu rencana permainan untuk mencapai sasaran yang dinginkan dari suatu unit bisnis”.
-Menurut Swastha dan Irawan (2008: 349): Promosi adalah “arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan menciptakan pertukaran dalam pemasaran”.
perusahaan yang bersangkutan dengan barang-barang serta jasa-jasa yang ditawarkan olehnya".
-menurut Moekijat (2000 : 443) : “strategi promosi adalah kegiatan perusahaan untuk mendorong penjualan dengan mengarahkan komunikasi-komunikasi yang meyakinkan kepada para pembeli.”
-Sedangkan menurut Lamb, Hair, McDaniel (2001 : 146) : “Strategi promosi adalah rencana untuk penggunaan yang optimal dari elemen-elemen promosi : periklanan, hubungan masyarakat, penjualan pribadi dan promosi penjualan”. Di dalam pemasaran produk terdapat beberapa strategi promosi yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan. Kegiatan ini merupakan variabel – variabel strategipromosi yang disebut dengan bauran promosi (promotional mix).
-Menurut Lamb, Hair, McDaniel (2001 :147), “bauran promosi adalah kombinasi dari alat promosi termasuk periklanan, hubungan masyarakat, dan promosi penjualan yang digunakan untuk mencapai pasar sasaran dan memenuhi tujuan organisasi secara keseluruhan”.
-Menurut Kotler & Armstrong (2002:656) variabel-variabel yang ada di dalampromotional mix ada lima, yaitu:
a. Periklanan (advertising)
Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa.
b. Penjualan Personal (personal selling)
Presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.
c. Promosi penjualan (sales promotion)
Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
d. Hubungan masyarakat (public relation)
e. Pemasaran langsung (direct marketing)
Komunikasi langsung dengan pelanggan yang diincar secara khusus untuk memperoleh tanggapan langsung.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi promosi terdiri dari :
1. Strategi Promosi Periklanan
2. Strategi Promosi Penjualan
3. Strategi Promosi Pemasaran Langsung
4. Strategi Promosi Hubungan Masyarakat dan Publisitas
5. Strategi Promosi Penjualan Pribadi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis dan Pendekatan penelitian
3.2Subjek penelitian
Pemilihan Subjek dalam penelitian ini didasarkan pada orang-orang yang dipandang mampu memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya dan berkaitan dengan bidang yang diteliti, sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya.Informan penelitian pada penulisan ini adalah Kepala dinas kebudayaan Yogyakarta dan pengamat budaya jogja (budayawan)
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang lengkap dalam penelitian ini adalah:
1.Observasi
Observasi ini dilakukan dengan mengamati kegiatan promosi dan kegiatan-kegiatan lain di Dinas Kebudayaan. Yogyakarta yang meliputi berbagai agenda kegiatan yang telah dijadwalkan oleh dinas kebudayaan, yang meliputi program peningkatan pengembangan dan pengelolaan budaya, peningkatan sarana dan prasarana pengembangan budaya, peningkatan obyek budaya unggulan dan meningkatkan mutu sarana dan prasarana budaya, serta peningkatan kerjasama dibidang kebudayaan. Pengamatan inidilakukan selama kunjungan di Dinas Kebudayaan Yogyakarta.
2.Wawancara
mendalam.Pelaksanaan wawancara ini antara lain strategi promosi budaya, faktor pendukung, hambatan mempromosikan obyek budaya dan langkah penyelesaian menangani berbagai hambatan tersebut .
3.Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang telah tersedia dalam bentuk arsip atau buku yang mendukung penelitian. Pengumpulan data yang diperoleh dari hasil laporan-laporan dan keterangan-keterangan tertulis, tergambar, terekam maupun tercetak yaitu gambaran umum Dinas Kebudayaan dan data-data mengenai budayaYogyakarta.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumen dokumen dan hasil observasi dalam penelitian ini dihimpun dan dideskripsikan.Tahap-tahap analisis data, yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, sabstraksi data kasar yang ada dalam catatan lapangan. Reduksi data ini akan berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian dan dalam kegiatan ini data yang tidak berguna atau tidak diperlukan untuk kepentingan kegiatan
analisis akan dibuang. Peneliti dalam kegiatan analisisnya akan selalu melakukan reduksi data dari sebelum pengumpulan data di lapangan sampai proses verifikasi selesai dan tidak membutuhkan data baru lagi.
Reduksi juga bisa dinyatakan sebagai bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, mengurangi hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan akhir dapat dilaksanakan.
2. Penyajian data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, gambaran dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan dengan
matriks, gambar/skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan serta tabel sebagai pendukung narasinya. Semuanya itu dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dapat lebih dimengerti dalam bentuknya yang lebih kompak.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan simpulan merupakan komponen analisis yang memberikan penjelasan secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan.Simpulan yang diperoleh dari penyajian data bersifat sementara sebab masih terus berkembang sejalan dengan penemuan data baru.Hal ini penting untuk mendapatkan simpulan akhir yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara akademis maupun secara keilmuannya.
3.5.Uji keabsahan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan proses triangulasi sebagai uji keabsahan data. Peneliti memilih keabsahan data dengan pendekatan triangulasi metode untuk mengungkap dan menganalisis masalah-masalah yang dijadikan objek penelitian dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dengan demikian data dapat dikatakan absah apabila terdapat kesamaan dan kecocokan antara hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soewadji, Jusuf, Pengantar Metodologi Penelitian, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2012
2. Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Yogyakarta, 1998
3. Indria Desy Rachmawati, Strategi Publik Relations Dinas Pariwisata dan
4. Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
5. Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologi, PT.