MEMILIH KEPALA DAERAH DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN INDONESIA
Oleh: Saprizal Hadi Andrian
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum negara yang menjadi panutan untuk menjalankan roda pemerintahan Indonesia, dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah yang melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan untuk Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah terdiri dari Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Saat ini penulis ingin mengemukakan pendapat tentang retorika masyarakat yang galau untuk memilih calon pemimpin Kepala Daerahnya. Sudah menjadi rahasia umum untuk kita bagaimana cara memilih calon Kepala Daerah? yaitu dengan menanyakan berapa besar biaya untuk memberikan suara kepadanya atau yang sering kita dengar dengan istilah money politic, para calon pemegang kekuasaan itu tanpa sadar mengajarkan mindset baru ke masyarakat yang nantinya mindset itu menjadi budaya baru yang turun temurun untuk kehidupan bermasyarakat dan sehingga masyarakat itu sendiri pun dengan bangga menggantikan suaranya dengan sebuah nominal harga. This is the biggest problem! Karena ini adalah permasalahan yang menyangkut hak kewarganegaraan seseorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28C ayat (2) UUD RI Tahun 1945 “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya”. Menjadi suatu pertanyaan, siapakah yang bertanggung jawab? Bagaimana problem solving nya? Lantas bagaimana kriteria Kepala Daerah menurut perspektif Ketatangeraan Indonesia?
tetapi begitu besar biaya dikeluarkan untuk melangsungkan pesta demokrasi tersebut. Sebaliknya juga, jika dipilih secara tidak langsung maka kemungkinan ada permainan yang cukup signifikan antara legislatif dan eksekutif, namun jika pemilihan Kepala Daerah di wakilkan oleh DPRD maka sudah tentu kita dapat menghemat biaya negara. Implementasi dari pemilukada secara langsung sangat ironis, mengapa penulis menyatakan demikian? very simple dengan besarnya biaya yang dikeluarkan maka ada pemikiran untuk mengembalikan biaya tersebut, dan ini lah salah satu pemicu faktor terjadinya money politic. Masyarakat dibutakan oleh uang demi mencapai kekuasaan, mengingat kekuasaan sebagaimana yang diungkapkan oleh Lord Action, bahwa kekuasaan itu cenderung untuk menjadi korup (power tends to corrupt) dan kekuasaan mutlak menjadi korup secara mutlak pula.
seperti yang di cita-cita kan oleh The Founding Father Ir. Soekarno dalam butir Pancasila nya, dengan demikian terwujudlah kriteria calon Kepala Daerah perspektif Ketatanegaraan Indonesia.
Mengutip kata-kata dari bapak Arfa’i, S.H., M.H. sebagai Dosen HTN Fakultas Hukum Universitas Jambi, beliau mengatakan “atmosfir politik saat ini yaitu mencari kesalahan lawan mencari keburukan lawan bukan mencari jalan keluar”. Lantas terpikir dalam benak penulis, bagaimana mau memimpin daerah memimpin masyarakat, jika pandangan calon Kepala Daerah tidak selaras dengan butir-butir Pancasila, apakah berhak calon-calon tersebut menjadi Kepala Daerah? Hanya masyarakat yang dapat menjawabnya.
Saprizal Hadi Andrian Mahasiswa HTN Fakultas Hukum