• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONDISI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kebijakan Spasial RE142242 1

I. PENDAHULUAN

rtikel ini berisikan tentang kondisi sektor persampahan pada Kota Surabaya, serta strategi untuk mengembangkan kondisi persampahan tersebut yang terdapat pada dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Surabaya tahun 2016. Secara umum pengelolaan persampahan di Kota Surabaya sudah berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan teraihnya penghargaan Adipura, sebagai bukti atas terjaganya kebersihan lingkungan. Namun demikian seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan semakin meningkatnya pembangunan di Kota Surabaya, maka pengelolaan sampah perlu ditingkatkan pelayanannya.

II. KONDISISEKTORPERSAMPAHAN

A. Studi EHRA 2015

Bagi beberapa kota di Indonesia, penanganan pengelolaan sampah menjadi permasalahan yang cukup memprihatinkan. Beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk itu pengelolaan sampah melalui pemilahan dan pemanfaatan sampah atau penggunaan ulang sampah sangat disarankan untuk dilaksanakan, misalnya pembuatan pupuk kompos dari sampah organik dianggap penting. Dengan latar belakang semacam ini, maka melalui Studi EHRA ini kemudian dimasukkan pertanyaan yang memuat kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan pengomposan.

Dalam Studi EHRA Kota Surabaya Tahun 2015 terkait pengelolaan sampah rumah tangga telah dilakukan wawancara dan observasi dengan responden untuk mendapatkan informasi tentang beberapa hal sebagai berikut, yakni :

1. Cara pembuangan sampah yang utama,

2. Frekuensi dan pendapat tentang ketepatan pengangkutan, 3. Praktik pemilahan sampah,

4. Penggunaan wadah sampah.

Berdasarkan hasil Studi EHRA, responden yang melakukan pengelolaan sampah rumah tangganya dengan dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 85,37%. Sedangkan yang melakukan pengelolaan dengan cara dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang hanya 5,80%. Hasil ini cukup baik terkait dengan pengelolaan sampah di Kota Surabaya. Namun masih ada rumah tangga yang melakukan

pengelolaan sampah dengan cara dibakar yaitu sebesar 3,20%. Sistem pengangkutan sampah di Kota Surabaya telah dilakukan dalam frekuensi yang teratur setiap hari. Sebesar 26,60% responden menyatakan bahwa sampah diangkut tiap hari oleh petugas sampah. Namun sebesar 61,90% responden mengatakan bahwa terkadang pengangkutan hanya dilakukan beberapa kali dalam satu minggu. Data ini menunjukkan bahwa proses pengangkutan sampah di Kota Surabaya sudah relatif cukup baik dan terkoordinasi dan tidak menimbulkan permasalahan.

Sebanyak 83,20% responden menyatakan tidak melakukan pemilahan sampah, sedangkan sisanya sebesar 16,80% melakukan pemilahan. Pemilahan sampah merupakan usaha yang harus digalakkan dan dilakukan secara konsisten dimulai dari tingkat rumah tangga sampai sistem pengangkutan ke TPA.

B. Sistem Persampahan Kota Surabaya

Pengelolaan sampah Kota Surabaya dilakukan dengan cara kolektif oleh petugas kebersihan melalui pengumpulan sampah yang dilakukan pada kawasan permukiman, pasar, pertokoan / perdagangan & jasa, industri, fasilitas kesehatan, dan sampah jalanan & ruang terbuka serta lokasi aktivitas lainnya. Pengelolaan sampah secara umum yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sistem Pengumpulan Sampah Domestik

2. Sistem Pemindahan dan Pengangkutan dari TPS menuju TPA

3. Sistem Pengumpulan Sampah Kawasan Pasar

4. Sistem Pengumpulan Sampah Kawasan Pertokoan/ Perdagangan/ Jasa

5. Sistem Pengumpulan Sampah Kawasan Industri 6. Sistem Pengumpulan Sampah Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan data dari DKP dan Analisa Pokja Sanitasi Kota Surabaya 2016, timbulan sampah tertinggi ada di Kecamatan Sawahan yaitu sebesar 420,99 m3/hari sedangkan timbulan

sampah terkecil ada di Kecamatan Bulak sebesar 56,66 m3/hari. Jumlah sampah yang terangkut ke TPA Benowo adalah 54% atau 5.238 m3/hari.

Cakupan layanan persampahan rata-rata 54% untuk seluruh kota Surabaya yang merata di hampir seluruh wilayah Kota Surabaya. Sistem yang ada dalam layanan persampahan di Kota Surabaya terdiri dari Sistem Pengelolaan berbasis masyarakat, Sistem Layanan langsung dan penyapuan jalan, Sistem Layanan tidak langsung (RT-TPS-TPA) dan Sistem 3R.

KONDISI DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN SEKTOR

PERSAMPAHAN KOTA SURABAYA

Andi Rachman Putra - 03211650020003

Program Magister, Bidang Keahlian Teknik Sanitasi Lingkungan, Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dosen Pengampu: Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg

(2)

Analisis Kebijakan Spasial RE142242 2

Gambar 1. Peta Area Berisiko Persampahan Kota Surabaya

(Sumber: Dokumen Pemutakhiran SSK Kota Surabaya tahun 2016)

C. Kelembagaan dan Peraturan

Penyelenggaraan pengelolaan sampah merupakan kewajiban Pemerintah sebagai fungsi pelayanan umum. Pengelola sampah di Kota Surabaya berbentuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang diatur berdasarkan Perda No.20 Tahun 2014 yang bertanggung jawab langsung ke Walikota melalui Sekda. Dalam satu sistem pengelolaan sampah, aspek kelembagaan/organisasi sangat penting agar sistem bisa berjalan dengan baik. Struktur organisasi harus dapat memperlihatkan secara jelas alur koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal, kewenangan dalam penggunaan anggaran, dan tata laksana kerja harus memuat jelas fungsi dan tugas masing-masing personil. Organisasi dan manajemen pengelolaan sampah merupakan faktor untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dari sistem pengelolaan sampah.

D. Area Dengan Risiko Persampahan

Dari peta yang dapat dilihat pada gambar 1, dapat diketahui area berisiko persampahan untuk risiko sangat tinggi ada di wilayah Kota Surabaya bagian timur yang terdiri dari 2 kelurahan, sedangkan risiko tinggi ada di wilayah Kota Surabaya bagian timur dan sebagian barat yang terdiri dari 10 kelurahan tersebar di 6 kecamatan, hal ini di sebabkan di wilayah tersebut kepadatan penduduknya cukup tinggi.

III. KEBIJAKANSEKTORPERSAMPAHAN Berdasarkan analisa Pokja Sanitasi Kota Surabaya 2016, tujuan dari sektor persampahan Kota Surabaya adalah mewujudkan lingkungan yang sehat, nyaman dan bersih di Kota Surabaya melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan untuk seluruh Kota di atas Standar Pelayanan Minimum /SPM. Dengan tujuan tersebut, sasaran dari sektor persampahan Kota Surabaya adalah:

1. Tersedianya dokumen perencanaan sistem Persampahan (Rencana Induk Persampahan) yang terintegrasi di tahun 2018

2. Meningkatnya efektivitas cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 54 % menjadi 100% (15,25% pengangkutan dan 84,75% pengurangan sampah) pada akhir tahun 2021

(3)

Analisis Kebijakan Spasial RE142242 3

Gambar 2. Peta Rencana Tahapan Pengembangan Zona dan Sistem Persampahan Kota Surabaya

(Sumber: Dokumen Pemutakhiran SSK Kota Surabaya tahun 2016)

1. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan.

2. Melakukan review dokumen perencanaan persampahan. 3. Menambah armada pengumpul dan angkut sampah yang

terpilah, dan menambah jumlah TPS dan TPS3R. 4. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan

persampahan.

IV. PENGEMBANGANSEKTORPERSAMPAHAN Cakupan pelayanan pengelolaan sampah di Kota Surabaya meliputi seluruh kelurahan. Perkiraan volume timbulan sampah domestik daerah pelayanan sebesar 8.827,71 m3/hari. Cakupan

penduduk yang dilayani dari penduduk daerah pelayanan sebesar ± 54%.

Sampai saat ini Kota Surabaya menggunakan TPA Benowo sebagai tempat pemrosesan akhir sampah yang dibangun tahun 2001. Lahan seluas 37,4 Ha dengan sistem pembuangan Sanitary Landfill dan gasifikasi, luas sel Landfill 13,08 Ha di mana daya tampung TPA 4.660 m³/hari. Pemerintah Kota Surabaya sudah melakukan pemisahan antara peran regulator dan peran operator. Peran regulator dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan ( DKP ) sedangkan peran operator dikelola oleh PT. Sumber Organik.

Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan

persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kota Surabaya terdapat 4 (empat) zona diilustrasikan dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada gambar 2. Penjelasan dari 4 zona pengembangan adalah sebagai berikut:

Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) dalam jangka panjang. Terdapat 3 kelurahan. Dalam peta diberi warna biru.

Zona 2, merupakan area yang dalam jangka waktu menengah (medium term action) harus terlayani 100% dengan sistem layanan tidak langsung dari sumber ke TPS kemudian ke TPA. Dalam Zona ini terdapat 8 kelurahan. Dalam peta diberi warna hijau.

(4)

Analisis Kebijakan Spasial RE142242 4

Zona 4, merupakan area padat dan kawasan bisnis (CBD) karena itu harus terlayani penuh 100% dengan dilengkapi pelayanan penyapuan jalan (full coverage & street sweeping), yang harus diatasi dengan pilihan sistem langsung ke TPA dalam jangka waktu pendek. Zona ini mencakup 72 Kelurahan. Dalam peta diberi warna merah.

V. KESIMPULAN

Gambar

Gambar 1. Peta Area Berisiko Persampahan Kota Surabaya
Gambar 2. Peta Rencana Tahapan Pengembangan Zona dan  Sistem Persampahan Kota Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi (5,020).. PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN

Masalah-masalah yang telah diuraikan di atas melatar belakangi penulis melakukan penelitian mengenai isolasi dan seleksi enzimatis bakteri selulolitik dari limbah media

Jadi, hasil belajar PAI adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar khususnya mata pelajaran PAI. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan,

Sedangkan melihat dari penggunaan bahan bakar, efisiensi termal mesin diesel dengan menggunakan DJM5 lebih kecil bila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar

Confirmatory factor analysis dari indikator-indikator yang membentuk variabel laten yang terdiri dari orientasi pasar, manajemen pengetahuan, inovasi,

Sebuah perusahaan di Boston yaitu Electro Scan Corporation pada tahun 1988 ( perusahaan ini diambil alih oleh Philips pada tahun 1996- sekarang bernama FEI Company [3]

[r]

Riset ini bertujuan untuk melakukan prediksi standar layanan teknologi informasi atau Information Technology Service (ITS) dengan klasifikasi menggunakan Naïve Bayes