• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROTOTIPE SISTEM PENGATUR ISYARAT LALU L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROTOTIPE SISTEM PENGATUR ISYARAT LALU L"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PROTOTIPE SISTEM PENGATUR ISYARAT LALU-LINTAS

ADAPTIF TERKOORDINASI UNTUK RUAS JALAN SENOPATI DAN

JALAN SULTAN AGUNG YOGYAKARTA

Tahun ke-1 dari rencana 3 tahun

Tim Pengusul:

Freddy Kurniawan, S.T., M.T. NIDN 0517037601 (Ketua) Denny Dermawan, S.T., M.Eng. NIDN 0011117101 (Anggota 1) Okto Dinaryanto, S.T., M.M., M.Eng. NIDN 0504107202 (Anggota 2)

Dibiayai oleh:

Dibiayai oleh Kopertis Wilayah V DIY Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 1372/K5/KM/2014

Tanggal 6 Mei 2014

(2)
(3)

iii

Salah satu ketidakefektifan pengatur lalu-lintas yang digunakan di ruas Jalan Senopati dan Jalan Sultan Agung Yogyakarta adalah tidak adanya sinkronisasi antara pengatur lalu-lintas di simpang empat Kantor Pos (Nol Kilometer), Gondomanan dan Bintaran. Hal ini dapat menimbulkan antrian panjang dan kemacetan. Sementara itu tidak adanya variasi waktu hijau juga menambah panjang antrian pada jam-jam sibuk, dan menjadikan adanya pemborosan waktu pada jam-jam sepi.

Salah satu solusi yang diajukan pada penelitian ini adalah digunakannya sistem pengatur lalu-lintas terkoordinasi yang mempunyai jadwal pewaktuan. Dengan sistem ini, sebagian besar kendaraan yang mendapat isyarat hijau di simpang empat Kantor Pos akan mendapat isyarat hijau setibanya di simpang empat Gondomanan, dan di simpang empat Bintaran; demikian pula sebaliknya.

Pengatur lalu-lintas di simpang empat Gondomanan bertindak sebagai master (master controller); sedangkan pengatur lalu-lintas di simpang empat Kantor Pos dan

Bintaran bertindak sebagai pengatur lalu-lintas lokal (local controller). Pengatur

lalu-lintas master mengirim data sinkronisasi ke kedua pengatur lalu-lalu-lintas lokal secara nirkabel. Semua pengatur lalu-lintas mempunyai jadwal pewaktuan lalu-lintas sendiri-sendiri yang telah disesuaikan dengan kondisi kepadatan lalu-lintas. Data pewaktuan tersebut didapat dari analisis atas hasil survei yang dilakukan selama 7 × 24 jam.

Semua pengatur lalu-lintas yang menggunakan mikrokontroler AVR ATmega128A ini telah dapat mengatur lalu-lintas sesuai jadwal pewaktuan dan secara terkoordinasi. Proses sinkronisasi hanya memerlukan waktu satu hingga beberapa siklus. Prediksi pergerakan kendaraan telah dibuat menjadi diagram trayektori kendaraan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem ini dapat menurunkan waktu tempuh kendaraan hingga 40 %.

Program pengaturan lalu-lintas ini baru menggunakan tidak lebih dari 10 % ruang memori di mikrokontroler, baik memori flash, SRAM, maupun EEPROM. Siklus kerja CPU mikrokontroler juga baru di bawah 1%. Pengatur lalu-lintas ini masih dapat secara leluasa dikembangkan untuk ditambah sensor kamera sebagai pendeteksi jumlah antrian kendaraan.

(4)

iv

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt atas nikmat dan karunia-Nya

laporan penelitian hibah bersaing ini telah dapat kami selesaikan. Dengan telah

tersusunnya laporan ini, berarti penelitian hibah bersaing dengan judul “Prototipe

Sistem Pengatur Isyarat Lalu-Lintas Adaptif Terkoordinasi untuk Ruas Jalan Senopati

dan Jalan Sultan Agung Yogyakarta” untuk tahun pertama telah selesai dilaksanakan.

Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan pada tahun kedua dengan target dapat

menggunakan kamera untuk membentuk sebuah sistem pengatur isyarat lalu-lintas

adaptif terkoordinasi.

Tim Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi

yang telah membiayai penelitian ini, STT Adisutjipto dan berbagai pihak yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini

masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran untuk kebaikan kita semua

sangat kami harapkan. Dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan penentuan arah kebijakan pembangunan sistem

(5)

v

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Urgensi Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengaturan Isyarat Lalu-lintas Sinkron Adaptif ... 5

2.2 Penelitian untuk Memperbaiki Sistem Pengatur isyarat lalu-lintas ... 7

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 9

3.1 Tujuan Penelitian ... 9

3.2 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 10

4.1 Pembentukan Prototipe Sistem Pengatur Lalu-lintas ... 11

A. Pengatur Lalu-lintas Berbasis Mikrokontroler ATmega128A ... 11

B. Terminal Operator ... 13

C. Mekanisme Pengaturan Lalu-lintas ... 14

4.2 Pembentukan Basis Data untuk Pewaktuan Pengaturan Lalu-lintas ... 15

4.3 Mekanisme Pengubahan Jadwal Pewaktuan Pengatur Lalu-lintas secara Nirkabel ... 18

A. Kode Header dan Telecommand ... 19

B. Test ... 20

C. Restart ... 20

D. Read Database ... 20

(6)

vi

B. Penentuan Nilai Offset ... 27

4.5 Penentuan Waktu Tempuh Kendaraan ... 28

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Penggunaan Sumber Data Mikrokontroler ... 30

5.2 Diagram Trayektori Kendaraan ... 31

5.3 Penjadwalan Ketiga pengatur lalu-lintas ... 32

5.4 Sinkronisasi Pewaktuan pengatur lalu-lintas ... 35

A. Sinkronisasi pada Transisi Dua Slot Waktu ... 35

B. Waktu Transisi ... 36

5.5 Waktu Tunggu Kendaraan pada Jam-jam Sibuk ... 38

5.6 Pengembangan Sistem ... 42

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 43

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

7.1 Kesimpulan ... 45

7.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(7)

vii

Tabel 1. Arah setiap fase ... 14

Tabel 2. Jadwal pewaktuan untuk pengatur lalu-lintas master dan lokal ... 15

Tabel 3. Kode ASCII header untuk memulai pengiriman data ... 19

Tabel 4. Kode ASCII Telecommand ... 20

Tabel 5. Penggunaan memori dan sumber daya mikrokontroler ... 30

Tabel 6. Jadwal pewaktuan master dan lokal pada hari kerja ... 33

Tabel 7. Jadwal pewaktuan master dan lokal pada hari Sabtu ... 33

Tabel 8. Jadwal pewaktuan master dan lokal pada hari Minggu ... 34

Tabel 9. Waktu kuning dan pengosongan ... 34

Tabel 10. Perkiraan waktu tempuh kendaraan dengan pengatur lalu-lintas biasa ... 39

Tabel 11. Perkiraan waktu tempuh kendaraan dengan pengatur lalu-lintas terkoordinasi ... 40

(8)

viii

Gambar 1. Urutan isyarat lalu-lintas pada umumnya ... 5

Gambar 2. Dua pengatur lalu-lintas berdekatan ... 6

Gambar 3. Diagram fishbone penelitian ... 10

Gambar 4. Urutan kegiatan penelitian tahun I ... 11

Gambar 5. Blok diagram sistem pengatur isyarat lalu-lintas ... 12

Gambar 6. Diagram skema elektronis utama sebuah pengatur lalu-lintas ... 13

Gambar 7. Terminal operator. ... 13

Gambar 8. Diagram transisi keadaan pengaturan lalu-lintas ... 14

Gambar 9. Peta memori basis data jadwal pewaktuan pengatur lalu-lintas... 17

Gambar 10. Komunikasi antara terminal dengan pengatur lalu-lintas ... 18

Gambar 11. Mekanisme pelaksanaan perintah “Read Database” ... 22

Gambar 12. Proses sinkronisasi pengatur lalu-lintas lokal ... 24

Gambar 13. Urutan fase pada ketiga pengatur lalu-lintas ... 27

Gambar 14. Diagram trayektori kendaraan pada jam-jam sibuk ... 32

Gambar 15. Sinkronisasi pengatur lalu-lintas lokal ... 35

Gambar 16. Fluktuasi nilai siklus untuk mencapai kondisi sinkron ... 36

Gambar 17. Perubahan nilai siklus untuk nilai ξ berbeda ... 37

Gambar 18. Grafik waktu transisi versus galat offset ... 38

(9)

ix

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 2 Personalia Tenaga Peneliti beserta Kualifikasinya

Lampiran 3 Naskah Publikasi Ilmiah

a. Naskah Publikasi Ilmiah 1: “Pre-Timed and Coordinated Traffic

Controller Systems Based on AVR Microcontroller”

akan dimuat di Jurnal Ilmiah Terakraditasi A dan Internasional

terindeks Scopus “Telkomnika”, Vol. 12, No. 4, Desember 2014.

b. Naskah Publikasi Ilmiah 2: “Sistem Pengatur Lalu-lintas Terjadwal

dan Terkoordinasi untuk Persimpangan Gondomanan, Kantor Pos,

dan Bintaran”

akan disampaikan dalam Seminar Nasional Rekayasa Teknologi

Industri dan Informasi (ReTII) ke-9 Tahun 2014 pada tanggal 13-14

(10)

1

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Kemacetan lalu-lintas merupakan fenomena yang sering terjadi di Kota

Yogyakarta. Kemacetan tersebut biasanya berupa antrian panjang kendaraan di

beberapa pengatur lalu-lintas pada jam-jam sibuk. Menurut Walikota Yogyakarta yang

dikutip Harian Jogja (2012), pemerintah kota belum memiliki konsep yang disepakati

bersama untuk mengurai kemacetan dan mengantisipasi ancaman kemacetan total pada

2015. Banyak kerugian yang didapat dari kemacetan, di antaranya adalah: waktu

tempuh menjadi lebih tinggi, pemborosan waktu dan bahan bakar, dan memperbesar

biaya perawatan kendaraan. Dari hasil penelitian Imam Basuki dan Siswandi (2008)

didapat bahwa kerugian akibat kelambatan arus lalu-lintas di Jl. Gejayan lebih dari 11

juta rupiah per jam. Kerugian yang terjadi di ruas Jl. Senopati dan Jl. Sultan Agung

tentunya lebih besar, karena pada ruas jalan tersebut lebih banyak dilalui kendaraan dan

terdapat lebih banyak pengatur lalu-lintas.

Salah satu penyebab kemacetan adalah tidak optimalnya pewaktuan atau

waktu setiap isyarat sebuah pengatur lalu-lintas. Di sepanjang ruas Jl. Senopati dan Jl.

Sultan Agung tersebut terdapat tiga pengatur lalu-lintas, yaitu di persimpangan Kantor

Pos, Gondomanan, dan Bintaran. Ketiga pengatur lalu-lintas tersebut masih

menggunakan pewaktuan mandiri (stand alone) dan bersifat tetap (fixed time setting).

Pada jam-jam sibuk, waktu isyarat hijau tidak dapat memberi kesempatan semua

kendaraan dalam antrian untuk berjalan; sementara itu pada malam hari, waktu isyarat

hijau menjadi terlalu lama karena jumlah kendaraan yang lewat sangat sedikit.

Pengatur lalu-lintas di persimpangan Kantor Pos dan Gondomanan telah

dilengkapi ATCS (Area Traffics Control System). Dengan sistem ini, kondisi lalu-lintas

di persimpangan tersebut dapat dimonitor dari kantor Dinas Perhubungan melalui

sebuah kamera CCTV (Hanggara, 2012). Namun kamera tersebut hanya sebatas

memantau keadaan (monitoring) dan tidak memberikan kontribusi terhadap pewaktuan

pengatur lalu-lintas. Petugas pemantau harus aktif mengatur pewaktuan di kedua

(11)

pengatur lalu-lintas masih cenderung bersifat tetap karena hampir tidak pernah

diubah-ubah oleh petugas.

Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah menjadikan data jumlah

kendaraan yang ditangkap kamera memberikan kontribusi pada pewaktuan pengatur

lalu-lintas sehingga menjadi pengatur lalu-lintas adaptif. Waktu isyarat hijau

disesuaikan dengan jumlah dan panjang antrian kendaraan yang ada. Pada sebuah

pengatur lalu-lintas adaptif harus terdapat mesin untuk menghitung data kepadatan dan

panjang antrian kendaraan. pengatur lalu-lintas juga harus mempunyai pola dan jadwal

pengaturan dan waktu setiap isyarat. Jadwal pengaturan akan dijalankan jika sensor

kamera tidak bekerja dengan baik, terjadi kerusakan pada mesin penghitung, atau data

panjang antrian yang didapat dari sensor dinyatakan tidak sah (invalid). Sesuai dengan

perubahan pola kepadatan lalu-lintas, jadwal pengaturan tersebut harus berlaku 24 jam

per hari selama 7 hari per minggu. Untuk memudahkan pengoperasian, jadwal harus

dapat diubah melalui ATCS.

Penyebab lain terjadinya kemacetan adalah tidak adanya koordinasi pewaktuan

pengatur lalu-lintas pada persimpangan yang berdekatan (Primantari, 2010). Tidak

terkoordinasinya pewaktuan dua pengatur lalu-lintas berdekatan menyebabkan tidak

pastinya waktu tempuh kendaraan pada ruas jalan di antara dua pengatur lalu-lintas

tersebut. Sebagian besar kendaraan dari sebuah pengatur lalu-lintas dapat langsung

mendapat isyarat hijau pada pengatur lalu-lintas berikutnya, namun di waktu lain

mendapatkan isyarat merah. Jika sebagian besar kendaraan mendapatkan isyarat merah

setibanya di pengatur lalu-lintas berikutnya, maka akan terjadi antrian panjang

kendaraan. Pada kondisi inilah akan banyak waktu terbuang dan dapat menimbulkan

kemacetan. Kondisi ini juga menyebabkan kendaraan lebih banyak melakukan

pengereman untuk berhenti di setiap isyarat merah, dan menggunakan lebih banyak

bahan bakar untuk menjalankan kembali kendaraan pada saat isyarat hijau. Hal ini tentu

akan menaikkan biaya perawatan dan konsumsi bahan bakar kendaraan.

Solusi menyeluruh yang diajukan pada penelitian ini adalah digunakannya

Sistem Pengatur Isyarat Lalu-Lintas adaptif terkoordinasi. Sistem ini terdiri dari tiga

pengatur lalu-lintas terkoordinasi yang dapat diterapkan di persimpangan Kantor pos,

Gondomanan, dan Bintaran. Dengan sistem ini diharapkan sebagian besar kendaraan di

(12)

lalu-lintas akan mendapat isyarat hijau, atau setidaknya tidak terlalu lama menanti isyarat

hijau saat tiba di pengatur lalu-lintas berikutnya.

Sistem pengatur lalu-lintas modern di negara maju pada umumnya berbasis

prosesor 32 bit dan dikoordinasi oleh sistem komputer yang bertindak sebagai server

(FHWA, 2008). Sementara itu, pengatur lalu-lintas di Indonesia saat ini pada umumnya

berbasis mikrokontroler MCS-51. Dikarenakan keterbatasan kecepatan CPU dan

memori mikrokontroler tersebut, sangat kecil kemungkinan dibentuk sistem pengatur

lalu-lintas terjadwal dan terkoordinasi ini menggunakan mikrokontroler tersebut.

Pada penelitian ini, dibentuklah sistem pengatur lalu-lintas terjadwal dan

terkoordinasi berbasis mikrokontroler AVR ATmega128A. Dengan menggunakan

jadwal pewaktuan yang disimpan di EEPROM internal mikrokontroler tersebut,

diharapkan sistem ini dapat mengatur lalu-lintas secara terjadwal mengikuti volume

kendaraan harian dan terkoordinasi. Sistem ini diharapkan dapat secara efektif

menurunkan kemacetan kendaraan yang sering terjadi.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan membentuk prototipe sistem pengatur isyarat

lalu-lintas adaptif terkoordinasi yang dapat diterapkan di persimpangan: Kantor Pos,

Gondomanan, dan Bintaran. Sistem ini harus memenuhi kriteria berikut:

1. mempunyai jadwal pewaktuan isyarat hijau optimum untuk 7 × 24 jam,

2. waktu hijau suatu setiap arah dapat diubah melalui sebuah terminal operator secara

nirkabel,

3. sistem dapat dikembangkan lebih lanjut dengan penambahan beberapa pengatur

lalu-lintas lain.

Penggunaan sistem ini diharapkan dapat menurunkan waktu tempuh dan

konsumsi bahan bakar kendaraan yang melaju dari persimpangan Kantor Pos hingga

Bintaran dan sebaliknya. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, terdapat beberapa

permasalahan yang harus diselesaikan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana membentuk prototipe pengatur lalu-lintas untuk persimpangan Kantor

Pos, Gondomanan, dan Bintaran?

2. Bagaimana membentuk basis data yang berisi jadwal pewaktuan yang dapat

(13)

3. Bagaimana mekanisme pengubahan jadwal pewaktuan ketiga pengatur lalu-lintas

secara nirkabel?

4. Bagaimana mekanisme sinkronisasi sistem pengatur lalu-lintas terkoordinasi ini?

5. Berapa waktu transisi untuk tercapai kondisi sinkron?

6. Berapa penurunan waktu tempuh kendaraan jika digunakan sistem ini?

1.3 Urgensi Penelitian

Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat menurunkan waktu tempuh

kendaraan pada ruas jalan Senopati dan Sultan Agung, khususnya pada ruas jalan

antara persimpangan Kantor Pos, Gondomanan, dan Bintaran. Untuk mendapatkan

waktu tempuh dan konsumsi bahan bakar minimum, maka tindakan pengeraman dan

melakukan akselerasi kendaraan harus dikurangi. Untuk itu, sebelum tiba di suatu

pengatur lalu-lintas, pengemudi harus mendapat informasi terlebih dahulu apa yang

harus dikerjakan, berhenti di isyarat merah atau akan segera mendapat isyarat hijau.

Untuk meminimalkan waktu tempuh dan konsumsi bahan bakar kendaraan, pengemudi

harus diberi keputusan bahwa kendaraan akan segera mendapat lampu hijau saat tiba di

suatu pengatur lalu-lintas (Dobre, 2012).

Keberadaan sistem ini untuk memperlancar lalu-lintas kendaraan akan lebih

optimal didukung oleh sistem ATCS yang telah diterapkan di persimpangan Kantor Pos

dan Gondomanan. Sistem ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menambah

beberapa pengatur lalu-lintas adaptif lain, misalnya: di persimpangan Pasar Sentul, di

simpang tiga Jalan Sultan Agung dengan Jalan Jagalan, serta pengatur lalu-lintas untuk

penyeberangan pejalan kaki di depan Taman Pintar. Sistem ini pun dapat diaplikasikan

di beberapa persimpangan lain di kota Yogyakarta atau pun kota-lota lain. Lebih jauh

lagi, data kepadatan kendaraan yang didapat dari sistem ini dapat dijadikan masukan

bagi sistem ITS (Intelligent Transportation System) yang saat ini sedang dikembangkan

(14)

5

2.1 Pengaturan Isyarat Lalu-lintas Sinkron Adaptif

Pada umumnya, di suatu persimpangan dengan empat fase (i) untuk empat

arah kedatangan, isyarat hijau digilir menurut urutan dan periode siklus tertentu

sebagaimana Gambar 1 (Dresner dan Stone 2007).

Gambar 1. Urutan isyarat lalu-lintas pada umumnya

dengan : i = nomor fase

gi = waktu hijau fase i

Yi = waktu kuning fase i

Ri = waktu pengosongan antara isyarat kuning fase i dengan merah fase i+1

ri = waktu merah arah ke-i

C = periode

th:i = waktu dimulainya isyarat hijau arah ke-i

Periode siklus pengatur isyarat lalu-lintas (C) merupakan hasil penjumlahan

dari waktu merah (r), kuning (Y) dan hijau (g) suatu arah. Periode dapat dihitung

menggunakan Persamaan (1).

ܥ ൌ σସ௜ୀଵ݃௜ ൅ ܻ௜ ൅ ܴ௜ (1)

Pada sebuah jalan utama, untuk dua pengatur lalu-lintas berdekatan

(15)

mendapat isyarat hijau setibanya di pengatur lalu-lintas B, maka isyarat hijau untuk

arah 4 pengatur lalu-lintas B harus mengikuti Persamaan (2).

Gambar 2. Dua pengatur lalu-lintas berdekatan

ݐ௉ସǤ஻ ൌ ݐ௉ସǤ஺൅ ݐ஺՜஻ (2)

dengan :

ݐ௉ସǤ୆ = waktu dimulainya isyarat hijau fase 4 pengatur lalu-lintas di persimpangan B

ݐ௉ସǤ୅ = waktu dimulainya isyarat hijau fase 4 pengatur lalu-lintas di persimpangan A

–୅՜୆ = waktu tempuh kendaraan dari pengatur lalu-lintas A ke pengatur lalu-lintas B

Sebaliknya, agar sebagian besar kendaraan dari pengatur lalu-lintas B

mendapat isyarat hijau setibanya di pengatur lalu-lintas A, maka isyarat hijau untuk

arah 2 pengatur lalu-lintas A harus mengikuti Persamaan (3).

ݐ௉ଶǤ஺ ൌ ݐ௉ଶǤ஻൅ ݐ஻՜஺ (3)

ݐ௉ଶǤ୅ = waktu dimulainya isyarat hijau fase 2 pengatur lalu-lintas di persimpangan A

ݐ௉ଶǤ୆ = waktu dimulainya isyarat hijau fase 2 pengatur lalu-lintas di persimpangan B

ݐ஻՜஺ = waktu tempuh kendaraan dari pengatur lalu-lintas B ke pengatur lalu-lintas A

Fungsi adaptasi dapat ditambahkan pada pengatur lalu-lintas terkoordinasi.

Perubahan kepadatan yang tidak terlalu besar di suatu pengatur lalu-lintas tidak perlu

mengubah periode siklus kedua pengatur lalu-lintas. Sehingga penambahan waktu hijau

dari suatu arah kedatangan cukup diimbangi dengan pengurangan waktu hijau dari arah

lain. Namun perubahan kepadatan yang cukup besar pada suatu pengatur lalu-lintas

dapat mengubah periode siklus kedua pengatur lalu-lintas, sehingga kedua pengatur

lalu-lintas harus menentukan ulang waktu hijau setiap arahnya. Persimpangan

A

Persimpangan B

i= 1

i= 2

i= 3

i= 4 i= 2

i= 3

i= 4

i= 1

(16)

2.2 Penelitian untuk Memperbaiki Sistem Pengatur isyarat lalu-lintas

Pada tahun 2007, telah dibuat konsep sistem pengatur isyarat lalu-lintas

sinkron adaptif. Pada sistem tersebut, isyarat hijau diatur sedemikian rupa sehingga

sebagian besar kendaraan yang melaju di arah utama akan langsung mendapat isyarat

hijau atau tidak terlalu lama menanti isyarat hijau. Dari simulasi sistem tersebut dalam

MATLAB terbukti bahwa penerapan sistem tersebut dapat mengurangi waktu tempuh

kendaraan yang melaju di ruas utama (Kurniawan dan Adiprasetya, 2007).

Pada tahun berikutnya telah dibuat rancangan pendeteksi kendaraan dengan

metal detector (Sulaeman dkk, 2008), pengendalian menggunakan logika fuzzy (Taufik dkk, 2008), dan sensor antrian kendaraan untuk ruas jalan di Indonesia (Zulfikar dan

Adria, 2011). Pada tahun 2011, Afif dkk. telah membuat prototipe pengatur lalu-lintas

terdistribusi. Pada sistem ini digunakan sebuah kamera untuk mendeteksi keberadaan

kendaraan. Data gambar diterima oleh mesin yang terdiri dari sebuah SBC dengan

mikroprosesor ARM. Sebuah laptop dengan prosesor Core 2 Duo 2,5 GHz digunakan

untuk menjalankan program untuk mengenali dan menghitung jumlah kendaraan

dengan metode Principal Component Analysis (PCA). Peneliti lain menggabungkan

metode Pyramid Histograms of Oriented Gradients (PHOG) dengan PCA (Khairdoost

at al., 2013). Sistem kemudian menentukan waktu setiap isyarat lalu lintas

menggunakan metode Distributed Constraint Satisfaction Problem (DCSP). Metode

lain untuk membagi waktu hijau di setiap arah adalah menggunakan jaringan syaraf

(Zaman dkk., 2011)

Di negara maju, banyak pula penelitian yang telah dilakukan untuk

meningkatkan kinerja sistem pengatur lalu-lintas, baik secara terkoordinasi maupun

mandiri (stand-alone). Fazli (2012) telah memperkenalkan pengklasifikasian kendaraan

dengan menggunakan jaringan syaraf untuk membentuk sistem pengatur lalu-lintas

cerdas. Askerzade et. al. (2010) dan Khan et. al. (2014) mencoba

mengimplementasikan sebuah pengolah citra dan kendali logika kabur (fuzzy). Langkah

ini kemudian mengirim hasil pengolahan tersebut ke sebuah mikrokontroler untuk

mengatur isyarat lalu-lintas yang diharapkan.

Penelitian untuk mengembangkan sistem pengatur isyarat lalu-lintas

terkoordinasi juga telah dikembangkan. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Dotoli

(17)

dengan melakukan sinkronisasi isyarat lalu-lintas pada beberapa persimpangan yang

dikoordinasi. Kemudian Shamshirband (2008) telah memperkenalkan strategi

pembobotan sebagai salah satu metode koordinasi. Xie et. al. (2012) membentuk sistem

koordinasi yang terjadwal untuk kendali isyarat lalu-lintas secara waktu nyata (real

time), dan pada tahun 2012 Shamshirband kembali mengembangkan pengendalian

isyarat lalu-lintas menggunakan pendekatan pembelajaran Q (Q-learning) dari sistem

syaraf.

Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia juga telah dilakukan.

Penelitian tersebut menggunakan karakteristik lalu-lintas di Indonesia. Pada tahun

2010, Primantary membentuk sebuah model koordinasi pengaturan isyarat lalu-lintas.

Pada tahun yang sama Jatmiko dkk. membentuk sebuah arsitektur kendali isyarat

lalu-lintas terdesentralisasi untuk situasi riil termasuk di persimpangan yang tidak

terstruktur di Jakarta.

Sementara itu, Rachmadi dkk. (2012) juga telah dapat mendeteksi kepadatan

kendaraan dari sensor kamera dengan mencari perbedaan data citra yang ada dengan

data citra latar belakang. Dari data titik-titik yang mempunyai perbedaan cukup

signifikan dengan data titik untuk jalan, dapat ditentukan kepadatan kendaraan yang

berada pada jalan tersebut. Zhu (2013) telah membuat sistem pendeteksian kendaraan

yang sedang bergerak menggunakan pendeteksian sisi horisontal dan auto korelasi.

Dengan metode ini dimungkinkan terdeteksinya dua kendaraan yang terekam kamera

dalam poisisi saling tumpang tindih. Dan pada tahun 2014, Kurniawan juga telah

membuat prototipe sistem pengatur isyarat lalu-lintas terkoordinasi untuk simpang

(18)

9

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan di tahun pertama dari tiga tahun dalam skema hibah

bersaing ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Membuat prototipe pengatur lalu-lintas untuk persimpangan Kantor Pos,

Gondomanan, dan Bintaran

2. Membentuk basis data yang berisi jadwal pewaktuan yang dapat digunakan untuk

pengaturan lalu-lintas.

3. Membuat mekanisme pengubahan jadwal pewaktuan ketiga pengatur lalu-lintas

secara nirkabel.

4. Membuat mekanisme sinkronisasi sistem pengatur lalu-lintas untuk membentuk

sistem pengatur lalu-lintas terkoordinasi.

5. Menghitung waktu transisi untuk tercapai kondisi sinkron.

6. Menghitung penurunan waktu tempuh kendaraan jika digunakan sistem ini.

3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan beberapa manfaat berupa luaran sebagai berikut:

1. Produk ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu prototipe sistem pengatur lalu-lintas

terkoordinasi yang dapat mengatur lalu-lintas sesuai jadwal yang terdiri dari tiga

pengatur lalu-lintas untuk persimpangan Kantor Pos, Gondomanan, dan Bintaran.

2. Publikasi ilmiah dalam jurnal internasional terindeks Scopus dan terakreditasi A

“Telkomnika” dengan judul: “Pre-Timed and Coordinated Traffic Controller

Systems Based on AVR Microcontroller”.

3. Prosiding seminar nasional RETII (Rekayasa Teknilogi Industri dan Informasi)

dengan judul: “Sistem Pengatur Lalu-lintas Terjadwal dan Terkoordinasi untuk

(19)

10

Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan hasil dari penelitian

sebelumnya yaitu prototipe dua pengatur lalu-lintas terkoordinasi dengan beberapa

variasi pewaktuan di setiap pengatur lalu-lintas (Penelitian Dosen Pemula, 2013).

Kegiatan penelitian ini di antara beberapa penelitian sebelumnya dapat peta jalan (road

map) penelitian yang diilustrasikan dalam bentuk diagram fishbonepada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram fishbone penelitian

Kegiatan penelitian ini berlokasi di ruas Jalan Senopati dan Jalan Sultan

Agung, Yogyakarta, yaitu di persimpangan Kantor Pos, Gondomanan, dan Bintaran.

Desain rangkaian hingga pembuatan prototipe sistem dilakukan di Laboratorium

Elektronika STT Adisutjipto. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah observasi ke

lapangan untuk menentukan deskripsi teknis ketiga persimpangan. Observasi juga

dilakukan ke PT. Qumicom dan Dinas Perhubungan Yogyakarta. Urutan kegiatan

penelitian pada tahun pertama ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Survei dilakukan untuk menentukan:

ƒ panjang antrian kendaraan selama menanti lampu hijau,

ƒ waktu hijau terbaik agar semua kendaraan dalam antrian tepat habis

ƒ waktu tempuh kendaraan yang berjalan di antara ketiga pengatur lalu-lintas

berdekatan

Prototipe Sistem Pengatur Lalu-Lintas Adaptif Terkoordinasi

Pengatur lalu-lintas terkoordinasi

(2010)

Prototipe SPILL terjadwal, terkoordinasi

dan adaptif (tahun II: 2015)

Prototipe SPILL adaptif terkoordinasi

terintegrasi ATCS (tahun III) Prototipe SPILL

terjadwal dan terkoordinasi (tahun I: 2014)

Prototipe dua APILL terkoordinasi

(2013) Penelitian pengatur

lalu-lintas dengan logika fuzzy

(2008)

Simulasi pengatur lalu-lintas adaptif sinkron

(2008)

Penggunaan kamera untuk mendeteksi kepadatan kendaraan

(2011)

Penelitian lanjutan yang akan dilakukan Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

Penelitian tahun I hibah bersaing

(20)

Gambar 4. Urutan kegiatan penelitian tahun I

4.1 Pembentukan Prototipe Sistem Pengatur Lalu-lintas

A. Pengatur Lalu-lintas Berbasis Mikrokontroler ATmega128A

Sistem terdiri dari tiga buah pengatur isyarat lalu-lintas sebagaimana Gambar

5. Sebuah pengatur lalu-lintas bertindak sebagai pengatur lalu-lintas master dan dua

pengatur lalu-lintas lain bertindak sebagai pengatur lalu-lintas lokal. Pengatur master

mewakili pengatur lalu-lintas di persimpangan Gondomanan; sedangkan pengatur lokal

1 dan 2 mewakili pengatur di Kantor Pos dan Bintaran.

Sebagaimana telah digunakan peneliti-peneliti sebelumnya, sistem ini

menggunakan pendekatan sistem terdistribusi (distributed system) untuk membentuk

koordinasi pewaktuan untuk pengaturan isyarat lalu-lintas. Setiap pengatur lalu-lintas

dapat bertindak sebagai pengatur lalu-lintas mandiri (stand-alone) maupun pengatur

lalu-lintas terkoordinasi. Setiap pengatur lalu-lintas mempunyai semua komponen yang

dibutuhkan untuk pengaturan isyarat lalu-lintas di sebuah simpang empat, seperti CPU,

(21)

basis data yang berisi data pewaktuan isyarat lalu-lintas yang akan diterapkan untuk

mengatur lalu-lintas di sebuah persimpangan selama 7 × 24 jam.

Gambar 5. Blok diagram sistem pengatur isyarat lalu-lintas

Gambar 6 memperlihatkan diagram skematik dasar sebuah pengatur

lalu-lintas. Sebuah pengatur lalu-lintas mempunyai komponen utama sebuah mikrokontroler

ATmega128A. Mikrokontroler ini terdiri dari sebuah CPU RISC 8 bit, memori flash

128 kB, SRAM 4 kB, dan EEPROM 4 kB. Mikrokontroler ini dijalankan pada

frekuensi clock 11,0592 MHz. Algoritma pengatur isyarat lalu-lintas

diimplementasikan ke dalam program yang ditulis dalam bahasa C menggunakan

CodeVision AVR 2.05.3 Edisi Standar. Program ini disimpan di memori flash

mikrokontroler. Agar ruang memori dan beban komputasi dapat dihemat, semua

variabel diformat dalam integer 8 atau 16 bit dan semua perhitungan matematis

dibentuk menggunakan operasi integer.

Sebuah RTC DS1307 digunakan untuk memberikan data waktu ke

mikrokontroler. Setiap detik, mikrokontroler membaca data waktu dari RTC ini.

Operator dapat memperbarui data waktu di RTC dengan data waktu di terminal secara

nirkabel.

Setiap pengatur lalu-lintas juga mempunyai tampilan berupa penampil LCD 2

× 16 karakter. Penampil ini menampilkan data isyarat setiap fase dan hitungan mundur

(counter down). Penampil ini juga menampilkan proses komunikasi yang terjadi antara pengatur lalu-lintas dengan terminal operator, misalnya pembacaan dan pengunduhan

(22)

Gambar 6. Diagram skema elektronis utama sebuah pengatur lalu-lintas

Terminal dan setiap pengatur lalu-lintas menggunakan modul komunikasi

nirkabel KY-1020U. Modul tersebut dapat mentransmisikan data secara half-duplex

pada frekuensi 433 MHz. Pada modul tersebut digunakan modulasi Frequency Shift

Keying (FSK). Dengan modul tersebut pengatur master mengirim data sinkronisasi ke kedua pengatur lokal, dan dengan modul tersebut terminal operator dapat membaca dan

mengunduh basis data di setiap pengatur lalu-lintas.

B. Terminal Operator

Terminal operator terdiri dari sebuah laptop dan modul komunikasi

sebagaimana Gambar 7. Laptop berisi program Traffic Management Center. Program

ini dibuat agar operator dapat memasukkan basis data yang berisi jadwal pewaktuan

semua pengatur lalu-lintas. Sedangkan modul komunikasi berisi modul

transmiter/receiver KYL-1020U dan konverter USB-Serial PL2303.

(23)

Operator dapat membuat dan mengedit basis data yang berisi jadwal

pewaktuan pengatur lalu-lintas di Gondomanan (master), pengatur lalu-lintas di Kantor

Pos (lokal 1), dan pengatur lalu-lintas di Bintaran (lokal 2), dan mengunduh basis data

tersebut ke setiap pengatur lalu-lintas secara nirkabel. Operator juga dapat membaca

jadwal pengaturan setiap pengatur lalu-lintas.

C. Mekanisme Pengaturan Lalu-lintas

Penelitian ini difokuaskan pada isyarat lalu-lintas pada tiga buah pengatur

lalu-lintas di persimpangan Kantor Pos, Gondomanan, dan Bintaran. Pengaturan isyarat

lalu-lintas dilakukan dengan urutan tertentu dan bersifat tetap sesuai Tabel 1.

Tabel 1. Arah setiap fase

Fase (P) Gondomanan Kantor Pos Bintaran

1 utara ke semua utara ke barat

selatan ke timur selatan ke semua

2 timur ke semua utara ke semua utara ke semua

3 selatan ke semua barat ke semua timur ke semua

4 barat ke semua barat ke timur

timur ke barat barat ke semua

Pengatur lalu-lintas bekerja berdasarkan pewaktu (timer) yang akan

memberikan giliran isyarat hijau pada arah sesuai Tabel 1. Dalam satu periode dari fase

1 hingga fase 4 dinamakan dengan satu siklus. Pada sebuah siklus terdapat dua belas

keadaan (state) sebagaimana Gambar 8.

(24)

Perubahan dari sebuah keadaan ke keadaan berikutnya hanya terjadi pada saat

pewaktu di mikrokontroler telah bernilai nol. Transisi dari keadaan 12 ke keadaan 1

didefinisikan sebagai akhir sebuah siklus. Pada saat itu, CPU mikrokontroler membaca

kembali data waktu pada RTC. Selanjutnya CPU mencari data waktu hijau di basis data

yang harus diterapkan pada siklus berikutnya.

Setiap pengatur lalu-lintas dapat dioperasikan pada mode trace. Pada mode ini,

pada saat terjadi transisi dari suatu keadaan ke keadaan berikutnya, mikrokontroler

mengirim data ke terminal oparator secara nirkabel. Data tersebut berisi nomor keadaan

dan waktu saat itu dalam format jam:menit:detik.

4.2 Pembentukan Basis Data untuk Pewaktuan Pengaturan Lalu-lintas

Jadwal pewaktuan pengaturan lalu-lintas untuk setiap persimpangan

dimasukkan ke EEPROM mikrokontroler di setiap pengatur. Jadwal yang berlaku

untuk waktu 7 × 24 jam tersebut berisi waktu dimulai sebuah slot waktu (hhi:mmi),

waktu hijau setiap fase (gj,i), waktu kuning (Yi), dan waktu pengosongan (Ri)

sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2. Jadwal pewaktuan untuk pengatur lalu-lintas master dan lokal

Parameter Slot

waktu Waktu Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Offset* Limit*

Waktu hijau

1 ŠŠǣͳ ‰ͳǡͳ ‰ͳǡʹ ‰ͳǡ͵ ‰ͳǡͶ θͳ ’ͳ

2 ŠŠǣʹ ‰ʹǡͳ ‰ʹǡʹ ‰ʹǡ͵ ‰ʹǡͶ θʹ ’ʹ

3 ŠŠǣ͵ ‰͵ǡͳ ‰͵ǡʹ ‰͵ǡ͵ ‰͵ǡͶ θ͵ ’͵

4 ŠŠǣͶ ‰Ͷǡͳ ‰Ͷǡʹ ‰Ͷǡ͵ ‰ͶǡͶ θͶ ’Ͷ

5 ŠŠǣͷ ‰ͷǡͳ ‰ͷǡʹ ‰ͷǡ͵ ‰ͷǡͶ θͷ ’ͷ

6 ŠŠǣ͸ ‰͸ǡͳ ‰͸ǡʹ ‰͸ǡ͵ ‰͸ǡͶ θ͸ ’͸

7 ŠŠǣ͹ ‰͹ǡͳ ‰͹ǡʹ ‰͹ǡ͵ ‰͹ǡͶ θ͹ ’͹

8 ŠŠǣͺ ‰ͺǡͳ ‰ͺǡʹ ‰ͺǡ͵ ‰ͺǡͶ θͺ ’ͺ

9 ŠŠǣͻ ‰ͻǡͳ ‰ͻǡʹ ‰ͻǡ͵ ‰ͻǡͶ θͻ ’ͻ

10 ŠŠǣͳͲ ‰ͳͲǡͳ ‰ͳͲǡʹ ‰ͳͲǡ͵ ‰ͳͲǡͶ θͳͲ ’ͳͲ

Waktu kuning semua waktu ͳ ʹ ͵ Ͷ

Waktu pengosongan semua waktu ͳ ʹ ͵ Ͷ

* hanya untuk pengatur lalu-lintas lokal

Satu hari dibagi menjadi sepuluh slot waktu; sementara itu dalam satu minggu

disediakan tiga jadwal yang dapat digunakan untuk hari-hari kerja (Senin-Jumat), Sabtu

dan Minggu. Parameter gj,i merupakan waktu hijau untuk slot waktu j fase i. Nilai gj,i

(25)

pada slot waktu j tersebut pengatur lalu-lintas tidak akan mengatur lalu-lintas dan hanya memberikan isyarat kuning berkedip.

Nilai Yi merupakan nilai waktu kuning berlangsung; sedangkan nilai Ri

merupakan nilai waktu jeda antara diakhirinya isyarat kuning fase i dengan dimulainya

isyarat merah fase berikutnya. Keduanya bernilai tetap untuk seluruh slot waktu.

Nilai siklus pada slot waktu j) merupakan penjumlahan dari nilai waktu

hijau ditambah waktu kuning dan pengosongan untuk semua fase sesuai Persamaan (4).

ܥ௝ ൌ σସ௜ୀଵ݃௝ǡ௜൅ ܻ௜൅ ܴ௜ (4)

Menurut dokumen FHWA, semakin tinggi volume kendaraan, maka nilai

siklus juga mestinya semakin tinggi (FHWA, 2008). Nilai Πmaksimal pada sistem ini

adalah 255 detik. Agar kedua pengatur lokal dapat bekerja secara sinkron, dalam slot

waktu yang sama pengatur master dan lokal dapat mempunyai waktu hijau berbeda,

namun harus mempunyai siklus yang sama (FHWA, 2008).

Jadwal pengatur lokal berisi tambahan data offset dan koefisien adaptasi.

Offset șj adalah perbedaan antara waktu dimulainya isyarat hijau fase 1 di pengatur

master dengan waktu dimulainya isyarat hijau fase 1 di pengatur lokal pada slot waktu

j. Sedangkan koefisien adaptasi pj adalah nilai persentasi perubahan maksimal atas total

waktu hijau semua fase pengatur lokal pada slot waktu j untuk melakukan sinkronisasi

pewaktuan pengatur lokal terhadap pengatur master. Offset dapat bernilai dari nol

hinggaŒ. Sedangkan koefisien adaptasi dapat bernilai 0 hingga 99. Nilai pj = 0 berarti

pada slot waktu j pengatur local tidak disinkronkan dengan pengatur master.

Nilai waktu kuning (Yi) dan pengosongan (Ri) untuk fase i bernilai tetap untuk

seluruh slot waktu. Nilai tersebut dibatasi untuk kisaran 0 hingga 15 detik. Seluruh nilai

parameter dalam jadwal menggunakan format bilangan integer 8 bit; dan seluruh

perhitungan yang dilakukan pada sistem ini juga menggunakan operasi matematis atas

bilangan bulat 8 dan 16 bit (integer operation).

Nilai waktu hijau, kuning, pengosongan, dan offset dimasukkan ke EEPROM

mikrokontroler setiap pengatur lalu-lintas melalui sebuah perangkat lunak Traffic

Management Centre. Perangkat tersebut dibuat dalam bahasa pemrograman Pascal

menggunakan Borland Delphi 7. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai ekfetif yang

(26)
(27)

4.3 Mekanisme Pengubahan Jadwal Pewaktuan Pengatur Lalu-lintas secara

Nirkabel

Jadwal pewaktuan di pengatur lalu-lintas master dan lokal yang disimpan di

terminal operator dapat diunduh secara nirkabel ke semua pengatur lalu-lintas tersebut.

Jadwal tersebut disimpan dalam suatu basis data yang memuat data pada Jadwal

pewaktuan pengaturan lalu-lintas untuk setiap persimpangan dimasukkan ke EEPROM

mikrokontroler di setiap pengatur. Jadwal yang berlaku untuk waktu 7 × 24 jam

tersebut berisi waktu dimulai sebuah slot waktu (hhi:mmi), waktu hijau setiap fase (gj,i),

waktu kuning (Yi), dan waktu pengosongan (Ri) sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2Jadwal untuk 7 × 24 jam untuk ketiga pengatur lalu-lintas juga

disimpan di laptop operator terminal. Sebuah program Traffic Management Centre

dapat digunakan operator untuk mengubah jadwal pewaktuan ketiga pengatur

lalu-lintas secara nirkabel. Program tersebut akan mengirim telemommand ke setiap

pengatur lalu-lintas agar mengirim jadwal ke terminal, selanjutnya operator dapat

mengedit jadwal, dan kemudian program akan mengunduh kembali jadwal pewaktuan

ke setiap pengatur lintas. Komunikasi antara terminal dengan setiap pengatur

lalu-lintas dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Komunikasi antara terminal dengan pengatur lalu-lintas

Untuk membentuk sistem komunikasi data yang handal antara setiap pengatur

lalu-lintas dengan terminal operator, maka dibentuklah protokol komunikasi yang

(28)

sebaliknya. Protokol tersebut juga digunakan agar data dapat diterima oleh perangkat

yang berhak menerima dan untuk menjamin bahwa data diterima dengan benar.

Protokol juga akan menjamin kerja setiap pengatur tidak dapat diintervensi oleh data

yang dibangkitkan oleh pihak lain. Protokol ini telah dimasukkan ke Program Traffic

Management Centre di terminal operator dan ke program pengatur isyarat lalu-lintas di pengatur master maupun lokal.

Salah satu hal yang diatur pada protokol tersebut adalah kode header untuk

komunikasi antara ketiga pengatur lalu-lintas dan antara setiap pengatur dengan

terminal operator.

A. Kode Header dan Telecommand

Setiap komunikasi dimulai dengan sebuah data header 8 bit. Hal ini

dimaksudkan agar setiap data mempunyai alamat tujuan data. Data header setiap jenis

komunikasi mengikuti Tabel 3.

Tabel 3. Kode ASCII header untuk memulai pengiriman data

No. Kegunaan Asal dan tujuan data ASCII

1. Sinkronisasi pengatur lokal Master ke lokal 255

2. Pengiriman data ke pengatur master Terminal ke pengatur master 254

3. Pengiriman data ke pengatur lokal 1 Terminal ke pengatur lokal 1 253

4. Pengiriman data ke pengatur lokal 2 Terminal ke pengatur lokal 2 252

Terminal dapat mengirim perintah (telecomand) kepada setiap pengatur

lalu-lintas. Telecomand berfungsi untuk memerintahkan sebuah pengatur lalu-lintas untuk

menjalankan suatu prosedur tertentu, baik prosedur pengolahan data internal maupun

prosedur untuk melakukan komunikasi dengan terminal. Perintah tersebut didahului

dengan data header untuk menentukan alamat pengatur lalu-lintas yang diperintah.

Semua perintah diwujudkan dengan kode ASCII sesuai Tabel 4.

Sebagai contoh, perintah pengetesan keaktifan pengatur lalu-lintas master

adalah kode ASCII 254 dan 251, dan pengunduhan waktu ke pengatur lalu-lintas lokal

(29)

Tabel 4. Kode ASCII Telecommand

No. Kegunaan ASCII Yang harus dilakukan pengatur lalu-lintas

1. Pengetesan pengatur

lalu-lintas

251 Membalas dengan kode ASCII 251

2. Pengunduhan basis data 250 Menyimpan data yang akan diterima berikut

ke basis data

3. Pembacaan basis data

di pengatur lalu-lintas

249 pengatur lalu-lintas mengirim basis data ke

terminal

4. Penyimpanan basis data

ke EEPROM

248 pengatur lalu-lintas menyalin basis data di

SRAM ke EEPROM

5. Pembacaan waktu

pengatur lalu-lintas

247 pengatur lalu-lintas mengirim data waktu ke

terminal dalam format jam-menit-detik-hari-tanggal-bulan-tahun.

6. Pengunduhan waktu

pengatur lalu-lintas

246 menyimpan data yang diterima berikutnya

dalam format jam-menit-detik-hari-tanggal-bulan-tahun.

7. Pembaruan waktu

pengatur lalu-lintas

245 memperbarui waktu di RTC dengan data

waktu yang telah diterima.

8. Restart 244 menjalankan program pengaturan isyarat

lalu-lintas dari awal pada saat dihidupkan

9. Pembacaan basis data

dari EEPROM

243 menyalin basis data dari EEPROM ke

SRAM

10. Akhir basis data 242 kode bahwa data terakhir basis data telah

diterima

B. Test

Perintah ini digunakan untuk mengetes keaktifan sebuah pengatur lalu-lintas.

Sebuah pengatur lalu-lintas akan membalas dengan kode Test jika diberikan perintah

ini. pengatur lalu-lintas juga akan menampilkan pesan “Communication test” di layar

LCD selama maksimal 1 detik.

C. Restart

Perintah ini digunakan untuk menjalankan program pengatur lalu-lintas dari

awal sebagaimana proses reboot pada sebuah computer. Data waktu tidak akan tereset

oleh perintah ini.

D. Read Database

Perintah ini digunakan untuk membaca basis data pada sebuah pengatur

(30)

yang berisi jadwal pewaktuan ke terminal. Selanjutnya operator dapat membaca dan

mengedit jadwal tersebut di laptop operator. Operasi ini membutuhkan waktu hampir 2

detik. Agar data dapat terkirim secara benar secara nirkabel dengan pesat bit 9600 bps,

dibentuklah mekanisme pengiriman basis data mengikuti Algoritma 1.

Algoritma 1: Pembacaan basis data sebuah pengatur lalu-lintas

1: ‹”‹Š‡ƒ†‡”†ƒ‘†‡Dz‡•–dz

2: —‰‰—†ƒ–ƒ›ƒ‰†‹–‡”‹ƒሺ–‹‡̴‘—–ൌͷͲͲ‹Ž‹†‡–‹ሻ

3: ‹ƒ†‹–‡”‹ƒ†ƒ–ƒDz‡•–dzǡƒƒ‡Žƒ‰ƒŠͷ

4: ‹ƒ–‹‡̴‘—–ǡƒƒ„‡”‹ƒ’‡•ƒ‰ƒ‰ƒŽ†ƒ’”‘•‡••‡Ž‡•ƒ‹

5: —‰‰—ͳͲ‹Ž‹†‡–‹

6: ‹”‹Š‡ƒ†‡”†ƒ–‡Ž‡…‘ƒ†Dz…‘’›†ƒ–ƒ„ƒ•‡ˆ”‘–‘dz

7: —‰‰—ͳͷ‹Ž‹†‡–‹

8: ‹”‹Š‡ƒ†‡”†ƒ–‡Ž‡…‘ƒ†Dz•‡††ƒ–ƒ„ƒ•‡–‘–‡”‹ƒŽdz

9: —‰‰—†ƒ–ƒ›ƒ‰†‹–‡”‹ƒሺ–‹‡̴‘—–ൌʹ†‡–‹ሻ

10: ƒ•—ƒ†ƒ–ƒ†‹–‡”‹ƒ•‡„ƒ‰ƒ‹Žƒ”‹Dz†ƒ–ƒdz

11: ‹ƒ†ƒ–ƒ†‹–‡”‹ƒൌ ǡƒƒ‡Žƒ‰ƒŠͳͶ

12: ‹ƒ‹†‡•൐ͳͺ͸ǡ—Žƒ‰‹†ƒ”‹Žƒ‰ƒŠͺ

13: ‹”‹Š‡ƒ†‡”†ƒ–‡Ž‡…‘ƒ†Dz•‡††ƒ–ƒ„ƒ•‡–‘–‡”‹ƒŽdz

14: —‰‰—†ƒ–ƒ›ƒ‰†‹–‡”‹ƒሺ–‹‡̴‘—–ൌʹ†‡–‹ሻ

15: ƒ•—ƒ†ƒ–ƒ†‹–‡”‹ƒ•‡„ƒ‰ƒ‹Žƒ”‹Dz†ƒ–ƒͳdz

16: ‹ƒ†ƒ–ƒ†‹–‡”‹ƒൌ ǡƒƒ‡Žƒ‰ƒŠͳͻ

17: ‹ƒ‹†‡•൐ͳͺ͸ǡ—Žƒ‰‹†ƒ”‹Žƒ‰ƒŠͳ͵

18: ‹ƒŽƒ”‹Dz†ƒ–ƒdz്Dz†ƒ–ƒͳdzǡƒƒ—Žƒ‰‹†ƒ”‹Žƒ‰ƒŠͺ

19: ƒ’‹ŽƒDz†ƒ–ƒdz•‡„ƒ‰ƒ‹†ƒ–ƒŒƒ†™ƒŽ•‡„—ƒŠ’‡‰ƒ–—”ŽƒŽ—ǦŽ‹–ƒ•

Sesuai dengan algoritma tersebut, proses pembacaan data dari pengatur

lalu-lintas master dapat dilihat pada Gambar 11. Langkah pertama algoritma tersebut adalah

mengirim header untuk pengatur lalu-lintas master (254) dan diikuti dengan kode “test”

(251). Setiap frame data menggunakan format 8 bit data, 1 bit start dan 1 bit stop.

Dengan pesat bit (bit rate) komunikasi adalah 9600 bps, maka sepasang data 8 bit

tersebut membutuhkan waktu pengiriman 2,1 milidetik.

Jika pengatur lalu-lintas master aktif, maka pengatur lalu-lintas tersebut akan

membalas dengan informasi pemberitahuan (acknowledgement) kode “test” (251).

Pengatur lalu-lintas juga akan menampilkan pesan “Communication test”. Subrutin

untuk menampilka pesan ini dieksekusi dalam waktu sekitar 8,6 milidetik. Sebuah

pewaktu internal akan membatasi waktu diterimanya data “test” dari sebuah pengatur

lalu-lintas sebesar 500 milidetik. Jika dalam waktu itu tidak ada balasan dari pengatur

(31)

Gambar 11. Mekanisme pelaksanaan perintah “Read Database”

Setelah terminal menerima data “test”, pada langkah 5 pewaktu internal

menunda proses berikutnya selama 10 milidetik. Hal ini untuk memberi kesempatan

pengatur lalu-lintas siap kembali menerima data. Selanjutnya pada langkah 6 terminal

memerintahkan pengatur lalu-lintas untuk menyalin basis data di EEPROM ke SRAM

dengan cara mengirim telecommand “copy database from EEPROM to SRAM”.

Setelah menerima perintah ini, pengatur lalu-lintas akan menyalin basis data dari

EEPROM ke SRAM mikrokontroler. Waktu yang diperlukan adalah 10,4 milidetik.

Selanjutnya pada langkah 8 terminal memerintahkan pengatur lalu-lintas untuk

mengirim basis data di SRAM ke terminal dengan cara mengirim telecomand “send

database to terminal”. Instruksi ini dilaksanakan 15 milidetik setelah telecomand

sebelumnya. Hal ini untuk memberi kesempatan pengatur lalu-lintas untuk selesai

mengerjakan perintah sebelumnya (menyalin basis data dari EEPROM ke SRAM).

Setelah pengatur lalu-lintas menerima perintah mengirim basis data ke

terminal, maka CPU menampilkan pesan “Send database” sebagai indikator adanya

pengiriman basis data ke terminal. Basis data dari pengatur lalu-lintas dikirim ke

terminal secara nirkabel per byte dengan interval waktu 10 milidetik. Adanya interval

Operator Terminal Traffic Controller

Data header

Send 185th data Send 1st data

Send EOF data EOF data

Send telecommand: “copy database from EEPROM to SRAM”

Master Controller Header + Test

Acknowledge Reply an “acknowledge”

Send telecommand: “send database

to terminal”

Master Controller Header + Telecommand: send database to terminal

Display

“Communication test”

Copy data from EEPROM to SRAM

Receive 1st data then save them to an array of data

Receive 185th data then save them to an array of data

Receive EOF data

(32)

waktu tersebut digunakan agar memberi kesempatan program Traffic Management

Centre untuk menerima dan menyimpan setiap data yang diterima dengan benar.

Pengiriman 187 data (termasuk header dan End Of File, EOF) pada sebuah

basis data membutuhkan waktu 1870 milidetik. Sebuah pewaktu internal 2000 milidetik

akan membatasi lama proses pengiriman basis data ini. Jika hingga milidetik ke-2000,

terminal belum menerima data EOF, maka pengiriman basis data dianggap mengalami

kesalahan dan terminal akan kembali memerintahkan pengatur lalu-lintas untuk

mengirim basis data kembali (langkah 11).

Untuk lebih memastikan bahwa setiap data pada basis data diterima dengan

benar, maka pengatur lalu-lintas diminta mengirim basis data dua kali. Langkah 13

merupakan usaha terminal untuk mengirim telecomand ke pengatur lalu-lintas untuk

mengirim basis data kembali. Basis data yang telah diterima kali pertama (“data”) dan

kali ke dua (“data1”) selanjutnya dibandingkan. Jika keduanya sama, maka basis data

yang diterima dianggap benar, dan segera ditampilkan ke layar operator. Namun jika

tidak, maka terminal akan memerintahkan pengatur lalu-lintas untuk mengirim basis

datanya kembali (langkah 18).

E. Pengunduhan Basis Data

Perintah ini digunakan untuk memerintahkan terminal mengunduh basis data

dari laptop terminal ke sebuah pengatur lalu-lintas. Agar setiap data di basis data dapat

diunduh secara benar ke sebuah pengatur lalu-lintas, maka dibentuklah Algoritma 2

untuk pengunduhan basis data dari terminal ke sebuah pengatur lalu-lintas.

Algoritma 2: Pengunduhan basis data ke sebuah pengatur lalu-lintas

1: ‹”‹Š‡ƒ†‡”†ƒ‘†‡Dz‡•–dz

2: —‰‰—†ƒ–ƒ›ƒ‰†‹–‡”‹ƒሺ–‹‡̴‘—–ൌͷͲͲ‹Ž‹†‡–‹ሻ

3: ‹ƒ†‹–‡”‹ƒ†ƒ–ƒDz‡•–dzǡƒƒ‡Žƒ‰ƒŠͶ

4: ‹ƒ–‹‡̴‘—–ǡƒƒ„‡”‹ƒ’‡•ƒ‰ƒ‰ƒŽ†ƒ’”‘•‡••‡Ž‡•ƒ‹

5: —‰‰—ͳͲ‹Ž‹†‡–‹

6: ‹”‹Š‡ƒ†‡”†ƒ–‡Ž‡…‘ƒ†Dz…‘’›†ƒ–ƒ„ƒ•‡ˆ”‘–‡”‹ƒŽ–‘dz

7: —‰‰—ͳͷ‹Ž‹†‡–‹

8: ‹”‹†ƒ–ƒ†‹†ƒ–ƒ„ƒ•‡•ƒ–—’‡”•ƒ–—†‡‰ƒ‹–‡”˜ƒŽͳͲ‹Ž‹†‡–‹Ǥ

9: ƒŽƒƒŽ‰‘”‹–ƒͳሺ‡„ƒ…ƒƒ„ƒ•‹•†ƒ–ƒ†ƒ”‹•‡„—ƒŠ’‡‰ƒ–—”ŽƒŽ—Ǧ

Ž‹–ƒ•ሻ

10: ‹ƒDz†ƒ–ƒdz്†ƒ–ƒ†‹„ƒ•‹•†ƒ–ƒǡƒƒ—Žƒ‰‹†ƒ”‹Žƒ‰ƒŠ͸Ǥ

(33)

Proses pembaruan basis data di setiap pengatur lalu-lintas dilakukan dengan

cara pengiriman basis data dari terminal ke sebuah pengatur. Pengatur akan menyimpan

basis data tersebut ke SRAM mikrokontroler. Kemudian terminal membaca kembali

basis data tersebut dengan cara mengirim telecommand ke pengatur untuk mengirim

kembali basis data tersebut. Seperti pada Algoritma 1, pengatur akan mengirim basis

data dua kali.

Setelah kedua basis data diterima, terminal akan membandingkan kedua basis

data tersebut. Jike kedua telah sama, maka terminal akan membandingkan basis data

yang diterima dengan basis data yang tadi dikirim ke pengatur tersebut. Jika telah sama,

maka terminal mengirim telecommand ke pengatur untuk menyalin basis datanya dari

SRAM ke EEPROM mikrokontroler.

4.4 Mekanisme Sinkronisasi Sistem Pengatur Lalu-lintas

A. Sinkronisasi Pewaktuan Pengatur Lalu-lintas Lokal

Agar semua pengatur lalu-lintas dapat sinkron, pada setiap akhir sebuah siklus,

pengatur lalu-lintas master mengirim data sinkronisasi sebagaimana Gambar 12. Ketika

menerima data tersebut, pengatur lalu-lintas lokal membaca kembali data waktu dari

RTC, kemudian menyimpan waktu pada saat data sinkronisasi diterima sebagai –.

Gambar 12. Proses sinkronisasi pengatur lalu-lintas lokal

Kemudian pada saat akhir siklus pengatur lalu-lintas lokal

–

, pengatur

lalu-lintas lokal mengeksekusi Algoritma 3. Algoritma tersebut digunakan untuk

mensinkronkan pewaktuan pengatur lalu-lintas lokal terhadap pengatur lalu-lintas

(34)

Algoritma 3: Sinkronisasi pewaktuan pengatur lalu-lintas lokal terhadap pengatur lalu-lintas master

1: ݐൌ„ƒ…ƒ̴™ƒ–—

2: ܩ ൌ σସ௜ୀଵ݃

3: ܩ௟௜௠௜௧ ൌ ݌Ǥ ܩ

4: ɅԢ ൌ ݐെ ݐ

5: [ൌ ɅԢ െ T

6: Œ‹ƒ[ൌͲ‘”[൐ܥƒƒ‡„ƒŽ‹‡’”‘‰”ƒ—–ƒƒ

7: Œ‹ƒ[൐Ͳƒƒ‡Žƒ‰ƒŠͳ͵

8: Œ‹ƒɌ ൐ ܩ௟௜௠௜௧ǡƒƒɌ ൌ ܩ௟௜௠௜௧

9: '݃ ൌ ௚೔ σర೔సభ௚೔ൈ Ɍ

10: Ɍ ൌ Ɍ െ σସ௜ୀଵο݃

11: Ɍ՜'݃

12: —–—‹ൌͳ–‘Ͷ‡”Œƒƒ݃ ൌ ݃൅'݃

13: ‡„ƒŽ‹‡’”‘‰”ƒ—–ƒƒ

14: Œ‹ƒɌ ൏Ȃ ܩ௟௜௠௜௧ǡƒƒߦ ൌȂ ܩ௟௜௠௜௧

15: '݃ ൌ ௚೔ σర೔సభ௚೔ൈ Ɍ

16: Ɍ ൌ Ɍ െ σସ௜ୀଵο݃

17: Ɍ՜'݃

18: —–—‹ൌͳ–‘Ͷ‡”Œƒƒ݃ ൌ ݃െ'݃

19: ‡„ƒŽ‹‡’”‘‰”ƒ—–ƒƒ

Algoritma tersebut dimulai dengan membaca data waktu dari RTC (langkah

pertama) dan menyimpannya di variabel integer 16 bit

–

. Kemudian, pada langkah

ke-2, dihitunglah yaitu nilai total waktu hijau untuk semua fase saat itu. Langkah

berikutnya adalah menghitung Ž‹‹– yang merupakan nilai maksimum perubahan

pada sebuah siklus. Parameter Ž‹‹– ini digunakan untuk mencegah adanya waktu hijau

yang terlalu lama atau terlalu singkat selama proses sinkronisasi. Jika suatu saat

pengatur lalu-lintas lokal harus menggunakan nilai lebih besar daripada Ž‹‹–, maka

proses sinkronisasi harus dilakukan dalam waktu lebih dari satu siklus. Nilai Ž‹‹–

didapat dengan mengalikan parameter dengan parameter ’, dengan ’ adalah nilai

dengan kisaran dari 0 hingga 99 persen. Jika ’ diisi dengan nol berarti pengatur

lalu-lintas lokal tidak disinkronkan dengan pengatur lalu-lalu-lintas master.

Baris ke-4 Algoritma 3 digunakan untuk menghitung offset saat ini atau θ’.

Paramater ini ditentukan dengan mengukur perbedaan waktu antara akhir siklus

pengatur lalu-lintas master (ݐ) dan akhir siklus pengatur lalu-lintas local (ݐ). Nilai θ’

(35)

θ’ sama dengan nilai offset yang tersimpan di basis data (θ), berarti pewaktuan

pengatur lalu-lintas lokal telah sinkron dengan pewaktuan pengatur lalu-lintas master.

Jika tidak maka algoritma tersebut akan menjadikan pewaktuan kedua pengatur

lalu-lintas menjadi sinkron dengan menjadikan nilai offset berikutnya menjadi sama dengan

nilai offset yang tersimpan di basis data.

Sinkronisasi pewaktuan dilaksanakan dengan menggeser akhir maju atau

mundur siklus lokal sebagaimana Gambar 12. Program pengaturan isyarat lalu-lintas ini

dapat diatur agar sinkronisasi dilakukan dengan menggeser akhir siklus lokal maju,

atau mundur. Operator juga dapat mengatur agar program menentukan sendiri, mana

proses sinkronisasi yang paling cepat, menggeser maju atau menggeser mundur. Kasus

1 pada Gambar 12 merupakan contoh sebuah pewaktuan pengatur lalu-lintas lokal yang

telah disinkronkan dengan pewaktuan pengatur lalu-lintas master.

Pada baris 5 Algoritma 3, perbedaan antara nilai θǯ and θ †‹•‹’ƒ †ƒŽƒ

˜ƒ”‹ƒ„‡Žξ. Jika nilai ξ lebih kecil dari nol, maka nilai

–

terlalu awal. Ini berarti akhir siklus pengatur lalu-lintas lokal terjadi lebih awal dari semestinya. Jika ini terjadi, maka

baris 8 – 12 akan menggeser maju nilai

–

. Langkah ini ditempuh dengan menetapkan

nilai siklus berikutnya menjadi lebih panjang. Proses sinkronisasi pewaktuan pengatur

lalu-lintas lokal dengan menggeser maju nilai

–

dapat dilihat pada kasus 2 Gambar 12.

Jika nilai ξ lebih besar dari nol, maka nilai

–

terlambat. Ini berarti akhir siklus pengatur lalu-lintas lokal terjadi terlambat dari semestinya. Jika ini terjadi, maka baris

14 – 18 akan menggeser mundur nilai

–

. Langkah ini ditempuh dengan menetapkan

nilai siklus berikutnya menjadi lebih pendek. Proses sinkronisasi pewaktuan pengatur

lalu-lintas lokal dengan menggeser mundur nilai

–

dapat dilihat pada kasus 3 Gambar

12.

Ketika program telah menentukan bahwa nilai

–

akan digeser mundur, baris

ke-9 Algoritma 1 akan mendistribusikan penambahan waktu hijau secara proporsional

ke semua fase. Semakin tinggi nilai waktu hijau suatu fase, maka penambahan nilai

waktu hijau (Δgi) akan semakin besar sebagaimana baris 9 Algoritma 3. Persamaan

pada baris tersebut dihitung dengan mengalikan terlebih dahulu nilai

݃

dan

Ɍ

. Hasil

perkalian yang disimpan dalam variabel integer 16 bit kemudian dibagi dengan nilai

(36)

bulat. Bagian bilangan bulat dari hasil pembagian merupakan perubahan nilai waktu

hijau (Δhi); sementara itu sisa hasil bagi didistribusikan untuk menambahkan waktu

hijau pada beberapa fase. Penambahan ini dilakukan dimulai dari dari fase yang

mempunyai nilai waktu hijau terbesar. Proses penggeseran mundur

–

ini diakhiri

dengan langkah ke-12 yang akan menentukan nilai waktu hijau yang akan digunakan

untuk siklus berikutnya.

Langkah ke-14 hingga ke-18 digunakan untuk menggeser maju nilai

–

dengan

cara mengurangi nilai waktu hijau untuk beberapa fase pada siklus berikutnya. Metode

ini hampir sama dengan proses penggeseran mundur nilai

–

. Namun jika pengurangan

nilai waktu hijau menghasilkan nilai waktu hijau yang kurang dari nilai minimal waktu

hijau (Gmin), maka pengurangan waktu hijau akan dihentikan. Ini berarti nilai

pengurangan waktu hijau menjadi lebih kecil dari semsetinya. Dalam kasus ini

kemungkinan proses sinkronisasi belum dapat menghasilkan kondisi sinkron. Jika ini

terjadi, maka proses sinkronisasi kembali akan dikerjakan pada siklus berikutnya

hingga kondisi sinkron terjadi.

B. Penentuan Nilai Offset

Setiap pengatur lalu-lintas mempunyai 4 fase. Urutan fase mengikuti Gambar

13. Urutan fase untuk pengatur lalu-lintas di Gondomanan mengikuti arah jarum jam,

sedangkan urutan fase di Kantor Pos mengikuti urutan fase yang digunakan saat ini.

Sedangkan urutan fase di pengatur lalu-lintas Bintaran mengalami perubahan agar

pewaktuan di pengatur lalu-lintas tersebut dapat disinkronkan dengan pewaktuan

pengatur lalu-lintas di Gondomanan.

Gambar 13. Urutan fase pada ketiga pengatur lalu-lintas

Titik referensi untuk sinkronisasi adalah di akhir fase 4. Untuk mewujudkan

sinkronisasi, di akhir fase 4 ini, pengatur master mengirim data sinkronisasi kepada

N

(37)

semua pengatur lokal secara nirkabel. Pengatur lokal menerima data ini dan mencatat

waktu saat data diterima sebagai tM. Selanjutnya di akhir fase 4 siklus pengatur lokal tL,

setiap pengatur lokal mengubah waktu hijau untuk satu siklus berikutnya agar nilai

ofset berikutnya (ș’) yaitu selisih antara tM dan tL akan sama dengan nilai ofset yang

ada di slot waktu saat itu (ș).

Dari Gambar 13 tersebut terlihat bahwa fase 4 pengatur lalu-lintas di Kantor

Pos (P4.KP) dapat disinkronkan dengan fase 4 pengatur di Gondomanan (P4.G)

sehingga kendaraan yang telah mandapat isyarat hijau di fase 4 pengatur di Kantor Pos

langsung mendapat isyarat hijau di fase 4 pengatur di Gondomanan.

Sebagaimana Persamaan (2), untuk mencapai kondisi sinkron, P4.G harus

berlangsung sesudah P4.KP sehingga Persamaan (2) diubah menjadi Persamaan (5).

ݐ௉ସǤீ ൌ ݐ௉ସǤ௄௉൅ ݐ௄௉՜ீ (5)

dengan ݐ௄௉՜ீ adalah waktu tempuh kendaraan dari persimpangan kantor Pos

ke Gondomanan.

Dikarenakan pangatur lalu-lintas di persimpangan Gondomaman bertindak

master, maka pewaktuan pengatur lalu-lintas di Kantor Pos-lah yang harus mengikuti

pewaktuan pengatur di Godomanan. Persamaan (5) diubah manjadi Persamaan (6)

berikut.

ݐ௉ସǤ௄௉ ൌ ݐ௉ସǤீെ ݐ௄௉՜ீ (6)

Persamaan (3) berarti ݐ௉ସǤ௄௉ berlangsung ݐ௄௉՜ீ detik sebelum ݐ௉ସǤீ.

Persamaan tersebut tidak dapat direalisasikan dalam pemrograman karena ݐ௉ସǤ௄௉ baru

dapat ditentukan pada saat ݐ௉ସǤீ. Untuk itu, data sinkronisasi yang dikirim pengatur

master saat ini digunakan untuk mensinkronkan pewaktuan pada siklus berikutnya.

Berlangsungnya fase 4 di Kantor Pos mengikuti persamaan (7).

ݐ௉ସǤ௄௉ ൌ ݐ௉ସǤீ൅ ܥ௝െ ݐ௄௉՜ீ (7)

Ketertinggalan P4.KP atas P4.G merupakan offset pewaktuan pengatur

lalu-lintas lokal 1 di Kantor Pos atas pengatur master di Gondomanan. Nilai offset (ș)

mengikuti Persamaan (8).

ߠ ൌ ܥ௝െ ݐ௄௉՜ீ (8)

4.5 Penentuan Waktu Tempuh Kendaraan

Waktu tempuh kendaraan dari persimpangan Kantor Pos hingga persimpangan

(38)

persimpangan ditambah dengan waktu tunggu kendaraan untuk mendapat isyarat hijau

di setiap mulut persimpangan.

Antrian panjang kendaraan biasanya terjadi pada jam-jam sibuk. Slot waktu 7

merupakan salah satu waktu terjadi kemacetan. Kadang beberapa kendaraan di mulut

timur persimpangan Gondomanan dan mulut barat persimpangan Bintaran harus

menunggu isyarat hijau hingga dua siklus.

Jika digunakan pengatur tidak terkoordinasi, maka kedatangan kendaraan

merupakan fungsi acak. Kendaraan dapat datang kapan saja di suatu mulut

persimpangan. Di asumsikan waktu hijau dapat membuat tepat semua kendaaran dalam

antrian dapat berjalan. Waktu tunggu kendaraan untuk mendapat isyarat hijau pada fase

i dapat menjadi minimum (߱೘೔೙) yaitu bernilai nol jika kendaraan tersebut datang pada

saat tepat pengatur mulai memberikan isyarat hijau. Namun jika kendaraan datang pada

saat tepat pengatur mulai memberikan isyarat merah, maka waktu tunggu kendaraan

tersebut menjadi maksimal. Waktu tunggu maksimum pada fase i mengikuti dapat

dihitung dengan mengurangi waktu siklus dengan waktu hijau fase tersebut

sebagaimana Persamaan (9).

(39)

30

5.1 Penggunaan Sumber Data Mikrokontroler

Prototipe sistem telah dapat mengatur lalu-lintas sesuai jadwal pengaturan.

Pewaktuan pengatur lokal 1 dan lokal 2 juga telah dapat disinkronkan dengan

pewaktuan pengatur master. Basis data yang berisi jadwal pengaturan juga telah dapat

dibaca oleh oparator terminal. Operator juga dapat mengubah basis data dan

mengunduhnya kembali ke setiap pengatur lalu-lintas.

Program pengatur isyarat lalu-lintas di pengatur lalu-lintas master hanya

menggunakan 8574 byte (6,5 %) dari ruang memori flash dan 271 byte (6,2 %) dari

ruang SRAM. Sedangkan penggunaan ruang memori flash dan SRAM di pengatur

lalu-lintas lokal sedikit lebih besar karena terdapat algoritma sinkronisasi. Namun

sesungguhnya, program pengatur isyarat lalu-lintas ini hanya menggunakan sekitar 1,5

% ruang SRAM. Ruang sebesar 4,7 % SRAM hanya digunakan pada saat terjadi

penyalinan data dari basis data ke terminal dan sebaliknya. Sementara itu, basis data

yang berisi Jadwal pewaktuan untuk 7 × 24 jam di pengatur lalu-lintas master hanya

menempati 4,8 % ruang EEPROM. Basis data di pengatur lalu-lintas lokal menempati

ruang sedikit lebih tinggi dikarenakan adanya tambahan data pembatas p dan nilai

offset.

Tabel 5. Penggunaan memori dan sumber daya mikrokontroler

Tipe Memori Kapasitas (Byte)

Digunakan

Master Lokal (Byte) (%) (Byte) (%) Flash 131072 8574 6.5 10914 8.3

SRAM 4351 271 6.2 337 7.7

EEPROM 4096 192 4.7 252 6.2

Secara umum, pada saat CPU hanya membutuhkan waktu 10 milidetik untuk

mengeksekusi algoritma pengaturan isyarat lalu-lintas. Algoritma ini dieksekusi setiap

satu detik. Dengan demikian, siklus kerja CPU hanya seditar ଵ଴௠

ଵ ×100 % = 1%. Dari

fakta ini, dapat disimpulkan bahwa sistem ini dapat dikembangkan secara lebih leluasa

dengan menambah algoritma lain untuk melengkapi fasilitas pada pengatur isyarat

(40)

5.2 Diagram Trayektori Kendaraan

Berdasar analisis atas data hasil survei, aliran kendaraan di persimpangan

Kantor Pos, Gondomanan, dan Bintaran mempunyai pola tertentu. Dengan jarak antara

persimpangan Gondomanan dan Bintaran sekitar 360 meter sebagaimana Gambar 13.

Kendaraan yang melalui ruas jalan tersebut akan cenderung mempunyai pola.

Sementara itu, jarak antara persimpangan Kantor Pos dan Gondomanan sekitar 440

meter. Kendaraan yang melalui ruas tersebut juga mempunyai pola. Namun pola

kendaraan di ruas jalan tersebut kadang agak kabur karena terganggu oleh aktifitas

penyeberangan jalan di ruas jalan tersebut, terutama penyeberang jalan di depan Taman

Pintar.

Berdasar hasil survei kedatangan kendaraan pada ketiga persimpangan

mengikuti pola sebagai berikut.

1. Kendaraan yang datang ke mulut barat persimpangan Gondomanan sebagian besar

berasal dari isyarat hijau fase 3 (P3) dan sebagian lain dari fase 1 (P1) di

persimpangan Kantor Pos. Kendaraan ini akan mendapat isyarat hijau fase 4 (P4) di

persimpangan Gondomanan. Kendaraan dari L1 tidak membentuk pola dikarenakan

terdapat rambu ke kiri jalan terus.

2. Kendaraan yang datang ke mulut timur persimpangan Kantor Pos sebagian besar

berasal dari isyarat hijau fase 2 (P2) dan sebagian lagi dari fase 1 (P1) di

persimpangan Gondomanan. Kendaraan ini akan mendapat isyarat hijau fase 4 (P4)

di persimpangan Kantor Pos. Kendaraan dari L7 tidak membentuk pola dikarenakan

terdapat rambu ke kiri jalan terus.

3. Kendaraan yang datang ke mulut timur persimpangan Gondomanan sebagian besar

berasal dari isyarat hijau fase 3 (P3) dan sebagian lagi dari fase 2 (P2) di

persimpangan Bintaran. Kendaraan ini akan mendapat isyarat hijau fase 2 (P2) di

persimpangan Gondomanan. Kendaraan dari L10 diabaikan dikarenakan jumlahnya

sangat sedikit.

4. Kendaraan yang datang ke mulut barat persimpangan Bintaran sebagian besar

berasal dari isyarat hijau fase 4 (P4), sebagian lagi dari fase 3 (P3), dan sebagian

kecil dari fase 1 (P1) di persimpangan Gondomanan. Kendaraan ini akan mendapat

isyarat hijau fase 4 (P4) di persimpangan Bintaran.

Adanya pola kendaraan yang melintas pada kedua ruas jalan tersebut

mengakibatkan adanya pola kedatangan kendaraan di mulut barat dan timur

(41)

dapat disusun diagram trayektori kendaraan yang melintas di antara ketiga

persimpangan tersebut. Diagram trayektori pada Gambar 14 mengilustrasikan

perjalanan kendaraan pada jam-jam sibuk.

Gambar 14. Diagram trayektori kendaraan pada jam-jam sibuk

Di Jalan Senopati khususnya pada ruas jalan antara persimpangan Kantor Pos

dan Gondomanan, kendaraan dapat melaju dengan kecepatan rata-rata 40 ~ 45 km/jam.

Pada jam-jam sibuk, kendaraan dapat melaju dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam

dengan waktu tempuh sekitar 40 detik; sementara itu pada jam-jam tidak sibuk,

kendaraan dapat melaju dengan kecepatan rata-rata 45 km/jam dengan waktu tempuh 35

detik.

Sementara itu pada ruas jalan antara persimpangan Gondomanan dan Bintaran,

kendaraan dapat melaju dengan kecepetan rata-rata 40 ~ 50 km/jam. Pada jam-jam

sibuk, kendaraan dapat melaju dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam dengan waktu

tempuh sekitar 32 detik; sementara itu pada jam-jam tidak sibuk, kendaraan dapat

melaju dengan kecepatan rata-rata 50 km/jam dengan waktu tempuh sekitar 26 detik.

5.3 Penjadwalan Ketiga pengatur lalu-lintas

Berdasar hasil analisis atas hasil survei terhadap kondisi lalu-lintas,

persimpangan Gondomanan mempunyai volume kendaraan paling tinggi di antara

kedua persimpangan yang lain. Pengatur lalu-lintas di Gondomanan mestinya

mempunyai siklus pengaturan paling tinggi. Namun dikarenakan agar dapat bekerja

secara sinkron semua pengatur harus mempunyai nilai siklus sama, maka kedua

pengatur lokal dibuat mempunyai siklus yang sama dengan master.

Persim

pangan

Ka

ntor Pos

P

e

rs

impanga

n

Gondo

manan

P

e

rsimpan

gan

Bin

taran

Sinc data

Sinc data

Sinc data

Gambar

Gambar 1. Urutan isyarat lalu-lintas pada umumnya
Gambar 2. Dua pengatur lalu-lintas berdekatan
Gambar 3. Diagram fishbone penelitian
Gambar 4. Urutan kegiatan penelitian tahun I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai penelitian normatif, maka data yang digunakan adalah bahan hukum primer, yaitu Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqih Muamalah yang menyangkut dengan

Mencampur tanah gambut dengan pupuk kandang yang siap untuk.. dipakai pada tanah gambut yang sudah diayak, kemudian

memahaminya dalam arti suci memberi kemudahan kepada wanita, disamping memberi tenggang waktu penangguhan bagi suami. Sedangkan yang memahaminya dalam arti haid lebih

Sangat tidak adil, rakyat kecil yang harus menanggung beban dari ‘salah urus negara’, harga BBM dinaikkan sementara pemerintah masih mensubsidi bunga hutang BLBI..

Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa siswa melakukan bolos sekolah karena merasa malas atau tidak suka terhadap salah satu mata pelajaran dan suasana kelas yang

Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh

Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative integrated reading and composition (CIRC) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang digunakan dalam

Tidak pernah diperkenalkan dan ditanamkan ke dalam jiwa tentang hukum- hukum halal dan haram serta akibat-akibat yang akan diperoleh, jika melakukan hal-hal yang