• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI TAWA TERHADAP TINGKAT ST (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH TERAPI TAWA TERHADAP TINGKAT ST (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERAPI TAWA TERHADAP TINGKAT STRES PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN OESAPA

KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG

Serly Sani Mahoklory1, Yendris Syamruth2, Maria Simon3

1. Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang

3. Program Studi Keperawatan Stikes Citra Husada Mandiri Kupang

Alamat : Jl. Veteran, Malang 65145 Indonesia tlp (0341) 551611 Email: sherly.sanni@gmail.com Hp 085 333 525 599

ABSTRAK

Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan peningkatan risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Salah satu penyebab terbesar naiknya tekanan darah adalah stres. Stres dapat memicu meningkatnya produksi hormon stres yang akan menekan sistem kekebalan tubuh dalam mempercepat proses penyembuhan penyakit, dan terapi tertawa merupakan salah satu penanganan stres yang baik karena dapat mencapai kegembiraan di dalam hati dan menghilangkan stres.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi tawa terhadap tingkat stres penderita hipertensi di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy experiment: non-randomized control group pre-post test. Total responden sebanyak 30 orang dengan menggunakan teknik total sampling, instrument yang digunakan untuk menilai tingkat stres menggunakan quisioner Depression Anxiety Stress Scale 42 dan untuk mengetahui tekanan darah setelah diberikan terapi tawa menggunakan spignomanometer dan lembar observasi.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan tingkat stres pada kelompok perlakuan setelah diberikan terapi tawa, yaitu 67% (10 responden), memiliki tingkat stres normal, 33% (5 responden) stres ringan, dan rata-rata tekanan darah turun 10 sampai 20 mmHg, setelah diberikan terapi tawa. Hasil uji statistik Regresi Linear Sederhana menunjukkan nilai t hitung 3,543 > nilai t tabel 2,650 dengan df = 13 dan α = 0,01, maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh terapi tawa terhadap tingkat stres penderita hipertensi.

Adapun peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan manfaat terapi tawa terhadap mental dan kehidupan sosial penderita hipertensi dengan jumlah sampel yang lebih besar.

(2)

ABSTRACT

Hypertension is a condition without symptoms, in which abnormally high pressure in the arteries causes an increase in the risk for stroke, aneurysm, heart failure, heart attack and kidney damage. One of the biggest causes increased blood pressure is stress. The presence of stress can lead to increased production of stress hormones that will suppress the immune system in accelerating the healing process, and laughter therapy is one of the better handling of stress because it could achieve the joy in the heart and relieve stress.

The aim of this study is to determine the effect of laughter therapy on stress levels of hypertensive patients in the Village District of Palm Five Oesapa Kupang. This study uses experimental research design quasy: a non-randomized control group pre-post test. Total respondents were 30 persons using total sampling technique, the instrument used to assess the level of stress using questionnaires Depression Anxiety Stres Scale 42 and to know your blood pressure after baing given laughter therapy using spignomanometer and observation sheet.

The results showed a decrease in stress levels the ttreatment group after laughter therapy, was 67% (10 respondents), has a rank of normal stress, 33% (5 respondents) mild stress, and the average blood pressure dropped 10 to 20 mmHg, after laughter therapy is given. Results of Simple Linear Regression statistical test indicates t value 3.543> 2.650 t table with df = 13 and α = 0.01, then Ho was rejected, meaning that there was therapeutic effect of laughter on stress levels of patients with hypertension.

The researcher suggested for further research to develop therapeutic benefits of laughter on the mental and social life of hypertensive patients with a greater number of samples.

(3)

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan penyakit yang dikenal sebagai the silent killer karena pada banyak kasus tidak timbul gejala hingga terjadi komplikasi serius (Ananta, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 ada satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang (Kemenkes, 2013).

Hipertensi disebabkan oleh beragam faktor yang saling berkaitan, salah satu diantaranya adalah stres. Apabila seseorang mengalami stress, kecemasan dan tekanan psikologis, maka tekanan darahnya akan naik untuk seketika (Knight, 2011). Secara garis besar, terapi atau penanggulangan stres dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti; memijat tubuh, mendengarkan musik, olahraga yang teratur, latihan pernapasan, meditasi, dan lain-lain. Selain terapi diatas tertawa juga merupakan penangkal stres yang paling baik, murah dan mudah dilakukan (Setyawan, 2012). Namun hingga saat ini masih banyak warga masyarakat yang belum mengetahui tentang terapi tertawa sebagai pengobatan alternatif untuk mengatasi stres.

Berdasarkan pokok-pokok hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007-2013, prevalensi hipertensi di Indonesia dengan pengukuran telah mencapai 25,8% dari total penduduk dewasa (Kemenkes RI, 2013). Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT selama 6 bulan terakhir yaitu bulan januari sampai juni tahun 2013 yang diperinci menurut 10 puskesmas di Kota Kupang, Hipertensi merupakan penyakit nomor satu dengan tingkat kunjungan paling tinggi yaitu 2.457 dari 3.547 kunjungan di seluruh puskesmas yang ada di Kota Kupang. Angka

kejadian tertinggi hipertensi terjadi pada perempuan dengan usia 45-54 tahun sejumlah 458, sedangkan laki-laki usia 45-54 tahun sebanyak 264 kunjungan. Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 16-17 Desember 2013 di Puskesmas Oesapa Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang terhadap 25 pasien, terdapat 20 penderita hipertensi yang mengatakan mengalami stres karena tekanan darah tinggi yang dideritanya.

Adanya stres dapat menyebabkan produksi hormon stres yang akan menekan sistem kekebalan, sehingga meningkatkan jumlah platelet (sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan dalam arteri) dan meningkatkan tekanan darah (Setyawan 2012). Menurut Muhammad, (2011) Stres dengan tekanan berat dalam jangka panjang atau menahun dapat menaikkan tekanan darah. Dalam hal ini suasana mental sangat mempengaruhi pola tekanan darah, dan salah satu obat stres adalah tertawa. Satu putaran tawa yang bagus juga mengurangi tingkat hormon stres, epineprine dan cortisol (Setyawan, 2012). Sehingga dengan mengikuti sesi tertawa selama 10 menit terbukti bisa menurunkan tekanan darah sebanyak 10-20 mmHg tekanan (Muhammad, 2011).

Oleh karena itu, sebagai salah satu dari pengobatan alternatif yang bersifat non farmakologis, diharapkan terapi tawa dapat menjadi suatu terobosan baru dalam mengatasi stres pada penderita hipertensi.

(4)

bagi kesehatan serta lebih ekonomis jika dibandingkan dengan pengobatan farmakologis.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (quasy-eksperiment) dengan rancangan non-randomized control group pre-post test design (Notoatmodjo, 2005). Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok perlakuan diawali dengan pra-tes, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (pasca-tes) (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian ini berjumah 60 responden dengan menggunakan teknik total sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa audio visual (Leptop) sebagai alat pemandu selama terapi tawa, kuisioner, tensi meter dan lembar observasi sebagai alat dokumentasi keseluruhan data mentah penelitian. Instrumen pokok pada penelitian ini berupa kuesioner penilaian tingkat stress Depression Anxiety Scale (DASS 42).

HASIL PENELITIAN

1. Distribusi Hasil Terapi Tawa Kelompok Perlakuan Penderita Hipertensi

Tabel 1. Distribusi Hasil Terapi Tawa Kelompok Perlakuan

Nilai Terapi Tawa Frekuensi Persentase

1 (sesuai 16 tahapan

tawa) 12 80%

0 (tidak sesuai 16

tahapan tawa) 3 20%

Total 15 100%

Dari tabel 1 diatas menunjukkan 15 responden kelompok perlakuan

menjalankan terapi tawa, sebanyak 12 responden (80%) menjalankan terapi tawa sesuai dengan 16 tahapan tawa dan 3 responden (20%) tidak menjalankan terapi tawa sesuai dengan 16 tahapan terapi tawa. 2. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah

Sebelum diberikan terap tawa

Tabel 2. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah Kelompok Perlakuan

Res p

Perlakuan Hasil Tekanan Darah mmHg /

(Minggu)

Rata-rata Tekanan

darah

Frekue nsi tingkat

stres pre I II II Sistole diastole

1 160/95 155/85 150/95 155 92 15

2 150/100 145/85 155/95 150 93 16

3 145/85 150/95 150/100 148 93 15

4 145/90 155/100 150/100 150 97 15

5 160/100 155/100 150100 155 100 21

6 165/90 155/95 160/105 160 97 18

7 165/100 180/105 155/95 167 100 16

8 180/100 160/95 155/95 165 97 16

9 225/105 180/100 175/95 193 100 17

10 180/110 170/95 155/95 168 100 17

11 180/95 165/95 155/95 167 95 23

12 185/100 170/95 160/100 172 98 17

13 150/90 175/100 155/90 160 93 17

(5)

15 180/95 155/100 160/95 165 97 17

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa distribusi rata-rata tekanan darah tertinggi adalah 193/100 mmHg dan tekanan darah terendah yaitu 148/87 mmHg. Pada distribusi tingkat stres terdapat 13 responden (87%) mengalami stres ringan dan 2 responden (13%) mengalami stres sedang.

3. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah Sesudah Diberikan Terapi Tawa

Tabel 3. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah Kelompok Perlakuan

Res p

Perlakuan Hasil Tekanan Darah mmHg /

(Minggu)

Tingkat stres Frekuensi stres

Post Persentase

Normal 10 67%

Stres ringan 5 33%

Stres sedang 0 0%

Stres berat 0 0%

Total 15 100%

Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa distribusi rata-rata tekanan darah tertinggi adalah 188/99 mmHg dan tekanan darah terendah yaitu 141/85 mmHg. Pada distribusi tingkat stres terdapat 10 responden (67%) memiliki tingkat stres normal dan 5 responden (33%) mengalami stres ringan. 4. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah

Sebelum Pada Kelompok Kontrol

Tabel 4. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah Kelompok control

(6)

3 170/9

Tingkat stres Frekuensi stres

Pre Persentase

Normal 0 0%

Stres ringan 12 80%

Stres sedang 3 20%

Stres berat 0 0%

Total 15 100%

Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa distribusi rata-rata tekanan darah tertinggi adalah 180/105 mmHg dan tekanan darah terendah yaitu 143/92 mmHg. Pada distribusi tingkat stres terdapat 12 responden (80%) mengalami stres ringan dan 3 responden (20%) mengalami stres sedang.

5. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah Responden Sesudah Pada Kelompok Kontrol

Tabel 5. Distribusi Tingkat Stres dan Tekanan Darah Responden Pada minggu ke-3 Kelompok Kontrol

Tingkat stres Frekuensi stres

Post Persentase

Normal 0 0%

Stres ringan 10 67%

Stres sedang 5 33%

Stres berat 0 0%

(7)

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa distribusi tekanan darah tertinggi adalah 183/100 mmHg dan tekanan darah terendah yaitu 145/92 mmHg. Pada distribusi tingkat stres terdapat 10 responden (67%) mengalami stres ringan dan 5 responden (33%) mengalami stres sedang.

6. Pengaruh Terapi Tawa Terhadap Tingkat Stres Penderita Hipertensi

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Stres dan Tekanan darah Pre dan Post

3 15 148/93 11 146/90

4 15 150/97 4 147/92

8 16 165/97 16 158/97

9 17 193/10

0

15 188/95

10 17 168/10

0 15 165/99

11 23 167/95 14 163/92

12 17 172/98 15 167/93

13 17 160/93 8 159/90

14 16 152/87 13 147/85

15 17 165/97 17 160/95

Berdasarkan tabel 6 diatas Penurunan tertinggi terdapat pada responden 1 dan 4 dengan tingkat stres 4 (normal) sedangkan pada responden 15 tidak mengalami penurunan tingkat stres

dengan tingkat stres tetap yaitu 17 (stres ringan).

Tabel 7. Distribusi frekuensi Tingkat Stres dan Tekanan darah Pre dan Post

1 16 170/92 16 168/93

2 22 170/97 22 166/93

3 21 162/93 21 165/97

4 15 163/98 17 162/96

5 21 180/105 23 183/100

6 17 172/95 17 172/97

7 15 173/98 15 175/100

8 15 162/97 18 160/97

9 15 150/93 15 145/92

10 17 170/95 15 168/97

11 17 168/97 19 168/95

12 17 143/92 16 147/93

13 17 155/100 15 155/97

14 16 152/95 15 154/93

15 18 153/98 20 154/90

Berdasarkan tabel 7 diatas frekuensi tingkat stres dan tekanan darah kelompok kontrol tidak mengalami penurunan yang signifikan yakni hanya terdapat 4 responden yang mengalami penurunan tingkat stres, 6 responden dengan tingkat stres tetap, dan 5 responden mengalami peningkatan tingkat stres.

(8)

Model

B ErrorStd. Beta

1 (Constant) 2.667 .273 9.75 1 .000 Terapi

Tawa 1.083 .306 .701

3.54 3 .004

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 8, dapat disajikan ke dalam bentuk persamaan regresi standardized sebagai berikut : Y = 2,667 + 1,083 X Artinya bahwa variable terapi tawa (X) sama dengan nol, maka penurunan tingkat stress penderita hipertensi di kelurahan oesapa (Y) sebesar 2,667 dengan nilai koefisien 1,083. Nilai ini menunjukkan bahwa jika variable terapi tawa (X) meningkat, maka penurunan tingkat stress penderita hipertensi di kelurahan oesapa kecamatan kelapa lima kota kupang juga akan meningkat.

PEMBAHASAN

1. Tingkat Stres Sebelum diberikan Terapi Tawa

Dari hasil penelitian terhadap 30 responden penderita hipertensi, masing-masing 15 responden baik kelompok dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa adanya perubahan respon tubuh saat mengalami stres diantaranya terjadi peningkatan tekanan

darah dan terapi tawa merupakan salah satu cara untuk menurunkan tingkat stres dengan membantu menggerakkan bagian dalam tubuh untuk mengaktifkan system endokrin sehingga mendorong proses penyembuhan penyakit.

2. Tingkat Stres Sesudah Diberikan Terapi Tawa

Berdasarkan penilaian kuesioner dan observasi terhadap 15 responden pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi tawa, diperoleh hasil pengukuran tingkat stres sebanyak 10 responden (67%) memiliki tingkat stres yang berkategori ringan, sedangkan 5 responden (33%) berkategori sedang, yang disertai dengan tidak adanya penurunan tekanan darah dari sebelum rata-rata 163/96 mmHg menjadi 163/97 mmHg. Namun kenyataan lain telah didapatkan dari penilaian kuesioner dan observasi kelompok yang diberikan terapi tawa selama 3 minggu dengan frekuensi terapi 2 kali seminggu serta intensitas waktu 30 menit, didapatkan 13 responden (87%) yang mengalami tingkat stres ringan turun menjadi 5 responden (33%) dan didapatkan 10 responden (67%) mengalami tingkat stres normal.

3. Pengaruh Terapi Tawa Terhadap tingkat Stres Penderita Hipertensi

(9)

sebesar 1,083 yang artinya bahwa perlakuan terapi tawa meningkat, maka penurunan tingkat stres juga meningkat sebesar 1,083, selanjutnya hasil ini juga dijelaskan oleh hasil perhitungan nilai ttest dimana nilai thitung menujukkan arah positif sebesar 3,543 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,004 pada taraf kepercayaan 0,01 % sedangkan pada kelompok kontrol tidak diuji secara statistik karena tidak dilakukan 16 responden (67%) mengalami penurunan tingkat stres, menjadi tingkat stres normal dan 5 responden (33%) turun menjadi tingkat stres ringan, sedangkan pada kelompok kontrol karena tidak diberikan terapi tawa, maka tidak ada responden yang mengalami penurunan tingkat stres. pengaruh terapi tawa terhadap penurunan tingkat stres penderita hipertensi pada 15 orang responden kelompok perlakuan di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang yang dibuktikan dengan hasil uji Regresi Linear di mana nilai p = 0,004 dengan α = 0,01, maka p < 0,01.

SARAN

1. Bagi Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Diharapkan dengan diketahuinya efektifitas 16 langkah terapi tawa dapat menjadi alternatif penatalaksanaan non farmakologis yang efisien, mudah dilakukan dan tanpa biaya. 2. Bagi Institusi Keperawatan

Diharapkan menjadi salah satu masukan bagi perawat/mahasiswa keperawatan untuk mengembangkan dan menerapkan 16 langkah terapi tawa dalam memberikan implementasi mandiri asuhan keperawatan

pada penderita hipertensi dengan peningkatan tingkat stres.

3. Bagi Penderita Hipertensi

Diharapkan menjadi salah satu pilihan terapi non farmakologis untuk penderita hipertensi dengan peningkatan tingkat stres yang dapat dilaksanakan secara mandiri.

4. Bagi Peneliti

Diharapakan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam strategi penanganan stres dan inspirasi untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan manfaat terapi tawa terhadap mental dan kehidupan sosial penderita hipertensi dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga lebih representatif.

DAFTAR PUSTAKA (dalam APA)

Ananta. (2009). Waspadai Gejala Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Tugu Publiser Dinkes Provinsi NTT. (2013). Laporan RIKESDAS Indonesia 2013. Diperoleh tanggal 7 Januari 2014, Pukul 10.00

WITA dari

Http://www.litbang.depkes.go.id/

Muhammad, A. (2011). Tertawalah Biar Sehat. Jakarta: Diva Press

Notoatmotjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Ed 3. Jakarta: Salemba Medika

Setyawan, T. (2012). Terapi Sehat dengan Tertawa. Penerbit: Platinum

(10)

Cespleng Mengusir Stres. Jakarta: Flash Books

Suliswati, dkk. (2005). Konsep dasar

Gambar

Tabel 3.Distribusi  Tingkat  Stres  danTekanan Darah Kelompok Perlakuan
Tabel 5.Distribusi  Tingkat  Stres  danTekanan Darah Responden Pada minggu ke-3 Kelompok Kontrol
Tabel 7.Distribusi  frekuensi  TingkatStres  dan  Tekanan  darah  Pre  dan  PostKelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok intervensi adalah yang diberikan terapi LPD dan terapi diabetes melitus dan dilakukan pengukuran tingkat stres termasuk tanda-tanda vital seperti (tekanan

Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi tomat, sebagian besar responden yaitu 7 responden (63,64%) tetap mengalami hipertensi sedang dan 1 responden (9,09%) berada

Kelompok intervensi adalah yang diberikan terapi LPD dan terapi diabetes melitus dan dilakukan pengukuran tingkat stres termasuk tanda-tanda vital seperti (tekanan

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 33 jumlah responden pasien yang mengalami stres abortus sebelum diberikan terapi murottal Al- Qur’an terbanyak mengalami stres sedang

Perbedaan Tingkat Kesepian Post-Test pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Kelompok Kelompok Analisis Kontrol Perlakuan N Mean N Mean Z Asym.Sig Rank Rank 2-tailed 11

Dalam penelitian ini, masing-masing anggota kelompok terapi religius zikir adalah sebanyak 15 responden, jumlah ini adalah jumlah yang tepat untuk diberikan terapi zikir, karena dengan

Ada perbedaan tingkat stres yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah dilakukan pemberian terapi musik instrumental piano pada pasien yang menjalani

Studi kasus ini diawali dengan tahap penyebaran kuesioner stres kerja sebagai pre test sebelum diberikan terapi yoga pranayama menggunakan kuesioner Alat Ukur Stres kerja Occupational