• Tidak ada hasil yang ditemukan

THOMAS MERTON THE WAY OF NONVIOLENCE Sua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "THOMAS MERTON THE WAY OF NONVIOLENCE Sua"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

0

THE WAY OF NONVIOLENCE

(2)

1 Daftar isi

Daftar isi 1

Pengantar 2

Riwayat Hidup Thomas Merton dan Konteks Zamannya 2

Langkah Awal Semangat Keadilan Sosial Dalam Diri Thomas Merton 7

Spiritualitas Keterlibatan Sosial Thomas Merton 10

Pergulatan Keterlibatan Sosial Thomas Merton 13

Komitmen Keterlibatan Sosial Thomas Merton 16

Relevansi pemikiran Thomas Merton 19

(3)

2 1. Pengantar

Thomas Merton adalah seorang biarawan Trappist Amerika. Seorang penulis terkenal dengan karya lebih dari 50 buku, 2000 puisi, dan tidak terhitung jumlahnya esai, tinjauan, dan ceramah yang telah direkam dan diterbitkan. Ketenangan dan keheningan biara tidak

membuatnya pasif akan ketidakadilan dan penindasan yang terjadi di sekitarnya terlebih Amerika Serikat. Ia berjuang untuk membagikan semangat kontemplasinya bagi perdamaian dan keadilan dunia. Perjuangannya bagi keadilan dan perdamaian dunia membuatnya

dikenal sebagai nabi abad ke-21. Semangatnya yang berkobar-kobar ini tidak berhenti pada zamannya tapi memiliki pengaruh yang luar biasa hingga sekarang. Dalam tulisan ini kita akan mengelaborasi pergumulan Thomas Merton dalam keterlibatan sosial sebagai sebuah

bahan refleksi dan permenungan bagi kita untuk membangun sebuah komitmen keadilan sosial.

2. Riwayat Hidup Thomas Merton dan Konteks Zamannya

a. Riwayat hidup Thomas Merton

Thomas Merton lahir pada tanggal 31 januari 1915 di Prades, Prancis sebuah desa yang terletak di Gunung Pyrenees dekat perbatasan Spanyol. Ayahnya bernama Owen

Merton dan ibunya bernama Ruth Jenkins. Kedua orang tuanya adalah seniman yang terkenal, berasal dari golongan Quaker dan beragama Kristen Anglikan. Thomas dibaptis

ketika remaja namun ia tidak pernah dibawa ke gereja oleh ibunya, karena ia berpendapat bahwa tradisi gereja akan merusak anaknya.1

Pada tahun 1916 ayahnya membawa keluarganya berpindah ke Amerika karena

perang dunia di Eropa. Disana ayahnya bekerja sebagai tukang kebun di Flushing, Long Island. Ketika ibu Thomas Merton sakit kanker dan harus masuk rumah sakit mereka kemudian berpindah ke Douglaston. Disana ayahnya mulai bekerja sebagai organis di gereja,

melanjutkan menggambar dan menjadi seorang tukang kebun. Di Douglaston inilah Thomas baru secara teratur pergi ke gereja bersama ayahnya dan mulai belajar doa Bapa Kami

ketika neneknya berkunjung.2 Ia juga mulai belajar latihan rohani.3 Setelah kematian ibunya, ayahnya kemudian dengan bebas pergi kemanapun bahkan sampai ke Prancis dan menggunakan waktunya untuk melukis. Sedangkan Thomas Merton kemudian tinggal

bersama neneknya.

Setelah ayahnya berhasil di Eropa, pada tahun 1925 ia mengajak Thomas Merton ke Prancis. Di kota ini ia mulai menyadari semangat untuk hidup kontemplatif berawal ketika ia

mengunjungi Katedral St. Antonin dan juga biara yang ada disana. Beberapa bulan kemudian ia pindah ke Inggris dan sekolah di Ripley Court. Di sana ia mulai secara rutin datang ke

1 Bdk. James Thomas Baker, Thomas Merton: Social Critic, Kentucky: University Press of Kentucky, 2009,

hlm. 1.

(4)

3

gereja, berdoa sebelum tidur atau hendak makan. Selain itu ia juga lebih aktif sebagai

seorang Kristen Anglikan, padahal sebelumnya ia jarang sekali datang ke gereja.4 Pada tahun 1929 ia kemudian bersekolah ia Oakham dan ketika ia masih bersekolah disana, ayahnya meninggal karena tumor otak pada tahun 1931.5 Dengan keadaan ini, kakeknya memberikan

asuransi secukupnya untuk memenuhi kebutuhannya selama beberapa tahun. Iapun diangkat anak asuh oleh salah satu sahabat ayahnya. Namun setelah ia menjadi yatim piatu, ia mengalami masa-masa yang tidak menyenangkan dan iapun mulai memisahkan diri dari

gereja. Dalam kondisi kekosongan imannya, ia berusaha untuk belajar bahasa dan literatur lainnya.6

Setelah lulus dari Oakham, ia kemudian pindah ke Cambridge untuk melanjutkan

studinya. Ia mendapatkan beasiswa di Perguruan Tinggi Clare pada tahun 1932.7 Namun ia kemudian memilih masuk ke universitas Cambridge. Ketika ia tinggal di Cambrige, hidupnya

mulai kacau. Ia dikenal sebagai seorang pemabuk dan seorang yang suka berhubungan dengan wanita. Bahkan dari hubungannya dengan teman wanitanya, ia memiliki seorang anak dan disinilah ayah angkatnya harus menyelesaikan masalah yang telah dibuatnya itu.8

Pada tahun 1933 ia pergi ke Roma, perjalanannya ini mengantar ia menuju pertobatan. Disana ia mulai membaca kitab suci dan mulai berdoa setiap mengunjungi gereja. Ia juga sempat mengunjungi biara trapisst. Kemudian ia ke Amerika pada tahun 1934 dan tinggal

bersama kakek dan neneknya untuk melepaskan diri dari masa gelap dan rasa bersalahnya.9 Thomas tiba di Amerika tepatnya di New York. Ia masuk universitas Columbia dan

menjadi seorang komunis. Setelah aktif selama 3 bulan dalam kegiatan yang berhaluan komunis ini, ia kemudian keluar dari keanggotaan aktif di Young Communist League dan pindah ke haluan sosialis. Ia bergabung dengan National Students League, dimana ia turut aktif melawan berbagai kegiatan perang. Bersama beberapa ratus mahasiswa, ia turut mempromosikan untuk tidak pernah mengikuti kegiatan perang.10 Pada masa-masa ini, ia mengalami pergulatan panjang akan paham yang ia anut antara sosialis atau komunis. Disini

seorang yang berpengaruh membimbingnya adalah Mark Van Doren yang mengarahkan ia pada sebuah pemahaman akan pandangan komunis yang baru. Ia mengarahkan pandangan

komunis bukan pada kepatuhan mutlak, tetapi pada pandangan mengenai masyarakat yang egaliter. Selain berjumpa pemahaman baru mengenai komunis, disisi lain ia menyatakan perjumpaannya dengan pemikiran baru seperti Blake, Thomas Aquinas, Agustinus, Hopkins,

4

Ibid., hlm.3.

5 Bdk., http://www.merton.org/chrono.aspx diakses pada tanggal 2 April 2015.

6 Bdk. James Thomas Baker, Op.Cit., hlm. 3.( Ada 2 tokoh yang sangat mempengaruhinya ialah Willian Blake

dan Gerard Manley Hopkins. Ia terkesan pada blake yang kritis terhadap religiusitas dan belas kasih yang salah, selain itu ia terkesan bagaimana mnusia mencintai Allah dengan sejati. Pemikiran Blake ini dikembangkan dalam tesis. Disisi lain Ia mulai mengenal karya Hopkins ketika ia mengunjungi orang jerman yang sakit. Ia terkesan akan tulisan Hopkins yang ditulis dalam bentuk puisi)

7 Bdk., http://www.merton.org/chrono.aspx diakses pada tanggal 2 April 2015. 8

Bdk. Christian Feldmann, Pejuang Keadilan dan Perdamaian, Yogyakarta: Kanisius, 1990, hlm. 113.

9 Ibid., hlm. 114.

(5)

4

Eckhart. Ia juga masuk dalam perjumpaan dengan sakramen gereja Katolik, dengan aliran

Zen dan kaum penyair hipi dari Amerika Latin.11

Tahun-tahun selama di Universitas Columbia merupakan tahun dimana ia masuk dalam proses pertobatan dan mulai dipengaruhi oleh teologi Katolik. Hal itu dipengaruhi

oleh Thomas a Kempis dalam bukunya The Imitatio of Christ. Buku ini diperkenalkan biarawan Hindu yang bernama Bramachari. Selain itu ia juga membaca banyak buku di era abad pertengahan. Hal itulah yang membawa ia pada Teologi Katolik. Iman yang mulai

bertumbuh dan kemudian ia bergabung dengan gereja katolik, dengan pembaptisannya pada bulan November tahun 1938.12 Setelah pembaptisannya, ia ingin menjadi seorang imam dan tinggal di sebuah biara dan hal ini dipengaruhi oleh keinginannya mencari

kedamaian. Hal itu ia tidak rasakan ditengah dunia yang berperang, apalagi ia prihatin akan peperangan yang terjadi di Eropa. Tetapi hal itu baru terwujud pada 10 Desember 1942,

di a a ia asuk dala Biara Our Lady of Gethse a i , Ke tu ky.13

Setelah menyelesaikan studinya dan sebelum masuk menjadi seorang religius, ia mengajar di Perguruan Tinggi St. Bonaventura. Ia banyak membantu karya sosial di

Harlem.14 Di tengah segala kesibukkannya itu ia menyempatkan waktu untuk mengikuti retret panggilan. Dari pengalamannya mengikuti retret panggilan itu, ia menemukan panggilannya menjadi seorang biarawan. Ia menyadari bahwa kedamaian yang selama

dicarinya selama ini, ia temukan di biara. Ia menyadari pula bahwa keprihatinannya terhadap permasalahan sosial dapat ia nyatakan dengan tindakan sederhana. Justru dengan

mengambil bagian dari sebuah tindakan sederhana yaitu dengan masuk biara, ia juga turut dalam perjuangan dan keprihatinan sosialnya di dunia. Ia berpendapat mengenai biara sebagai berikut: Te pat i i adalah pusat dari A erika. “aya erta ya-tanya apa yang kiranya dapat memegang negara ini secara bersama-sama, apa yang kiranya menjaga dunia dari keterpecahan dalam bagian- agia . Te pat itu seperti iara i i .15

Setelah ia masuk ke biara, ia dikenal dengan nama Saudara Louis. Selama ia menjadi

biarawan, ia mendapat tugas dan kesempatan yang lebih banyak waktu untuk membaca dan menulis. Ia terus menulis dan telah menghasilkan 55 buku, 215 essai, dan banyak tulisan

lainnya berupa prosa, puisi serta surat-surat. Dalam berbagai tulisannya itu, ia berusaha menawarkan pentingnya kehidupan spiritual dan kedalaman batin kepada setiap orang yang hidup dalam dunia sekular.16 Ia mau menyajikan bahwa arti hidup ini bukan dari materi yang

diperoleh atau perubahan struktur ekonomi, tetapi justru lebih pada kesadaran diri. Hal ini nyata sekali dari usahanya untuk mengkritisi berbagai isu-isu politik dan kehidupan sosial. Bukunya yang berbicara mengenai masalah sosial muncul sekitar tahun 1955 hingga tahun

11

Ibid., hlm.8-9.

12 Ibid., hlm.10-11.

13 Bdk., http://www.merton.org/chrono.aspx diakses pada tanggal 2 April 2015. 14 Bdk. Christian Feldmann, Op.Cit., hlm. 117.

15

Bdk. James Thomas Baker, Op.Cit., hlm. 13.

16 Bdk. Thomas Del Prete, Thomas Merton and the education of the whole person, Alabama: Religious

(6)

5

1965. Kepedulian kepada masalah sosial itu tidak hanya dituangkan dalam tulisannya secara

secara nyata diungkapkan pada seminar terakhirnya di Bangkokdalam rangkaian Meeting of Asian Benedictines and Cistercians. Pada pertemuan itu ia berbicara mengenai paham para rahib dan marxisme.17 Sebenarnya disana ia mengungkap apa yang sebenarnya menjadi

pergulatannya, ia yang dahulu bergabung dengan komunitas sosialis komunis kemudian menemukan pelabuhan terakhirnya di biara. Disana pulalah ia meninggal yaitu pada tanggal 10 Desember 1968.

b. Konteks Zaman

Thomas Merton hidup di dua benua yang berbeda yaitu benua Eropa dan Amerika. Ia

tinggal di Eropa pada tahun 1915-1916 dan 1925-1934, sedangkan tahun-tahun yang lain ia habiskan di Amerika. Selama tahun 19141918, di Eropa terjadi Perang Dunia I, tahun 1939

-1945 terjadi Perang Dunia II dan tahun 1947 – 1991 terjadi perang barat antara Dunia Barat dan komunis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Thomas Merton hidup di wilayah dan situasi yang sedang berperang.

Perang dunia I melibatkan dua pihak. Blok Sentral atau disebut dengan blok Jerman yang terdiri dari 4 negara anggota, yaitu Jerman, Turki, Bulgaria, Austria-Honggaria. Sedangkan lawannya yaitu Blok Sekutu atau disebut blok Perancis. Blok Perancis ini terdiri dari 23

negara anggota, antara lain Perancis, Inggris, Rusia, Serbia, Belgia, Rumania, Yunani, Portugal, Jepang, Italia, Amerika Serikat dan lain-lain.18Perang Dunia I ini mengakibatkan

beberapa hal : Dalam bidang Perang sosial : produktivitas industri yang semakin besar, banyaknya korban meninggal terutama laki-laki telah menurunkan angka kelahiran dan populasi Prancis, terbentuknya League of Nations atau Liga Bangsa-Bangsa pada 1919 dan

terjadinya peleburan kelas sosial menuju pemerintahan yang lebih demokratis. Dalam bidang Politik : munculnya negara-negara baru, seperti Italia, Rumania, Polandia, Cekoslovakia, Kroasia, Yugoslavia, Hongaria, Irak, Iran, Yordania, Mesir, Arab Saudi, Syria

(Suriah), Estonia, Latvia, dan Lithuania, munculnya paham fasis di Italia, Nazi di Jerman, nasionalisme di Turki, militer di Jepang, dan komunis di Rusia. Dalam bidang Ekonomi :

utang akibat peminjaman biaya perang, baik kepada rakyat maupun negara lain, terjadi pengangguran massal di Eropa, terjadi krisis ekonomi dunia atau malaise pada 1929.

Peperangan ini juga membuat banyak orang Eropa melakukan mobilisasi dan salah

satunya adalah keluarga Thomas yang pindah ke Amerika. Setelah situasi Eropa kembali kondusif, ia kembali lagi kembali sekitar 1925, ketika Eropa dalam keadaan kondusif. Namun keadaan ini tidak bertahan lama, karena pada tahun 1939 sampai 1945 terjadi Perang Dunia

II. Pada saat perang ini berlangsung Thomas sudah kembali lagi Ke Amerika. Dalam perang ini ada dua dua kekuatan besar yang berperang yaitu kubu poros dan sekutu. Kubu poros terdiri dari negara Jerman, Jepang, Italia, Hongaria, Rumania, Bulgaria dll. Sedangkan kubu

17 Bdk. Christian Feldmann, Op.Cit., hlm. 126, 130.

(7)

6

sekutu yaitu Unisoviet, Amerika Serikat, Britania, Prancis, Polandia, Cina dll. Dengan kata

lain perang ini melibatkan banyak negera di dunia tidak hanya negara di benua Eropa, tetapi juga Amerika, Asia, Afrika dan Australia. Lokasi peperanganpun semakin luas dibandingkan Perang Dunia I dan lokasi itu meliputi Eropa, Asia Tenggara, Mediterania, Tiongkok, Afrika,

Amerika Utara, Pasifik dan Antlantik.19Akibat Perang Dunia II ini: Bidang Politik : munculnya dua kekuatan besar dunia (adikuasa atau super power), yakni Amerika Serikat dengan ideologi demokrasi liberalnya (liberalisme) dan Uni Soviet dengan ideologi komunisnya,

terjadi Perang Dingin (cold war). Amerika Serikat dan Uni Soviet membentuk aliansi (persekutuan), seperti North Atlantic Treaty Organization (NATO), yaitu fakta pertahanan Amerika Serikat bersama negara negara Eropa Barat. Adapun, aliansi bentukan Uni Soviet

adalah Pakta Warsawa, yaitu pakta pertahanan bersama negara-negara Eropa Timur, munculnya negara-negara merdeka di Asia, seperti Indonesia, Filipina, India, Pakistan, dan

Sri Lanka. Dalam Bidang Ekonomi : setelah Perang Dunia II berakhir, perekonomian dunia mengalami kekacauan. Amerika Serikat ketakutan pihak komunis akan memengaruhi negara-negara yang sedang kesulitan. Oleh karena itu, Amerika Serikat memberikan

bantuan (kredit) melalui program Marshall Plan 1947. Dalam Bidang Sosial : munculnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1945. Adapun para pelopor pendiri PBB ini adalah Franklin Delano Roosevelt (Amerika Serikat), Winston Churchill (Inggris), dan Josef Stalin

(Rusia).

Di samping perang yang tak kunjung henti, zaman itu juga diwarnai diskriminasi

terhadap penduduk asli Amerika yakni orang Indian. Kedatangan orang kulit putih di Amerika rupanya tidak membawa kebaikan bagi para penduduk asli. Pada tahun 1830, lahirlah Indian Removal Act sebuah peraturan yang memungkinkan pengusiran orang Indian dari tanahnya untuk kepentingan orang kulit putih. Banyak orang Indian yang kehilangan tanahnya dan mati. Penindasan terhadap orang India semakin memuncak memasuki abad ke 19. Beberapa orang berusaha memperbaiki kehidupan kaum Indian. Setelah melalui

perjuangan yang panjang akhirnya kaum Indian memperoleh hak sebagai warganegara pada tahun 1934 dengan disahkannya Indian Reorganization Act, yang juga menghentikan semua bentuk pengusiran orang Indian dari tanahnya. Namun demikian orang-orang Indian tetap diberi tempat yang diberi reservation area, yang prakteknya berfungsi sebagai ghetto bagi orang Indian. Pemerintah Amerika Serikat juga dalam kebijakan-kebijakan politiknya

berusaha untuk membuat pembatasan-pembatasan. Salah satunya ialah Termination Policy

pada tahun 1953, yang menghentikan bantuan bagi beberapa Suku India. Pada tahun 1968 berdirilah American Indian Movement (AIM), yang berjuang untuk mengembalikan hak-hak

kaum Indian. Sejak berdirinya organisasi ini perlahan-lahan kaum Indian di Amerika Serikat mulai memeroleh haknya sebagai warganegara.

19 Bdk. http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II#Poros_runtuh.2C_Sekutu_menang_.281945.29 diakses

(8)

7

Situasi zaman itu yang juga tidak boleh dilupakan ialah adanya gerakan Hak-hak Sipil

Afrika-Amerika (1955-1968) merupakan gerakan di Amerika Serikat yang ditujukan untuk melarang diskriminasi rasial terhadap orang Afrika-Amerika dan memulihkan hak-hak suara mereka. Hal ini dilatarbelakangi oleh situasi berikut:

1) Segregasi rasial. Secara hukum, fasilitas-fasilitas umum dan layanan pemerintah seperti pendidikan dibagi dua menjadi tempat untuk "kulit putih" dan "kulit berwarna". Fasilitas untuk kulit berwarna mudah dibedakan karena kekurangan dana dan berkualitas

rendah.

2) Pencabutan hak pilih. Ketika Demokrat putih kembali berkuasa, mereka mengesahkan undang-undang yang membuat pendaftaran pemilih menjadi lebih sulit bagi kulit hitam.

Pemilih-pemilih kulit hitam dicoreti dari daftar pemilih. Jumlah pemilih Amerika Afrika turun drastis, dan mereka tidak lagi mampu memilih wakil rakyat. Dari tahun 1890

hingga 1908, negara-negara bagian Selatan bekas anggota konfederasi membuat konstitusi dengan ketetapan-ketetapan yang menghilangkan hak memilih puluhan ribu orang Afrika-Amerika.

3) Eksploitasi. Peningkatan penindasan ekonomi terhadap orang kulit hitam, Latino, dan Asia, penyangkalan peluang ekonomi, dan diskriminasi kerja yang meluas.

4) Kekerasan. Kekerasan rasial massal terhadap orang kulit hitam (dan orang Latino di

Barat Daya dan Asia di California) yang dilakukan oleh organisasi, polisi, maupun perorangan.

Berbagai bentuk diskriminasi yang terjadi di Amerika Serika melahirkan Gerakan Hak-Hak Sipil. Gerakan ini merupakan sebuah perjuangan panjang yang terutama diwarnai

gerakan nonkekerasan untuk mewujudkan hak-hak sipil sepenuhnya dan kesetaraan bagi semua warga negara Amerika Serikat. Gerakan ini memiliki dampak berkelanjutan terhadap masyarakat Amerika Serikat, meningkatnya penerimaan hak-hak sipil secara hukum dan

sosial, dan pada terungkapnya prevalensi dan biaya yang harus dibayar untuk politik rasisme. Gerakan Hak-Hak Sipil Amerika terdiri dari banyak gerakan perjuangan politik dan

reformasi antara tahun 1945 dan 1970. Gerakan ini bertujuan mengakhiri diskriminasi terhadap orang Afrika-Amerika dan kelompok-kelompok tak berdaya lainnya, serta secara hukum mengakhiri segregasi rasial di Amerika Serikat, khususnya di Amerika Serikat

Selatan.20

3. Langkah Awal Semangat Keadilan Sosial Dalam Diri Thomas Merton

Dari riwayat hidup Thomas Merton kita dapat melihat bahwa benih-benih keterlibatan sosial mengalami perkembangan ketika ia pindah ke Amerika di New York dan masuk

20https://books.google.co.id/books?id=hym5EI9rZiwC&pg=PA46&lpg=PA46&dq=diskriminasi++amerika+seri

(9)

8

Universitas Columbia. Ia aktif dalam organisasi komunis yang berhaluan sosialis. Ia turut

mengkampanyekan anti perang dan bersama beberapa ratus mahasiswa, ia turut mempromosikan untuk tidak pernah mengikuti kegiatan perang. Pada masa itu ia berjumpa tidak hanya dengan pemikiran komunisme sosialis tetapi juga dengan pemikiran baru

seperti Blake, Thomas Aquinas, Agustinus, Hopkins, Eckhart. Ketika Thomas Merton menyelesaikan studinya dan menjadi dosen di Universitas St. Bonaventura, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

Pergumulan akan keterlibatan terhadap keadilan sosial menjadi semakin hebat ketika dia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan Trappist. Salah satu sarana untuk menemukan Allah adalah kebiasaan diam secara total dalam Tarekat Trappist. Hidupku mendengarkan. Hidup Tuhan berbicara. 21 Mendengarkan Allah tanpa halangan sedikitpun. Lima jam sembayang ofisi, sejak jam dua malam, dan lima jam kerja tangan adalah aturan

hidup di Getsemani. Merton sangat menghargai kerja keras di ladang yang berbatu-batu.

Pekerjaan itu membuat manusia kukuh sebagaimana tanah tempat tinggalnya. Mesin

tidaklah e uat de ikia . 22

Semua pekerjaan itu hanya menghasilkan rezeki yang tidak

seberapa, namun harus dikerjakan dalam iklim yang memayahkan. Pada musim dingin, air suci di pintu ruang tidur membeku menjadi es, dan pada musim panas pakaian wool yang melekat di badan laksana panci penggorengan. Sungguhpun demikian para rahib tidaklah

berwajah muram. Mereka menghadapi kenyataan situasi dengan gembira. Merton sendiri adalah seorang pribadi yang penuh humor dan suka bercanda.

Di balik keceriaan yang muncul ke permukaan, sebetulnya rasa putus harapan yang dahulu pernah menghimpit Merton, sekarang masih terasa pula menindih hatinya. Masuk biara bukan berarti bahwa secara otomatis dia terbebaskan dari masalah-masalah yang

melilitnya. Apa yang dulu pernah dibayangkan ternyata lain sekarang. Masalah pribadi memang berakar dalam hati manusia yang paling dalam, dan bukan di dalam keadaan lingkungannya. Semua kebiasaan buruk menyelinap bersama dia masuk dalam biara.

Pakaian biara tidak lebih dari kedok kesombongan rohani dan kesalehan. Merton mulai ragu-ragu apakah biara nantinya dapat menjadi rumahnya. Peraturan biara yang

diberlakukan secara keras kerapkali membuat rasa bersalah yang tak kunjung terselesaikan. Impiannya menjadi pengarang besar tetap menarik dan Merton sendiri mengembangkannya. Pimpinan biaranya merasa bangga melihat bakat Merton tersebut.

Merton yang mendapat angin segar dari Pater Abas ini mulai menerbitkan kumpulan puisinya. Selanjutnya Merton diperbolehkan untuk tetap menulis sajak-sajaknya asalkan dia tetap juga menjalankan kewajibannya sebagai rahib dengan rajin.

Setiap hari ia hanya mempunyai waktu dua jam untuk menulis puisi, meditasi dan esai yang mendalam tetang arti hidup membiara. Selama tiga puluh tahun bekerja keras, Merton telah menghasilkan 60 buah buku yang laku keras, dan sejumlah besar makalah, selain karya

(10)

9

terjemahan yang merupakan tugas dari Pater Abas, dan riwayat hidup orang-orang kudus.

Keadaan Merton dalam biara semakin aneh. Menurut peraturan biara, seorang rahib mestinya wajib berdiam diri sama sekali, dan hanya boleh menerima surat dari luar empat kali setahun. Namun Merton dibanjiri surat-surat dari para penggemarnya. Kerap kali ia

dimintai naskah, karangan dan nasihat mengenai berbagai macam kebutuhan.

Pada tahun 1947, ia mengucapkan kaul kebiaraannya, dua tahun kemudian ia ditahbiskan menjadi imam. Harapannya untuk hidup membiara sudah menjadi sederhana

dan realistis. Seorang rahib sejati sepanjang umurnya harus tetap mencari. Orang baru itu setiap hari harus bertanya kepada dirinya sendiri: Mengapa aku di biara?

Ketenangan yang diperolehnya itu tidak membebaskan dia dari pertikaian yang semakin

besar dalam hidupnya yang terpecah antara doa dan aktivitasnya sebagai seorang penulis. Sementara itu ia masih juga diangkat menjadi pengasuh novis. Berbagai macam kegiatannya

itu bisa mengancam kehidupan kontemplatif yang sudah diikrarkan.

Kehidupan membiara dengan cara hidup orang Amerika sulit digabungkan. Merton pernah menulis : “eolah-olah Allah baru puas dengan biara apabila segala hal berlangsung sebagai pabrik amunisi pada waktu perang. Kita menduga sudah berhasil secara gemilang karena kita sudah lelah-payah. 23Ia eri duka keda aia da kesu yia , tetapi kemana saja aku berpaling, disitu aku menemukan bahwa yang kukarang melekat padaku bagaikan

kertas pe a gkap lalat. 24

Di satu pihak, biara terpisah dari dunia, tertutup di Getsemani, lepas dari hubungan

insani. Sukar mengikat persahabatan dengan orang yang hanya boleh diajak bicara dengan tanda-tanda. Di lain pihak, para penghuni Getsemani terlalu dekat satu dengan yang lain : makan, berdoa, bekerja, tidur, selalu bersama, tetapi tidak ada hubungan pribadi.

Tambahan lagi berkat buku-buku karangan Merton biara Getsemani menjadi banyak

diku ju gi kau uda. Melihat situsi i i Merto era i erkata; Rasa ya hadirat Allah e jadi tidak ada.

Kerapkali ia merasa kurang dipahami, dihina dan dikendalikan. Misalnya, ketika Abas James di hadapan sidang semua rahib berkotbah tetang orang yang menyalahgunakan

bakatnya demi mendapat nama baik, semua orang menjadi tahu bahwa yang dimaksudkan adalah Merton. Orang luar biara seringkali berpandangan bahwa hidup membiara adalah hidup yang serba tenang sebagaimana digambarkan dalam Firdaus yang damai. Hidup

membiara tidaklah demikian. Pengalaman pergulatan itu semakin mematangkan diri Merton. Ia belajar menerima diri dengan segala kelemahan dan keterbatasannya. Ia melepaskan harapan yang tidak realistis. Ia sering terlalu membayangkan hasil kehidupan

Getsemani dan Ia menjadi kecewa karena hasilnya sungguh lain dengan apa yang diharapakan. Kini dia miskin di hadapan Allah dan bebas.

(11)

10

Kalau aku de ga udah e e uka dia, kira ya uka Allahku, kalau aku tak boleh berharap menemukan Dia, apakah Dia sungguh-sungguh Allahku? Kalau aku dapat menemukan Dia sekehendakku, apakah benar-benar kutemukan Dia? Kalau Dia menemukan aku, dan berkata kepadaku siapa Dia dan siapa aku, dan aku mengakui bahwa Dialah yang menemukan aku, maka aku tahu: Dialah Tuhan dan Allahku. Ia meraba aku dengan

jariNya, sesudah Ia e iptaka aku dari ketiadaa . 25

Sekarang Merton mengerti bahwa kontemplasi muncul dari kegelapan, dari pengalaman kegagalan. Jalan kepada Allah melewati padang gurun.

Kalau kita merasa terasing bagi Allah karena dosa, kesangsian dan kebencian, dalam malam gelap itu seolah-olah Tuhan jauh dari kita, dan mungkin kita kehilangan iman. Sebaliknya mungkin pula iman sejati tumbuh pada malam gelap itu, iman kita dimurnikan dan tenaga rohani batin kita menjadi bebas, sehingga pada akhir percobaan itu ternyatalah bahwa malam itu merupaka kea a a di awah sayap Tuha . 26

Memang tidak perlu dibedakan secara berlebih-lebihan antara orang yang beriman penuh dan orang yang tak beriman sama sekali. Setiap orang berada dalam perjuangan

antara iman dan atheisme. Oleh sebab itu Merton tidak lagi menganggap rendah kepada dunia dan umat yang hidup di dunia ini. Ia mau memberikan apa yang diterimanya sendiri yakni belaskasih dan cinta kasih.

Sambil tetap mempertahankan kesunyiannya dengan gigih, ia mulai memasukkan orang lain dalam hidupnya. Tatkala ia pergi ke New York pada tahun 1951 ia mencatat : Aku

mengasihi semua orang itu, aku dan mereka adalah satu keluarga … seaka -akan aku

terjaga dari khayala ahwa aku terpisah dari ereka, aku su i da ereka tidak. 27 Ia tidak lagi mau mengasingkan diri dari manusia duniawi dan mengutuki mereka. Ia mau

solider dengan dunia yang berdosa dan menderita. Dengan demikian ia memohonkan berkat Allah atas diri mereka.

4. Spiritualitas Keterlibatan Sosial Thomas Merton

Dalam penghayatan hidup Thomas Merton, kehidupan seorang rahib dan umat Kristen biasa harus menampilkan manusia teladan, tanpa kedok dan khayalan, terbuka bagi Allah

dan sesama, dan tidak sombong atas martabatnya. Kehidupan kontemplatif pada dasarnya tidak menuntut adanya teknik tertentu untuk menurunkan surga ke bumi. Yang diperlukan adalah pengertian. Kita sudah berada di surga. Kristus sudah mendatangi kita kendati kita

25

Ibid.

(12)

11

masih dalam kegelapan. Manusia kontemplatif bukan malaikat yang tak terjamah oleh

perjuangan dan nafsu manusiawi, melainkan orang yang mengusahakan kehidupan kristen sepenuhnya. Kerja, doa, kehidupan keluarga dan istirahat harus disatukan secara harmonis dengan Kristus sebagai pusat. Orang kontemplatif mau hidup di hadirat Allah, meskipun

Allah tidak hanya hadir dalam biara.28

Kristus harus hidup di dalam hati kita. Hal ini lebih daripada hanya meneladan seorang tokoh dari Alkitab saja. Masalah yang besar bukanlah para musuh Krsitus dan para

penganiaya Gereja, melainkan orang-ora g Kriste Atheis ya g ha ya eraga a kare a oppurtunisme dan ikut-ikutan.

I a ereka tidak le ih dari elarika diri dari realitas, suatu ko pro i

dengan kehidupan. Mereka menyesuaikan diri dengan orang lain, tetapi sebetulnya mereka tidak membutuhkan Allah dan tidak lagi sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Umat yang berpura-pura beriman itu tidak hidup dengan cara yang berbeda dengan sesama yang materialistis

elaka. 29

Umat Kristen bisa mengikuti askese yang bersifat religius terhadap nilai-nilai masyarakat.

Perlulah pertentangan positif terhadap dunia materialistis. Perlu pula kehendak yang kuat yang didukung oleh doa, studi dan hubungan pribadi dengan Kristus. Agama Kristen

bukanlah suatu sistem ajaran, melainkan hadirnya Allah yang hidup di tengah-tengah umat manusia.

Para rahib berdaya upaya untuk tetap di hadirat Allah dengan cara mereka sendiri.

Merto e gutip “a to Be ediktus : Rahib adalah orang yang mencari Allah, tidak mencari kesempurnaan diri sendiri. Oleh sebab itu dalam mengantarkan kita kepada hidup rohani ia sering membicarkan kemiskinan, kehampaan, ketelanjangan, yaitu kita harus melepaskan

kedok da sa diwara, serta tipua du ia dala hati kita. Ego ya g palsu harus dikalahka ,

kulit egoisme harus dibuang, egoismelah yang meracuni seluruh kehidupan. Setiap orang

harus membiarkan diri dipimpin, telanjang dan tanpa senjata di jurang rasa takut, tempat kita berdiri sendiri di hadapan Allah, dan menyadari bahwa kita tidak mampu sendiri.30

Hanya orang yang tak mau memakai senjata dapat dibebaskan oleh Tuhan dari perisai penutup diri. Hanya orang yang miskin dapat dipercaya oleh Tuhan. Hanya orang yang sadar bahwa mereka kurang kasih, dapat diubah dengan kasih-Nya. Jalan kepada Kristus adalah jalan kepada hati kita sendiri dan hati semua makhluk sekitar kita. 31

28 Christian Feldmann, Pejuang Keadilan dan Perdamaian, Yogyakarta: Kanisius, 1990, hlm.128. 29

Op. Cit.

(13)

12

Kita dapat menemukan Allah, kalau kita solider dengan sesama dan tidak melarikan diri dari dunia dengan menutup diri sebagaimana kura-kura. Allah memberikan kita kehidupan agar kita menerima anugerah itu. Tuhan juga menghadiahkan hal yang sama kepada sesama kita. Hanya dengan cara itu kita dapat bahagia. Apabila kita berpikir bahwa kebahagiaan itu menipis kalau kita bagikan kepada orang lain, kita sendiri justru tidak akan bahagia sungguh-su gguh. 32

Kehidupan para rahib harus mempunyai arti bagi orang-orang di luar biara. Dulu hal semacam itu lebih mungkin daripada sekarang, sebab zaman kita penuh dengan krisis dan

revolusi yang mendorong para rahib berusaha melalui doa dan renungannya untuk mencari kedamaian dan ketenangan.

Rahib menyelam ke dalam hati dunia, kendati rupa-rupanya ia telah meninggalkannya. Sebenarnya rahib keluar dari biara dan masuk ke dalam dunia itu bertujuan untuk mendengarkan suara-suara dunia dengan lebih

saksa a. 33

Pelaya a pokok rahi pria atau wa ita kepada du ia adalah mendengarkan dan menghadapi dengan diam-diam hal ikhwal yang tidak disadari dunia, baik maupun jahat. Ia mengalami kegelapan dunia dalam dirinya sendiri, dan mengubahnya menjadi harapan. Ia menghayati kesangsian, kehampaan, ketidakaslian, rasa takut yang menjadi ciri manusia modern. Ia masuk di Padang gurun tanpa senjata, tanpa dalih, dengan jujur dan lepas bebas, tanpa jaminan duniawi, bahkan dengna mengosongkan

diri ya, sehi gga de ga de ikia Allah dapat asuk ke dala hati ya. 34

Dalam ketenangan yang dalam itu rahi ulai e de garka usik ya g pe uh rahasia. Dengan demikian para rahib menyucikan dunia dan mendekatkan dirinya kepada

Allah, karena dalam lingkungan biara Kristus hidup di tengah-tengah ciptaan-Nya. Dalam gegap gempitanya revolusi teknik, para rahib harus hadir mirip dengan pohon-pohon yang hidup secara diam-diam dalam kegelapan dan kesunyian, tetapi mampu memurnikan udara

dengan hadirat-Nya.

Biara tidak pernah hanya berperan sebagai museum penyimpan harta benda seni dan budaya kuno. Biara bertanggungjawab atas dunia, dan para penghuninya turut

bertanggungjawab atas suka dan duka manusia sekitarnya. Menurut Merton kesunyian yang benar amat sadar akan kebutuhan dunia. Mereka yang mau ikut serta dalam kecemasan dan

32

Ibid.

33

David W. Givey, The Social Thought of Thomas Merton: The Way of Nonviolence and Peace for the Future, Saint Mary's Press, 2009, hlm. 120.

(14)

13

harapan dunia yang tergoncang oleh banyak krisis, harus pula memahaminya, dan

berkontak dengan saudara-saudaranya yang menderita dan berjuang di luar tembok-tembok biara, sekurang-kurangnya ada kontak rohani. Rahib harus memperhatikan saudara yang berjuang, pada waktu ia berdiri di depan tahta Allah. Walaupun Merton dalam cara

hidupnya mengundurkan diri dari dunia untuk masuk ke dalam kesunyian, ia tetap berminat untuk memerhatikan konflik sosial politik pada zamannya dan masalah-masalah rawan yang dihadapi masyarakat Amerika.

Gejala aneh muncul dalam diri Merton. Semakin ia maju dalam hidup sebagai pertapa di jalan sunyi, semakin luaslah minat dan semakin banyak pula daerah perhatiannya. Abas James sudah mengizinkan Merton untuk tinggal sekali-kali tingggal di suatu gubuk yang

jaraknya sepuluh menit perjalanan dari Getsemani. Gubuk itu dibangun untuk para tamu yang akan ikut dalam pembicaraan ekumenis. Ia juga sering tinggal di pertapaan kecil yang

telah dibuat sendiri dari kayu, di bawah pohon-pohon di atas bukit Kentucky. Akhirnya ia datang di Padang gurun yang sudah lama dicarinya.

5. Pergulatan Keterlibatan Sosial Thomas Merton

Keterlibatan sosial Thomas Merton menjadi tampak dalam terutama dalam dialog-dialog/diskusi-diskusi/seminar-seminar dan karya-karya tulis yang dihasilkannya.

Dialog Ekumenis di Getsemani

Di tengah hutan rimba di atas bukit Kentucky ia bertemu dengan seluruh dunia. Bagaikan orang lapar ia mempelajari tumpukan bacaan dari segala lingkungan ilmu : politik, psikologi, filsafat, ekologi, Budhisme, agama Yahudi dan Protestan. Ia membaca buku-buku

dari kalangan pengarang sastra sampai Gandhi, dari penyair Amerika Latin, dari penulis Novel Albert Camus, Andre Malraux, dan Orwel. Banyak tamu yang datang kepadanya untuk berdialog. Kelompok-kelompok yang datang ke biaranya anatra lain : pada tahun 1955 Dr.

Bard Thomson, Professor sejarah Gereja pada Vanderbilt University. Dr. William O. Paulsell juga pernah mengunjungi Merton di biaranya untuk berdilaog tentang hidup monastik dan

berbagai persoalan sosial. Tahun 1960 Dale Moddy dan E. Gmenn Hinson dari Seminari Baptis mengunjungi Thomas Merton di pertapaannya.35

Ia mengadakan kontak surat-menyurat dengan Guru Besar dari Yerusalem dan dengan

tokoh-tokoh zen dari Jepang, Hindu dan Kristen Protestan, dengan para pembela HAM dan mereka yang anti perang. Dua diantara sahabat-sahabatnya itu adalah Ernesto Kardinal (seorang rahib Trapisst dan mistikus politik di Nicaragua) dan Daniel Berrigan (Seorang

Yesuit Amerika yang pernah dipenjarakan karena memprotes Perang Vietnam dan membakar surat-surat perintah masuk penjara.) 36

35

William H. Shannon, Silent Lamp (The Thomas Merton Story), New York : Crossroad, 1992, hlm. 161-162.

36

(15)

14 Perjuangan Anti Kekerasan

Pertapa Merton mulai menanggapi hampir semua masalah yang menggerakkan bangsa Amerika. Ia mengarang tentang Bob Dylan dan dunia teater, tentang Adolf Enchmann (seorang pemimpin kamp konsentrasi Jerman pada masa perang dunia II), Gandhi dan

pemilihan Presiden Amerika Serikat, revolusi tanpa kekerasan dan pertentangan sipil, persenjataaan nuklir, pembaharuan Gereja, mistik zaman pertengahan dan Budhisme Zen,

te ta g sastrawa da si ga hita ku pula Negro di A erika “erikat ya g agak

fanatik). Dalam doa dan renungan ia berada di hadapan Tuhan dan sekaligus prihatin dengan dunia, meskipun pada saat itu kondisi kesehatan Merton sudah mulai mundur.

Ia merasa agak malu karena pada tahun-tahun pertama kehidupan membiara dia

merasa bahwa tugas pertama orang kristen adalah e jadi su i. Kini ia insyaf bahwa sebagai anggota umat manusia ia tidak boleh hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri. Ia

sadar cepat atau lambat dunia akan terbakar, dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, baik biara maupun rumah tuna susila. Semuanya akan musnah, tidak ada yang lestari. Pada suat saat orang akan mengetahui bom atom yang dapat menghancurkan seluruh alam

semesta, dan ia tak akan mengatasi godaan untuk untuk melemparkan bom itu dan menyelesaikan segala-galanya. Namun aku hanya duduk disini mengisi buku harian,

pa taskah itu?

“u gguh gila a usia duduk di atas ta u g uklir, da au

menyelesaiakn konflik antar bangsa dengan kekerasan senjata. Hal ini tidak jauh berbeda dengan situasi bangsa manusia pada zaman kapak dan panah. Apakah manusia itu Gorilla yang bersenjata bom atom di tangan? kalau gorilla bersenjata itu tidak segera belajar menyelesaikan masalah-masalah dengan cara lain dari zaman batu, niscaya mereka akan segera hilang musnah dari muka bumi seperti hewan-hewa za a pur a itu. 37

Thomas Merton mempunyai alasan kuat menolak ide perang perang yang adil dan

perang dingin dari negara-negara adikuasa yang saling mengancam dengan penghancuran total. Ia menolak pula peperangan Amerika Serikat di Vietnam. Peperangan itu bukanlah perjuangan antara Allah dan iblis melainkan big bussines. Pendapat Merton ini sangat menyinggung kaum cinta tanah air, yang bersemangat melanjutkan Perang Vietnam itu. Bahkan seorang dari mereka pernah mencoba membunuh Merton di Getsemani.

Pelemparan bom atom atas kota Hiroshima pada tahun 1945, menurut Merton , bukan

hanya bermaksud mengakhiri perang melainkan atas dorongan para pengusaha besar Amerika Serikat mengesampingkan para kapitalis Jepang yang memiliki industri pupuk buatan, industria minyak motor, pabrik-pabrik kimia dan aluminium sumitomo, beserta

ratusan ribu penduduk sipil. Merton berkeberatan termasuk terhadap pendapat banyak

(16)

15

orang, termasuk banyak orang Kristen, bahwa senjataan nuklir adalah baik, seolah-olah

perang atom satu-satunya kemungkinan yang realistis. Pendewaan harta benda dan kesejahteraan materialistis merupakan ancaman terhadap kelestarian umat manusia. Bukankah orang-orang pandai yang dengan saksama mempersiapkan penghancuran bumi

secara sistematis, seperti para Nazi yang membunuh beratus-ratus ribu orang Yahudi di kamar-kamar gas di Autschwitz? Dalam banyak makalah Merton menganjurkan diadaknnya sikap yang baru terhadap kehidupan, ia mempropagandakan metode-metode perjuangan

tanpa kekerasan, dan bersama dengan Daniel Berrigan mengadakan kursus perjuangan rohani.38

Perjuangan Persamaan Ras

Kejahatan sosial yang dilakukan oleh bangsa Amerika ialah penindasan ras baik

terhadap orang Indian yang adlah penduduk asli Amerika maupun terhadap kaun Negro. Merton menulis beberapa artikel bagi perjuangan kaum penduduk asli Amerika dalam memeroleh hak-hak kebebasan dari orang-orang kulit putih. Tulisan-tulisan itu kemudian

dibukukan dengan judul Ishi Means Man. Buku tersebut merupan refleksi terhadap situasi yang dialami oleh penduduk asli Amerika. Merton tidak setuju dengan tindakan para penguasa yang merampas tanah-tanah para penduduk asli dengan ganti rugi yang kecil dan

bahkan tanpa ganti rugi dengan alasan demi pembangunan negara. Kemudian mereka dipaksa untuk menyingkir ke wilayah Barat AS, seperti wialyah pinggiran Sungai Mississipi.

“e ua ya itu dialkuka oleh pe guasa de ga se oya : The only good Indian is a dead india

Thomas Merton juga tidak tinggal diam dalam menentang rasialisme terhadap kaum

kulit hitam di Amerika Serikat, yang diikuti juga oleh sejumlah umat Katolik. Ia marah ketika mendengan bahwa di Lousiana beberapa umat Katolik mengeroyok pastoranya, karena pastor tersebut merayakan penerimaan komuni pertama dengan anak-anak kulit putih dan

hitam di satu bangku komuni.

Undang-undang persamaan hak sesama warga negara tetap hanya merupakan

huruf-huruf yang mati, selama kaum kulit putih tidak mau mengubah cara berpikirnya secara radikal. Mereka tetap berprasangka dan mempertahankan kekuasaan dan kedudukan mereka sendiri dalam masyarakat. Merton merasa jengkel bahwa demonstrasi kaum kulit

hitam baruslah dianggap serius apabila mengancam urusan dagang dan keuangan. Apabila keuntungan material merosot, maka barulah nasib rakyat dipikirkan. Dengan berbagai pernyataan dan ikut serta dalam mogok makan demi perdamaian, Merton memancing sikap

curiga terhadap klerus yang berpolitik. Akan tetapi semuanya itu terjadi karena ia mau setia kepada Kristus:

Bagi Merton hidup manusia adalah sebauh pencarain terhadap identitas personal

yang otentik. Jangan sampai identitas personal seseorang ditentukan oleh struktur

(17)

16

kekuasaan dan politik. Inilah yang dialani oleh orang Indian dan juga oleh orang Negro.

Hidup mereka seperti dalam pesta Hallowen, dimana mereka mengenakan identitas yang ditentukan, bukan identitas yang orisinal. Dalam tatanan hukum sosial mereka sudah ditentukan dan ditetapkan sebagai penduduk yang tidak memiliki hak-hak kebebasan.

Mereka diasingkan dari identitas diri mereka sendiri dan sebuah identias asing dilekatkan pada mereka.

Pe yeraha akhir dari seora g I dia adalah eyaki ka diri ya

seutuhnya sebagai bagian dari tempat penampungan atau Kampung pembuangan orang Indian, dan bertahan disana tanpa identitas, dengan kemungkinan tetapi pada umumnya hanyalah merupakan mimpi yang tidak nyata bahwa mereka akan menemukan tempat dalah masyarakat Kaum kulit Putih. Dengan cara yang sama penakluakan paling akir terhadap Kaum Negro adalah keyakinan bahwa mereka adalah bagian dari Harlem (kampung pembuangan orang Negro), kadang-kadang dengan mimpi bahwa mereka dapat membuat itu menjadi Park Avenue.39

6. Komitmen Keterlibatan Sosial Thomas Merton

Komitmen keterlibatan sosial Thomas Merton berakar kuat dan mengalir dari penghayatan iman kristianinya. Perjuangan keadilan sosial bagi manusia tidak terikat pada

agama apapun. Setiap orang dipanggil untuk menegakkan martabat manusia. Hal ini harus menjadi komitmen setiap manusia seumur hidupnya.

Aku masuk biara dengan tujuan untuk menemukan tempatku di dunia. Kalau tempat di dunia tidak kutemukan, aku hanya membuang waktu di biara. Peperangan itu jahat, tetapi manusia yang dipaksa berperang adalah baik. Aku tidak bisa berbuat sesuatu bagi keselamatanku atau untuk kemuliaan Allah dengan menjauhi keadaan kacau balau umat manusia, dan

ha y a e gara g se uah uku te al ya g e yataka : Lihatlah! Aku lain

daripada kau. ora g ya g er uat itu erlaku seperti malaikat atau seperti patung, ia seolah-olah mati tidak temasuk golongan umat manusia.

Biara mengajarkan aku bagaimana aku harus hidup. Aku harus membagikan kehidupanku itu bersama dengan orang-orang di luar biara. Tugasku yang terpenting ialah hidup sebagai anggota masyarakat insani yang mengasihi semua orang, dan mengasihi Tuhan dengan segenap tenaga, hati dan jiwaku.40

39

Ibid. 40

(18)

17

Visi dan komitmennya terhadap dunia tampil dalam semboyan the way of nonviolence. Komitmen ini sebenarnya merupakan terjemahan dari spiritualitas kontemplasi yang berdimensi sosial. Seorang yang mengalami kontemplasi adalah seorang yang akan berjuang bagi keadilan martabat sesamanya. Suatu keterlibatan sosial yang berangkat dari dimensi

kerohanian dan akhirnya bermuara pada Tuhan sendiri. Manusia sejati yang mengalami kontemplasi dalam hidupnya akan mencintai kedamaian dan akan berjuang untuk kedamaian itu, bukan untuk dirinya sendiri tetapi karena Cinta kasih Allah.

Dalam artikelnya yang paling pertama tentang mengenai perang dan damai yang dibuplikasikan di The Catholic Worker pada Oktober 1961, Merton menawarkan sebuah program singkat dimana orang-orang kristiani seluruh dunia harus mengambil tindakan

nyata. Dia menjelaskan keyakinannya bahwa Gereja harus menunjukkan jalan menuju penyelesaian persoalan-persoalan tanpa kekerasan dan menuju penghapusan secara

bertahap terhadap perang.

Dalam memahami The Way of Nonviolence Thomas Merton membandingkannya dengan jalan lain dimana orang sepakat terhadap kekerasan dan penderitaan yang diakibatkannya.

Ada dua dua prinsip utama yakni Passivity (kepasifan) and Counterviolence (pembalasan terhadap kekerasan).

a) Pasivitas adalah jalan kepada kekerasan dimana orang-orang menutup mata

terhadap apa yang terjadi dan tidak berusaha untuk ikut campur/terlibat. Pasivitas memungkinkan kediktatoran berkembang. Ada beberapa alasan mengapa orang

mengamil disposisi pasivitas. Mereka mungkin tidak diepngaruhi oleh kekerasan itu atau tindakan kekerasan tersebut tidak berpengaruh terhadap kehidupannya sehingga mereka mengambil jalan untuk tidak peduli sama sekali. Mereka sadar

bahwa jika mereka berjuang untuk menolak kekerasan itu hidup mereka akan berubah bahkan berbahaya. Alasan lain orang memilih Pasivitas adalah karena ketakutan. Mereka tahu bahwa jika mereka berbicara tentang kebenaran mereka

akan menderita. Mereka akan kehilangan pekerjaan, keluarga dan bahkan segalanya. Thomas Merton menegaskan bahwa jika kita tetap tinggal dalam pasivitas dalam

menghadapi kekerasan, sikap kita itu merupakan suatu bentuk kolusi dengan mereka yang melakukan kekerasan dan menginginkan itu berlanjut. Ia menegaskan bahwa kita harus melawan sikap pasivitas dalam seluruh hidup kita.

b) Counterviolence (pembalasan terhadap tindak kekerasan). Orang-orang yang sadar akan ketidakadilandan perlu melakukan sesuatu seringkali terpengaruh untuk melakukan tindakan pembalasan atas kekerasan karena mereka tahu bahwa tidak

ada jalan lain yang bertanggungjawab untuk menaggapinya. Sikap ini mengungkapkan hasrat untuk untuk bertanggungjawab terhadap berbagai bentuk intoleransi. Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa tahun-tahun suram dalam

(19)

18

menaburkan benih-benih kekerasan. Jika kekerasan dibalas dengan kekerasan maka

tidak akan ada akhir malah menimbulkan kekerasan yang semakin mendalam. Thomas Merton mengaskan bahwa The way of nonviolence menolak pasifitas dan juga counterviolence. Nonviolence adalah sesuatu yang aktif/bertindak aktif sama seperti

kekerasan dalam melawan iblis. Jalan yang ditempuh adalah jalan yang lebih kreatif dan efektif. Violence menggunakan cara-cara fisik untuk mencapai kemenangan melawan musuh dengan tujuan untuk menghancurkan musuh. Sedangkan nonviolence menggunakan

pendekatan moral dan energi spiritual untuk memenangkan kekuasaan lawan, sehingga dia tidak lagi menjadi musuh. Ini berarti bahwa orang nonviolence tidak pernah ingin menghina lawan/musuh, tetapi lebih pada intensi untuk membangun saling pengertian dan

persahabatan yang akan bermanfaat untuk keduanya.

Nonviolence mengalir dari kesatuan intim pada orang-orang yang tanpa kekerasan yang

menaruh penghormatan terhadap martabat manusia yang melekat pada orang yang melakukan tindak kekerasan. Karena alasan ini maka dibutuhkan suatu dasar-dasar spiritualitas yang mendalam. Sikap ini selalu berjuang untuk menjujung tinggi hidup

manusia. Ini berarti bahwa sikap ini diarahkan secara langsung untuk melawan existensi kejahatan/iblis daripada melawan orang-orang yang melakukan kejahatan itu sendiri.

The Way of Nonviolence bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Orang harus

senantiasa memurnikan hati dan pikirannya, serta siap untuk berkorban dan menderita. Dan Akhirnya yang harus menjadi prioritas tertinggi adalah kesaksian akan kebenaran bukan

orientasi pada pencapaian hasil. Ini berarti bahwa motivasi utama adalah komitmen terhadap kebenaran dan keyakinan tanpa akhir bahkan mungkin tidak seorangpun melihatnya bahwa kebenaran akan menang.

Jangan pernah bergantung pada harapan akan hasil. Ketika engkau sedang melakukan berbagai aktivitas, engkau mungkin menghadapi kenyataan bahwa karyamu rupanya tidak berharga dan bahkan tidak memeroleh hasil yang memuaskan. Jika engkau mengalami hal ini, lebih berkonsentrasilah bukan pada hasil tetapi pada nilai-nilai, keadilan dan kebenaran dari karya tersebut. Maka di sana akan akan ada sebuah tindakan agung yang sedang bekerja, ketika engkau secara bertahap dan perlahan-lahan berjuang dan berkorban untuk itu semua. Pada akhirnya adalah kenyataan bahwa relasi personal yang menyelamatkan segala sesuatu.41

Komitmen Thomas Merton yang mendalam ini diteruskan oleh Merton dalam pengajaran dan tulisan-tulisannya. Bahkan setelah dia meninggal komitmen ini diteruskan

oleh komunitas International Thomas Merton Society (ITMS). Komunitas ITMS terbentuk

(20)

19

pada tahun 1987 untuk mepromosikan hidup dan tulisan-tulisan Thomas Merton, dan juga

memberikan penghargaan terhadap penelitian-penelitan serta beasiswa terhadap kaum muda. Di samping itu juga mengadakan kegiatan retret tentang Thomas Merton. Organisasi ini telah hadir dan terbentuk di 34 negara di dunia.42

7. Releva si pe ikira Tho as Merto The Way of No viole ce dala ko teks

Indonesia terutama fenomena kekerasan atas nama agama

Keprihanan tentang kekerasan atas nama agama sangat aktual didiskusikan dewasa ini. Dr. Piet Go, O.Carm43 mengatakan bahwa selama beberapa tahun, media massa dalam

dan luar negeri memuat berita tentang rentetan kerusuhan yang terjadi di sejumlah daerah tanah air. Banyak upaya telah dilakukan oleh para ahli. Mereka berusaha meninjau dari

berbagai sudut seperti sosioreligius, psikososial, sosiokultural, sosioetnis, sosialekonomis, sosial politis atau kombinasi aneka faktor. Dari sekian banyak analisis beliau memberikan satu kesimpulan bahwa kekerasan bukanlah ajaran agama.44 Lebih lanjut ia menyimpulkan

bahwa ternyata agama seringkali kurang mampu mengendalikan kecenderungan-kecenderungan manusia.

1. Materialisme praktis. Ini bukan merupakan sebuah pandangan hidup yang menolak

adanya roh dan jiwa, termasuk ateisme, tetapi mentalitas yang mendahulukan keuntungan keduniawian dan yang mendorong manusia hidup seolah-olah yang ada

itu hanya materi dalam dunia fana ini tanpa mempedulikan dunia baka. Beberapa ungkapan materialisme praktis ini dalam kehidupan adalah nafsu berlebihan (kerakusan) akan materi, kenikmatan dan kekuasaan.

2. Pragmatism. Ini merujuk pada mentalitas yang tidak berprinsip, bersedia menempuh segala cara (yang dengan atau tanpa rasionalisasi). Pragmatism berarti menyangkut mentalitas pragmatis tanpa digayang-bayangi prinsip atau norma yang harus

diindahkan dan bahkan juga tanpa mengindahkan hak asasi dan nasib orang lain. 3. Oportunisme. Ini merujuk pada kepandaian dan kejahatan orang yang tidak hanya

menemukan dan memanfaatkan melainkan juga mencari kesempatan untuk secara pragmatis mencapai tujuannya yang sarat materialisme.

4. Formalisme. Ini merujuk pada mentalitas munafik dalam memenuhi tugas, yakni

dengan mengamankan diri terhadap dugaan atau tuduhan penyalahgunaan. Tampaknya saja seseorang menjalankan tugasnya dengan baik, tetapi dalam kenyataan sebenarnya memanfaatkan kesempatan (bahkan menciptakannya) untuk

menguntungkan diri sendiri tanpa dapat digugat.45

42 Lih. http://www.thomasmertonsociety.org/itms.htm

43Bdk. Dr. Piet Go, O.Carm, “Teori dan Praksis Kaum Beragama,” dalam

Agama Anti Kekerasan: Membangun Iman Yang Merangkul, (ed), Dr. Armada Riyanto, CM, (Malang: STFT Widya Sasana, 2000), 35.

(21)

20

Drs. Syamsul Arifin, M.Si46 juga menaruh perhatian yang sama. Ia mengatakan bahwa

berbagai tindakan kekerasan dan kerusuhan massa yang terjadi secara beruntun di tanah air belakangan ini menuntut kita melakukan refleksi secara lebih mendalam. Ironis bahwa agama sendiri terlibat atau dilibatkan di dalamnya. Belakangan ini meskipun secara

kuantitatif kehidupan agama memperlihatkan perkembangan yang mengesankan-gaya kehidupan masyarakat tidak mengalami perkembangan secara substansial, alih-alih terjadi pendangkalan cukup serius.. masyarakat secara umum, belum beranjak jauh dari gaya hidup

keagamaan yang otoritatif (religion of authority) yang terpusat seputar tokoh, peristiwa, kejadian, tempat, waktu, serta bentuk—bentuk khusus yang dianggap menampilkan Tuhan atau sabda-sabda-Nya yang menyelamatkan dunia. Gaya hidup keagamaan seperti ini

nampaknya lebih memberikan penekanan pada simbol atau agama sebagai kata benda.47 Selain itu ia juga mengakui bahwa fenomena kekerasan dalam beragama tidak selalu

mudah disimpulkan. Salah contoh, kekerasan dalam agama Islam. Banyak hal terkait di balik peristiwa tersebut. Syamsul Arifin mencoba memahami hal ini dengan baik. Beliau mengatakan bahwa runtuhnya masa Orde Baru pada tahun 1998 telah memberikan

pengaruh positif terhadap perkembangan kehidupan beragama di Indonesia terutama Islam. Kelompok-kelompok agama semakin menemukan kebebasan. Mereka leluasa memperkenalkan identitas bagi masyarakat umum. Selain itu, lahir juga berbagai partai

politik yang memiliki latar belakang agama Islam seperti PPP. Tentu, dalam Islam terdapat dua aliran besar, tradisionalisme dan modernisme. Dalam garis Islam Tradisional terdapat

partai politik besar yang didirikan oleh sejumlah Kyai berpengaruh di NU sperti PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Dalam garis Islam modern berdiri PAN (Partai Amanat Nasional) dan partai lain yang memiliki pengaruh politik cukup kuat seperti PBB (Partai Bulan Bintang) dan

PK (Partai Keadilan). Partai kemudian berubah menjadi PKS (Partai Keadilan Sosial). Terkait fenomena kekerasan terutama dalam tubuh agama Islam, beliau mengatakan bahwa

geraka fu da e talis e atau radikalis e seperti ya e iliki Watak kea adia .

Gerakan radikalisme bisa dipastikan akan muncul sewaktu-waktu dalam sistem keagamaan, sosial, budaya, politik yang dipandang tidak menguntungkan Islam dan kaum muslim.

Kea adia geraka fu da e talis e atau radikalis e e arik diteliti se ara e dala

terutama aspek ideologi, jaringan dan gerakan sosialnya.48

D. Sermada Kelen, SVD. M.A49 mengatakan bahwa fundamentalisme dalam agama

sama sekali tidak terlepas dari sejarah peradaban barat. Meskipun istilah itu muncul pertamakali di USA, semangat yang menjiwai gerakan ekstrim itu sudah berkobar lama di eropa barat sebelum abad 19 dan 20. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa proses

46Bdk. Drs. Syamsul Arifin, M.Si, “Wacana dan Praksis Keberagamaan yang Bebas Konflik,” (ed), Dr. Armada

Riyanto, CM, (Malang: STFT Widya Sasana, 2000), 46.

47 Ibid, 48.

48 Bdk. Syamsul Arifin, Agama Sebagai Instrumen Gerakan Sosial: Tawaran Teoretik Kajian Fundamentalisme

Agama, dalam Studia: Philosophica et Theologica , 8:1 (Maret 2008), Malang: STFT Widya Sasana, 40.

49 Bdk. D. Sermada Kelen, SVD. M.A, “Fundamentalisme Dalam Agama,” (ed), Dr. Armada Riyanto, CM,

(22)

21

modernisasi membawa perubahan dan pembaruan radikal di seluruh bidang kehidupan

manusia baik pada bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan agama maupun pada cara hidup, intuisi dan orientasi hidup manusia.50

Solusi:

Menata mentalitas

Menanggapi kenyataan tersebut, Dr. Piet Go, O.Carm mengatakan bahwa kita harus tetap mengusahakan perdamaian, sebab tiada alternatif. Bila keadaan buruk ini terus berlangsung

kita menjurus ke jurang kehancuran bangsa. Memang ini adalah tugas berat. Oleh karena itu, perlu terus-menerus melakukan reformasi. Beliau memberikan beberapa hal. Pertama,

system yang baik. Aneka penyelewengan tidak lepas dari system yang dapat dimanfaatkan dengan aman terhadap sangsi-sangsi. Mentalitas pelaku, ini berkaitan dengan usaha untuk membentuk manusia-manusia bermental baik atau relatif baik.51

Perlunya hermeneutis

Drs. Syamsul Arifin, M.Si mengatakan bahwa kecuali secara individual keberagaman yang

berhenti pada tataran simbolik tidak memberikan efek psikologis apa-apa alias absurd. Secara psikologis, keberagaman yang demikian akan melahirkan implikasi-implikasi sosial

yang bersifat destruktif. Tentu juga perlu dibarengi dengan hermeneutis pada ajaran agama.52

Bergumul dalam doa

Keprihatinan terhadap keadilan di dunia adalah bagian integral hidup kita. Kita semua dipanggil untuk berjauang meminimalisir ketidakadilan di dunia. Berthold A. Pareira,

O.Carm53 dengan bertolak dari pendasaran biblis terutama perjanjian lama mengatakan bahwa perjuangan untuk menegakkan keadilan dan perdamaian serta hak-hak asasi manusia di dunia sudah menjadi gerakan dunia. Terlalu banyak ketidakadilan di zaman kita

ini, mulai dari ketidakadilan yang begitu mengerikan, yang dilakukan oleh negara-negara berkembang sampai yang dilakukan oleh orang-orang kecil di tanah air kita sendiri dalam

hampir dalam segala bidang kehidupan. Terlalu banyak pelanggaran hak-hak asasi manusia, hal anak, perempuan, pekerja dan buruh kecil dan masih banyak lagi. Menyikapi tantanngan ini beliau mengatakan bahwa kitab mazmur khususnya memberi banyak kesaksian bahwa

orang-orang kecil dalam perjanjian lama menjerit kepada Tuhan dan memohon agar dibebaskan dari penderitaan mereka. penderitaan tu bersifat perseorangan, bisa pula bersifat jemaah. Ia mengutip ayat kitab Mazmur 13:2-3 Berapa la a lagi aku harus

menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi

50 Ibid.

51 Bdk. Dr. Piet Go, O.Carm, 42. 52

Ibid., 48

53 Bdk. Berthold A. Pareira, O.Carm, “Keprihatinan Kitab Suci Terhadap Keadilan,” dalam Keadilan,

(23)

22

musuhku meninggikan diri atasku? Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku!

Buatlah ataku er ahaya, supaya ja ga aku tertidur da ati. Me urut eliau, keluha

hebat ini pasti keluar dari suatu pengalaman pahit. Pemazmur merasa dilupakan Tuhan yang menyembunyikan wajah-Nya terhadap dia. Tuhan tidak memperhatikan penderitaannya

meskipun sudah lama dia hidup dalam penderitaan. Pemazmur tetap bertahan karena percaya pada kasih setia Tuhan. Dia tetap melambungkan doa-doa kepada Tuhan. Menurut beliau, kesaksian-kesaksian itu menunjukkan bahwa doa harus merupakan bagian dari

perjuangan untuk menegakkan keadilan dan perdamaian. Jeritan yang mereka sampaikan kepada Tuhan harus diteruskan di Indonesia pula dan menjadi semangat setiap orang yang mau berjaung untuk menegakkan keadilan dan perdamaian. Barangkali orang beranggapan

bahwa berdoa saja tidak megubah apa-apa. tetapi bukan demikian halnya. Ada beberapa hal penting terkait hal ini.

1. Orang yang belajar menjerit sungguh-sungguh bersama pemazmur akan mengubah hidupnya. Doa mengubah hidup manusia. Doa memberi semangat pertobatan. Makin kerap kita berdoa bagi dan bersama kaum tertindas maki siap siaga hati kita

untuk memerhatikan setiap beban penderitaan di sekitar kita. Hati kita menjadi lebih terbuka dan peka.

2. Berdoa dengan menjerit seperti pemazmur adalah suatu pengakuan akan

keterbatasan dan kekecilan kita. Kita tidak dapat mengubah dunia dan lingkungan kita tanpa Tuhan. Kita adalah manusia-manusia terbatas dalam perjuangan untuk

menegakkan keadilan dan perdamaian.

3. Menjerit bersama pemazmur mendidik kita untuk memikul beban orang dalam doa kita.

4. Orang yang kerap menyuarakan jeritan penderitaan orang lain dalam doanya tidak akan jatuh dalam keputusasaan dan kepasrahan tanpa iman. Dia hidup dalam pengharapan seperti para pemazmur. Dia akan bersabar dalam tantangan.54

Lankah konkret sebagai buah pergumulan keadilan sosial

Beberapa langkah konkret dalam konteks kehidupan mahasiswa yang dapat

diusahakan ialah :

 Membangun dan mengembangkan keterlibatan dalam kelompok JPIC baik dalam lingkup rumah rumah studi maupun STFT. Dalam kelompok tersebut salah satu hal yang

dikembangkan adalah kepekaan terhadap realitas sosial misalnya mengunjungi orang miskin, orang yang dipenjara dan diskusi-diskusi sosial. Hal ini melatih kepekaan pribadi untuk mau terlibat dan peduli terhadap kehidupan orang lain tanpa terbelenggu oleh

batas-batas agama dan ras.

 Wujud konkret lain yang dapat dilakukan sebagai mahasiswa adalah aktif dalam pewartaan sosial baik melalui media internet maupun media tulisan. Para mahasiswa

(24)

23

dalam mengkampanyekan pemikiran nonviolence melalui tulisan-tulisan di blog,

website, facebook, twitter dan berbagai media internet. Dalam lingkup STFT para mahasiswa dapat menggunakan media forum untuk mewartan pemikiran-pemikiran anti kekerasan khususnya kekerasan agama.

 Program lain yang juga dapat diusahakan ialah terlibat secara aktif dalam lingkungan masyarakat sekitar misalnya aktif dalam kerja bakti RT/RW, terlibat dalam kegiatan 17 Agustus, dan kunjungan atau menyapa dengan ramah para warga sekitar tanpa

(25)

24 Daftar Pustaka

Buku

Del Prete, Thomas. Thomas Merton and the education of the whole person. Alabama: Religious Education Press, 1990.

Feldmann,Christian. Pejuang Keadilan dan Perdamaian. Yogyakarta: Kanisius, 1990.

H. Shannon, William. Passion for Peace: The Social Essays. Crossroad Publishing Company, 1997.

_________________. Silent Lamp (The Thomas Merton Story). New York : Crossroad, 1992.

Inchausti, Robert. Thomas Merton's American Prophecy. SUNY Press, 1998.

Thomas Baker, James. Thomas Merton: Social Critic. Kentucky: University Press of Kentucky, 2009

W. Givey, David. The Social Thought of Thomas Merton: The Way of Nonviolence and Peace for the Future. Saint Mary's Press, 2009.

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II#Poros_runtuh.2C_Sekutu_menang_.281945.2 9 diakses pada 7 April 2015.

http://www.merton.org/chrono.aspx diakses pada tanggal 2 April 2015.

http://www.thomasmertonsociety.org/itms.htm

Referensi

Dokumen terkait

Jual beli ‚Mahar‛ benda pusaka merupakan sesuatu yang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual, bisa berupa uang, amalan-amalan khusus, atau sesuai kehendak si penjual

Sebaran contoh menurut kategori z-score anak dan pengetahuan, sikap serta praktik gizi ibu/pengasuh dapat dilihat pada Tabel 25 Sebesar 38.9% ibu/pengasuh dengan pengetahuan gizi

Dalam buku ini, Forrester memberikan definisi mengenai dinamika industri yaitu “Dinamika industri adalah penelitian mengenai karakter informasi umpan balik pada sistem industri

Halaman Game Indoor 3 Prototipe Jika user memilih game 4, user akan masuk pada tampilan game seperti lapangan permainan bowling dimana user mengikuti pergerakan

Contoh Blanko Laporan Perincian Pekerjaan Harian (LPPH) Perawatan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. PT RUMPUN SARI ANTAN - 1

Oleh karena itu upaya rehabilitasi hutan yang umumnya berada pada kondisi lapangan yang berat, penggunaan alat Semanggi-I dengan menggunakan sistem kabel layang

Bentuk & Kriteria Indikator Penilaian Bobot (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) gambaran umum rencana usaha, Metode pelaksanaan, Biaya dan

Harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yangditetapkan oleh Menteri dalam melakukan pekerjaan kefarmasian dalam produksi sediaan farmasi, termasuk di