• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM PERNIKAHAN VIA GADGET docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM PERNIKAHAN VIA GADGET docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM PERNIKAHAN VIA GADGET

MakalahinidibuatuntukmemenuhitugasmatakuliahFiqhKontemporer

DosenPengampu :Imam Mustofa, M.S.I.

Oleh:

MUDRIKAH RAHIM

NPM. 1502030072

Program Studi: Ahwalu Sakhsiyyah (AS)

Jurusan: Syari’ah dan Ekonomi Islam

SEKOLAH TINGGIAGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) JURAI SIWO METRO

1438H/2016

(2)

A. PENDAHULUAN

Pernikahan adalah sebuah akad peradaban yang di dalamnya tidak ada formalisasi. Sedang akad sendiri merupakan pengikat sub-sub perilaku, yaitu ijab dan qabul secara syar'i. yang dimaksud akad disini ialah makna maşhdarnya, yaitu al-irtibāth (keterikatan). Berdasarkan konsepsi perkawinan menurut pasal 1 ayat (1) undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (UUP), bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dapat terlihat dari Al-Qur’an, Al-Hadits dan ijtihad para ulama. 1

Melihat permasalahan yang agak berat untuk dapat melangsungkan perkawinan bagi seorang didalam surat An-Nur ayat (32) di jelaskan Dasar (dalil) yang tegas untuk pelaksanaan perkawinan, surat An-Nur ayat 32 tersebut berbunyi:

                   

(3)

klasik atau bahkan di dalam Alquran, karena yang pernah saya tahu tentang permasalahan ini ada yang membolehkan nikah via gadget ini boleh apabila memenuhi syarat dan ketentuan sebagaimana mestinya. Karena selama ini tidak ada hukum yang mengatur dan mengatakan bahwa nikah online itu haram, maka selamanya nikah online itu dianggap sah, sampai ada dalil yang mengharamkannya.

Tetapi sebagaimana dikutip dalam buku karangan MA. Chaeruddin, para fuqaha berpendapat ada empat syarat mengenai ijab dan qabul.pertama ijab dan qabul harus diucapakan suatu majlis, kedua, adanya keselarasan antara ijab dan qabul, ketiga wali tetap dengan ucapan ijabnya, keempat ijab dan qabul selesai pada saat itu juga.2

Didalam salah satu karyanya, Kh. M.A. sahal Mahfudh mengatakan tentang permasalahan yang menjadi obyek penelitian penyusun tentang akad nikah via neet meeting teleconference ini,beliau menggaris bawahi tentang sah atau tidaknya neet meeting teleconference sarana ini bisa menjadi factor yang memudahkan para pihak yang terkait untuk melakukan prosesi akad nikah. Dan tanggapan beliau adalah bahwa nikah melalui social media tidaklah sah karena tidak satu majelis dan sulit untuk di buktikan.3

B. KONSEP DASAR PERNIKAHAN

1. Definisi Pernikahan

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt., sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya. 2 Chaeruddin sebagaimana dikutip Fatah Zukhrufi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Nikah Via Net Meeting Teleconference: “studi atas pemikiran hukum islam K.H. M.A.Sahal Mahfudh”, Skripsi pada Program Studi Al-Ahwal Asy-Syakhiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012, h. 5.

(4)

Masalah perkawinan adalah merupakan salah satu jalan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berasifat darurat, sepeti halnya apabila seseorang yang takut terjerumus ke dalam pelanggaran, jika ia tidak menikah. Menurut para fuqaha secara keseluruhan, keadaan seperti itu menjadikan seorang tersebut wajib menikah, demi menjaga kesucian dirinya yang jalannya adalah dengan cara menikah.

Nikah menurut bahasa: al-jam’u dan al-dhamu yang artinya kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan (wath’u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri. Definisi yang hamper sama dengan diatas juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim, bahwa fakta nikah berasal dari bahasa arab “nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi’il madhi) “nakaha”, sinonimnya “tazawwaja” kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan.4

Suatu akad pernikahan apabila telah memenuhi segala rukun dan syaratnya secara lengkap menurut yang telah ditentukan seperti menurut hukum Islam ataupun perundang-undangan, maka akad pernikahan yang demikian itu disebut akad pernikahan yang sah dan mempunyai implikasi hukum.

Selain itu ada sebuah kesepakatan bahwa pernikahan itu dipandang sebagai sebuah akad.Akad (kontrak) yang terkandung dalam isi UU No 1/1974 dan KHI sebenarnya merupakan pengertian yang dikehendaki oleh undang-undang. Sebuah pernikahan adalah sebuah akad atau perjanjia, sebagaimana dalam hadits sahih, yaitu;

(5)

هيييلع هييللا ىلييص ههييلللاا لل ُوييسل را َانالا لا َاقا هنع هللا يضر ددُوعلسس ما نه بس ههلللاا دهبسعا نس عا هلنلإهييفا , جسولزاييتايالسفا ةاءاَاييبالساا ملكلنسمه عاَاطا تاسس ا نه ما ! به َاباشل لاا راشا عسما َايا ملسو هلنلإهييفا ; مه ُوسصل لَابه ههيسلاعافا عسطه تاسس يا مس لا نس ماوا , جهرسفالسله نل صا حس أاوا , رهصا بالسله ضض غاأا ءءَاجاوه هللا

Artinya: “Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.

Tetapi pada zaman sekarang seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, banyak pula yang menggunakan perkembangan teknologi ini untuk melakukan akad pernikahan. Seperti melalui media telepon maupun internet. Pernikahan melalui internet telah dilakukan oleh segelintir orang yang kebanyakan dari mereka antara calon suami istri berkedudukan dalam jarak yang sangat jauh dan tidak memungkinkan untuk keduanya bertemu secara langsung.

2. Syarat dan Rukun Nikah

Keharusan adanya seorang wali dan saksi dalam pernikahan menjadi syarat dan rukun. Kedudukan wali dalam perkawinan sebagian ulama menyebutkannya sebagai rukun dan sebagian lagi menyebutkannya sebagai syarat.5 Wali dan saksi bertanggung jawab atas sahnya akad perkawinan, maka oleh karenanya tidak semua orang dapat diterima menjadi wali atau saksi, tetapi hendaklah orang-orang yang memiliki beberapa sifat yakni, islam, baligh, berakal,

5 Akhmad Shodikin, “Penyelesaian Wali Adhal dalam Pernikahan Menurut Hukum Islam dan Perundang-Undangan di Indonesia”, dalam Jurnal

(6)

merdeka, laki-laki, adil.6 Mengenai wali nikah, ia merupakan unsur yang penting bagi mempelai wanita yang akan bertindak untuk menikahkannya.

a. Syarat –syarat pernikahan:7 Syarat-syarat suami

1) Islam

2) Bukan mahram dari calon istri

3) Tidak terpaksa atas kemauan sendiri 4) Orangnya tertentu, jelas orangnya 5) Tidak sedang ihram.

Syarat-syarat istri 1) Islam

2) Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak sedang iddah

3) Merdeka, atas kemauan sendiri 4) Jelas orangnya dan

5) Tidak sedang berihram. Syarat-syarat wali

1) Islam 2) Laki-laki 3) Baligh

4) Waras akalnya 5) Tidak di paksa 6) Adil dan

7) Merdeka dan Tidak sedang ihram. Syarat-syarat saksi

1) Islam 2) Baligh

3) Waras akalnya

6 H. Suliman Rasjid, Fiqh Islam,(Jakarta: C.V Sinar Baru Bandung, 1987), h.357

(7)

4) Tidak di paksa 5) Adil

6) Dapat mendengar dan melihat 7) Bebas, tidak di paksa

8) Memahami bahasa yang di pergunakan untuk ijab qabul.

9) Merdeka dan Tidak sedang ihram. b. Rukun Pernikahan

rukun yaitu, sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah). Adapun rukun nikah adalah: 8

1) Mempelai laki-laki; 2) Mempelai perempuan; 3) Wali

4) Dua orang saksi; 5) Shigat ijab qabul.

C. DASAR HUKUM PERNIKAHAN

1) Hukum Pernikahan dalam Islam.

Di dalam Fiqh para ulama menjelaskan bahwa menikah mempunyai hukum sesuai dengan kondisi dan faktor pelakunya. Hukum tersebut adalah:

a. Jaiz (diperbolehkan), dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak menikah maka hukum melakukan pernikahan

bagi orang tersebut adalah wajib.

b. Sunat bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu menikah, tetapi masih dapat menahan dirinya dari perbuatan zina, maka sunnah baginya menikah. Nikah baginya lebih utama daripada bertekun diri beribadah. c. Wajib bagi orang yang sudah mampu menikah, nafsunya

telah mendesak dan takut terjerumus dalam perzinaan, maka ia wajib menikah. Karena menjauhkan diri dari

(8)

perbuatan haram adalah wajib Allah berfirman dalam QS An-Nur 33.

d. Makruh menikah bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu memberi belanja kepada istrinya. Walaupun tidak merugikan istri, karena ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat.

e. Haram bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya kepada istri serta nafsunyapun tidak mendesak, maka ia haram menikah.9 Dalam Al-qur’an dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodoh adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia, sebagaimana firman-Nya dalam surat az-zariyat ayat 49:

      

Artinya: “dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”

(QS. Az-Zariyat:49)

2) Hukum Pernikahan Menurut Undang-Undang Perkawinan Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 dikatakan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Prinsip Perkawinan Menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang Pokok Perkawinan Suatu perkawinan atau pernikahan dapat dikatakan “sah” apabila dilaksanakan menurut berbagai cara misalnya menurut hukum adat, menurut hukum agama, dan menurut peraturan

(9)

perundang-undangan yang berlaku, sehingga suatu perkawinan atau pernikahan tersebut diakui dan “sah”. 10

Asas-asas perkawinan dituangkan melalui undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan (selanjutnya disebut UUP) dan kompelasi hukum islam tahun 1991 (selanjutnya disebut KHI), selain itu, keabsahan perkawinan diatur dalam pasal 2 ayat 1 UUP. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu , ayat 2 mengungkapkan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku’’, dalam garis hukum kompelasi hukum isalm diungkapkan bahwa pencatatan perkawinan diatur dalam pasal 5 dan 6.11

D. TUJUAN DAN HIKMAH PERNIKAHAN

1) Tujuan Pernikahan.

Tujuan Pernikahan Salah satu ayat yang biasanya dikutip dan dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan tujuan pernikahan dalam Al-Quran adalah:

                 

Artinya: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

10 Mohammad R. Hasan, “Kajian Prinsip Perkawinan Menurut UU No 1 Tahun 1974 dalam Perspektif Hukum Islam’’, dalam Jurnal Lex Administratum

Volume 15, No.3, Tahun 2016, (120-235) h. 164.

11 Asbar Tantu, “ Arti Pentingnya Pernikahan” dalam Jurnal Al-Hikmah

(10)

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum: 21).12

Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa Islam menginginkan pasangan suami istri yang telah membina suatu rumah tangga melalui akad nikah tersebut bersifat langgeng. Terjalin keharmonisan di antara suami istri yang saling mengasihi dan menyayangi itu sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah tangganya. Rumah tangga seperti inilah yang diinginkan Islam, yakni rumah tangga sakinah.dan UU juga menganut prinsip untuk mempersulit perceraian. Untuk memungkinkan perceraian, harus ada alasan-alasan tertentu serta harus dilakukan didepan sidang pengadilan.13

2) Hikmah Pernikahan

Hikmah nikah Ulama fiqh mengemukakan beberapa hikmah perkawinan, yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Menyalurkan naluri seksual secara sah dan benar. Islam ingin menunjukkan bahwa yang membedakan manusia dengan hewan dalam menyalurkan naluri seksual adalah melalui perkawinan, sehingga segala akibat negatif yang ditimbulkan oleh penyaluran seksual secara tidak benar dapat dihindari sedini mungkin.

b. Cara paling baik untuk mendapatkan anak dan mengembangkan keturunan secara sah. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda: “Nikahilah wanita yang bisa memberikan keturunan yang banyak, karena saya akan bangga sebagai nabi yang memiliki umat yang banyak dibanding nabi-nabi lain di akhirat kelak” (HR. Ahmad bin Hanbal).

c. Menyalurkan naluri kebapakan atau keibuan. Seorang manusia tidak akan merasa sempurna bila tidak menyalurkan naluri tersebut.

12 QS. Ar-Rum: 21

(11)

d. Memupuk rasa tanggung jawab dalam rangka memelihara dan mendidik anak, sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi seseorang untuk membahagiakan orang-orang yang menjadi tanggung jawab.

e. Membagi rasa tanggung jawab antara suami dan istri yang selama ini dipikul masing-masing pihak.

f. Menyatukan keluarga masing-masing pihak, sehingga hubungan silaturrahmi semakin kuat dan terbentuk keluarga baru yang lebih banyak.

g. Memperpanjang usia. Hasil penelitian masalah-masalah kependudukan yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1958 menunjukkan bahwa pasangan suami istri mempunyai kemungkinan lebih panjang umurnya dari pada orang-orang yang tidak menikah selama hidupnya. Oleh karena itu, ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa untuk memulai suatu perkawinan ada beberapa langkah yang perlu dilalui dalam upaya mencapai cita-cita rumah tangga sakinah.14

E. HUKUM PERNIKAHAN VIA GADGET

a. Akad Nikah Via Gadget dalam Pandangan Islam

Nikah Via Gadget adalah suatu bentuk pernikahan yang transaksi ijab kabulnya dilakukan melalui keadaan konektivitas atau kegiatan yang terhubung dengan suatu jaringan atau sistem internet (via online),jadi antara mempelai lelaki dengan mempelai perempuan, wali dan saksi itu tidak saling bertemu dan berkumpul dalam satu tempat. Yang ada dan ditampilkan hanyalah bentuk visualisasi dari kedua belah pihak melalui bantuan alat elektronik seperti telekonference, webcame atau yang lainnya yang masih berkaitan dengan enternet.

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa syarat dilakukannya pernikahan menurut agama Islam, Apabila syarat dan rukun nikah diatas telah terpenuhi maka

(12)

pernikahan yang dilakukan tersebut dapat dinyatakan sah menurut agama Islam. Disinilah yang menjadi permasalahan dalam pernikahan yang dilakukan via gadget. Pada penggunaan fasilitas gadget, kita dapat melihat lawan bicara kita sama persis dengan aslinya serta perkataan yang diucapkan sama dengan apa yang diucaapkannya sesuai dengan waktu ketika ia berbicara. Hal ini tentu tidak akan mengurangi syarat sahnya suatu akad nikah seperti yang dijelaskan diatas, karena ijab dan kabul dapat dilakukan dengan jelas serta dilakukan pada satu waktu serta calon istri, wali dan para saksi bisa melihat kehadiran calon suami lewat internet.15 Seperti hadits yang bersumber dari:

Dari Aisyah, Rosulallah bersabda:

ل دع ى ده َاش و ىل ُوب ل ا ح َاكن ل Artinya: Tidak sah perkawinan keculi dengan wali dan dua

saksi yang adil. (H.R. Daruquthni).

د دس عا يس دا ههَاشا وا جدوسزاوا ىى لهوا :ةدعابارسأا رلُوضلحل حهَاكاننلا دهقسعا ةهحلصه ىفه طلراتاشسيل (عرف) Artinya: (Cabang) dan disyaratkan dalam keabsahan akad nikah hadirnya empat orang ; wali,calon pengantin dan dua orang saksi yang adil.

Jadi bisa di simpulkan, bahwa suatu pernikahan yang tidak di dasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah di syariatkan oleh agama, yakni harus memenuhi syarat-syarat perkawinan yang merupakan dasar bagi sahnya suatu perkawinan. Maka tidak sah, dan jika syarat sahnya terpenuhi, maka menjadikan perkawinan itu sah dan perkawinan itu dapat di katakana berlaku sesuai dengan aturan yang ada.

(13)

Bagi sebagian ulama ini, akad yang boleh dilakukan pada tempat dan waktu berlainan hanya pada masalah wasiat, hak asuh anak setelah yang bersangkutan meninggal dunia, dan apabila pada akad tersebut diwakilkan kepada wakilnya. Sehingga apabila kita mengikuti pendapat sebagian ulama ini, maka pernikahan melalui internet adalah tidak sah karena tidak dilakukan pada satu tempat dan kedua belah pihak tidak bertemu secara langsung. Pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa pernikahan seperti ini tidak sah, karena pada zaman Rasulllah tidak pernah ada dan tidak ada pendapat dari para sahabat serta para ulama yang membolehkan pernikahan semacam itu.16 Seperti hadist nabi SAW: “tinggalkan sesuatu yang merugikan engkau, berpeganglah dengan sesuatu yang tidak merugikan engkau”. Menurut ulama mazhab Syafi'iyah, salah satu syarat penting dalam suatu akad pernikahan adalah adanya kesinambungan (Muttaşhil) antara ijab dan qabul.Oleh karena itu, bahwa akad harus dilakukan dalam satu tempat di mana kedua belah pihak dapat bertemu secara langsung. Maka ulama yang berpendapat seperti ini mengatakan bahwa pernikahan yang dilakukan melalui internet adalah tidak sah. Jadi dalam masalah ini, para ulama terbagi menjadi dua pendapat, pendapat pertama mengatakan pernikahan seperti ini tidak sah dengan alasan pemakaian kata “majelis” diatas yang berarti “satu waktu atau bersambung”.

b. Akad Nikah Via Gadget dalam Pandangan UU No. 1 Tahun 1974

Dalam kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut:

a) Pasal 2 perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mutsaqan

(14)

ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah

b) Pasal 3 perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.17

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, pada pasal 2 disebutkan bahwa tiap-tiap perkawinan yang dilangsungkan maka dicatat sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku. Peraturan yang lain yang mengatur tentang perkawinan di Indonesia menetapkan bahwa pelaksanaan pencatatan dilakukan melalui pegawai pencatat nikah, oleh karena itu menurut hemat penulis bahwa selaku warga negara indonesia yang baik haruslah mengikuti atau menaati aturan–aturan yang berlaku.18.

Dengan melihat apa yang tampak dari permasalah tersebut, dapatlah kita bandingkan kepada Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 1751/P/1989 tentang Pengesahan Praktik akad melaui media telepon. Jika majelis hakim sudah menetapkan nikah melalui media telepon saja di anggap sah, maka ketetapan itulah yang harusnya kita pegangi terkait nikah online. Karena hal ini sesuai dengan kaidah. Dalam perundang-undangan atau hukum positif yang ada di Indonesia, nikah online ini juga tak pernah disinggung sebelumnya, dan bahkan tidak ada peraturan yang mengaturnya, sehingga di Indonesia terkait hukum nikah online ini masih mengalami keabsoutan atau kekosongan hukum. khususnya bagi mereka yang terpisahkan jarak, yang kemudian melangsungkan akad nikah melaui online, dapat

17 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 10

(15)

merujuk UU No. 1/1974 Pasal 17 dan 56 tentang perkawinan diluar Indonesia.19

Untuk menentukan apakah seseorang itu dapat melaksanakan akad pernikahan melalui online, ditetapkan kriteria sebagai berikut:

1) Antara pria dan wanita yang ingin melangsungkan akad pernikahan haruslah terpisahkan jarak yang sangat jauh. 2) Tidak bisa berhadir karena alasan jarak dan memang

dalam keadaan yang tidak memungkinkan bagi kedua belah pihak untuk bersatu dan berkumpul untuk melaksanankan akad sebagaimana mestinya.

Hubungannya kasus tersebut dengan kasus nikah via gadget ialah dapat menjadi prasyarat bolehnya melangsungkan nikah via gadget. Dan hal ini dapat disimpulkan bahwa nikah via gadget boleh dan dapat dilangsungkan terhadap mereka-mereka yang memang terkendala jarak dan waktu dalam hal akad pernikahan. Dan tentunya hal ini hanya dapat dilaksanakan apabila dikarenakan jarak yang jauh yang memang tak dapat dijangkau dengan suatu perjalanan. Dan jarak perjalanan yang tak dapat dijangkau tersebut ialah jarak yang jauhnya setahun perjalanan unta.20

Agar dapatlah kita terhindar dari kemungkinan menetapkan hukum yang jauh dari kebenaran. Karena permasalahan ini sangatlah kompleks sesuai dengan perkataan Sayyidina Umar ra: “Pahamilah baik-baik persoalan yang menyita perhatianmu soal yang tidak aada dalam Alqurān dan sunnāh. Kenalilah contoh-contoh dan kemiripan-kemiripan kemudian Qiyaskanlah persoalan-persoalan itu. Usahakanlah sungguh-sungguh untuk mendapatkan keputusan yang menurutmu paling disukai Allah dan yang paling dekat kepada kebenaran."

(16)

Akad nikah via internet dilaksanakan karena khawatir akan jatuh kepada kemaksiatan, walaupun nikah itu dilaksanakan dengan via internet asalkan sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh peraturan yang berlaku. jadi dapat disimpulkan bahwasanya pernikahan melalui via gadget itu boleh dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang telah di jelaskan di atas dan lebih baiknya kita harus mencegah adanya suatu kemudharatan bagi kita, memang secara konteks agama islam itu mudah tetapi jangan di anggap mudah lalu kita menganggap semua hukumnya remeh dan pada dasarnya setiap kesulitan itu menimbulkan kemudahan, kita juga masih berpegang kepada Alquran dan As-Sunnah kita yakini, sebagai sebuah produk yang mengayomi dan menjamin adanya rasa aman dan percaya bagi hambanya.

F. PENUTUP

Bertolak dari pembahasan tersebut, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut pandangan Islam, Pernikahan dikatakan sah apabila kedua calon pengantin adalah orang yang bukan haram dinikahi dan ketika akad nikah dihadiri sekurang-kurangnya dua orang saksi.

2. Ulama berbeda pendapat mengenai pernikahan melalui internet, pendapat pertama mengatakan sah dilakukan apabila syarat nikah dan rukunnya telah terpenuhi. Sementara pendapat yang kedua mengatakan bahwa pernikahan seperti ini tidak sah, karena akad harus dilakukan dalam satu tempat di mana kedua belah pihak dapat bertemu secara langsung.

(17)

mempelai yang sesungguhnya atau hanya sebuah rekayasa tekhnologi.

4. Untuk para imam dan hakim serta pemerintah yang berwenang, sebaiknya tidak melakukan akad nikah yang dilakukan dengan cara ini. Alangkah lebih baiknya apabila pernikahan tersebut dilakukan hingga kedua calon pengantin tersebut benar-benar siap dan dapat disatukan sehingga pernikahan dapat dilakukan secara lazim menurut yang disunnahkan oleh nabi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003.

Agustina Nurhayati, ” Pernikahan dalam Perspektif Alquran”, dalam Jurnal Asas, Volume 3, No. 1, Tahun 2011.

Ahmad Izzuddin, “Problematika Implementasi Hukum Islam Di Indonesia” dalam Jurnal Syari’ah dan Hukum, Volume 1, No. 2, Tahun 2009.

Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, “Pernikahan Dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam”, dalam Jurnal Yudisia, Volume 5, No. 2, Tahun 2014,.

Akhmad Shodikin, “Penyelesaian Wali Adhal dalam Pernikahan Menurut Hukum Islam dan Perundang-Undangan di Indonesia”, dalam Jurnal Kajian Hukum Islam Volume 1, No. 1, Tahun 2016.

Asbar Tantu, “ Arti Pentingnya Pernikahan” dalam Jurnal Al-Hikmah

Volume XIV, No. 2, Tahun 2013.

Ashar, “ Akad Nikah Via Internet”, dalam Jurnal Mazahib Volume 11, No 1, Tahun 2013.

(18)

Skripsi pada Program Studi Al-Ahwal Asy-Syakhiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012. Dedi Supriyadi, Fiqh Munakahat Perbandingan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang Toha Putra,1989.

H. Suliman Rasjid, Fiqh Islam,(Jakarta: C.V Sinar Baru Bandung, 1987.

http://www .asmaul-husna.com/2015/09/rukun-nikah-dansyarat-nikah-pernikahan. Html, download (Jumat, 20 november 2016, pukul 16.15 wib)

Mohammad R. Hasan, “Kajian Prinsip Perkawinan Menurut UU No 1 Tahun 1974 dalam Perspektif Hukum Islam’’, dalam Jurnal Lex Administratum Volume 15, No.3, Tahun 2016.

Muhammad Sodiq, “dualisme hukum di indonesia: Kajian Tentang Peraturan Pencatatan Nikah dalam Perundang-Undangan”, dalam Jurnal Al-Ahwal, Volume. 7, No. 2, Tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN DAN SUMBERDAYA DESA (Studi Kasus Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati,

Subjek kanak-kanak daripada kedua-dua kumpulan menghasilkan struktur KRO dengan menggugurkan kata relatif ‘yang’ sama seperti menghasilkan struktur KRS yang merupakan

xvii.. online, dinyatakan bahwa tidak keseluruhan anjing dilarang untuk diperjualbelikan. Namun, ada pengecualian untuk anjing yang banyak memberi manfaat bagi kehidupan

Pembayaran Bunga Obligasi/Obligasi Subordinasi dan pelunasan Pokok Obligasi/Obligasi Subordinasi kepada pemegang Obligasi/Obligasi Subordinasi dilaksanakan oleh

Studi mengenai pengaruh tk pendapatan atau jenis kelamin (X) terhadap membeli tidaknya seseorang (Y) pada suatu produk yang dijual dengan harga tertentu... εi = peubah acak

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberi masukan untuk eksistensi Pasar Semawis sebagai tempat tujuan wisata budaya dan kuliner di kawasan Pecinan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penurunan Visus yang Disebabkan Oleh Keiainan Refraksi yang Tidak Terkoreksi Pada Mata Miopia.. Kejadian Miopia Pada Anak Sekolah Dasar di

menyelesaikan tesis yang berjudul “ Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dan Perannya dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di Madrsasah Tsanawiyah Negeri Kota