PENENTUAN BATAS BEBAN ANGKAT MAKSIMUM (MAXIMUM
ACCEPTABLE WEIGHT LIMIT) TENAGA KERJA ANGKAT ANGKUT
(STUDI KASUS PADA TKBM PELABUHAN YOS SUDARSO AMBON)
Rapiah Sarfa Marasabessy, ST. MT1dan Sitnah A Marasabessy, ST. MT2 1, 2 Teknik Industri, Universitas Darussalam Ambon
Jln Raya Tulehu Km 24 Ambon
Sarfa_tahir@yahoo.com1, Sitnaham@yahoo.com2
ABSTRAK
Peningkatan produktivitas kerja merupakan sasaran penting dalam semua bidang industri baik industri formal maupun industri informal. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas adalah manusia sebagai pekerja. Aktifitas penanganan material secara manual sering dilakukan oleh pekerja angkut angkut pada pelabuhan. Pelabuhan Yos Sudarso Ambon adalah salah satu pelabuhan yang memiliki banyak Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Para TKBM biasanya melakukan aktivitas angkat angkut dengan cara menjinjing, memikul, dan memanggul beban secara bersamaan dan berulang-ulang. Beban yang diangkut biasanya memiliki kapasitas yang
banyak sehingga postur kerja yang ditimbulkan tidak alami, dan dapat memicu terjadinya nyeri pada otot. Penelitian ini bertujuan untukmenentukan batas beban angakat maksimum atau Maximum Acceptable Weight Limit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan fisiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata MAWL yang dihasilkan lebih besar dari rekomendasi NIOSH sedangkan untuk frekuensi angkatan tertentu MAWL bernilai 0 atau negative dimana kondisi ini tidak diijinkan untuk melakukan pengangkatan karena dapat menyebabkan cedera akut
Kata kunci : MAWL, TKBM, NIOSH, Fisiologis
PENDAHULUAN
Peningkatan produktivitas kerja merupakan sasaran penting dalam semua bidang industri baik industri formal maupun industri informal. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas adalah manusia sebagai pekerja. Penggunaan tenaga manusia sebagai pekerja sangatlah dominan terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) . Kelebihan Manual Material Handling bila dibandingkan dengan penanganan material menggunakan alat bantu adalah fleksibilitas gerakan yang dapat dilakukan untuk beban-beban ringan. Akan tetapi aktivitas Manual Material Handling teridentifikasi beresiko tinggi sebagai penyebab utama timbulnya cedera pada otot rangka (Grandjean, 1986).
Data menunjukkan bahwa 25% kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh beban kerja yang berat dan kesalahan dalam penanganan material (Silalahi, 1993).
Salah satu contoh penanaganan material secara manual adalah pekerjaan angkat angkut. Pekerjaan angkat angkut yang masih dominan menggunakan tenaga manusia adalah pekerjaan angkat angkut pada pelabuhan. Pelabuhan Yos Sudarso Ambon merupakan salah satu pelabuhan yang melibatkan banyak Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang mengangkat barang dari pelabuhan menuju kapal atau sebaliknya dari kapal menuju pelabuhan. Dalam melakukan proses angkat angkut dilakukan secara manual dengan kapasitas beban yang sangat besar. Pekerja biasanya mengangkat dengan cara menjinjing, memanggul maupun memikul pada waktu yang bersamaan secara berulang-ulang dengan postur kerja yang tidak alami . Menurut Kilbomet all,
1996 pekerjaan angkat angkut yang dilakukan secara berulang-ulang dengan postur yang tidak alami dapat mengakibatkan cedera pada tulang terutama tulang belakang bagian bawah ataulow back painserta memicu terjadinya kelelahan (Tarwaka dkk, 2004)
dalam periode waktu tertentu tanpa menimbulkan resiko terjadinya cedera tulang belakang akibat pengangkatan. Persamaan ini ditentukan berdasarkan antropometri pekerja wanita Amerika. Dengan menggunakan pendekatan psikofisik dan fisiologi secara parsial penelitian di Cina, India dan Taiwan menunjukkan bahwa rata rata MAWL pekerja wanita lebih rendah, sedangkan MAWL pekerja pria lebih tinggi jika dibandingkan dengan MAWL yang direkomendasikan oleh NIOSH yang disebabkan karena adanya perbedaan antropometri (Wu, 1999., Ray dan Mayti, 2004., Lee, 2004). Penelitian yang sama dilakukan juga di Indonesia untuk menentukan MAWL durasi kerja singkat 1 sampai 2 jam . Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata MAWL berdasarkan antropometri pekerja wanita Indonesia secara fisiologis lebih tinggi 56%-70% sedangkan secara biomekanika gaya tekan yang dihasilkan untuk jarak vertikal > 65 cm lebih tinggi dibandingkan dengan gaya tekan rekomendasi NIOSH untuk frekuensi pengangkatan tertentu (Rapiah, 2012.,Rapiah, 2013)
Dari latar belakang diatas maka perlu diadakan penelitian untuk menentukan batas beban angkat maksimum pekerja angkat angkut berdasarkan antropometri para TKBM pada pelabuhan Yos Sudarso Ambon .
METODOLOGI
Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini berlokasi pada Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dengan objek penelitian adalah para TKBM pada pelabuhan yos sudarso Ambon
Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : Kamera Digital, .Pulsemeter, Temperatur Lingkungankur temperatarur lingkungan kerja dan Lembar kerja.
Tahapan Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah: data usia dan lama kerja,data keluhan pekerja, data antropometri, data denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja, data segmen tubuh.
Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan yaitu: Jumlah tenaga kerja, jadwal kerja, serta data-data yang relevan dengan penelitian ini.
Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data Antropometri
Data antropometri yang telah diambil seperti data tinggi badan, tinggi bahu berdiri, berat badan, tebal dada, tebal perut, lingkar dada, tinggi lutut, lingkar lengan bawah, dan lingkar
biceps.
Pengolahan data MAWL fisiologi a. Uji t data denyut jantung
Uji t dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara denyut jantung sebelum bekerja dan sesudah bekerja.
b.Perhitungan MAWL
Dengan menggunakan batasan energi NIOSH (tabel 1) berat badan rata-rata pekerja, dan frekuensi pengangkatan dari 0,2 angkatan/menit sampai 15 angkatan/menit yang disubsitusikan kedalam persamaan pembebanan, maka nilai MAWL dapat diketahui.
Tabel 1 Batas Pengeluaran Energi (Waterset. al., 1993)
Tinggi angkatan
Durasi kerja
1 jam 1-2 jam 2-8jam
V tinggi knuckle 4,7 3,7 3,1
V > tinggiknuckle 3,3 2,7 2,2
Teknik Analisis
Analisis yang digunakan berupa interprestasi terhadap hasil MAWL dengan hasil perhitungan gaya tekan.
HASIL
Hasil Penelitian Mawl Berdasarkan Pendekatan Fisiologi
Hasil dan pengolahan data denyut jantung
Data denyut jantung sebelum dan sesudah pengangkatan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data Denyut Jantung Pekerja
NO SEBELUM SESUDAH
1 70 137
2 69 132
3 68 142
4 75 139
5 80 119
6 91 107
7 74 159
NO SEBELUM SESUDAH
Uji T dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan
Tabel 3. Uji T denyut jantung
Mean N Std signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan.
MAWL Berdasarkan Pendekatan Fisiologis
Dengan menggunakan data denyut jantung pada tabel 3 maka diperoleh MAWL fisiologis untuk durasi satu jam, dua jam dan delapan jam seperti pada tabel 4.
Angkatan/menit Vertikal Vertikal Vertikal
1 jam 2 jam 8 jam
5 -22,41 -28,73 -33,99
6 -31,98 -38,29 -43,56
7 -41,55 -47,86 -53,13
8 -51,12 -57,43 -62,69
9 -60,68 -67 -72,26
10 -70,25 -76,57 -81,83
11 -79,82 -86,14 -91,4
12 -89,39 -95,71 -100,97
13 -98,96 -105,27 -110,54
14 -108,53 -114,84 -120,11
15 -118,09 -124,41 -129,67
MAWL Berdasarkan NIOSH
MAWL berdasarkan rekomendasi NIOSH dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5. MAWL rekomendasi NIOSH
Angkatan/menit Vertikal Vertikal Vertikal
1 jam 2 jam 8 jam
0,2 23 21,85 19,55
0,5 22,31 21,16 18,63
1 21,62 20,24 17,25
2 20,93 19,32 14,95
3 20,24 18,17 12,65
4 19,32 16,56 10,35
5 18,4 13,8 8,05
6 17,25 11,5 6,21
7 16,1 9,66 5,06
8 13,8 8,05 4,14
9 11,96 6,9 3,45
10 10,35 5,98 2,99
11 9,43 5,29 0
12 8,51 4,83 0
13 7,82 0 0
14 7,13 0 0
15 6,44 0 0
Analisis Perbandingan MAWL Hasil Penelitian dan MAWL Rekomendasi NIOSH
KESIMPULAN
Batas beban angkat maksimum atau Maximum Acceptable Weight Limit (MAWL) yang aman bagi TKBM pelabuhan Yos Sudarso untuk setiap durasi kerja adalah sebagai berikut :
1) Untuk durasi 1 jam frekuensi pengangkatan yang diijinkan 6,29 kg dengan frekuensi pengangkatan 0,2 angkatan/menit dan batas beban maksimum yang diijinkan adalah 23 kg dengan frekuensi pengangkatan 2 angkatan/menit. Sedangkan untuk frekuansi angkatan 3 angkatan/menit sampai dengan 15 angkatan/menit bernilai negative dimana pada kondisi ini tidak diijinkan untuk melakukan pengangkatan.
2) Untuk durasi 2 jam frekuensi pengangkatan yang diijinkan 9,55 kg dengan frekuensi pengangkatan 1 angkatan/menit dan batas beban maksimum yang diijinkan adalah 17,2 kg dengan frekuensi pengangkatan 0,2 angkatan/menit. Sedangkan untuk frekuansi angkatan 2 angkatan/menit sampai dengan 15 angkatan/menit bernilai negative dimana pada kondisi ini tidak diijinkan untuk melakukan pengangkatan.
3) Untuk durasi 8 jam frekuensi pengangkatan yang diijinkan 4,28 kg dengan frekuensi pengangkatan 1 angkatan/menit dan batas beban maksimum yang diijinkan adalah 11,94 kg dengan frekuensi pengangkatan 0,2 angkatan/menit. Sedangkan untuk frekuansi angkatan 2 angkatan/menit sampai dengan 15 angkatan/menit bernilai negative dimana pada kondisi ini tidak diijinkan untuk melakukan pengangkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Grandjean, E. 1986. Fitting the Task to the Man. Taylor & Francis Inc. London
Lee, Y.H., Wu, S.P. and Hsu S.H. 1995. The Psychophysical Lifting Capacities of Chinese Subjects.Ergonomics. 38 (4) 671-83
Lee, Y.H. and Chen, Y.L. 1996. An Isoinertial Predictor for Maximal Acceptable Lifting Weights of Chinese Male Subjects. American Industrial Hygiene Association Journal, 57(5), 456-63
Maiti, R and Ray, G.G., 2004. Determination of Maximum Acceptable Weight of Lift Adult Indian Female Wokers.International Journal of Ergonomics. Vol 34(6), 483-495
Rapiah, 2012 Penentuan Maximum Acceptable Weight Limit dengan Menggunakan Pendekatan Fisiologis untuk durasi kerja singkat.Jurnal Teknik Industri ArikaVolume 6 No 1
Rapiah, 2013 Penentuan Maximum Acceptable Weight Limit dengan Menggunakan Pendekatan Biomekanik untuk durasi kerja singkat. Volume 7 No 1
Silalahi, B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Waters, T.R., Anderson, V.P. and Garg, A. 1994. Application Manual for Revised NIOSH Lifting Equation. US Dept of Health and Human Service, USA.