• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penetapan Status Persona Non Gr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Penetapan Status Persona Non Gr"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

“Analisis Penetapan Status Persona Non Grata Duta Besar

Amerika Serikat Philip S. Goldberg Dalam Pelanggaran

Hubungan Diplomatik Terhadap Bolivia”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum Diplomatik dan Konsular

Dosen Mata Kuliah: Arief Rakhman H, S.IP.,M.Si

Disusun Oleh:

Rafiq Taufiq Thaher 6211141181 Daina Rahma Pertiwi (621114178)

Mega Ramadhanty 6211141184 Erwina Anggraini 6211141188

Fairuz Nabihah 621114119 Samuel Patar 6211141194 Taopik Nasrudin 6211141205 Dinni Nurhayati 6211141207

M. Yogi Nurhadi 621114182 Ardi Efansyah Fauzi 6211141203

Zainur Mahsir Ramadhan 621114186 Prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah tim penyusun dapat merampungkan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Penetapan Status Persona Non Grata Duta Besar Amerika Serikat Philip S Goldberg Dalam Pelanggaran Hubungan Diplomatik Terhadap Bolivia”. Rasa terimakasih tak luput kami ucapkan kepada rekan-rekan yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil.

Makalah ini disusun dari hasil analisa yang dilakukan tim penyusun dari berbagai referensi. Tersusunnya makalah ini atas dasar untuk melengkapi salah satu persyaratan mata kuliah Hukum Diplomatik dan Konsuler yang diberikan oleh Bapak Arief Rakhman H, S.IP.,M.Si sebagai dosen mata kuliah.

Dengan bertemakan “Penerapan dan Pelanggaran Hukum Diplomatik dan Konsuler Dalam Hubungan Internasional”, kami mengambil pelanggaran diplomatik sebagai sub-tema dan persona non grata sebagai isunya.

Tim penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan dari semua pihak.

Cimahi, 30 November 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….………... i

DAFTAR ISI………..………….. ii

BAB 1 PENDAHULUAN………..………... 1

1.1 Latar Belakang……….….……. 1

1.2 Rumusan Masalah………. 2

BAB 2 POKKOK MASALAH ...……….………. 3

BAB 3 PEMBAHASAN……….………... 4

3.1 Landasan Teoritis ………... 4

3.2 Studi Kasus ...……… 5

BAB 4 PENUTUP………. 13

4.1 Kesimpulan……… 13

DAFTAR PUSTAKA……….. 14

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persona non grata adalah sebuah istilah dalam bahasa Latin yang dipakai dalam perkancahan politik dan diplomasi internasional. Makna harfiahnya adalah orang yang tidak diinginkan. Orang-orang yang di-persona non grata-kan biasanya tidak boleh hadir di suatu tempat atau negara. Apabila ia sudah berada di negara tersebut, maka ia harus diusir dan dideportasi.

Sudah banyak sebenarnya terjadi kejadian persona non-grata di dalam hubungan internasional yang modern saat ini. Ada banyak alasan-alasan sebuah negara menyatakan atau membuat keputusan untuk mem-persona non-grata-kan sebuah negara, contohnya seperti adanya intervensi foreign country terhadap persoalan dalam negeri suatu negara yang membuat kestabilitasan politik dalam negerinya menjadi terganggu, sehingga membuat negara penerima perwakilan diplomatik menjadi risih terhadap foreign country yang mengintervensi, dan terjadilah persona non-grata yang dilakukan oleh negara penerima. Kemudian bisa jadi karena tidak tercapainya tujuan dari kesepakatan awal yang di cantumkan dalam perjanjian yang dilakukan pada saat penunjukkan perwakilan diplomatik. Kemudian ada pula karena perwakilan diplomatik foreign country membuat sebuah masalah sebelum ataupun sesudah di terima oleh negara penerima yang mempengaruhi citra negara penerima di mata dunia sehingga harus dilakukan persona non-grata.

(5)

Kemudian harus memperhatikan batas-batas dalam tindakan hubungan diplomatik, sehingga tidak melanggar hukum diplomatik dan konsuler.

Yang menjadi fokus dalam pembahasan kami saat ini adalah negara penerima yang merasa besarnya intervensi dari foreign country terhadap masalah dalam negerinya, sehingga membuat keputusan untuk mem-persona non-grata perwakilan diplomatik negara foreign country tersebut. Hal ini sangat menarik bagi kami, karena adanya sebuah intervensi foreign country terhadap negara penerima yang membuat stabilitas politik dalam negeri negara penerima semakin lemah. Dan fokus masalah ini kami mengacu kepada negara Bolivia. Dimana Bolivia menyatakan bahwa Amerika Serikat mendukung pada oposisi Presiden Evo Morales pada saat itu.

Lembaga Bantuan Amerika Serikat (USAID) menyiratkan dalam dokumen-dokumennya, dana yang diberikan adalah untuk mengembalikan demokrasi dalam negara Bolivia. Dan masih banyak lagi alasan-alasan mengapa Presiden Morales membuat keputusan untuk melakukan persona non-grata terhadap Amerika Serikat. Hal tersebut akan di bahas lebih rinci lagi dalam fokus masalah dari kajian kami ini.

Kita tahu bahwa memang Amerika Serikat adalah sebuah negara Adidaya yang mampu mengontrol banyak negara dengan kekuatannya baik ekonomi maupun militer. Namun dalam persoalan menjaga hubungan baik antara negara juga seharusnya Amerika Serikat juga memperhatikan batas-batas dalam hubungan internasional, termasuk dalam intervensi. Namun hal ini sering sekali di langgar oleh negara Amerika Serikat. Maka dari itu dalam hal ini kami juga akan membahas hal tersebut yang jika dilihat dari segi pelanggaran Hukum Diplomatik dan Konsuler.

1.2 Rumusan Masalah:

(6)

BAB 2

POKOK MASALAH

Dalam kajian kali ini kami menitikberatkan kepada masalah persona non-grata yang dilakukan oleh Bolivia terhadap Duta Besar Amerika Serikat, Philip S. GoldBerg. Status Persona Non Grata terhadap Philip S. GoldBerg sebagai bentuk ketidakpercayaan Bolivia terhadap Amerika Serikat. Dimana AS telah melanggar beberapa pelanggaran hubungan diplomatik khususnya dalam Konvensi Wina 1961.

(7)

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Landasan Teoritis

Hukum diplomatik yang secara jelas diatur dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik suatu negara dengan negara lain.

Berdasarkan Konvensi Wina 1961 pasal 9 dan pasal 41 menyatakan bahwa :

Pasal 9

1. The receiving State may at any time and without having to explain its decision, notify the sending State that the head of the mission or any member of the diplomatic staff of the mission is persona non grata or that any other member of the staff of the mission is not acceptable. In any such case, the sending State shall, as appropriate, either recall the person concerned or terminate his functions with the mission. A person may be declared non grata or not acceptable before arriving in the territory of the receiving State.

2. If the sending State refuses or fails within a reasonable period to carry out its obligations under paragraph 1 of this article, the receiving State may refuse to recognize the person concerned as a member of the mission.

Pasal 41

(8)

2. All official business with the receiving State entrusted to the mission by the sending State shall be conducted with or through the Ministry for Foreign Affairs of the receiving State or such other ministry as may be agreed.

3. The premises of the mission must not be used in any manner incompatible with the functions of the mission as laid down in the present Convention or by other rules of general international law or by any special agreements in force between the sending and the receiving State

3.2 Studi Kasus

3.2.1 Kasus Persona Non-Grata Duta Besar Amerika Serikat Philip S. Goldberg oleh Bolivia

Philip S. Goldberg adalah seorang diplomat Amerika Serikat yang menjadi Duta Besar untuk Bolivia. Secara resmi Philip S. Goldberg diangkat sebagai Duta Besar untuk Bolivia oleh Presiden George W. Bush dengan menominasikan dan mencalonkan Goldberg. Pencalonan tersebut dikonfirmasi oleh Senat AS pada 3 Agustus 2006. Goldberg menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Bolivia Evo Morales Ayma pada 13 Oktober 2006. Akan tetapi Philip S. Goldberg pada tahun 2008 dinyatakan “Persona Non Grata” oleh Bolivia.

(9)

Pelanggaran hukum diplomatik yang dilakukan oleh Philip S Goldberg diantaranya yakni Goldberg dianggap telah melakukan konspirasi dengan pihak oposisi dari Presiden Evo Morales Ayma untuk menentang demokrasi dengan menyelenggarakan pertemuan – pertemuan tertutup yang mengakibatkan pada aksi kerusuhan (demonstrasi) dan perpecahan di dalam negeri Bolivia.Dilansir dari The Telegraph pada tanggal 12 September 2008,Pertemuan tertutup itu salah satunya adalah pertemuan antara Goldberg dan Gubernur Santa Cruz Rubén Costas.Pertemuan itu ditafsirkan oleh pemerintah Bolivia sebagai wujud persetujuan untuk demonstrasi anti-pemerintah di Santa Cruz.Presiden Morales menuduh Goldberg merencanakan perlawanan terhadap pemerintah Bolivia. Presiden Morales juga menduga bahwa Goldberg telah bekerja sama dengan gerakan separatis di Bolivia dimana ia mengorganisir aksi protes berkepanjangan pihak oposisi yang berlangsung sejak 9 Juni 2008 dan telah melakukan tindakan berkomplot menentang demokrasi serta ingin agar Bolivia terpecah.Sehingga Goldebrg dianggap dalang dibalik aksi unjuk rasa yang disertai dengan tindak kekerasan tersebut.

(10)

Selain itu juga Philip S Goldberg dianggap oleh Presiden Morales ingin memecah belah kesatuan Bolivia. Pada saat itu Bolivia sedang dihadapkan dengan permasalahan internal yaitu di sejumlah daerah di Bolivia, seperti Santa Cruz, Beni, Pando dan Tarija menginginkan otonomi sendiri , diadakannya referendum,dan telah mengancam memisahkan diri. Presiden Morales ini menganggap Goldberg menggunakan kesempatan pada momentum tersebut untuk kepentingan Amerika Serikat dengan semakin menekan demokrasi dan otonomi daerah di Bolivia.Dan tentu saja hal itu dapat memecah belah kesatuan negara sehingga mengancam kedaulatan negara Bolivia.

Kemudian, Pelanggaran hukum diplomatik lainnya yaitu melakukan intervensi dengan menjembatani organisasi United States Agency for International Development (USAID) atau dalam bahasa Indonesia Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika adalah badan independen dari pemerintahan Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas bantuan untuk bidang ekonomi, pembangunan, dan kemanusiaan untuk negara-negara lain didunia dalam mendukung tujuan-tujuan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.1 USAID melakukan pelanggaran dalam

pemberian dana senilai jutaan dollar untuk pemulihan demokrasi Republik Bolivia. sejak Maret 2004, USAID juga membuka kantor Office of Transition Initiatives (OTI) di Bolivia. USAID merupakan organisasi yang fokus pada isu kesehatan, pembangunan berkelanjutan, dan program lingkungan di Bolivia.USAID ini juga dianggap mendukung dan menghasut oposisi. Dimana USAID-OTI bekerja mempengaruhi Majelis Konstituante dan memprovokasi gerakan separatis di daerah kaya sumber daya alam di Bolivia, seperti Santa Cruz dan Cochabamba. program USAID-OTI terang-terangan mendukung otonomi sejumlah daerah di Bolivia, seperti Santa Cruz, Beni, Pando dan Tarija. Tentu saja, tindakan USAID-OTI ini merupakan pengejawantahan

(11)

kepentingan Amerika Serikat yang berupaya melemahkan pemerintahan nasional Bolivia di bawah pemerintahan presiden Morales.Menurut pernyataan pemimpin negara-negara Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika (ALBA), seperti Bolivia, Ekuador, Dominika, Venezuela, Nikaragua, dan Kuba,yang mengatakan bahwa USAID dengan dalih bantuan ekonomi dan bantuan kemanusiaan, sebenarnya merancang program untuk menggoyahkan pemerintahan yang tidak sejalan dengan kepentingan Amerika Serikat.

Yang terakhir adalah Goldberg diduga telah melakukan upaya spionase. Sebelumnya, pada bulan Februari 2008 tiga puluh relawan Korps Perdamaian (Peace Corps) telah diminta "untuk memata-matai" warga negara Kuba dan Venezuela di Bolivia oleh Petugas Keamanan Kedutaan Besar Amerika Serikat Vincent Cooper. Peace Corps diduga terlibat dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan intelijen.Akan tetapi Amerika Serikat menyangkal bahwa tidak ada relawan Korps Perdamaian yang telah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan intelijen, karena ada pemisahan tugas yang berhubungan dengan kebijakan luar negeri AS. Hal tersebut dinyatakan dengan siaran Pers oleh Korps Perdamaian Amerika sendiri. Bahkan seorang direktur yang merupakan mantan Relawan di India (1966-1968) bernama Ron Tschetter menegaskan kembali mengenai hal ini dan menekankan bahwa Sukarelawan Korps Perdamaian bekerja pada pelayanan masyarakat dan tidak pada yang lain.

(12)

3.2.2 Analisis Kasus Persona Non-Grata Duta Besar Amerika Serikat Philip S. Goldberg oleh Bolivia

Dari sudut pandang hukum diplomatik, Bolivia melakukan persona non grata terhadap duta besar AS Philip S Goldberg karena ia melakukan pelanggaran. Pemberian status persona non grata oleh Presiden Bolivia kepada Goldberg dibenarkan dan diperbolehkan oleh hukum internasional.Dimana persona non-grata ini diatur dalam konvensi wina 1961.Konvensi Wina 1961 mengatur tentang hukum diplomatic.

Berikut beberapa hal yang menjadi dasar penetapan persona Non Grata yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para diplomat asing yang dianggap bersifat politis maupun subversif dan bukan bukan saja dapat merugikan kepentingan nasional tetapi juga melanggar kedaulatan suatu negara penerima. 2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut jelas-jelas melanggar peraturan

hukum dan peraturan perundang-undangan negara penerima.

3. Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai kegiatan spionase yang dapat dianggap mengganggu baik stabilitas maupun keamanan internasional negara penerima.

Beberapa hal di atas tersebut merupakan pelanggaran hukum diplomatik sebagaimana yang tertulis dalam Konvensi Wina 1961.Pelanggaran tersebut akan dijelaskan serta dikaitkan dengan Konvensi Wina 1961 sebagai berikut :

A. Berdasarkan pasal 9 Konvensi Wina 1961 menyebutkan bahwa :

The receiving state may at any time and without having to explain it decision, notify the sending state that the head of the mission or any member of the diplomatic staff of the mission is ‘persona non grata’ or that ‘any other member of the staff is not acceptable.”

(13)

negara sebelum ia diterima, tetapi dikarenakan Goldberg melakukan pelanggaran sehingga Pemerintah Bolivia menetapkan status Persona non-grata. B. Berdasarkan pasal 41 ayat 1 Konvensi Wina 1961 menyatakan bahwa :

“ Without prejudice to their privileges and immunities, it is the duty of all persons enjoying such privileges and immunities to respect the laws and regulations of the receiving State. They also have a duty not to interfere in the internal affairs of that State.”

Pasal 41 ayat 1 tersebut berisi mengenai meskipun para duta besar dan staff diplomatik lainnya memiliki hak istimewa (privileges) dan hak imunitas (immunities) harus tetap menghormat dan mematuhi hukum dan regulasi negara penerima.dan juga tidak boleh mengintervensi urusan internal negara penerima. Dalam hal ini Duta besar Philip S Goldberg telah melanggar pasal 41 ayat 1 dengan mengintervensi urusan internal negara Bolivia yaitu sebagai berikut : a. Melakukan konspirasi dengan pihak oposisi dari Presiden Evo Morales

Ayma untuk menentang demokrasi, demi mencapai kepentingan Amerika Serikat yang ingin melemahkan pemerintahan nasional Bolivia di bawah pemerintahan presiden Morales.

b. Mendukung sejumlah daerah di Bolivia seperti Santa Cruz, Beni, Pando dan Tarija untuk memisahkan diri dengan cara menekan demokrasi dan otonomi daerah di Bolivia.Tentu hal tersebut dapat memecah belah kesatuan negara Bolivia dan mengancam kedaulatan Bolivia.

c. Melakukan intervensi dengan menjembatani organisasi USAID dalam pemberian dana senilai jutaan dollar untuk pemulihan demokrasi Republik Bolivia.

d. Melakukan upaya spionase melalui Peace Corps, dimana relawan Korps Perdamaian telah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan intelijen.

C. Berdasarkan pasal 41 ayat 3 Konvensi Wina 1961 menyatakan bahwa :

The premises of the mission must not be used in any manner incompatible with the functions of the mission as laid down in the present Convention or by other rules of general international law or by any special agreements in force between the sending and the receiving State.”

(14)

tercantum dalam Konvensi ini atau dengan peraturan lain yaitu hukum internasional atau perjanjian khusus yang berlaku antara negara pengirim dan Negara penerima.

Maksud sesuai dengan fungsi misi para duta besar ini adalah berkaitan dengan tugas dan fungsi yang seharusnya dilakukan oleh Duta Besar.Menurut Konvensi Wina 1961, fungsi-fungsi misi diplomatik meliputi:

1) Mewakili negara pengirim di negara penerima

2) Melindungi kepentingan-kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di dalam negara penerima dalam batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional

3) Berunding dengan pemerintah negara penerima

4) Mengetahui keadaan dan perkembangan di dalam negara penerima menurut cara-cara yang sah, dan melaporkannya kepada pemerintah negara pengirim

5) Memajukan hubungan bersahabat antara negara pengirim dengan negara penerima, serta membangun hubungan-hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmiah (pasal 3 konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik)

Duta Besar Amerika Serikat Philip S Goldberg juga melanggar pasal 41 ayat 3 dimana melakukan penyalahgunaan wisma perwakilan diplomatik,karena telah melakukan kegiatan diluar fungsi misi diplomatik.Yang artinya tidak sesuai dengan fungsi misi diplomatik Konvensi Wina 1961.

Penyalahgunaan tersebut yaitu melakukan kegiatan bersifat politis seperti melakukan intervensi dengan menjembatani organisasi USAID dalam pemberian dana senilai jutaan dollar untuk pemulihan demokrasi Republik Bolivia,hal tersebut dilakukan untuk menggoyahkan pemerintahan yang tidak sejalan dengan kepentingan Amerika Serikat,melakukan upaya spionase dan konspirasi menentang demokrasi di Bolivia.

(15)

oleh Utusan Diplomatik, telah menjadi Hak negara penerima untuk mempersona Non Grata kan Diplomatik negara pengirim.

Meskipun Amerika Serikat melalui Departemen Luar Negeri AS ,menyatakan bahwa pemecatan dan tuduhan terhadap Philip S Goldberg tidak berdasar.Amerika Serikat menilai bahwa Tindakan Presiden Morales adalah kesalahan besar yang telah merusak hubungan bilateral dan akan merugikan kepentingan kedua negara.Sehingga Amerika membalas Bolivia dengan melakukan persona non grata terhadap Gustavo Guzman untuk meninggalkan negara,Sebagai tanggapan atas tindakan tak beralasan dan sesuai dengan Konvensi Wina itu .Negara penerima bisa sewaktu-waktu dan tanpa alasan memberi penjelasan mempersona non grata kan salah seorang anggota staff diplomatik dari negara pengirim, dan karena itu harus dipanggil kembali atau mengakhiri tugasnya di kantor perwakilan.2 Sebagaimana alasan Amerika Serikat

melakukan pembalasan kepada Duta Besar Bolivia.

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

(16)

oleh Presiden Morales diatas disebabkan karena Goldberg melakukan kegiatan yang dianggap bersifat politis maupun subversif dan tidak saja dapat merugikan kepentingan nasional tetapi juga melanggar kedaulatan suatu negara penerima. Duta Besar Amerika Serikat itu terbukti melakukan tindakan berkomplot menentang demokrasi dan ingin agar Bolivia terpecah serta terbukti melakukan upaya spionase dimana hal tersebut dapat mengganggu stabilitas serta keamanan Bolivia sebagai negara penerima.

Hal ini sesuai dengan Pasal 41 ayat 1 dan ayat 3 Konvensi Wina 1961 yaitu negara penerima dapat mempersona non gratakan perwakilan diplomatik jika perwakilan diplomatik dianggap atau bahkan diketahui melakukan kegiatan politik/subversif. Kekebalan dan keistimewaan yang dimiliki oleh Goldberg menjadi berakhir seiring diberikannya status persona non grata oleh Pemerintah Negara Bolivia.Selain itu kekebalan dan keistimewaan yang dimiliki oleh anggota keluarganya juga berakhir.

DAFTAR PUSTAKA

Istanto Sugeng, “Hukum Internasional”, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2010

https://wikileaks.org/plusd/cables/08LAPAZ1942_a.html diakses pada tanggl 26 November 2016

Boer Mauna, “Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika Global”, Bandung: alumni, 2005

https://sites.google.com/site/publishedbysumadi/vienna1961 diakses pada tanggal 27 November 2016

(17)

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/southamerica/bolivia/2801579/Bolivia

expels-US-ambassador-Philip-Goldberg.htmldiakses pada tanggal 26 November 2016

http://serba-serbiceritasehari-hari.blogspot.co.id/2010/04/analisa-kasus-persona-non-grata.htmldiakses pada tanggal 27 November 2016

LAMPIRAN PERTANYAAN

(18)

Jawaban Kelompok : Kasus pelanggaran yang dilakukan oleh Philip S. Goldberg bukan dugaan melainkan benar-benar sudah melakukan pelanggaran-pelanggaran yang melanggar pasal; 41 ayat 1 diantaranya;

e. Melakukan konspirasi dengan pihak oposisi dari Presiden Evo Morales Ayma untuk menentang demokrasi, demi mencapai kepentingan Amerika Serikat yang ingin melemahkan pemerintahan nasional Bolivia di bawah pemerintahan presiden Morales.

f. Mendukung sejumlah daerah di Bolivia seperti Santa Cruz, Beni, Pando dan Tarija untuk memisahkan diri dengan cara menekan demokrasi dan otonomi daerah di Bolivia.Tentu hal tersebut dapat memecah belah kesatuan negara Bolivia dan mengancam kedaulatan Bolivia.

g. Melakukan intervensi dengan menjembatani organisasi USAID dalam pemberian dana senilai jutaan dollar untuk pemulihan demokrasi Republik Bolivia.

h. Melakukan upaya spionase melalui Peace Corps, dimana relawan Korps Perdamaian telah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan intelijen.

Berdasarkan pelanggaran tersebut membuat Presiden Evo Morales merasa duta besar Amerika Serikat telah mengintervensi urusan negaranya. Hal itu membuat Evo Morales melakukan persona non grata kepada Philip S. Goldberg.

2. Pertanyaan :

a) Mengenai Pasal 9 ayat 1 bahwa bisa memberi status persona non grata tanpa alasan. Mengapa demikian? Lalu apa yang membuat kelompok kalian menggunakan aturan ini?

(19)

dalam pelanggaran hukum diplomatik tersebut? (Binteri Putri Afsari – 6211141151)

Jawaban Kelompok :

a) Pasal ini menjadi dasar bagi semua kasus persona non grata. Dengan kata lain, pasal ini merupakan pasal induk dalam masalah ini. Ada atau tidaknya alasan bagi negara yang memberikan status PNG tidak memiliki kewajiban untuk mengungkapkannya. Artinya negara tersebut dapat mengungkapkan alasannya dan dapat juga tidak. Adapun dalam kasus persona non grata ini secara jelas ada alasan yang menyertai negara Bolivia untuk mengungkapkan alasannya melalui pemberian status PNG terhadap Goldberg. Hal ini jelas menunjukkan akan keterkaitan pasal 9 ayat 1 terhadap kasus persona non grata duta besar AS oleh Bolivia.

b) Sebagaimana yang dilansir oleh Wikileaks, mengenai penyalahgunaan wisma benar adanya ketika Goldberg dinyatakan sebagai persona non grata oleh Bolivia. Karena selama masa jabatan Golberg sebagai duta besar untuk Bolivia ia mengadakan beberapa pertemuan di gedung diplomatiknya mengenai permasalahan yang menyangkut dengan kepentingan AS terhadap Bolivia yaitu melakukan konspirasi terhadap warga Bolivia. Selain itu juga berbagai pertemuan dengan USAID, sehingga pertemuan tersebut dinyatakan sebagai pertemuan ilegal karena tidak sesuai dengan tugas diplomatik.

3. Pertanyaan : Mengapa Amerika Serikat melakukan konspirasi terhadap Bolivia dan apa kepentingan Amerika Serikat melakukan campur tangan dalam pemerintahan Bolivia? (Saragia Widiyanita - 6211141147)

(20)

Referensi

Dokumen terkait