• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Islam dan Sains: Studi Historis-Fenomenologis di SMA Trensains Sragen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Interaksi Islam dan Sains: Studi Historis-Fenomenologis di SMA Trensains Sragen"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Interaksi Islam dan Sains: Studi Historis-Fenomenologis

di SMA Trensains Sragen

Hermawan

Universitas Muhammadiyah Purworejo her_mawano@yahoo.com

ABSTRAK

Ketinggalan umat Islam akan sains dan teknologi memunculkan keprihatinan yang mendalam di kalangan sarjana muslim kontemporer. Kesadaran dan tekad untuk kembali menguasai sains dan teknologi, sebagaimana pada masa kejayaan sarjana muslim awal pun menyeruak di mana-mana. Misi kekhilafahan yang rahmatan lil

‘alamin tidak mungkin dapat direalisasikan jika umat Islam menjadi umat yang bodoh, lemah, dan bergantung pada belas kasihan pihak luar. Pada saat yang sama umat Islam dan masyarakat dunia disodori aneka krisis, mulai dari rusaknya lingkungan, menipisnya lapisan ozon di atmosfer, menumpuknya limbah industri, dan perubahan iklim global secara drastis. Menariknya, sebagian pihak menuding bahwa biang kerok semua krisis tersebut adalah sains. Sains yang telah tercabut dari nilai keagamaan. Reaksi ini tak pelak mengimbas pada kalangan sarjana dan umat Islam. Terjadilah pergumulan dinamis antara Islam dan sains, dan melahirkan tiga pola interaksi, yaitu islamisasi sains, saintifikasi sains, dan sains islam.

Kata Kunci: Interaksi, Islam, Sains

PENDAHULUAN

Kondisi umat Islam saat ini sangat tertinggal dalam penguasaan sains dan teknologi. Hal ini sudah lama disadari oleh muslim pemerhati sains dan Islam. Menurut Harun Nasution, ada dua sebab hilangnya sains Islam pada zaman klasik, yaitu timbul di kalangan umat Islam keyakinan bahwa filsafat yang dikembangkan kaum filosof dan teori serta penemuan ilmiah dalam sains yang dijumpai ulama Islam zaman klasik berlawanan dengan dogma-dogma Islam. Sains hilang dari dunia Islam juga karena orientasi keakhiratan yang dibawa tarekat-tarekat berkembang pesat di dunia Islam zaman pertengahan (Riyanto, 2014: 518).

(2)

(Anshori dan Abidin, 2014: 93-98). Tabel di bawah ini menggambarkan tentang ketiga

2 Ilmuisasi Islam Objektivitas (Beberapa UIN di

Islamisasi ilmu pengetahuan dapat pula dilakukan melalui inisiatif pribadi melalui proses pendidikan yang diberikan secara berjenjang dan berkesinambungan. Maka sejak kecil, dalam diri seseorang hendaknya ditanamkan jiwa agama yang kuat, praktik pengamalan tradisi keagamaan dan sebagainya. Setelah itu diajarkan dasar-dasar ilmu agama yang kuat, diajarkan al-qur’an baik dari segi membaca maupun memahami isinya. Selain itu diajarkan pula hubungan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya secara umum. Selanjutnya ia mempelajari berbagai bidang ilmu dan keahlian sesuai dengan bidang yang diminatinya (Nata, 2009: 426)

(3)

Jika pada jenjang pendidikan tinggi sudah berintegrasi - interkoneksi, maka pada jenjang pendidikan bawah, seyogyanya harus mulai berintegrasi – interkoneksi, tak ketinggalan juga dengan pondok pesantren yang mana merupakan basis awal dalam memahami nash-nash al-qur’an dan as-sunnah. Menurut Tafsir (2008: 204) Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan berasrama yang khas Indonesia dan mengkhususkan diri pada kajian Islam. Menurut Ahmad Tafsir, jika pesantren mampu mengambil tiga paradigma besar pengetahuan, maka nilai-nilai lama yang positif akan bertahan pada pesantren, sementara nilai baru akan terseleksi, dan mampu menghadapi arus globalisasi, bahkan bisa menjadi perekayasa dan pengontrol budaya. Tiga paradigma tersebut adalah paradigma sains (hasilnya adalah sains), paradigma logis (hasilnya adalah filsafat), dan paradigma mistik (hasilnya adalah tashawuf).

Keberhasilan pendidikan di pesantren mengispirasi bagi sekolah-sekolah umum. Maka dari itu, pada pertengahan tahun 1990, muncul gagasan untuk mengintegrasikan kurikulum di pesantren dengan sekolah umum, sehingga melahirkan sekolah-sekolah islam yang berbasis pada full day school atau sekolah terpadu, mulai dari jenjang TK, SD, SMP, bahkan SMA sudah banyak yang berlabel sekolah full day school atau sekolah terpadu.

Namun, disadari atau tidak, sekolah-sekolah pada umumnya mengajarkan para siswanya materi seperti biologi dan geografi, tapi tidak sampai kepada kesimpulan bahwa yang sedang dibahas itu adalah keagungan dan kekuasaan Allah. Para siswa mempelajari siklus hujan tetapi buntu, tidak sampai kepada pertanyaan siapa yang menurunkan hujan. Atau mempelajari tata surya, sayangnya tidak sampai kesimpulan bahwa Allah-lah yang telah mendesain semua keteraturan di jagat raya ini. Kenapa para guru-guru kita tidak mengaitkan fenomena-fenomena alam dengan konsep ketuhanan, Tauhid Rububiyyah.

(4)

PARADIGMA INTEGRASI ANTARA ISLAM DENGAN SAINS

Kondisi umat Islam saat ini sangat tertinggal dalam penguasaan sains dan teknologi. Hal ini sudah lama disadari oleh muslim pemerhati sains dan Islam. Berbagai upaya mulai dipikirkan dan akhirnya melahirkan perilaku yang berhubungan dengan sains dan Islam, diantaranya adalah :

1. Islamisasi Sains

Islamisasi sains muncul karena fondasi sains yang rusak akibat konsep materialisme yang menyatakan bahwa materi tersusun dari atom yang terikat kuat selamanya dan ruang dan waktu sifatnya absolut (selalu ada). Hal ini jelas mengingkari adanya penciptaan materi dan keberadaan Sang Pencipta. Inilah dasar fisika klasik atau lebih dikenal fisika Newton (Purwanto, 2012: 135).

Berikutnya, perkembangan sains berupa penemuan teori relativitas mulai menggeser paham materialisme fisika klasik. Teori relativitas menjelaskan bahwa peristiwa yang saling terkait pada jarak tertentu tidak dapat berlangsung dalam selisih waktu yang perbandingan jarak terhadap waktunya melebihi kecepatan cahaya. Misalnya dua orang astronot yang sedang berada di planet yang berbeda dengan jarak yang misalnya empat tahun kecepatan cahaya. Jika mereka saling berkirim data maka data tersebut tidak akan sampai dalam tiga atau dua tahun, melainkan butuh setidaknya empat tahun.

Perkembangan lain yang menarik adalah teori mekanika kuantum yang membahas konsep lenyapnya materi (matter-antimatter annihilation). Jika elektron bertemu dengan pasangannya (positron), maka keduanya akan lenyap, sebagai gantinya muncul foton (paket cahaya). Nah, jika foton memiliki energi yang cukup, ia dapat lenyap dan tercipta pasangan elektron dan positron. Adanya penciptaan materi ini tentunya menyangkal prinsip kekekalan materi versi fisika klasik. Oleh karena materi dapat lenyap maka alam semesta pun dapat lenyap pada suatu saat (kita kenal dengan kiamat).

Dengan demikian, pemerhati Islam melihat teori relativitas dan teori mekanika kuantum adalah teori yang mengakui keberadaan Tuhan. Lalu aktivitas pencocokan dengan ayat-ayat Al-Quran mulai dilakukan diantaranya ayat tentang cahaya.

(5)

Dan juga ayat tentang pasangan, sebagaiman dalam Q.S. Yaasin: 36: Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

Disini kita katakan bahwa sains menjadi di-islam-kan atau dicocokkan dengan ajaran-ajaran Islam atau ayat-ayat di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Upaya Islamisasi ini terkadang bisa berbahaya dalam kondisi saat misalkan sains ditemukan ternyata salah, maka orang-orang yang fanatik dengan sains bisa jadi menganggap ayat Al-Quran yang salah (Purwanto, 2012: 136-137).

2. Saintifikasi Islam

Berbeda dengan Islamisasi sains, saintifikasi Islam adalah upaya menampilkan Islam menjadi ilmiah dan modern, tidak ketinggalan zaman. Yaitu mengilmiahkan Islam, contohnya keutamaan shalat dijelaskan secara medis; ketika ruku’ kita melatih kandung kemih, i’tidal melancarkan pencernaan, sujud dapat melancarkan oksigen dan lain-lain.

Upaya saintifikasi Islam ini dapat berakibat pendangkalan pada pemahaman terhadap makna ibadah yang diperintahkan Allah karena proses pengilmiahan tersebut mengakibatkan kita terlalu menyederhanakan kompleksitas ilmu Allah yang ada dibalik makna ibadah itu. Karena sejatinya sebagai seorang muslim, kita melaksanakan segala perintah Allah dengan ketaatan dan yakin selalu ada maksud baik Allah dalam perintah-Nya tersebut.

(6)

3. Sains Islam

Baik islamisasi sains maupun saintifikasi Islam adalah upaya yang masih memiliki kelemahan. Pada dasarnya, kita harus menyadari sepenuhnya bahwa sains itu adalah produk akal manusia, bisa benar atau salah. Sementara itu, Al-Quran adalah kebenaran mutlak. Jadi sains Islam adalah sains yang sepenuhnya dibangun atas fondasi wahyu dan tradisi, al-qur’an dan as-sunnah.

Menurut Purwanto (2013: 189) tiga pilar sains Islam jelas harus dibangun dari prinsip tauhid yang tersari dalam kalimat la ilaha illallah dan terdeskripsi dalam rukun iman dan Islam. Pilar ontologis yakni hal yang menjadi subjek ilmu. Islam harus menerima realitas material, maupun non material, sebagaimana dalam surat al-haqqoh ayat 38-39.

َلََف

َنو ُر ِصأبُت اَمِب ُمِسأقُأ

َنو ُر ِصأبُت َلَ اَم َو

Artinya: Maka aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat (38) dan dengan apa yang tidak kamu lihat (39)

Pilar aksiologis terkait dengan tujuan ilmu pengetahuan dibangun dan dirumuskan. Tujuan utama ilmu pengetahuan Islam adalah mengenal Sang Pencipta melalui pola-pola ciptaan-Nya, sebagaimana dalam surat ali-imron ayat 191: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Pilar yang ketiga dan terpenting adalah bagaimana atau dengan apa kita mencapai pengetahuan, yaitu pilar epistemologis. Yakni berupa modal pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai alat memperoleh pengetahuan, sebagaimana dalam surat an-nahl ayat 78: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

(7)

ali-imron ayat 138: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa (Purwanto, 2013: 192).

KONSEP DASAR KEILMUAN DI SMA TRENSAINS SRAGEN 1. Sejarah

SMA Trensains Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen atau disingkat “SMA Trensains Dimsa” merupakan proyek pertama yang mengawali lahirnya ide Pesantren Sains. SMA Trensains dilaunching pada tanggal 1 Muharram 1435 H / 5 November 2013 oleh Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed dan Kreator Trensains yakni Agus Purwanto, D. Sc. (SMA Trensains. 2013. “Sejarah, makna, dan kurikulum trensains”. (online), (http://www.smatrensains.com, diakses tanggal 10 oktober 2016)

2. Makna Trensains

Trensains adalah kependekan dari Pesantren Sains yang merupakan sintetis dari pesantren dan sekolah umum bidang sains. Trensains merupakan lembaga pendidikan setingkat SMA yang merupakan proyek baru di Indonesia, karena kegiatan utamanya adalah mengkaji dan meneliti ayat-ayat semesta yang terkandung di dalam Al Quranu’l Karim dan Hadis Nabawi.

Trensains tidak menggabungkan materi pesantren dan ilmu umum sebagaimana ponpes modern. Trensains mengambil kekhususan pada pemahaman al-Quran, sains kealaman (natural science) dan interaksinya. Poin terakhir, interaksi antara agama dan sains merupakan materi khas trensains dan tidak ada dalam ponpes modern.

Kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi kemampuan dasar bagi para santri. Selain menjadi alat komunikasi, di Trensains bahasa Arab juga digunakan sebagai alat analisis awal dalam menalar ayat-ayat al-Quran khususnya ayat-ayat kauniyah.

(8)

realitas. Sejarah aliran pemikiran perlu diperkenalkan untuk memahami adanya aneka cara pandang atas alam yang pada akhirnya para santri mampu memilah konsep sains yang bertabrakan dengan Islam dan yang tidak. Filsafat menjadi niscaya ketika dialektika agama dan sains diperkenalkan. Kita tahu, selama ini filsafat dihindari di pesantren sehingga masuknya filsafat di dalam trensains bisa menjadi penanda babak baru pesantren.

Jika umumnya pesantren mengharapkan alumninya menjadi ulama syariah (hukum Islam), maka proyeksi alumni Trensains adalah lahirnya ulama-ulama yang memiliki spesialisasi di bidang sains kealaman, teknolog, dan dokter yang mempunyai basis al-Quran, kedalaman filosofis serta keluhuran akhlak. (SMA Trensains. 2013. “Sejarah, makna, dan kurikulum trensains”. (online), (http://www.smatrensains.com, diakses tanggal 10 oktober 2016).

3. Kurikulum

Trensains berlandaskan pada kurikulum Unifikasi. Adapun Kurikulum Unifikasi memiliki pengertian dan karakteristik sebagai berikut:

a. Kata Unifikasi atau Unifikatif memiliki makna penyatuan atau penggabungan. Kata lain yang sepaham dengan Unifikasi adalah Integrasi. Kata Unifikasi atau Integrasi dianggap mewakili ide besar Trensains yang hendak mengembalikan al-Quran sebagai basis epistemologi bagi ilmu pengetahuan dan interaksinya

b. Secara teknis, Kurikulum Unifikasi adalah kurikulum adaptif yang mengkolaborasikan kurikulum pendidikan nasional dan kurikulum khas pesantren sains. Yang dikehendaki dari adaptasi ini, Trensains memiliki model kurikulum dan sistem pengajaran yang jelas untuk mencapai targetnya, disaat yang sama perubahan sistem kurikulum pendidikan nasional yang cenderung cepat dan

unpredictable dapat diantisipasi.

c. Secara filosofis dan isi, Kurikulum Unifikasi terdiri dari tiga komponen pokok:

1) Materi al-Quran (kurikulum al-Quran) 2) Materi sains (kurikulum sains)

(9)

Jika ketiga materi tersebut merupakan target utama yang harus dikuasai oleh para santri, maka menjadi keniscayaan menerapkan kurikulum masing-masing komponen dan memodifikasinya.

d. Dalam menerapkan Kurikulum Unifikasi, pola yang dibangun adalah interaksi pelaku kurikulum dengan peserta didik dalam aktifitas pesantren 24 jam (SMA Trensains. 2013. “Sejarah, makna, dan kurikulum trensains”. (online), (http://www.smatrensains.com, diakses tanggal 10 oktober 2015)

Dengan demikian, materi ajar yang diberikan untuk para santri Trensains meliputi tiga hal: natural science, al-Quran beserta seluk beluknya dan bahasa arab. Ketiga materi tersebut jika diturunkan menjadi materi mayor atau pokok, adapun materi lainnya bersifat sebagai penunjang.

Tabel 2.

Materi Mayor Trensains

No Subject Mata Pelajaran Keterangan

1. Natural Sains Matematika Matematika Wolfram Fisika

Biologi Kimia

Ilmu Falak Ilmu Bumi dan Antariksa 2. Filsafat Sains Filsafat Sains 1 Sains:

a. Pengantar

b. Sejarah sains islam dan sains konvensional

c. Biografi ilmuwan Filsafat:

a. Pengantar, pengertian, sifat dan fungsi

b. Sejarah (Filsafat Yunani Kuno)

c. Filsafat Sains Filsafat Sains 2 Sains dan Problematika

Ketuhanan:

a. Hubungan tuhan, manusia dan alam

b. Materialisme Ilmiyah c. Sains Lama

(10)

Agama dan Sains:

Ilmu Al-Quran Ilmu al-Quran:

a. Konsep al-Quran Tafsir Kauni Tafsir Kauni:

a. Manhaj Tafsir ’Ilmi (Tafsir Sains)

b. Konsep integrasi al-Quran dan sains

c. Studi ayat-ayat dan hadis sains

Ilmu Hadis Ilmu Mustholah al-Hadits Tajwid dan Tahfidz Hafalan ayat-ayat kauniyah 4. Bahasa Bahasa Arab Lughah Asasiyah, Muthalaah,

Qowaidh Lughah

Aqidah Tauhid sebagai Asas Sains: a. Konsep aqidah

Tarikh Sirah Nabawiyah, Sejarah peradaban Islam, Sejarah Indonesia

Fiqih dan Ushul Fiqh

(11)

KESIMPULAN

Banyak para pemikir dan tokoh kontemporer yang peduli dengan integrasi ilmu, baik itu melalui konsep islamisasi ilmu (Naquib Al-Attas, dan Ismail Faruqi), ilmuisasi ilmu (Kuntowijoyo), dan integrasi – interkoneksi (Amin Abdullah). Semuanya telah merumuskan dan menawarkan gagasannya masing-masing. Terlepas dari perdebatan yang ada, kita sebagai generasi yang baru hendaknya sudah bisa mengaplikasikan konsep-konsep mereka baik melalui kurikulumnya, ataupun pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari yang dasar sampai ke pendidikan tinggi, tak terkecuali di pondok pesantren.

SMA Trensains yang digagas oleh Agus Purwanto, D. Sc merupakan salah satu bentuk aplikasi dari proyek integrasi antara Islam dan sains. Meskipun hadirnya terasa baru, namun perkembangan dan minat dari masyarakat sangat antusias, bahkan proyek trensains dijadikan gerakan ijtihad dalam rangka tajdid pendidikan di Muhammadiyah setelah satu abad ini. Bahkan dibeberapa daerah sudah mulai mempersiapkan proyek Trensains, mulai dari mempersiapkan pengajar, kurikulum, ataupun bahkan gedung bangunannya.

Mudah-mudahan harapan umat islam yang memimpikan lahirnya kembali saintis islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ar-Razi, dan para ilmuwan muslim lainnya dapat terwujud melalui Trensains.

DAFTAR PUSTAKA

Anshori dan Zainal Abidin. 2014. Format Baru Hubungan Sains Modern dan Islam. Profetika. Vol. 15 No. 1, Juni 2014.

Nata, Abuddin. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Pribadi, Moh. 2014. Pemikiran Sosiologi Islam Ibnu Kholdun. Yogyakarta: Suka Press. Purwanto, Agus. 2012. Nalar Ayat-ayat Semesta. Bandung: Mizan.

____________. 2013. Ayat-ayat Semesta, Sisi-sisi Al-qur’an yang Terlupakan. Bandung: Mizan.

Riyanto, Waryani Fajar. 2014. Studi Islam Integratif (1950-2014). Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosdakarya. SMA Trensains. 2013. “Sejarah, makna, dan kurikulum trensains”. (online),

(12)

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2. Materi Mayor Trensains

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan performa mesin diesel sistem dual fuel tipe low pressure injected gas (LPIG) berbahan bakar solar dan CNG yang dilakukan

Sedangkan berdasarkan interpretasi metaforis, dengan memperhatikan konteks budaya Yahudi (pengalaman keseharian petani/penabur benih pada saat itu) dan konteks Injil, dapat

Dari Ayat di atas, secara langsung Allah SWT telah memberikan perintah (syari‟at) di dalam kitab-Nya yang suci, bahwa kepada kita semua sebagai ummat-Nya diwajibkan

Dari hasil persepsi responden juga sebagian yang menilai dengan penilaian lainnya yaitu sebesar 17%, hal ini dikarenakan hal lain tersebut yang dapat merugikan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis potensi penerimaan pajak reklame Kota Bandung dari tahun 2001 hingga tahun 2007, dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi

Uji parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas (nilai tukar Rupiah, produksi batubara, permintaan batubara dalam negeri, dan

Adapun bentuk pesan yang disampaikan leader dalam merekrut calon agen asuransi sesuai dengan hasil wawancara dilapangan yaitu pesan verbal dengan penyampaian

terbanyak ditemukan pada sampel tanah yang berasal dari lokasi yang telah memiliki IUPHKm dan menerapkan pola budidaya agroforestri, sedangkan sampel tanah pada