1
SELF COMPASSION DAN KEPUASAN HIDUP ISTRI KORBAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA
SKRIPSI
Oleh :
Choirunnisa Rizky Nockita 201210230311348
FAKULTAS PSIKOLOGI
ii
SELF COMPASSION DAN KEPUASAN HIDUP ISTRI KORBAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi
Disusun Oleh :
Choirunnisa Rizky Nockita 201210230311348
FAKULTAS PSIKOLOGI
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Self Compassion Dan Kepuasan Hidup Istri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Nama Peneliti : Choirunnisa Rizky Nockita No.Induk Mahasiswa : 201210230311348
Fakultas : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Waktu Penelitian : 15 Juni – 10 Juli 2016
Skripsi telah di uji oleh dewan penguji pada tanggal 04 Agustus 2016
Dewan Penguji
Ketua Penguji : 1. Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si ( ) Anggota Penguji : 2. Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi ( ) 3. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si ( ) 4. Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi ( )
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi
Malang, Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Choirunnisa Rizky Nockita
NIM : 20121023031348
Fakultas / Jurusan : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul:
Self Compassion Dan Kepuasan Hidup Istri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Malang, 04 Agustus 2016 Mengetahui
Ketua Program Studi Yang menyatakan,
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Self Compassion Dan Kepuasan Hidup Istri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga”, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan terutama kepada:
1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan dosen wali yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan arahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
3. Ibu Ni’matuzahroh, M.Si dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan kesabaran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Kepada seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
5. Kepada seluruh keluarga besar khususnya kedua orang tua, Ricky Alexandryant, dan Shabrina Soraya yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan kasih sayang sehingga dapat menambah motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BapermasPer dan KB) Kota Semarang yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan Psikologi kelas F angkatan 2012 khususnya Grup UYUH yang selalu memberikan dukungan dan semangat, serta mengalami suka duka bersama selama perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 04 Agustus 2016
Penulis
vi DAFTAR ISI
Halaman Judul ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Surat Pernyataan ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... vii
Daftar Lampiran ... viii
ABSTRAK ... 1
PENDAHULUAN ... 2
Kepuasan Hidup ... 4
Self Compassion ... 5
Self Compassion dan Kepuasan Hidup ... 8
Hipotesis ... 9
METODE PENELITIAN ... 9
Rancangan Penelitian ... 9
Subjek Penelitian ... 9
Variabel dan Instrumen ... 9
Prosedur dan Analisa Data ... 10
HASIL ... 11
DISKUSI ... 13
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 16
REFERENSI ... 16
vii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1 Index Validitas Item Alat Ukur Penelitian. ... 10
Tabel 2 Index Reliabilitas Item Alat Ukur Penelitian ... 10
Tabel 3 Deskripsi Subjek Penelitian. ... 11
Tabel 4 Deskripsi Variabel Kepuasan Hidup ... 12
Tabel 5 Deskripsi Variabel Self Compassion ... 12
Gambar 1 Mean Self Compassion dan Kepuasan Hidup ... 12
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Blueprint Skala & Hasil Uji Coba Skala ... 21
Lampiran II Skala Penelitian ... 30
Lampiran III Tabulasi Data Penelitian ... 34
Lampiran IV Hasil Uji Regresi Sederhana ... 55
Lampiran V Kerangka Berfikir ... 59
1
SELF COMPASSION
DAN KEPUASAN HIDUP ISTRI KORBAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Choirunnisa Rizky Nockita
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang Choirunnisa.Nockita@gmail.com
Manusia memiliki permasalahan dan pengalaman dalam hidup yang berbeda-beda, saat menilai kepuasan hidupnya setiap individu memiliki penilaian yang berbeda-beda sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh setiap individu dalam membantu dirinya menghadapi permasalahan dalam hidup adalah self compassion. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari self compassion terhadap kepuasan hidup. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Subjek penelitian sejumlah 114 istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga dan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Self Compassion Scale dan Life Satisfaction-9. Uji Analisa data menggunakan Regresi Linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self compassion memiliki pengaruh terhadap kepuasan hidup pada istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga dengan sumbangan pengaruh sebesar 12.1%, sedangkan 88.9% lainnya berasal dari faktor lain.
Kata Kunci: Self compassion, kepuasan hidup, KDRT, istri
Humans have different problems and experiences in life, when assessing life satisfaction every individual has a different assessment in accordance with the experience they have. One way that can be done by every individual in helping him to face problems in life are self-compassion. The purpose of this study was to determine the effect of self-compassion toward life satisfaction. The method used is a quantitative study. The research subjects are 114 wives who are victims of domestic violence and sampling using purposive sampling. The instruments used are Self Compassion and Life Satisfaction Scale-9. Test data using linear regression analysis. The results showed that self compassion gives influence to life satisfaction on a wife who become victims of domestic violence with a contribution effect of 12.1%, while 88.9% comes from other factors.
2
Pada dasarnya manusia menikah agar dapat memenuhi kebutuhannya akan kasih sayang dan cinta. Disebutkan dalam sebuah artikel yang berjudul What is “Healthy Marriage”? bahwa pernikahan yang sehat didasarkan pada 10 komponen didalamnya, diantaranya komitmen pasangan, kepuasan individual, kualitas komunikasi, kesetiaan, interaksi dan waktu yang dihabiskan bersama, durasi dan status pernikahan yang sah, resolusi konflik dan yang terakhir tidak adanya kekerasan dalam rumah tangga. Pada poin terakhir dijelaskan bagaimana kekerasan dalam rumah tangga begitu berpengaruh terhadap kebahagiaan dan kepuasan hidup pasangan yang menikah. Sudah menjadi hal yang wajar dan alami saat sebuah hubungan terlebih hubungan pernikahan mengalami konflik. Namun kekerasan dalam rumah tangga merupakan persoalan lain. Konflik yang memunculkan kekerasan didalamnya merupakan penanda pernikahan yang tidak sehat (Moore, Jekielek, Tinkew, Guzman, Ryan & Redd, 2004). Di Indonesia sendiri angka kasus kekerasan pada perempuan menempati urutan tertinggi. Berdasarkan data Lembar Fakta Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan, di Indonesia sendiri jumlah kasus yang tercatat didalamnya setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, sebanyak 293.220 kasus Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) telah tercatat, dan di antara kasus-kasus tersebut sebanyak 8.626 kasus terjadi di ranah personal. Berdasarkan subyeknya sebanyak 59% atau 5.102 kasus didalamnya merupakan kasus kekerasan terhadap istri. Kemudian berdasarkan jenisnya, kekerasan fisik menempati urutan pertama yakni mencapai 40% atau 3.410 kasus. Dan mayoritas rentang usia korban perempuan di ranah personal adalah 25-40 tahun, selanjutnya pada usia 13-18 tahun, dan yang terakhir pada usia 19-24. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kekerasan tertinggi terjadi pada usia nikah yakni 24-40 tahun. Data di atas mengalami kenaikan dari data di tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 279.760 kasus yang tercatat. Namun berdasarkan catatan tahunan komnas perempuan dari tahun 2012-2014, jumlah tertinggi terdapat pada kategori kasus kekerasan terhadap istri. Meski begitu data-data yang didapat dari lembaga yang bersangkutan hanyalah sebagian kecilnya saja, hal ini disebabkan karena tidak semua korban kekerasan melaporkan pada pihak yang berwenang (Catatan tahunan, 2012, 2013, 2014).
Kebanyakan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang tidak melaporkan kekerasan yang mereka alami disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya rasa malu dan keyakinan pada diri mereka bahwa pelaku kekerasan adalah orang yang baik dan dapat berubah. Meski begitu nampaknya korban KDRT tersebut tidak menyadari dampak negatif akibat kekerasan yang mereka alami dapat mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya (Alam, 2014).
3
negatif, rendahnya kebahagiaan, dan rendahnya kepuasan pernikahan ini akan mempengaruhi kesejahteraan subjektif.
Diener (2009) menyebutkan bahwa kesejahteraan subjektif meliputi afeksi positif, afeksi negatif, serta kepuasan hidup. Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kekerasan dalam rumah tangga mempengaruhi kepuasan hidup individu yang mengalaminya. Dalam kepuasan hidup, korban kekerasan tidak hanya menilai tingkat kepuasan dan kebahagiaannya dari satu domain kehidupan, yakni area pernikahan, karena selain merusak area pernikahan dan kesehatan dalam kepuasan hidup, area kehidupan lain yang dapat dipengaruhi termasuk status kerja, penghasilan/pendapatan dan juga hubungan sosial. Selain itu, telah disebutkan pula sebelumnya bahwa korban yang mengalami kekerasan cenderung mengisolasi diri karena rasa malu sehingga berdampak pada aspek hubungan sosialnya. Area-area kehidupan yang direnggut dari korban inilah yang menyebabkan kepuasan hidupnya cenderung rendah. Oleh karena itu, penting bagi korban untuk meninjau bagaimana kepuasan dirinya terhadap seluruh domain kehidupan yang dipengaruhi oleh permasalahan kekerasan yang dialaminya.
Rendahnya kepuasan hidup berakibat negatif bagi individu yang mengalaminya. Individu dengan kepuasan hidup yang rendah cenderung mengalami stres dan depresi. Disebutkan oleh Campbell (dalam Tesh & Pulliam, 2013) bahwa depresi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya bunuh diri. Hal tersebut di dukung pula oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang mengungkap bagaimana korban kekerasan dalam rumah tangga berhubungan dengan kematian (Davis, 2010). Didalamnya disebutkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga dapat memprovokasi individu untuk melakukan bunuh diri. Sedangkan Menurut penelitian Boehm (dalam Association for Psychological Science, 2015), kepuasan hidup yang tinggi memiliki banyak manfaat didalamnya, diantaranya baik bagi kesehatan seperti mengurangi resiko kematian pada mereka yang berusia lanjut. Selain itu kepuasan hidup yang tinggi juga dapat meningkatkan kesehatan tulang dan gaya hidup sehat (Febrinastri, 2015).
Dalam upaya untuk mengatasi dampak negatif dari rendahnya kepuasan hidup korban, selain bantuan dari pihak lain (eksternal), penting pula bagi korban KDRT untuk memiliki strategi yang membantu dirinya sendiri (internal). Salah satu cara untuk meminimalisir dampak negatif psikologis dalam diri adalah dengan memberikan pemahaman dan kesadaran tentang situasi yang dialaminya (Self Compassion). Selain karena kaitannya dengan kepuasan hidup tetapi Self compassion juga berkaitan dengan self critism. Korban kekerasan sering melihat kekerasan yang dialaminya sebagai bentuk kegagalan dan penderitaan yang berujung pada mengkritik diri sendiri terkait situasi yang dihadapinya. Data penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa self critism (mengkritik diri sendiri) membuat individu lebih lemah dalam menghadapi kegagalan, lebih emosional dan cenderung untuk mengasimilasi pelajaran dari kegagalannya. Dan lebih lanjut dijelaskan pula pada beberapa penelitian ditemukan bahwa ada alternatif solusi yang jauh lebih baik untuk mengatasi self critism yakni self compassion (Seppala, 2014).
4
mengurangi tingkat depresi, rasa cemas dan ketakutan akan kegagalan (Neff, dalam Kharina & Saragih, 2012).
Selain itu, Neff (dalam Marsh, 2012) menyebutkan bahwa individu yang memiliki self compassion tinggi memiliki keberanian, keamanan secara emosional dan kebijaksanaan untuk melihat potensi yang dimiliki sehingga dapat memahami apa yang perlu dilakukan dan mengubahnya untuk menolong dirinya sendiri sehingga tidak sampai mengganggu aspek-aspek penting dalam hidupnya. Individu dengan self compassion-nya juga cenderung dapat melihat kebutuhan akan kesehatannya, seperti kebutuhan untuk memeriksa kesehatannya ke rumah sakit, minum obat, berolahraga dan sebagainya. Self compassion yang tinggi juga membantu individu untuk memperhatikan diri mereka dengan lebih baik, meningkatkan kemampuan regulasi diri yang dapat mendorong kondisi fisik maupun kesejahteraan psikologis mereka. Dengan kata lain, selain dapat mengurangi sakit yang diakibatkan penderitaan dan dampak buruknya, self compassion juga membantu diri sendiri untuk memilih cara yang lebih berguna untuk hidup.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, self compassion sendiri memiliki hubungan positif dengan kepuasan hidup dilihat dari komponen-komponennya, diantaranya mindfulness, common humanity dan self kindness. Pada penelitian yang sama dengan subjek pria gay, dan mahasiswa hasilnya menunjukkan bahwa self compassion memiliki pengaruh yang besar dalam membantu meningkatkan kepuasan hidupnya (Bhat & Shah, 2015; Jennings & Tan, 2014). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa self compassion dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kepuasan hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah self compassion memiliki pengaruh yang tinggi pada kepuasan hidup wanita korban KDRT? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar self compassion dalam mempengaruhi kepuasan hidup wanita korban KDRT. Manfaat penelitian yaitu untuk menambah wawasan dalam bidang psikologi positif terkait tema kepuasan hidup, khususnya pengaruh self compassion terhadap kepuasan hidup. Manfaat untuk instansi adalah dapat memberikan masukan pada instansi terkait mengenai pengaruh self compasiion terhadap kepuasan hidup yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan bantuan pada korban kekerasan.
Kepuasan Hidup
Disebutkan oleh Diener (1999), bahwa kepuasan hidup merupakan salah satu komponen kognitif di dalam subjective well-being yang mengacu pada kepercayaan maupun perasaan subjektif individu bahwa hidupnya berjalan dengan baik. Diener juga menyebutkan bahwa kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif seberapa baik dan memuaskannya pengalaman-pengalaman yang terjadi di seluruh area hidup yang mereka anggap penting. Frisch (dalam Anggraeni & Kurniawan, 2012), menyebutkan bahwa kepuasan hidup merupakan penilaian seseorang secara subjektif dilihat dari kebutuhan-kebutuhan penting, tujuan, harapan yang ingin dipenuhi dalam hidup mereka.
Definisi kepuasan hidup juga disebutkan oleh Schimmack sebagai kepercayaan maupun sikap individu terkait penilaiannya mengenai hidupnya (Diener,Suh, Lucas, Smith, 1999).
5
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan hidup merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk menilai seberapa baik dan puasnya terkait pengalaman-pengalaman dan aspek-aspek penting dalam hidup yang mereka anggap penting.
Aspek kepuasan hidup
Carlsson, Warleby, Moller, & Blomstrand (2006) menyebutkan bahwa di dalam kepuasan hidup terdapat dua penilaian yaitu kepuasan hidup secara keseluruhan dan kepuasan terhadap domain-domain yang ada dalam hidup secara lebih spesifik. Adapun domain-domain tersebut diantaranya, (1) closeness (kedekatan), penilaian kepuasan hidup individu pada area kehidupan ini meliputi kehidupan seksual, hubungan dengan pasangan, dan kehidupan keluarganya. (2) Health (Kesehatan), mencangkup kemampuan individu tersebut dalam merawat dirinya, baik dalam berpakaian, kebersihan dan lain sebagainya. (3) Spare time (waktu luang), meliputi kepuasan yang berasal dari waktu luang, dan dari kontak dengan teman dan kerabat dekat. (4) Provision (ketentuan), penilaian kepuasan hidup pada area ini memiliki dua item yaitu kepuasan terhadap pekerjaan dan situasi keuangan individu yang bersangkutan.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup
Diener (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kepuasan hidup pada seorang individu antara lain: (1) Kesehatan, hal yang berkaitan dengan kepuasan hidup adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis, (2) Status kerja, individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil tampak lebih puas terhadap hidupnya daripada individu yang tidak terampil, (3) Penghasilan/pendapatan, penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial berkaitan dengan kepuasan hidup, (4) Realisme dari konsep-konsep peran, individu baik pria maupun wanita yang telah menikah lebih bahagia daripada individu yang tidak menikah, baik yang bercerai, berpisah maupun tidak pernah menikah sama sekali. Hal tersebut dikarenakan pernikahan menyediakan intimasi psikologis dan fisik, yang meliputi memiliki anak dan membangun rumah, peran sosial sebagai orangtua dan pasangan, dan menegaskan identitas dan menciptakan keturunan, (5) Pernikahan, penelitian Diener menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang tidak menikah, (6) Usia, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap kepuasan hidup tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan yang positif antara usia dengan kepuasan hidup, (7) Pendidikan, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita, (8) Agama/kepercayaan, agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis individu sehingga akhirnya dapat meningkatkan kepuasan hidup, (9) Hubungan sosial, hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap kepuasan hidup. Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya.
Self Compassion
6
Menurut Seppala (2014), self compassion memiliki makna memperlakukan diri sendiri sebagai seorang teman, menjadi lebih sadar dan memahami situasi yang terjadi pada dirinya sebagai pengalaman yang dialami oleh kebanyakan orang.
Adapun self compassion menurut Bennett dan Goleman (dalam Uysal, 2014), merupakan bentuk kepedulian dan kasih sayang yang ditujukan bagi diri sendiri selama melewati waktu-waktu sulit.
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa self compassion merupakan upaya diri sendiri untuk memberikan pemahaman serta kesadaran terkait situasi yang dihadapi, situasi yang dimaksud dapat berupa kesulitan, kegagalan, maupun penderitaan. Aspek self compassion
Adapun Neff (2011) menyebutkan bahwa aspek yang terdapat dalam self compassion ada tiga, yaitu self kindness, common humanity dan mindfulness.
1. Self kindness merupakan kecenderungan individu untuk memelihara dan memberikan pemahaman pada diri ketika mengalami kegagalan, penderitaan, maupun merasa kekurangan dalam diri daripada melakukan penghakiman diri dengan keras (self-judgement). Self kindness ini menyadarkan individu bahwa kesulitan-kesulitan yang dialami dan dirasakan tidak dapat dihindari, sehingga individu tersebut tidak marah ketika menghadapinya. Self kindness ini berbanding terbalik dengan self judgment, sikap yang dan mengkritik diri sendiri secara berlebihan. Meskipun self judgment ini terjadi secara natural sehingga membuat individu yang mengalami kesulitan dan kegagalan tidak menyadarinya, namun apabila individu tersebut dapat meningkatkan self kindness makan dia akan lebih menyadari adanya self judgment itu sendiri.
2. Common humanity adalah mengakui bahwa semua orang mengalami kesulitan dan masalah, melakukan kesalahan dan merasa tidak mampu. Selain itu common humanity juga membuat individu mengakui bahwa di setiap pengalaman akan ada kegagalan dan juga keberhasilan yang membuatnya menyadari bahwa dirinya sebagai manusia memiliki keterbatasan dan jauh dari kata sempurna. Common humanity ini berbanding terbalik dengan isolation, yang membuat seorang individu merasa sendirian dan terpisah dari orang lain karena beranggapan bahwa orang lain mencapai segala sesuatunya dengan lebih mudah daripada dirinya. Seorang individu yang mengalami hal ini akan melihat kegagalan dan permasalahan yang dihadapinya sebagai suatu hal yang memalukan dan cenderung menarik dirinya dalam merasakan kesendiriannya.
3. Mindfulness yaitu kemampuan seseorang dalam mengembangkan kesadaran dirinya terkait pengalaman yang dialami dengan cara yang jelas dan seimbang. Individu dengan mindfulness yang tinggi akan menerima pemikiran dan perasaan yang muncul, tidak bersifat menghakimi, menyangkal, maupun membesar-besarkan hal yang tidak disukai dalam diri maupun hidupnya. Lawan dari mindfulness sendiri adalah over identification, yang berarti individu tersebut cenderung terpaku pada seluruh kesalahan diri, dan merenungkan maupun memikirkan secara berlebihan keterbatasan yang dimilikinya akibat kesalahan yang terjadi, dengan kata lain, individu tersebut tidak mampu menerima kegagalan yang dialami dan membesar-besarkannya.
Self compassion dengan berbagai macam fungsi psikologis
7
dapat meningkatkan pusat pikiran positif seperti kebahagiaan, kepuasan hidup, kepercayaan diri, optimisme, rasa bersyukur dan masih banyak lagi. (2) Resiliensi, yang artinya seorang individu akan lebih mampu secara efektif dalam mengatasi perceraian dan penyakit kronis, PTSD pasca trauma dan kecemasan terhadap HIV. (3) Motivasi, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah motivasi instrinsik, keinginan untuk belajar dan tumbuh, peningkatan kompetensi, menurunnya ketakutan akan kegagalan seperti kemauan untuk bangkit setelah mengalami kegagalan. (4) Tanggung jawab personal, selain meningkatkan sifat berhati-hati, individu juga dapat lebih bertanggung jawab terhadap kesalahan di masa lalu dan sikap untuk meminta maaf. (5) Kesehatan, yang dimaksudkan kesehatan disini adalah bagaimana individu meningkatkan perilaku hidup sehat seperti berolah raga, melakukan seks yang aman, berhenti merokok, menghindari alkohol, sering berkonsultasi dengan dokter, merespon stres dengan baik dan kesehatan tubuh yang terjaga dengan meningkatnya sistem imunisasi yang dimiliki. (6) Perilaku makan dan gambaran tubuh yang sehat, rendahnya ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh, lebih menghargai dan menjaga tubuh, dan mengurangi gangguan perilaku makan. (7) Kepedulian terhadap orang lain, dimana individu lebih peduli dan meningkatkan sikap hubungan yang suportif, selain itu individu juga lebih mampu mengontrol diri dari perilaku agresif, peningkatan sikap pemaafan, empati dan kasih sayang terhadap orang lain (Neff, 2003).
Faktor yang mempengaruhi self compassion
Neff (2003) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi self compassion diantaranya: (1) Jenis kelamin, penelitian Neff menunjukkan bahwa perempuan jauh lebih memiliki banyak pemikiran dibandingkan laki-laki sehingga perempuan cenderung lebih sering menderita depresi dan kecemasan dua kali lipat dibandingkan laki-laki, (2) Usia, menurut Neff, individu yang telah mencapai tahapan integrity akan lebih mampu menerima kondisi yang terjadi kepadanya sehingga dapat memiliki level kasih sayang diri yang lebih tinggi, (3) Kepribadian, kepribadian digambarkan melalui The Big Five Personality, dimana setiap kepribadian memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi kasih sayang diri yang dimilikinya pula, (4) Peranan Orangtua, Neff menyatakan bahwa proses perkembangan individu yang terjadi dalam keluarga (seperti dukungan dan sikap orangtua) akan berkontribusi dalam menumbuhkan kasih sayang diri pada individu.
Self compassion dan Kepuasan Hidup
8
Adapun self compassion menurut Neff (2011) muncul sebagai sebuah sarana bagi setiap individu dalam menghadapi situasi-situasi sulit yang terjadi di seluruh area kehidupannya. Self compassion menyediakan kesempatan bagi bagi individu untuk melihat, menyadari dan mempelajari keadaan sulit yang terjadi pada mereka sekaligus membantu individu untuk meningkatkan aspek-aspek positif yang membantu meningkatkan kepuasan akan kehidupan mereka. Self compassion dapat dihadirkan apabila individu tersebut dapat memenuhi aspek-aspek yang ada pada self compassion itu sendiri, diantaranya seseorang yang memiliki self compassion tinggi akan cenderung mampu menerima kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya dengan baik, mampu menerima kesalahan dan kegagalan yang dialami sebagai sesuatu hal yang wajar dan juga mempunyai kesadaran mengenai hubungan segala sesuatu yang terjadi dengan baik.
Self compassion berkaitan erat dengan kepuasan hidup seseorang. Self compassion memiliki peranan penting untuk membantu individu dalam menghadapi berbagai macam tekanan permasalahan yang nantinya mempengaruhi kepuasan hidup dan memunculkan emosi negatif. Pada hasil penelitian sebelumnya ditunjukkan oleh Neff (2011) bahwa self compassion sendiri memiliki hubungan pada berbagai fungsi psikologis, seperti kesejahteraan, yang meliputi kebahagiaan dan kepuasan hidup.
Selain itu banyak pula penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa self compassion memiliki hubungan positif dengan kepuasan hidup. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jennings & Tan (2014), disebutkan bahwa ada penurunan pada kepuasan hidup pria gay yang mengakibatkan kecemasan dan depresi karena permasalahan sosial, dan penelitian itu juga menunjukkan bahwa self compassion memiliki hubungan positif yang dapat meningkatkan kepuasan hidup. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni & Kurniawan (2012), bahwa self compassion memiliki korelasi positif dengan kepuasan hidup. Lebih lanjut disebutkan bahwa mahasiswa yang dapat menerima diri sendiri dengan baik sementara mereka sedang menderita mampu mendapatkan kepuasan hidup yang tinggi.
Seperti yang telah diketahui, bahwa rendahnya kepuasan hidup dapat berdampak negatif terhadap psikologis seseorang, terlebih mereka yang mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa kepuasan hidup yang rendah dapat merusak kesehatan tulang dan gaya hidupnya (Febrinastri, 2015). Dampak yang lebih buruk dapat mengakibatkan kematian. Disebutkan oleh Campbell (dalam Tesh & Pulliam, 2013) bahwa kepuasan hidup dapat mengakibatkan stres dan depresi, dimana depresi menjadi salah satu penyebab utama terjadinya bunuh diri. Hal serupa juga disebutkan oleh Boehm (dalam Association for Psychological Science, 2015), bahwa individu dengan kepuasan hidup yang rendah memiliki resiko tinggi akan kematian. Sedangkan orang yang merasa puas terhadap hidupnya akan dapat menikmati area-area kehidupannya dengan baik (Diener, 2009)
Hipotesis
9
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel self compassion terhadap kepuasan hidup pada istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014) penelitian kuantitatif merupakan suatu proses penelitian yang menggunakan data berupa angka sebagai alat dalam menemukan pengetahuan ataupun keterangan yang ingin kita ketahui.
Subjek Penelitian
Pengambilan subjek ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana subjek dipilih dengan dasar pertimbangan peneliti sendiri (Darmawan, 2014). Subjek yang digunakan dalam penelitian adalah istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang memiliki karakteristik sampel yang dibutuhkan. Karakteristiknya adalah wanita yang masih berstatus menikah dan terdaftar sebagai korban KDRT di Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BapermasPer dan KB) Kota Semarang dari tahun 2015-2016. Adapun jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 114 subjek. Roscoe menyatakan ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 hingga 500 (dalam Darmawan, 2014).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Pada penelitian kali ini, terdapat dua variabel yakni variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Adapun yang menjadi variabel bebas (X) yaitu self compassion dan variabel terikatnya (Y) adalah kepuasan hidup.
Self compassion adalah kemampuan yang dimiliki seorang individu untuk bertahan dan memberi pengertian terhadap diri sendiri bahwa penderitaan dan kesulitan terkait kekerasan yang dialami terdapat hal positif didalamnya dengan mengembangkan aspek self kindness, common humanity dan mindfulness dalam diri.
Adapun data penelitian diperoleh dari instrument penelitian menggunakan model pengukuran dengan skala. Pengukuran ini dilakukan dengan mengumpulkan skor hasil skala self compassion pada wanita korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Skala ini bernama SCS (Self Compassion Scale) yang disusun oleh Neff (2003) dan telah diterjemahkan dalam bentuk Bahasa Indonesia. SCS memiliki jumlah item sebanyak 26 item dengan indeks validitas 0,212-0,648. Sedangkan untuk reliabilitasnya, angka koefisiennya sebesar 0,789. Jenis penskalaan dari skala ini menggunakan respon dari Likert dengan lima pilihan jawaban yang disediakan yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP). Adapun aspek-aspek yang dipakai dalam penyusunan skala ini mengacu pada aspek self compassion dari Neff yang dapat dilihat pada tinjauan teori di bab sebelumnya (Astuti, 2015). Setelah dilakukannya perubahan pada rentang pilihan jawabannya yang semula 5 menjadi 4, skala ini diuji coba pada korban KDRT yang berdomisili di Kota Blitar.
10
situasi keuangan, keluarga, hubungannya dengan pasangan, waktu luang yang dimiliki dan aspek-aspek lain setelah menghadapi permasalahan.
Sama seperti sebelumnya, data diperoleh dari instrument penelitian menggunakan model pengukuran dengan skala. Pengukuran pada variabel ini dilakukan dengan mengumpulkan skor hasil skala kepuasan hidup pada wanita korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Skala ini bernama LISAT-9 (Life Satisfaction Questionnaire – 9) yang disusun Meyer (dalam Noonan & Chan, 2013) dengan 6 rentang pilihan jawaban, Sangat Memuaskan (SM), Memuaskan (M), Agak Memuaskan (AM), Agak Tidak Memuaskan (ATM), Tidak Memuaskan (TM), Sangat Tidak Memuaskan (STM). LISAT-9 memiliki jumlah item sebanyak 9 item dengan indeks validitas 0,45 hingga 0,52. Sedangkan untuk reliabilitasnya, angka koefisiennya sebesar 0,750 (Boonstra, Reneman, Stewart, Balk, 2012). Adapun aspek-aspek yang dipakai dalam penyusunan skala ini mengacu pada aspek-aspek kepuasan hidup yang dapat dilihat pada tinjauan teori di bab sebelumnya.
Tabel 1. Index Validitas Item Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur Jumlah Item Valid Indeks Validitas
SCS 19 0.301 – 0.542
LISAT-9 9 0.302 – 0.609
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 untuk skala SCS dari 26 item yang ada telah gugur 7 item dan hanya tersisa 19 item. 19 item tersebut memiliki validitas antara 0.301 hingga 0.542. Sedangkan untuk skala LISAT-9 hasil dari uji validitas menunjukkan bahwa dari ke 9 item yang ada, tidak ada item yang gugur. Keseluruhan item tersebut memiliki validitas antara 0.302 hingga 0.609.
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur Cronbach Alpha
SCS 0.847
LISAT-9 0.737
Pada tabel 2 kita dapat melihat bahwa reliabilitas untuk kedua instrument yang ada telah melebihi 0.6 dan dapat dikatakan reliable. Skala SCS dalam bahasa indonesia memiliki Cronbach alpha 0.84 dan untuk skala LISAT-9 dalam Bahasa Indonesia ini ialah 0.737. Kedua skala tersebut termasuk dalam kategori baik dan reliable.
Kedua tabel tersebut membuktikan bahwa kedua instrument tersebut memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai.
Prosedur dan Analisa Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur utama diantaranya sebagai berikut:
11
kuesioner kepuasan hidup yang disusun oleh Meyer (dalam Noonan & Chan, 2013) dengan jumlah item 9. Selanjutnya peneliti mengadakan try out untuk menguji validitas dan reliabilitas dari skala yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah itu, dilakukan penyebaran angket untuk try out terhadap 50 orang istri yang terdaftar sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga di kantor polisi Kota Blitar.
Pada tahap pelaksanaan, skala dengan item yang telah valid setelah tryout disebar untuk mendapatkan data penelitian pada subjek dengan karakteristik yang telah ditetapkan peneliti. Penelitian dilaksanakan pada bulan 15 Juni hingga 10 Juli 2016 terhadap 114 orang istri yang terdaftar sebagai korban KDRT di BapermasPer dan KB Kota Semarang. Skala penelitian disebar satu per satu dengan bantuan full timer instansi yang bersangkutan pada setiap subjek. Tahap ketiga, peneliti melakukan analisa yaitu menganalisa hasil dari keseluruhan proses penelitian. Data-data yang diperoleh dari pengisian skala oleh peneliti di imput dan di olah dengan menggunakan program SPSS versi 23.0 for windows.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini melibatkan 114 orang korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang berdomisili di Kota Semarang sebagai subjek penelitian. Dari 114 orang korban tersebut memiliki keterangan identitas diantaranya usia, pekerjaan, usia pernikahan dan jumlah anak. Untuk kategori usia dikelompokkan berdasarkan usia perkembangan manusia yakni dewasa awal (21-40 tahun) dan dewasa madya (41-60 tahun). Kategori status pekerjaan dibagi menjadi 2, yaitu bekerja dan tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Kategori usia pernikahan dibagi menjadi 2, pernikahan awal (<10 tahun) dan pernikahan lanjut (>11 tahun). Sedangkan untuk kategori anak dibagi menjadi 2, memiliki anak dan tidak. Uraian lebih rinci mengenai subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian
Kategori Frekuensi Persentase
12
Pada tabel 3 dapat dilihat jumlah subjek disetiap kategorinya, untuk kategori usia terdiri dari dua kategori yaitu dewasa awal sebanyak 58 orang (51%) dan dewasa madya sebanyak 56 orang (49%). Berdasarkan kategori status pekerjaan, sebanyak 74 orang (65%) bekerja dan sebanyak 40 orang (35%) tidak bekerja. Kemudian untuk kategori usia pernikahan, sebanyak 34 orang (30%) memiliki usia pernikahan kurang dari 10 tahun dan sebanyak 80 orang (70%) memiliki usia pernikahan diatas 11 tahun. Dilihat dari jumlah anak, maka didapat sebanyak 110 orang (96%) memiliki anak dan sebanyak 4 orang (4%) belum memiliki anak.
Tabel 4. Deskripsi Variabel Kepuasan Hidup
Mean SD Kategori Interval Tscore N Presentase
(%)
24.01 6.040 Rendah Tinggi TTscorescore < 50 > 50 66 48 58 42
Total 114 100
Deskripsi variabel dependent penelitian yaitu Kepuasan Hidup. Variabel tersebut memiliki kategori rendah yang paling tinggi yaitu sebesar 58% dibanding dengan kategori tinggi. Variabel ini memiliki mean 24.01 dan standar deviasi sebanyak 6.040.
Tabel 5. Deskripsi Variabel Self Compassion
Mean SD Kategori Interval Tscore N Presentase
(%)
51.72 7.006 Rendah Tinggi TTscorescore < 50 > 50 60 54 53 47
Total 114 100
Deskripsi variabel independent penelitian yaitu Self Compassion. Variabel tersebut memiliki kategori rendah yang paling tinggi yaitu sebesar 53% dibanding dengan kategori tinggi. Variabel ini memiliki mean 51.72 dan standar deviasi sebanyak 7.006.
Gambar 1. Mean Self Compassion dan Kepuasan Hidup berdasarkan Usia, Status Pekerjaan, Usia Pernikahan, dan Jumlah Anak
22,95 25,11 24,47 23,15 22,18 24,89 24,13 20,75
50,62 52,86 51,74 51,68 52,03 51,90 51,73 51,50
13
Pada gambar 1 dapat dilihat ada beberapa kriteria dan juga mean atau rata-rata skor self compassion dan juga kepuasan hidup. Rata-rata skor self compassion pada kriteria dewasa awal sebesar 50.62, dewasa madya sebesar 52.86, bekerja sebesar 51.74, tidak bekerja sebesar 51.68, pernikahan awal sebesar 52.03, pernikahan lanjut sebesar 51.90, ada anak sebesar 51.73, dan tidak ada anak sebesar 51.50. Sedangkan untuk rata-rata skor kepuasan hidup pada dewasa awal sebesar 22.95, dewasa akhir sebesar 25.11, bekerja sebesar 24.47, tidak bekerja sebesar 23.15, pernikahan awal sebesar 22.18, pernikahan lanjut sebesar 24.89, ada anak sebesar 24.13, dan tidak ada anak sebesar 20.75.
Hasil Analisa Regresi Sederhana
Tabel 6. Hasil Analisa Regresi Sederhana
R R Square f a B P
0.348 0.121 15.455 8.482 0.300 0.000
Berdasarkan dari hasil analisa regresi sederhana yang telah dilakukan dengan SPSS 23, didapatkan beberapa nilai seperti pada tabel 6 diatas. Dari hasil analisa tersebut ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara self compassion terhadap kepuasan hidup istri yang menjadi korban KDRT. Hal ini ditunjukkan dengan angka probabilitas sebesar 0.000 (p<0.05) sehingga hipotesa dapat diterima. Nilai korelasi hubungan (R) sebesar 0.348 dan juga prosentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (R Square) sebesar 0.121 yang artinya self compassion memberikan pengaruh sebesar 12.1% terhadap kepuasan hidup istri yang menjadi korban KDRT dan menujukkan bahwa kepuasan hidup istri yang menjadi korban KDRT 88.9% dipengaruhi oleh hal lain selain self compassion. Seperti yang tertera pada tabel 6 diketahui bahwa hasil analisa regresi ini menunjukkan bahwa self compassion memberikan pengaruh dengan arah positif terhadap kepuasan hidup, semakin tinggi self compassion maka istri yang menjadi korban KDRT semakin puas pula hidup istri yang menjadi korban KDRT begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat self compassion maka semakin tidak puas pula hidup istri yang menjadi korban KDRT.
DISKUSI
Berdasarkan dari hasil penelitian ini didapatkan nilai r square sebesar 0.121 dan p = 0.000 < 0.005 yang artinya bahwa self compassion yang dimiliki seseorang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang memiliki self compassion yang tinggi maka kemungkinan orang tersebut akan merasa puas terhadap hidupnya. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yaitu bahwa self compassion secara signifikan sejumlah 12,1 persen dapat mempengaruhi kepuasan hidup, sedangkan sisanya 88.9 persen kepuasan hidup dipengaruhi oleh variabel lain selain self compassion.
14
memuaskan. Namun penilaian tersebut bisa berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada pengalaman-pengalaman hidup yang mereka lalui dan juga terpenuhi atau tidaknya kebutuhan hidupnya. Penilaian individu terkait kepuasan hidupnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, gender, ras, status kerja, pendidikan, agama, pernikahan dan keluarga (Diener, 2009). Selain itu disebutkan oleh Veenhoven (2013) ada setidaknya 7 kontributor yang membentuk kepuasan hidup diantaranya aksi kolektif, perilaku individu, pengalaman sensor sederhana, kognitif, karakteristik individu yang stabil, lingkungan, dan faktor kesempatan. Istri yang menjadi korban KDRT adalah istri yang memiliki pengalaman kekerasan oleh pasangan mereka selama membina rumah tangga. Kekerasan yang dimaksudkan tidak hanya kekerasan fisik, namun bisa pula secara psikologis, finansial dan sebagainya. Hasil penelitian oleh Hutchins & Sinha (2013) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami kekerasan mengevaluasi kesehatan mereka secara negatif, penggunaan obat tidur dan anti depresi juga disebutkan sangat tinggi. Para wanita yang menjadi korban ini mendapatkan tekanan emosi dan luka fisik sehingga mereka memutuskan menggunakan obat-obatan untuk menekan depresi. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa wanita yang mengalami kekerasan selain cenderung merasa tidak aman dan ketakutan tetapi juga merasa kepuasan terhadap hidup yang dimilikinya berada dalam tingkatan yang rendah. Berdasarkan penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa istri yang menjadi korban KDRT cenderung tidak puas terhadap hidupnya. Hal tersebut didukung pula dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa 58% istri yang menjadi korban KDRT berada dalam kategori rendah dalam menilai kepuasannya terhadap hidup. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan rata-rata hasil skor untuk setiap kategori yang dimiliki subjek. Misalnya untuk kategori usia, menunjukkan bahwa dewasa madya memiliki angka rata-rata lebih tinggi. Pada kategori status pekerjaan, menunjukkan bahwa subjek yang memiliki pekerjaan memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak bekerja, begitu pula dengan kategori usia pernikahan dan jumlah anak, subjek dengan usia pernikahan lanjut dan memiliki anak mendapatkan rata-rata skor yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang telah disebutkan juga didukung oleh hasil penelitian Diener (2009), disebutkan bahwa individu dengan usia yang lebih tua dapat menilai kehidupan mereka secara lebih positif berdasarkan pengalaman yang telah dilalui. Selain itu dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa individu yang tidak memiliki pekerjaan merupakan kelompok yang tidak puas terhadap hidupnya karena individu yang menjadi pengangguran cenderung memiliki masalah keuangan. Hal serupa juga disebutkan dalam penelitian Jan & Masood (2008) bahwa wanita memiliki rasa puas terhadap hidupnya diseluruh tingkatan usia namun wanita dengan pemasukan yang tinggi cenderung lebih puas terhadap hidupnya.
15
sebanyak 53% istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga memiliki self compassion yang rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan pada rata-rata hasil skor untuk setiap kategori subjeknya. Misalnya untuk kategori usia, dewasa madya memiliki rata-rata skor lebih tinggi dari dewasa awal. Kemudian pada kategori status pekerjaan, subjek yang memiliki pekerjaan mendapatkan rata-rata skor yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak bekerja. Rata-rata hasil skor juga lebih tinggi pada subjek yang berada pada usia pernikahan awal dan memiliki anak. Neff (2003) menyebutkan bahwa individu memiliki tahapan integritas yang berbeda disetiap tahapan perkembangan, individu dengan usia yang lebih matang disebutkan lebih mampu dalam menumbuhkan kasih sayang terhadap diri.
Disebutkan di penelitian sebelumnya bahwa self compassion berkaitan erat dengan kepuasan hidup seseorang (Neff, 2003). Self compassion memiliki peranan penting untuk membantu individu dalam menghadapi berbagai macam tekanan permasalahan yang nantinya mempengaruhi kepuasan hidup dan memunculkan emosi negatif. Pada hasil penelitian sebelumnya ditunjukkan oleh Neff (2011) bahwa self compassion sendiri memiliki hubungan pada berbagai fungsi psikologis, seperti kesejahteraan, yang meliputi kebahagiaan dan kepuasan hidup. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan self compassion yang dimiliki seseorang terhadap kepuasan hidupnya.
16
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitan ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara self compassion terhadap kepuasan hidup sebesar 12,1%, sedangkan 88.9% nya dipengaruhi oleh variabel lain selain self compassion, diantaranya optimism, harga diri, dukungan sosial dan sebagainya.
Implikasi dari penelitian ini, yaitu kepada lembaga atau badan yang menangani permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) agar dapat dimasukkan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan bantuan kepada korban KDRT. Hal ini karena telah ditemukan adanya pengaruh dari self compassion terhadap kepuasan hidup. Oleh karena itu perlu disediakannya tenaga psikologi yang dapat membantu korban KDRT untuk menumbuhkan self compassion dalam dirinya sebagai upaya untuk membantu dirinya dalam menghadapi permasalahan terkait kekerasan dan dampak yang dialami. Bagi peneliti yang melakukan penelitian selanjutnya ada beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Pertama, mengaitkan kepuasan hidup dengan variabel lain selain self compassion seperti: pemafaan, religiusitas, optimisme dll. Kedua, penelitian dapat dilakukan dengan banyaknya kelompok subjek yang berbeda, tidak hanya istri tetapi juga pada suami yang mengalami KDRT sehingga hasil penelitian selanjutnya bisa lebih bermanfaat, tidak hanya terbatas pada beberapa kriteria saja. Dan yang terakhir, perlu adanya penggalian lebih dalam terkait aspek-aspek pada setiap variabel yang mungkin dapat mempengaruhi, seperti keuangan, waktu luang, dan faktor-faktor lainnya.
REFERENSI
Alam, A. T. (2014). Korban butuh perlindungan dan pendampingan. Retrieved April 4, 2016 from http://daerah.sindonews.com/read/932268/151/korban-butuh-perlindungan-dan-pendampingan-1417579284
Anggraeni, D. T., & Kurniawan, I. N. (2012). Self-compassion and satisfaction with life: A preliminary study on Indonesian college student. IPEDR, 53(23), 105-108. DOI: 10.7763
Angriyani, T. Y., & Hayati, E. N. (2014). Kebahagiaan pada buruh gendong. Emphaty, 2(2),
66-70. Accessed on April 4, 2016 from
journal.uad.ac.id/index.php/EMPATHY/article/download/3031/1767
Association for Psychological Science. (2015). Life satisfaction linked with mortality risk in
older adults. Retrieved April 4, 2016 from
http://www.psychologicalscience.org/index.php/news/releases/life-satisfaction-linked-with-mortality-risk-in-older-adults.html
Astuti, L. H. T. (2015). Hubungan self compassion dengan mental health pada individu penyintas gagal ginjal kronis. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Semarang. Retrieved April 4, 2016 from http://lib.unnes.ac.id/21931/
http://www.impactjournals.us/download.php%3Ffname%3D2-14-1429965328-17
6.applied- %2520Study%2520of%2520Self%2520Compassion%2520and%2520Mental%2520-%2520SUHAIL%2520AHMAD%2520BHAT1.pdf
Boonstra, A. M., Reneman, M. F., Stewart, R. E., & Balk, G. A. (2012). Life satisfaction questionnaire (LISAT-9): Realibility dan validity for patients with acquired brain injury. Accessed on November 6, 2015 from DOI: 10.1097/MRR.0b013e328352ab28
Carlsson, G. E., Warleby, G. F., Moller, A., & Blomstrand, C. (2007). Comparison of life satisfaction within couplesone year after a partner’s stroke. Journal Rehabilitation Medicine. DOI: 10.2340/16501977-0048
Davis, R. L. (2010). Domestic violence related deaths. Journal of Aggression, Conflict and Peace Research, 2(2), 44-52. Accessed on December 17, 2015 from http://www.mediaradar.org/docs/Davis-DomesticViolenceRelatedDeaths.pdf
Darmawan, D. (2014). Metode penelitian kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2009). The subjective well-being: The science of happiness and life satisfaction. Retrieved Juli 20, 2016 from http://greatergood.berkeley.edu/images/application_uploads/Diener-Subjective_Well-Being.pdf
Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective well-being: Three decades of progress. Psychological Bulletin, 125(2), 276-302. Accessed on September 11, 2015 from http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2199216
18
Hutchins, H. & Sinha, M. (2013). Section 3: Impact of violence againts women. Retrieved April 04, 2016, from http://www.statcan.gc.ca/pub/85-002-x/2013001/article/11766/11766-3-eng.htm
Jan, M., & Masood, T. (2008). An assessment of life satisfaction among women. Study Home Community Science, 2(1), 33-42. Accessed on Juli 27, 2016, from http://www.krepublishers.com/02-Journals/S-HCS/HCS-02-0-000-08-Web/HCS-02-1-001-08-Abst-Text/HCS-02-1-033-08-035-Jan-M/HCS-02-1-033-08-035-Jan-M-Tt.pdf
Jennings, L. K., & Tan, P. P. (2014). Self compassion and life satisfaction in gay men. Psychological Reports: Relationship & Communications, 115(3), 888-895. Accessed on November 5, 2015 from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25539176
Kharina, & Saragih, J. I. (2012). Meditasi metta-bhavana (loving-kindness meditation) untuk mengembangkan self compassion. Predicara, 1(1), 9-16. Accessed on April 6, 2016 from http://jurnal.usu.ac.id/index.php/predicara/article/view/528/291
Leung, B. W. C., Moneta, G. B., & Chang, C. M. (2005). Think positively and feel positively: Optimism and life satisfaction in late life. Journal Aging And Human Development, is ‘healthy marriage’? Defining the concept. Child Trends Research Brief: Washington.
Retrieved November 23, 2015, from
http://twogetherintexas.com/Pdf/WhatIsHealthyMarriage.pdf.
Noonan, V. & Chan, C. (2013). Life satisfaction questionnaire (LISAT-9, LISAT-11). Accessed on November 27, 2015, from https://www.scireproject.com/outcome-measures-new/life-satisfaction-questionnaire-lisat-9-lisat-11
Neff, K. D. (2003). Self-compassion: An alternative conceptualization of a healthy attitude toward oneself. Retrieved Maret 17, 2016, from http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/SCtheoryarticle.pdf
Neff, K. D. (2011). Self compassion: Stop beating yourself up and leave insecurity behind.
Retrieved Mei 5, 2016, from
https://books.google.co.id/books?id=PDAEzLL9mscC&printsec=frontcover&dq=self+
19
Pavot, W. & Diener, E. (1993). Review of the satisfaction with life scale. Psychological Assesment, 5(2), 164-173. Accessed on September 11, 2015 from http://internal.psychology.illinois.edu/~ediener/Documents/Pavot-Diener_1993.pdf
Seppala, E. (2014). The scientific benefits of self-compassion. Retrieved December 17, 2015, from http://www.emmaseppala.com/scientific-benefits-self-compassion-infographic/
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sutrisminah, E. (2012). Dampak kekerasan pada istri dalam rumah tangga terhadap kesehatan
reproduksi. Retrivied November 23, 2015, from
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/62
Tesh, M. L. J., & Pulliam, R. M. (2013). Mindful self-compassion strategies for survivors of intimate partner abuse. Retrieved December 17, 2015, from http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/PartnerAbuse.pdf
Tyas, M. P. (2008). Terapi pemaafan untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif istri yang berkonflik dengan suami (Theses, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta). Retrieved from
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail &act=view&typ=html&buku_id=66432
Uysal, R. J. (2014). Life satisfaction and self-compassion: A structural equation modeling. International Journal of Current Research, 6(6), 7251-7256. Accessed on November 8, 2015 from http://www.journalcra.com/article/life-satisfaction-and-self-compassion-structural-equation-modeling
Veenhoven, R. (2013). Overall satisfaction with life. Retrieved Juli, 24, 2016, from https://personal.eur.nl/veenhoven/Pub2010s/2013c-full.pdf
Veenhoven, R., Saris, W. E., Scherpenzeel, A. C., & Bunting, B. (1996). The study of life
satisfaction. Retrieved April, 26, 2016, from
20
21
22 HASIL TRY OUT SKALA LISAT-9
No Komponen Jenis Item Jumlah Item
1 Life as a whole (Hidup secara
keseluruhan)
1 1 Secara keseluruhan hidup saya
2 Closeness (Kedekatan)
6
3
Kehidupan seksual saya
9 Hubungan saya dengan pasangan 8 Kehidupan keluarga saya
3
Health (Kesehatan) 7 1 Kemampuan saya dalam merawat diri (seperti berpakaian, kebersihan, dan sebagainya)
4 Spare time (Waktu luang)
4 2 Situasi waktu luang saya
5 1 Hubungan saya dengan teman dan kerabat dekat
5 Provision (Ketentuan)
23 HASIL TRY OUT SKALA SELF COMPASSION
24
25
No Komponen Sebelum Try Out Setelah Try
Out
Jumlah Setelah Try Out
1 Self-kindness 5,12,19,23,26 23,26 2
2 Self-judgement 1,8,11,16,21 1,16,21 3
3 Common humanity 3,7,10,15 7,10 2
4 Isolation items 4,13,18,25 4,13,18,25 4
5 Mindfulness 9,14,17,22 9,14,17,22 4
6 Over-identified 2,6,20,24 2,6,20,24 4
2
30 1 2 3 1 3 2 3 1 2 2 1 3 2 4 3 2 2 3 4 3 2 2 3 1 2 3
31 2 3 3 1 3 3 3 1 3 3 2 2 1 4 4 2 3 3 4 2 1 3 3 1 2 3
32 1 2 3 1 2 2 2 2 2 3 1 3 3 3 3 3 2 2 4 1 2 3 3 1 3 3
33 3 2 4 1 3 3 2 2 3 4 2 2 4 3 4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3
34 2 3 3 2 4 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 1 4 2 3 3 2 3 2 2 2 1
35 1 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 4 2 3
36 2 3 3 1 4 3 3 3 4 3 2 2 1 2 3 2 4 2 3 2 3 2 4 2 3 3
37 1 2 2 4 3 4 4 4 3 3 1 4 2 3 3 3 4 2 3 2 4 3 4 3 2 3
38 4 2 2 4 2 4 1 4 2 2 4 3 3 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 3 3
39 4 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4
40 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
41 3 4 2 4 1 4 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4 3 2
42 4 3 3 4 1 4 3 2 3 2 4 1 4 3 2 3 3 2 2 2 3 4 4 2 4 3
43 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 1 4 3 4 4 4 4 3 3 1 4 3 4 2 3 3
44 4 2 2 2 3 3 3 2 3 4 1 1 4 2 2 2 3 3 2 3 4 3 4 4 2 3
45 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 2 2 1 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4
46 2 3 4 2 3 2 3 1 4 4 2 4 2 4 4 2 3 1 4 3 3 3 2 3 2 3
47 4 4 4 4 2 3 3 2 3 3 4 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3
48 4 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3
49 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3
4
29 4 5 4 3 4 3 4 5 4
30 4 4 6 5 5 2 6 5 3
31 4 5 4 3 3 3 4 5 3
32 4 4 4 3 4 2 4 4 3
33 3 2 3 4 4 5 4 4 4
34 4 3 3 5 5 3 3 4 5
35 4 5 5 2 5 3 4 4 3
36 5 4 3 5 3 5 4 4 4
37 3 4 3 3 5 5 4 3 3
38 4 5 4 4 5 6 5 5 5
39 3 3 3 4 3 3 5 4 3
40 5 5 3 3 5 3 3 3 3
41 4 5 3 1 5 5 4 5 4
42 4 3 5 5 5 5 5 5 5
43 4 4 4 4 6 5 5 4 3
44 5 5 3 5 6 5 2 5 6
45 3 4 4 3 5 5 4 3 3
46 3 2 3 4 4 5 4 4 4
47 4 4 4 4 3 2 3 2 2
48 5 4 4 5 5 5 5 6 6
49 5 4 4 4 5 5 5 6 2
30
31 Identitas Responden
Nama (Inisial) :
Usia :
Pekerjaan :
Usia Pernikahan :
Jumlah Anak :
Saya adalah mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang mengadakan penelitian. Data yang saya kumpulkan melalui skala ini akan digunakan sebagai bahan untuk menyusun skripsi.
Dalam penelitian ini akan ada dua skala yang digunakan yang berbentuk pernyataan dan pertanyaan. Perlu anda ketahui bahwa skala ini bukanlah suatu tes sehingga tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar asalkan sesuai dengan keadaan diri anda yang sesungguhnya. Identitas anda kami jamin kerahasiaannya dan tidak akan berpengaruh pada kegiatan anda. Oleh karenanya tidak perlu ragu-ragu dalam memberikan jawaban.
Saya sangat menghargai kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam mengisi skala ini dan saya ucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan.
Hormat saya,
32 PERTANYAAN UTAMA 1
Bacalah setiap pernyataan berikut dengan teliti. Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan diri anda, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban tersebut. Diharapkan tidak ada nomor yang terlewati. Adapun pilihan jawaban yang tersedia yaitu:
(STM) : Sangat Tidak Memuaskan (TM) : Tidak Memuaskan
(ATM) : Agak Tidak Memuaskan (AM) : Agak Memuaskan (M) : Memuaskan
(SM) : Sangat Memuaskan
No Pertanyaan STM TM ATM AM M SM
1 Secara keseluruhan hidup saya 2 Situasi pekerjaan saya
3 Situasi keuangan saya 4 Situasi waktu luang saya
5 Hubungan saya dengan teman dan kenalan 6 Kehidupan seksual saya
7 Kemampuan saya dalam merawat diri (seperti berpakaian, kebersihan, dan sebagainya) 8 Kehidupan keluarga saya
33 PERTANYAAN UTAMA 2
Bacalah setiap pernyataan berikut dengan teliti. Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan diri anda, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban tersebut. Diharapkan tidak ada nomor yang terlewati. Adapun pilihan jawaban yang tersedia yaitu:
(TP) : Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah anda alami/ rasakan (JR) : Jika pernyataan tersebut Jarang anda alami/ rasakan
(SR) : Jika pernyataan tersebut Sering anda alami/ rasakan (SL) : Jika pernyataan tersebut Selalu anda alami/ rasakan
No Pernyataan TP JR SR SL Jawaban
1 Saya menolak kelemahan dan kekurangan yang saya miliki 2 Saya fokus pada hal-hal yang buruk ketika merasa sedih
3 Saya merasa terbuang dari orang lain ketika saya memikirkan tentang kelemahan yang saya miliki
4 Saya larut dalam perasaan tidak berdaya ketika gagal dalam urusan yang penting 5 Saya mengingatkan diri sendiri bahwa ada banyak orang di luar sana yang
memiliki perasaan sama seperti saya ketika mengalami kegagalan
6 Ketika sesuatu membuat saya marah, saya mencoba untuk menjaga kondisi emosi saya tetap seimbang
7 Ketika saya merasa tidak berdaya dalam melakukan sesuatu, saya mencoba berpikir bahwa sebagian besar orang lain juga merasakan hal yang sama 8 Ketika saya sedih, saya merasa sepertinya orang lain lebih bahagia dari pada
saya
9 Saya mencoba untuk berpikir jernih ketika terjadi hal yang menyakitkan dalam hidup saya
10 Saya putus asa terhadap sifat saya yang tidak saya sukai
11 Ketika saya mengalami kegagalan, saya mencoba menyikapinya dengan bijak 12 Ketika saya harus berjuang dalam hidup, saya merasa bahwa orang lain
memiliki hidup yang lebih mudah dijalani
13 Saya terbawa emosi ketika terdapat sesuatu yang membuat saya marah 14 Saya menjadi tidak perduli pada diri sendiri ketika mengalami penderitaan 15 Ketika merasakan kesedihan, saya mencoba untuk menyikapinya dengan
berlapang dada
16 Saya menerima kekurangan dan kelemahan saya
17 Ketika sesuatu yang menyakitkan terjadi, saya merespon berlebihan dari situasi yang sebenarnya
34
35 SELF COMPASSION (SELF COMPASSION SCALE)
38
JM 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2
BG 4 4 3 3 2 2 3 3 3 2 4 1 4 2 3 4 4 3 3
AK 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3
SR 4 3 4 3 4 3 2 2 4 3 3 2 4 2 3 4 3 4 3
SJ 3 4 4 4 3 3 1 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4
A 2 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 2 4 3 4
E 1 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 2
KS 3 3 4 3 3 3 3 1 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3
E 1 2 3 2 2 3 4 3 2 4 3 4 1 2 3 1 2 3 2
IA 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4
A 4 3 2 3 2 3 1 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 2 3
X 4 3 3 3 3 4 1 1 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 3
E 3 2 1 3 4 2 2 2 1 4 2 2 2 3 2 3 2 1 3
T 3 2 3 1 3 2 1 4 2 4 4 2 3 1 3 3 2 3 1
WYW 2 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2
TM 3 4 3 1 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 1
NH 3 3 2 3 2 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3
EKS 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2
DT 1 2 2 3 3 3 1 3 4 4 2 4 1 4 2 1 2 2 3
RK 1 3 2 3 4 3 1 4 2 2 2 1 1 4 2 1 3 2 3
HL 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2 4 1 2 2 1 2 1
39 KEPUASAN HIDUP (LIFE SATISFACTION QUESTIONNAIRE/LISAT-9)
42
JM 3 2 3 2 2 3 2 2 2
BG 2 3 2 3 3 2 2 3 3
AK 3 2 3 2 4 3 2 2 2
SR 4 3 2 3 2 3 3 3 2
SJ 2 3 2 2 3 3 2 2 2
A 3 4 3 3 3 3 4 5 3
E 2 2 2 2 2 3 2 2 2
KS 3 2 2 2 4 2 2 2 2
E 3 4 2 1 3 3 2 4 2
IA 3 2 3 5 3 3 4 4 3
A 3 3 2 3 3 4 4 3 2
X 4 4 2 4 3 4 2 4 3
E 2 3 3 2 3 3 2 2 2
T 2 2 3 2 1 3 3 3 2
WYW 2 1 2 2 2 2 2 2 1
TM 5 2 3 5 3 5 3 4 3
NH 5 3 4 2 3 2 4 3 2
EKS 5 5 4 5 4 3 4 4 3
DT 3 2 2 3 2 3 3 2 1
RK 2 1 3 4 3 3 2 3 2
HL 2 1 2 3 2 3 2 2 1
43 Rata-rata Skor Berdasarkan Kategori Usia
44
NO. Subjek Dewasa Madya
46 Rata-rata Skor Berdasarkan Kategori Usia Pernikahan
49 Rata-rata Skor Berdasarkan Kategori Status Pekerjaan
52 Rata-rata Skor Berdasarkan Kategori Jumlah Anak
55
59
60 Kerangka Berpikir
Self Compassion
1. Memberikan pemahaman pada diri sendiri saat situasi sulit 2. Tidak mengkritik & menghakimi
diri sendiri
1. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya dengan baik
2. Mampu menerima kesalahan dan kegagalan yang dialami sebagai sesuatu hal yang wajar
3. Menyadari hubungan situasi yang dihadapi dengan baik
1. Menemukan cara yang lebih baik untuk hidup
2. Cenderung lebih memperhatikan diri sendiri, terlebih kesehatannya
3. Menikmati segala pengalaman yang terjadi dalam hidupnya
61