• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Self-Compassion pada Anak Jalanan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Self-Compassion pada Anak Jalanan Kota Medan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Medan merupakan kota yang menduduki posisi ketiga sebagai kota terbesar di Indonesia yang menyumbang begitu banyak masalah. Permasalahan yang terjadi melingkupi dari berbagai segi kehidupan. Mulai dari kekosongan pemimpin karena korupsi, bullying yang semakin marak terutama di dunia pendidikan, kasus begal yang merajalela, kasus kekerasan, child abuse and neglect, hingga masalah yang belum bisa terselesaikan

bahkan semakin meningkat seperti anak jalanan (KKSP, Komunikasi Personal).

Anak jalanan adalah seseorang yang berumur dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya (Shalahuddin, 2000). Anak jalanan merupakan sebagian dari anak-anak yang hidup dan tumbuh di jalanan tanpa ada pemantauan dan tumbuh secara mandiri (Irwanto dalam Sindawati, 2012). Keberadaan anak jalanan di kota Medan telah menjadi fenomena yang kerap kali menimbulkan berbagai respon dari masyarakat, baik itu positif maupun negatif (Andriansyah, 2011).

(2)

hubungan dengan keluarga, meskipun frekuensi pertemuan tidak dapat dipastikan).Kategori kelompok kedua adalah children of the street (anak jalanan yang tidak memiliki hubungan dengan keluar atau memutuskan hubungan dengan keluarga) dan kategori kelompok ketiga yaitu children from families of the street (anak jalanan yang berasal dari keluarga jalanan).

Tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah anak jalanan saat ini. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memperkirakan, pada tahun 2006 lalu terdapat sekitar 150 ribu anak jalanan Indonesia dengan konsentrasi terbesar di Jakarta. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Sosial Kota Medan pada tahun 2009 jumlah anak jalanan sekitar 895 (Dinas Sosial, 2009). Mulai tahun 2010 jumlah anak jalanan kota Medan semakin lama semakin berkurang. Mereka beralih profesi untuk meningkatkan status ekonomi keluarga dan status sosial mereka. Sebagian dari mereka beralih profesi menjadi supir angkot ataupun tukang parkir. Pada tahun 2012-2013 jumlah anak jalanan kota Medan tidak menyentuh angka 800 orang (KKSP, Komunikasi Personal).

(3)

lain yang menjadi masalah yang paling utama adalah ekonomi, pendidikan, dan tuntutan hidup yang harus dipenuhi untuk keberlangsungan hidup.

Begitu banyak masalah yang melatarbelakangi ekonomi pada anak jalanan. Ketidakseimbangan ekonomi yang dialami anak jalanan terjadi karena permasalahan-permaslaah yang sering muncul dalam keluarga, seperti orangtua bercerai lalu sang ibu meninggalkan anaknya, bapak yang sakit dan ibu yang sudah meninggal, adapula yang bapak pemabuk dan pecandu sedangkan sang ibu hanya pencuci sehingga sang anak yang harus menanggung tanggungjawab untuk membantu ibu dan adiknya. Alasan lain yang mendasari anak memutuskan untuk menjadi anak jalanan adalah karena terjadinya konflik dengan orang tua. Anak tidak ingin terlibat dengan aturan yang ada dirumah, mereka ingin mencari kebebasan. Tak sedikit pula anak memilih menjadi anak jalanan karena ditolak oleh keluarganya dengan alasan anak pernah melakukan kesalahan seperti penyalahgunaan obat-obatan (KKSP, Komunikasi Personal).Gaya hidup anak jalanan mendidik mereka untuk menjual rasa iba, yang akan melahirkan mental-mental rusak yang semakin kental ketika mereka dewasa nantinya (Purba, 2015). Jika hal ini terjadi, maka akan melahirkan semakin banyak penyakit sosial dan tingkat-tingkat kriminalitas di masyarakat.

(4)

tuanya (Sarwoto, dalam Suharto 2016). Berpegang pada tanggung jawab yang mendasari masalah ekonomi mereka, sebagian dari mereka masih mengutamakan pendidikan. Mereka masih mementingkan pendidikan karena ingin perubahan dalam hidup mereka, mendapatkan kehidupan yang lebih baik, meningkatkan ekonomi mereka, dan tidak terpuruk terhadap keadaan yang mereka jalani (KKSP, Komunikasi Personal).

Saat menjadi anak jalanan sebagian dari mereka juga dapat merasakan kebahagiaan atas apa yang mereka jalani. Penelitian yang dilakukan Mardayeti (2013) menjelaskan bahwa anak jalanan merasa bahwa ia dapat merasakan kebahagiaan ketika bersama temannya, karena menurutnya temannya mampu memberikan perhatian kepadanya dan bersama teman-temannya ia bisa membagi semua permasalahan yang dialaminya. Sebagian anak jalanan juga merasa bahagia ketika berada dijalan bersama teman-temannya karena saat berada dijalan mereka bisa merasakan kebebasan yang membuat mereka bahagia dan senang.

(5)

Umumnya individu yang bahagia akan melihat, mengevaluasi, dan berpikir tentang setiap peristiwa dalam kehidupan melalui pandangan yang lebih positif, mengambil hikmah di setiap peristiwa bahkan jika mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan, dan hidup berfokus di masa sekarang (Lyubomirsky, 2001 dalam Ulfah, 2015). Kebahagian tersebut dapat dijelaskan oleh beberapa konsep psikologis. Salah satu konsep psikologis yang diperkirakan mampu menjelaskan hal tersebut adalah konsep self-compassion. Konsep self-compassion merupakan sebuah konsep yang berpegang pada kasih sayang yang berkaitan dengan diri individu sebagai objek perhatian ketika dihadapkan dengan peristiwa negatif (Neff, 2003a). Secara umum, self-compassion berhubungan dengan keterbukaan dan pemahaman terhadap orang

lain. Individu yang mempunyai self compassion tinggi mempunyai ciri; mampu menerima diri sendiri baik itu kelebihan maupun kelemahannya, mampu menerima kesalahan atau kegagalan sebagai sebuah hal wajar yang juga dialami oleh orang lain, dan mempunyai kesadaran tentang keterhubungan antara segala sesuatu (Hidayati & Maharani, 2013).

Self-compassion dapat menjelaskan bagaimana individu mampu bertahan,

(6)

sehari-hari, akan semakin mudah untuk dilewati. Hal tersebut terjadi karena individu dengan self-compassion tidak mudah menyalahkan diri bila menghadapi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, memperbaiki kesalahan, mengubah perilaku menjadi produktif, dan berani menghadapi tantangan baru.

Anak jalanan di kota Medan umumnya adalah anak-anak yang tergolong masih muda yang umumnya berada pada usia masa kanak awal, kanak-kanak akhir, dan remaja (KKSP, Komunikasi Personal). Usia remaja bukanlah fase yang mudah untuk dilewati. Banyak perubahan-perubahan yang harus dihadapi baik mengenai perkembangan fisik maupun psikologis. Neff (2011) menyatakan bahwa self-compassion terendah dalam periode kehidupan terjadi pada masa remaja. Pada usia tersebut seorang anak juga sedang menjalani masa pubertas dan sedang berada pada masa pencarian identitas diri (Erikson, dalam Papalia, 2007). Peningkatan kemampuan kognitif remaja seperti meningkatnya kemampuan introspeksi, metakognisi, refleksi diri, dan kemampuan berpikir dari perspektif sosial (Keating, 1990 dalam Neff, 2003) juga membawa beberapa kewajiban baru dan tugas perkembangan yang berbeda. Kemampuan baru pada remaja ini membuat remaja terus mengevaluasi diri mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan orang lain karena mereka berusaha untuk membangun identitas mereka dan tempat dalam hirarki sosial (Brown & Lohr, 1987; Harter, 1990 dalam Neff, 2003).

(7)

menimbulkan sikap pesimis pada anak jalanan. Pelarian dalam penyalahgunaan obat-obatan juga tak jarang terjadi. Hal lain yang biasa terjadi pada anak jalanan adalah mereka akan mengalami krisis percaya diri yang menyebabkan sikap sensitif yang tinggi akan muncul (Suhartini, 2008). Dampak-dampak tersebut dapat dihindari dengan memiliki self-sompassion. Individu yang memiliki self-compassion akan mampu mengelola emosi positif dengan baik, seperti yang dijelaskan dalam penelitian Akin (2010)yang menyatakan bahwa salah satu fungsi dari self compassion adalah sebagai strategi beradaptasi untuk menata emosi dengan cara menurunkan emosi negatif serta meningkatkan emosi positif berupa kebaikan dan hubungan.

Self-compassionjuga dapat mendukung seseorang untuk berperilaku

secara adaptif dengan menyesuaikan nilai dan norma yang berlaku disekitarnya. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagian anak jalanan di kota Medan yang masih mementingkan pendidikan dengan bersekolah dipagi hari dan setelah pulang sekolah mereka akan melanjutkan tanggung jawab mereka dengan berbagai macam jenis pekerjaan yang biasa mereka lakukan. Dari berbagai permasalahan yang mereka hadapi, mereka tetap memiliki banyak cara untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka (KKSP, Komunikasi Personal).

(8)

(2014) yang menyatakan seseorang yang memiliki self-compassion maka ia akan mampu memahami kondisi mereka tanpa terbebani dan menerima kekurangan yang dimiliki serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.

Di kota Medan, meningkatkan ekomoni merupakan tujuan utama anak jalanan agar dapat melanjutkan hidup dan pendidikan. Meskipun memiliki banyak kesulitan, anak jalanan kota medan tetap memenuhi kebutuhannya untuk mencari nafkah. Anak-anak yang berada di daerah terminal umumnya menjadi tukang sapu angkot dan pedagang songan. Anak-anak di lampu merah umumnya mengamen, menjual makanan ringan, dan asongan. Tak sedikit pula dari mereka yang berjalan keliling menjual makanan ringan seperti kerupuk jangek dan menyinggahi tempat-tempat makan untuk mencari pembeli. Usaha-usaha yang mereka lakukan tersebut umumnya untuk kebutuhan makan sehari-hari, membantu ekonomi keluarga, serta untuk membiayai dan melanjutkan pendidikan mereka (KKSP, Komunikasi Personal).

Self-compassionterbagi atas tiga komponen yaitu self-kindness, common

humanity, dan mindfulness (Neff, 2011). Anak jalanan yang memiliki

(9)

anak jalanan mampu memiliki komponen terakhir ini maka mereka akan melihat secara jelas dan menerima apa yang terjadi sekarang sebagai suatu hal yang seimbang yang akan berguna bagi kehidupan mendatang.

Berdasarkan penjelasan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran self-compassion pada anak jalanan di kota Medan dengan metode kuantitaif deskriptif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran self-compassion

pada anak jalanan kota Medan?”

C. Tujuan Penelitian

(10)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pengembangan ilmu Psikologi, khususnya Psikologi perkembangan mengenai self-compassion pada anak jalanan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau rujukan bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti mengenai self-compassion.

2. Manfaat Praktis

a. Banyaknya jumlah anak jalanan di kota Medan yang mampu menghadapi permasalahan dalam hidupnya serta dapat menunjukkan kebahagiaan, diharapkan dapat menjadi bahan refleksi diri bagi anak jalanan lainnya untuk belajar dalam menghadapi masalah dalam hidupnya dan mencoba untuk bahagia.

(11)

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian, yaitu teori self-compassion, teori anak jalanan, dan teori remaja.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, uji coba alat ukur, dan metode analisis data.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan analisa mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil utama penelitian, hasil tambahan, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh citra merek dan citra merek terhadap niat beli pada sepeda motor merek Suzuki Satria F 150 di

Pada jurnal Hasan dan Putra (2019), Sharon dan Santoso (2017) dan Aminah dkk (2017) menuliskan metode SERVQUAL sebagai ldanasan digunakan dalam mengukur kualitas

signifikan kecerdasan emosi terhadap pengendalian diri peserta didik kelas X.. SMK N

Alhamdulillah, ucapan syukur yang tiada hentinya saya ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmatNya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sikap Politik

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS, dapat dijadikan dasar untuk menjawab hipotesis yang diajukan

23 Berikut ini penjabaran variabel pengendalian diri dalam aspek dan indikator beserta item soalnya menurut teori Averil (1973) yang kemudian dikembangkan oleh

Pemetaantopografi dan penggambaran profil irigasi sekunder pringwulung daerah irigasi ciujung (pamarayan timur)kecamatan pamarayan kabupaten serang provinsi banten..

1) Pendekatan resepsi menghargai keotonoman teks drama, akan tetapi terdapat kaitannya dengan tanggapan pembaca agar memperjelas pemahaman terhadap sebuah drama. 2)