• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II T"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga dengan jumlah siswa 37 yang terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

4.1.2 Kondisi Pra Siklus

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 37 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dapat diamati bahwa kompetensi IPA siswa masih rendah. Hal ini dapat diamati melalui nilai hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran IPA yang telah dilakukan dimana sebagian siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model Team Game Tournament (TGT) yang terdapat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan (KKM=70)

Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

< 70 Tidak Tuntas 23 62,2%

≥ 70 Tuntas 14 37,8 %

Jumlah 37 100 %

(2)

23 siswa (62,2 % dari jumlah keseluruhan siswa) dan skor nilai ≥ 70 frekuensinya ada 14 (37,8 % dari jumlah keseluruhan siswa).

Jumlah keseluruhan siswa 37 dengan nilai rata-rata 68,37, nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 45. Maka dari itu peneliti perlu mengadakan tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangunsari 05. Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam gambar grafik 4.1

Gambar 4.1

Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan

Berdasarkan gambar tabel 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPA, siswa yang memiliki nilai kurang dari 70 ada 23 siswa atau 62,2% sedangkan yang sudah mencapai KKM ada 14 siswa atau 37,8%. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Hasil Belajar Sebelum Tindakan 0

5 10 15 20 25

PRA SIKLUS

Tidak Tuntas

Tuntas

62% 38%

< 70 Tidak Tuntas

(3)

Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan adalah 62% dari jumlah keseluruhan siswa yang belum tuntas dan 38% dari jumlah keseluruhan siswa yang telah tuntas. Rendahnya hasil belajar IPA dipengaruhi oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran menggunakan metode yang berpusat pada guru dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa cenderung untuk berbicara dan bercanda dengan teman sebangkunya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Kondisi seperti pada gambar 4.2 dengan ketuntasan 38%, peneliti merancang penelitian tindakan kelas sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) yang akan diterapkan dalam dua Siklus dan setiap Siklus terdapat dua kali pertemuan.

4.1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Siklus I terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi pada mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, guru mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk percobaan. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi Siklus I, rubrik penilaian keaktifan, penerapan pembelajaran TGT, kartu soal untuk permainan, dan kartu soal untuk pertandingan .

b. Tindakan dan Observasi 1. Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Maret 2015, kegiatannya sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

(4)

kelompok dan masing-masing kelompok berjumlah 6 siswa. Guru membawa nomor yang terdiri dari nomor satu sampai dengan nomor enam yang berbentuk kertas yang digulung dan dimasukan kedalam stoples. Siswa mengambil nomor dan nomor yang didapatnya akan menjadi nomor kelompok mereka. Bagi siswa yang mendapat nomor satu, maka dia akan berkumpul dengan siswa lain yang mendapat nomor yang sama dan duduk di meja kelompok satu dan seterusnya sampai dengan kelompok enam. Untuk mengawali pembelajaran guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa

“Saat berada di tingkungan pada malam hari, kita dapat melihat sorot lampu kendaraan, mengapa hal itu dapat terjadi?” Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu cahaya dapat merambat lurus, guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu. Guru menjelaskan Model pembelajaran yang digunakan yaitu Model Teams Games Tournament (TGT)

Kegiatan Inti:

(5)

pertanyaan yang ada di kartu bernomor tersebut. Saat perwakilan anggota kelompok menjawab pertanyaan yang ada di kartu bernomor, guru menanggapi tentang jawaban dari perwakilan anggota kelompok. Setelah semua kelompok menjawab pertanyaan yang ada di kartu bernomor, guru mengadakan pertandingan (tournament) yaitu memberikan kartu soal yang berisi pertanyaan singkat dan masing-masing kelompok saling beradu kecepatan dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan. Dalam permainan dan pertandingan, guru menerapkan sistem poin. Poin ini diperoleh dengan cara masing-masing kelompok harus menjawab soal permainan dan pertandingan dengan benar. Jika soal dijawab dengan benar, maka akan mendapat 1 poin. Pemenang ditentukan oleh akumulasi poin yang diperoleh pada setiap kelompok. Kelompok yang paling banyak mendapatkan poin, maka akan menjadi pemenangnya. Guru bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Kegiatan Akhir:

Guru memberikan tindak lanjut berupa motivasi kepada siswa supaya lebih giat belajar. Guru menutup proses pembelajaran.

2. Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilakukan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015, kegiatannya sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan kedua berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, meja dan kursi ditata rapi sesuai dengan persiapan pembelajaran. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya kemarin. Untuk mengawali pembelajaran, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dengan bertanya

kepada siswa “Amatilah orang yang memakai kacamata, bagaimanakah jika kacamata dibuat dari bahan yang gelap?”. Guru menyampaikan materi

(6)

juga menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu. Guru menjelaskan Model pembelajaran yang digunakan yaitu Model Teams Games Tournament (TGT)

Kegiatan Inti:

(7)

mendapat 1 poin. Pemenang ditentukan oleh akumulasi poin yang diperoleh pada setiap kelompok. Kelompok yang paling banyak mendapatkan poin, maka akan menjadi pemenangnya. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin terbanyak. Guru bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan Akhir:

Guru membagikan lembar evaluasi Siklus I untuk dikerjakan oleh siswa secara individu. Setelah semua selesai mengerjakan, kemudian guru menutup proses pembelajaran.

c. Hasil Observasi

Hasil tindakan ini diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diukur menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi kegiatan guru mengajar dan lembar observasi keaktifan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Data hasil observasi kegiatan guru dan observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Keaktifan Siswa Pada Siklus I

No Pertemuan ke

Hasil Observasi

Guru Siswa

Jumlah Skor Kriteria Jumlah Skor Rata-rata

Kriteria

1 1 75 B (Baik) 76,5 B (Aktif)

2 2 82 B (Baik) 79,1 B (Aktif)

(8)

yang diterapkan oleh guru memperoleh jumlah 75 dengan kategori B (Baik). Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Model TGT (Teams Games Tournament) tetapi belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang berbicara sendiri dengan temannya, siswa tidak berdiskusi tentang materi pelajaran tetapi berbicara tentang hal lain. Observasi kekatifan siswa yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) memperoleh jumlah skor rata-rata dari seluruh siswa 76,5 dengan kategori B (Aktif) meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan guru dan sibuk berbicara dengan temannya.

Pada pertemuan ke-II pembelajaran menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) yang diterapkan oleh guru memperoleh jumlah 82 dengan kategori B (Baik). Ada sedikit peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) secara maksimal, meskipun masih ada sebagian dari siswa saat berdiskusi suka berbicara sendiri tentang hal diluar materi pembelajaran dan bercanda dengan temannya. Observasi keaktifan siswa yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan II pembelajaran menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) memperoleh jumlah skor rata-rata dari seluruh siswa 79,1 dengan kategori B (Aktif). Ada sedikit peningkatan keaktifan siswa dibandingkan pada pertemuan pertama dari jumlah skor rata-rata 76,5 menjadi 79,1.

4.1.4 Hasil Analisis Data Siklus I

(9)

Tabel 4.3

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus I (KKM ≥70) Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

< 70 Tidak Tuntas 8 21,6%

≥ 70 Tuntas 29 78,4 %

Jumlah 37 100 %

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada Pra Siklus, untuk skor nilai <70 terdapat 8 siswa dengan

persentase 21,6% dan skor nilai ≥70 terdapat 29 siswa dengan persentase 78,4%.

Jadi dapat dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa dari jumlah 37 siswa dengan nilai rata-rata 79,59, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50.

Berikut data nilai pada tabel 4.3 dapat dilihat pada distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I

Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa Siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 8 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 29 siswa. Persentase nilai ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar 4.4.

0 5 10 15 20 25 30 35

SIKLUS I

Tidak Tuntas

(10)

Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siklus I

Berdasarkan pada gambar 4.4 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) siswa yang belum tuntas atau di bawah KKM sebanyak 8 siswa dengan persentase 22% sedangkan siswa yang telah tuntas dalam belajarnya sebanyak 29 siswa dengan persentase 78%. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai belajar siswa diatas KKM yaitu 70 diperlukan Siklus II sebagai penguat bahwa dengan menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.

4.1.5 Refleksi Siklus I

Setelah melakukan pembelajaran pada Siklus I, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas yang telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dari awal sampai akhir. Peneliti juga mencatat kekurangan yang ada dalam pembelajaran Siklus I. Kemudian kekurangan itu selanjutnya akan digunakan untuk menyusun perbaikan pembelajaran Siklus II supaya pembelajaran menjadi lebih maksimal.

Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai materi pada pembelajaran Siklus I, maka dilaksanakan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh

siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70, maka dari jumlah 37

22%

78%

< 70Tidak Tuntas

(11)

siswa diperoleh sebanyak 29 siswa yang tuntas dengan persentase 78,4% dan 8 siswa yang belum tuntas dengan persentase 21,6%.

Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 37,8% menjadi 78,4% dengan nilai maksimal 100 dan minimal 50, rata-rata semula 68,37 menjadi 79,59. Ada 3 siswa yang mengalami penurunan nilai yang disebabkan karena siswa tersebut kurang memperhatikan guru saat pembelajaran sedang berlangsung, ada juga yang berbicara sendiri dengan temannya. Kemudian sebagai perbaikan pada Siklus I akan dilanjutkan pada Siklus II dengan penerapan pembelajaran menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga. Berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti pada Siklus I maka secara keseluruhan hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas sebagai berikut:

Hambatan:

Dalam penggunaan Model Teams Games Tournament (TGT) pada penerapannya masih ada kekurangan. Saat siswa melakukan diskusi guru kurang memantau diskusi kelompok siswa secara menyeluruh, sehingga masih ada siswa yang bercanda dan berbicara tentang hal yang diluar materi pembelajaran dengan teman sekelompoknya.

Penyelesaian:

Untuk mengatasi hal tersebut, dimana ada beberapa siswa yang bercanda dan berbicara tentang hal yang diluar materi pembelajaran dengan teman sekelompoknya, guru akan memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor terbanyak serta paling aktif dalam bekerjasama mengikuti diskusi kelompok, permainan, dan pertandingan. Kemudian guru akan lebih memantau diskusi siswa dan pantauannya akan dilakukan secara merata pada semua kelompok.

4.1.7 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

(12)

a. Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi pada mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, guru mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk percobaan. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi Siklus I, rubrik penilaian keaktifan, penerapan pembelajaran TGT, kartu soal untuk permainan, dan kartu soal untuk pertandingan .

b. Tindakan dan Observasi 1. Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 Maret 2015, kegiatannya sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan pertama berlangsung pada pukul 09.00 – 10.10 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, kursi dan meja ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran. Siswa duduk bersama dengan kelompoknya seperti pada Siklus I. Untuk mengawali pembelajaran guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dengan bertanya

kepada siswa “Ketika kita bercermin, kita dapat melihat diri kita dicermin.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi?” Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu cahaya dapat merambat lurus, guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu. Guru menjelaskan Model pembelajaran yang digunakan yaitu Model Teams Games Tournament (TGT)

Kegiatan Inti:

(13)

bayangan yang terbentuk pada cermin datar, cermin cembung, dan cermin cekung. Dalam kelompok, siswa mendiskusikan hasil dari percobaan tersebut. Kelompok yang sudah selesai menyerahkan hasil diskusinya kepada guru. Saat semua sudah terkumpul, guru menunjuk kelompok yang selesai pertama kali dengan mewakilkan anggotanya untuk maju ke depan menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok lainnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju. Guru membuat permainan (game), yaitu meminta setiap kelompok mewakilkan 1 anggotanya untuk mengambil kartu bernomor yang berisi pertanyaan untuk dijawab secara berkelompok. Kemudian dalam kelompok siswa menjawab sesuai dengan pertanyaan yang ada di kartu bernomor tersebut. Saat perwakilan anggota kelompok menjawab pertanyaan yang ada di kartu bernomor, guru menanggapi tentang jawaban dari perwakilan anggota kelompok. Setelah semua kelompok menjawab pertanyaan yang ada di kartu bernomor, guru mengadakan pertandingan (tournament) yaitu memberikan kartu soal yang berisi pertanyaan singkat dan masing-masing kelompok saling beradu kecepatan dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan. Dalam permainan dan pertandingan, guru menerapkan sistem poin. Poin ini diperoleh dengan cara masing-masing kelompok harus menjawab soal permainan dan pertandingan dengan benar. Jika soal dijawab dengan benar, maka akan mendapat 1 poin. Pemenang ditentukan oleh akumulasi poin yang diperoleh pada setiap kelompok. Kelompok yang paling banyak mendapatkan poin, maka akan menjadi pemenangnya. Guru bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Kegiatan Akhir:

(14)

2. Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa, 24 Maret 2015, kegiatannya sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

Pertemuan kedua berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, meja dan kursi ditata rapi sesuai dengan persiapan pembelajaran. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya kemarin. Untuk mengawali pembelajaran, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dengan bertanya

kepada siswa “Saat kalian minum es teh dalam gelas menggunakan sedotan, mengapa sedotan terlihat seperti patah?”. Guru menyampaikan

materi yang akan dipelajari yaitu cahaya dapat dibiaskan, guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu. Guru menjelaskan Model pembelajaran yang digunakan yaitu Model Teams Games Tournament (TGT)

Kegiatan Inti:

(15)

berkelompok. Kemudian dalam kelompok siswa menjawab sesuai dengan pertanyaan yang ada di kartu bernomor tersebut. Saat perwakilan anggota kelompok menjawab pertanyaan yang ada di kartu bernomor, guru menanggapi tentang jawaban dari perwakilan anggota kelompok. Setelah semua kelompok menjawab pertanyaan yang ada di kartu bernomor, guru mengadakan pertandingan (tournament) yaitu memberikan kartu soal yang berisi pertanyaan singkat dan masing-masing kelompok saling beradu kecepatan dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan. Dalam permainan dan pertandingan, guru menerapkan sistem poin. Poin ini diperoleh dengan cara masing-masing kelompok harus menjawab soal permainan dan pertandingan dengan benar. Jika soal dijawab dengan benar, maka akan mendapat 1 poin. Pemenang ditentukan oleh akumulasi poin yang diperoleh pada setiap kelompok. Kelompok yang paling banyak mendapatkan poin, maka akan menjadi pemenangnya. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat poin terbanyak. Guru bersama siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan Akhir:

Guru membagikan lembar evaluasi Siklus I untuk dikerjakan oleh siswa secara individu. Setelah semua selesai mengerjakan, kemudian guru menutup proses pembelajaran.

c. Hasil Observasi

Hasil tindakan ini diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diukur menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi kegiatan guru mengajar dan lembar observasi keaktifan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

(16)

Tabel 4.4

Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Keaktifan Siswa Pada Siklus II

No Pertemuan pertemuan I pembelajaran menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) yang diterapkan oleh guru memperoleh jumlah 91 dengan kategori A (Sangat Baik). Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Model TGT (Teams Games Tournament) secara maksimal. Observasi keaktifan siswa yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) memperoleh jumlah skor rata-rata dari seluruh siswa 85,3 dengan kategori A (Sangat Baik) karena dalam berdiskusi kelompok maupun dalam permainan dan pertandingan siswa sudah terlibat aktif dan saling bekerjasama dengan kelompoknya.

(17)

bekerjasama, dan kompak dalam mengikuti diskusi kelompok, permainan, maupun pertandingan yang diadakan oleh guru.

4.1.8 Hasil Analisis Data Siklus II

Analisis penelitian setelah menerapkan pembelajaran menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) yang terdiri dari 2 pertemuan pada Siklus II dan diperoleh hasil belajar pada pertemuan ke-2 seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus II (KKM ≥70) Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

< 70 Tidak Tuntas 3 8,1 %

≥ 70 Tuntas 34 91,9 %

Jumlah 37 100 %

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada Siklus I, untuk skor nilai <70 terdapat 3 siswa dengan persentase

8,1% dan skor nilai ≥70 terdapat 34 siswa dengan persentase 91,9%. Jadi dapat

dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 34 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa dari jumlah 37 siswa dengan nilai rata-rata 84,87, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65.

(18)

Gambar 4.5 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus II

Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa Siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 3 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 34 siswa. Persentase nilai ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.5 dapat dilihat pada gambar 4.6

Gambar 4.6 Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siklus II

Berdasarkan pada gambar 4.6 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) siswa yang belum tuntas atau di bawah KKM sebanyak 3 siswa dengan persentase 8% sedangkan siswa yang telah tuntas dalam belajarnya sebanyak 34 siswa dengan persentase 92%. Jadi indikator kinerja pada penelitian ini sudah tercapai dengan baik, karena hasil

0 5 10 15 20 25 30 35 40

SIKLUS II

Tidak Tuntas

Tuntas

8%

92%

< 70Tidak Tuntas

(19)

belajar siswa pada Siklus II dari jumlah 37 siswa lebih dari 75% telah mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70.

4.1.9 Refleksi Siklus II

Pembelajaran pada Siklus II telah selesai, maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai materi. Hasil evaluasi yang

diperoleh siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70, maka diperoleh

dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 37 siswa sebanyak 34 siswa telah tuntas

dalam belajarnya dengan mendapat nilai ≥70 dan 3 siswa belum tuntas dalam

belajarnya dengan mendapat nilai <70.

Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 78,4% menjadi 91,9% dengan nilai maksimal 100 dan minimal 65, rata-rata semula 79,59 menjadi 84,87. Berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa pada Siklus II telah mencapai indikator kinerja dan ada peningkatan dibandingkan pada Siklus I.

Dari hasil pengamatan pada Siklus I yaitu dalam penggunaan Model Teams Games Tournament (TGT) pada penerapannya masih ada kekurangan. Saat siswa melakukan diskusi guru kurang memantau diskusi kelompok siswa secara menyeluruh, sehingga masih ada siswa yang bercanda dan berbicara tentang hal yang diluar materi pembelajaran dengan teman sekelompoknya. Berdasarkan kekurangan yang terjadi pada Siklus I, maka pada Siklus II ini telah dilakukan perbaikan yaitu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor terbanyak serta paling aktif dalam bekerjasama mengikuti diskusi kelompok, permainan, dan pertandingan sehingga siswa merasa terpacu untuk melakukan diskusi secara aktif dan saling kerjasama tiap kelompok karena diberi stimulus berupa penghargaan. Kemudian guru membimbing dan memantau diskusi kelompok siswa satu per satu dengan berkeliling kelas.

4.1.10 Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II

(20)

Tabel 4.6

Rekapitulasi Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II

frekuensi persen frekuensi persen frekuensi persen

1 Tidak Tuntas

23 62,2% 8 21,6% 3 8,1%

2 Tuntas 14 37,8% 29 78,4% 34 91,9%

Jumlah 37 100% 37 100% 37 100%

Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.6 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas pada mata pelajaran IPA yaitu untuk pengelompokkan siswa yang tuntas, sebelum diadakannya tindakan jumlah siswa yang tuntas hanya 14 siswa, sedangkan setelah Siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 29 siswa, kemudian setelah Siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 34 siswa. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pada pengelompokkan siswa yang tidak tuntas, sebelum diadakannya tindakan terdapat 23 siswa yang tidak tuntas, sedangkan setelah Siklus I ada 8 siswa yang tidak tuntas, kemudian setelah Siklus II ada 3 siswa yang tidak tuntas. Hal tersebut digambarkan dengan grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.7

Gambar 4.7 Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II 0

5 10 15 20 25 30 35

sebelum tindakan

siklus I siklus II

tidak tuntas

(21)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar IPA masih rendah. Hal ini disebabkan karena ketika guru mengajar IPA menggunakan metode yang hanya berpusat pada guru. Guru lebih dominan saat pembelajaran berlangsung. Ketika pembelajaran berlangsung apabila siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sebagian siswa hanya diam karena siswa terbiasa mendengarkan dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat dikelas kurang terlatih, siswa tidak mempunyai keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan, siswa dalam pembelajaran kurang memperhatikan guru dan siswa malah bercerita dengan teman sebelahnya, siswa kurang memperhatikan siswa lain ketika maju untuk membacakan hasil jawaban, siswa kurang bergairah dalam mengikuti pembelajaran karena suasana kelas yang tidak mendukung untuk siswa berperan aktif sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA rendah.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebelum tindakan adalah 68,37 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 45. Siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70 hanya 14 siswa atau 37,83% sedangkan siswa

yang belum mencapai KKM ada 23 siswa atau 62,17%.

Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas maka pembelajaran diperbaiki dengan menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) yang dilaksanakan dalam 2 Siklus.

Pada Siklus I dengan penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) keaktifan siswa pada pertemuan pertama memperoleh jumlah skor rata-rata dari seluruh siswa 76,5 B (Aktif) dan pada pertemuan kedua memperoleh jumlah skor rata-rata dari seluruh siswa 79,1 B (Aktif). Hasil belajar siswa pada Siklus I yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa atau 78,4% dan yang belum mencapai KKM ada 8 siswa atau 21,6%.

(22)

jumlah skor rata-rata dari seluruh siswa 89,4 A (Sangat Aktif). Hasil belajar siswa pada Siklus II yang mencapai KKM sebanyak 34 siswa atau 91,9% dan yang belum mencapai KKM ada 3 siswa atau 8,1%. 3 siswa yang mendapat nilai <70 ini tidak dapat mencapai KKM 70 pada evaluasi Siklus II karena siswa kurang memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, siswa A pada saat dirumah kurang diperhatikan oleh orang tuanya dalam hal belajar karena orang tuamya sibuk bekerja, siswa B anak yatim sehingga kurang dipantau dalam belajar karena ibunya harus bekerja mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan 4 anaknya, siswa C tinggal bersama neneknya karena ibunya meninggal dan ayahnya sudah menikah lagi sehingga dalam belajar dirumah siswa C kurang dipantau oleh neneknya. Maka dari itu guru harus memberi perhatian yang lebih dalam memantau 3 siswa tersebut.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan (KKM=70)
Gambar 4.1
Tabel 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Keaktifan Siswa Pada Siklus I
Tabel 4.3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Laki-laki dan perempuan adalah mitra yang sama dalam mewujudkan tatanan kehidupan sosial yang dinamis tersebut sebagai buah dari amal shaleh yang akan

[r]

Terdapat perbedaan tingkat produksi padi dari yang diharapkan dibandingkan dengan kondisi dilapangan, menjadi sebuah tanda Tanya sehingga ditarik satu variable

4.1.4 Hasil Pengujian Pengaruh Inputan Jenis Batik yang Salah terhadap Klasifikasi Motif Batik Pada pengujian sebelumnya di dapatkan parameter terbaik pada saat level

kehamilan karena merupakan penanda penting pada preeklampsia Tanda dari preeklampsia adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), edema dan protein urin, Sehingga

Papua masih belum banyak dieksplorasi padahalmemiliki sumberdaya yang langka dan bernilai jual tinggi, begitu pula Kalimantan,Sulawesi, dan Nusa Tenggara.Berpijak

Indikasi lain yang mempertegas bahwa paradigma pendidikan yang ditawarkan Al-Attas menghendaki terealisirnya sistem pendidikan terpadu ialah tertuang dalam rumusan sistem

Menurut peneliti implementasi yang dilakukan pada studi kasus pada kedua klien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas sudah sesuai dengan intervensi yang