• Tidak ada hasil yang ditemukan

4-Revisi Rencana Pola Ruang RTRW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "4-Revisi Rencana Pola Ruang RTRW"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang Kota Jayapura yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Fungsi rencana pola ruang Kota Jayapura adalah:

a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;

b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan

d. sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada Kota Jayapura.

(2)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 2 kawasan sektor informal tidak digambarkan dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Jayapura, karena bersifat fungsional dan dapat melekat pada peruntukan ruang untuk fungsi budi daya lainnya. Rencana pola ruang wilayah Kota Jayapura termuat dalam

Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3.

4.1 RENCANA POLA PEMANTAPAN KAWASAN LINDUNG

Pengertian kawasan lindung menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, kawasan lindung ditetapkan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar dalam memasok air, pencegahan longsor, meminimalisasi dampak gempa bumi, dan menjaga fungsi hidrologi ekosistem kawasan sekitarnya. Pemantapan kawasan lindung di Kota Jayapura adalah:

1. hutan lindung;

2. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, yang meliputi kawasan bergambut dan kawasan resapan air;

3. kawasan perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan resapan dan sekitar mata air; 4. ruang terbuka hijau;

5. kawasan suaka alam dan cagar budaya; dan

6. kawasan rawan bencana alam, yang meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir.

4.1.1

HUTAN LINDUNG

(3)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 3 Kota Jayapura memiliki luas lebih kurang 6.634 (enam ribu enam ratus tiga puluh empat) hektar yang terletak di:

1. Hutan Lindung Abepura di Distrik Abepura dan Distrik Heram; 2. Hutan Lindung Pegunungan Djar di Distrik Muara Tami; 3. Hutan Lindung Bougenville di Distrik Muara Tami; dan

4. hutan lindung di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa di Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Abepura, yaitu sepanjang ruas jalan ring road Jayapura-Sentani dan Jalan Hamadi Holtekamp.

Pemanfaatan dan pengelolaan terhadap kawasan hutan lindung di Kota Jayapura adalah:

1. peningkatan fungsi dan mempertahankan luasan kawasan hutan lindung. Pembangunan papan informasi kawasan hutan lindung serta batas patok yang jelas dapat meminimalkan konflik dalam kawasan hutan lindung;

2. rehabilitasi dan reboisasi hutan lindung; dan 3. mengembangkan wisata ekologi.

4.1.2

KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP

KAWASAN BAWAHANNYA

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terdapat di Kota Jayapura adalah kawasan resapan air dan kawasan bergambut.

A. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air merupakan kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan ini diperuntukkan untuk kegiatan pemanfaatan lahan yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi daerah di bawahnya, karena sifatnya demikian, maka bangunan yang dapat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah harus dibatasi bahkan ditiadakan.

(4)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 4 1. pemulihan dan peningkatan kemampuan meresapkan air hujan ke dalam tanah pada

kawasan resapan air; dan

2. perlindungan terhadap biota yang dilindungi.

B. Kawasan Bergambut

Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur membentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang bertimbun dalam waktu yang lama. Tujuan perlindungan adalah untuk mengendalikan hidrologi wilayah, yaitu sebagai penambat air dan pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan bergambut. Kawasan bergambut memiliki luas lebih kurang 1.176 (seribu seratus tujuh puluh enam) ha yang terletak di Kelurahan Koya Timur dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan bergambut adalah:

1. perlindungan terhadap biota yang dilindungi; dan 2. revitaliasasi kawasan bergambut.

4.1.3

KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT

A. Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai adalah kawasan prioritas sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai dengan tujuan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Selain itu, sempadan pantai juga akan memberikan perlindungan kepada kawasan di belakangnya terhadap terpaan angin laut dan badai, gelombang laut yang tinggi, seperti tsunami. Kawasan sempadan pantai ini ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dan 60 meter di kawasan yang sudah memiliki bangunan permukiman penduduk;

b. mempertimbangkan aspek topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta kelestarian lingkungan;

(5)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 5 e. perlindungan sumberdaya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam

lainnya;

f. perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta;

g. pengaturan akses publik; dan

h. pengaturan untuk saluran air dan limbah.

Melihat dari kriteria dan kepentingan perlunya sempadan pantai, maka perlu diperhatikan area bibir pantai terutama yang memiliki karakteristik landai, berhadapan langsung dengan laut lepas, sering mengalami bencana (gelombang pasang, rob, tsunami), permukiman padat penduduk, kawasan nelayan dan akses langsung ke laut, dan kawasan budi daya. Karakteristik pantai tersebut sangat membutuhkan aturan yang lebih kuat untuk sempadan pantai, seperti tidak diperkenankan mendirikan bangunan permanen pada jalur sempadan pantai. Namun, untuk kawasan yang memiliki daya dukung dan sensitivitas yang lebih rendah terhadap dampak yang ditimbulkan dari laut, aturan dapat disesuaikan dengan pengaturan akses publik yang lebih baik.

Sempadan pantai di Kota Jayapura berada di distrik yang berbatasan dengan laut meliputi:

a. Kelurahan Tanjung Ria, Kelurahan Imbi, Kelurahan Mandala, Kelurahan Bhayangkara, dan Kelurahan Gurabesi berada di Distrik Jayapura Utara;

b. Kelurahan Numbai, Kelurahan Argapura, Kelurahan Hamadi, Kelurahan Entrop, Kampung Tahima Soroma, dan Kampung Tobati berada di Distrik Jayapura Selatan; c. Kelurahan Wahno, Kelurahan Wai Mhorock, Kelurahan Asano, Kelurahan Abepantai,

Kampung Nafri, dan Kampung Enggros berada di Distrik Abepura; dan

d. Kampung Holtekamp, Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Mabo, dan Kampung Mosso berada di Distrik Muara Tami.

Luas kawasan sempadan pantai adalah 110 ha. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan sempadan pantai adalah:

a. pemeliharaan infrastruktur perlindungan pantai, seperti talud, pemecah ombak pada kawasan pantai di permukiman Pantai Hamadi Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan; dan

(6)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 6

B. Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan ini meliputi kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Selain itu, fungsi sempadan sungai adalah sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, sehingga fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.

Ketentuan kawasan sempadan sungai ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. daratan sepanjang tepian sungai yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik, sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman, sedangkan kawasan sempadan sungai bertanggul pada kawasan budi daya perkotaan sekurang-kurangnya 5 meter dari tepi tanggul;

TABEL IV.1 KAWASAN LINDUNG SEMPADAN SUNGAI

NO KRITERIA SUNGAI KETENTUAN SEMPADAN MINIMAL KETERANGAN

A Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan

Minimal 3 meter dari tepi kaki tanggul sepanjang alur sungai.

 Di kawasan perkotaan Kota Jayapura, kawasan sempadan sungai bertanggul sekurang-kurangnya 5 meter dari tepi tanggul.

 Di kawasan perkotaan Kota Jayapura, kawasan sempadan dapat diwujudkan dalam jalan inspeksi.

 Garis sempadan diukur ruas per ruas dari tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan  Untuk sungai yang

terpengaruh pasang surut air laut, jalur hijau terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai.

B Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan

a. Kedalaman sungai kurang atau sama dengan 3 meter adalah minimal 10 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai;

b. Kedalaman sungai lebih dari 3 - 20 meter adalah minimal 15 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai; c. Kedalaman sungai lebih dari 20 meter adalah

minimal 30 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.

C Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan

a.Sungai besar sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.

b.Sungai kecil sekurang-kurangnya 50 meter dari tepi dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.

(7)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 7 b. mempertimbangkan tipologi kawasan serta aspek teknis, sosial, dan ekonomi

masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dan c. mempertimbangkan dampak untuk pemeliharaan, kelestarian dan estetika sungai,

dampak terhadap banjir, serta kebutuhan terhadap jalan inspeksi.

Kawasan sempadan sungai memiliki luas lebih kurang 3.151 (tiga ribu seratus lima puluh satu) hektar meliputi:

a. Sungai APO terletak di Distrik Jayapura Utara; b. Sungai Anafre terletak di Distrik Jayapura Utara; c. Sungai Kloofkamp terletak di Distrik Jayapura Utara; d. Sungai Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan; e. Sungai Acai terletak di Distrik Abepura;

f. Sungai Kujabu terletak di Distrik Heram; g. Sungai Hubai terletak di Distrik Heram;

h. Sungai Siborogonyi terletak di Distrik Abepura; i. Sungai Buper terletak di Distrik Heram;

j. Sungai Tami terletak di Distrik Muara Tami; k. Sungai Moso terletak di Distrik Muara Tami;

l. Sungai Sekanto terletak di Distrik Muara Tami; dan m. Sungai Buaya terletak di Distrik Muara Tami.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sempadan sungai di Kota Jayapura adalah:

1. perbaikan kualitas air sungai sesuai baku mutu untuk menjamin kehidupan biota air dan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat;

2. peningkatan nilai estetika sempadan sungai;

3. peningkatan keterletakan badan air berfungsi sebagai penampung kelebihan air dan prasarana pengendali daya rusak air; dan

4. penghijauan kembali kawasan sempadan sungai.

C. Kawasan Sekitar Danau dan Telaga

(8)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 8 a. daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan

kondisi fisik danau antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat; b. mempertimbangkan tipologi kawasan serta aspek teknis, sosial, dan ekonomi

masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dan c. mempertimbangkan dampak untuk pemeliharaan, kelestarian dan estetika danau,

serta dampak terhadap kenaikan air danau dan banjir.

Luas kawasan sekitar danau adalah lebih kurang 255 hektar. Kawasan sekitar danau terletak di:

a. Danau Sentani di Distrik Heram;

Danau Sentani berada pada wilayah administrasi Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Danau ini memanjang dari Timur ke Barat sepanjang 26,5 km, lebar 0,75-6 km dengan kedalaman maksimum mencapai 51,8 m. Luas Danau Sentani 9.630 Ha yang terletak pada ketinggian 75 m dpl. Danau ini menjadi sumber hidup masyarakat di Kampung Yoka Distrik Heram. Dimanfaatkan sebagai sarana transportasi, objek wisata, sumber air bersih dan MCK keluarga, tempat membuat keramba, serta tempat aliran limbah dari perumahan.

b. Telaga Yuong di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura; c. Telaga Wakulu di Kelurahan Asano Distrik Abepura; dan d. Telaga Djar di Kampung Skouw Yambe Distrik Muara Tami.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sekitar danau di Kota Jayapura adalah:

1. peningkatan fungsi danau sebagai kawasan tangkapan air, pariwisata, dan transportasi;

2. perbaikan kualitas air danau sesuai baku mutu, untuk menjamin kehidupan biota air dan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat; dan

3. penghijauan kembali kawasan sempadan danau dan telaga.

D. Kawasan Resapan dan Sekitar Mata Air

Kawasan ini merupakan kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Ketentuan kawasan sekitar mata air adalah kawasan yang diarahkan menjadi kawasan bebas fisik

bangunan (buffer zone) sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter dari pusat mata

(9)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 9 a. Cagar Alam Cycloops terletak di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan,

Distrik Abepura, dan Distrik Heram;

b. Hutan Lindung Abepura terletak di Distrik Abepura dan Distrik Heram; c. Hutan Lindung Pegunungan Djar terletak di Distrik Muara Tami; d. Hutan Lindung Bougenville terletak di Distrik Muara Tami; e. Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;

f. Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara yang berada di RT 01 RW III, RT 03 RW I, RT 02 RW II, RT VI RW II;

g. mata air sagu di Kampung Kayobatu Distrik Jayapura Utara; dan h. mata air Dok VIII dan Dok IX Kelurahan Imbi Distrik Jayapura Utara.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sekitar mata air adalah:

1. penghijauan kembali kawasan sekitar mata air; penanaman pohon pada wilayah mata air dengan kriteria pemilihan vegetasi diantaranya relatif tahan terhadap penggenangan air, daya transpirasi rendah, dan memiliki sistem perakaran yang kuat dan dalam, sehingga dapat menahan erosi dan meningkatkan infiltrasi (resapan) air. Beberapa tanaman yang memiliki daya transpirasi yang rendah antara lain Cemara Laut (Casuarina Equisetifolia), Karet Munding (Ficus Elastica), Manggis (Garcinia Mangostana), Kelapa (Cocos Nucifera), Damar (Agathis Loranthifolia); dan

2. penataan kawasan mata air.

4.1.4

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ketentuan penetapan ruang terbuka hijau sebagai kawasan lindung adalah:

a. dapat berupa area yang berfungsi sebagai bermain, berolahraga, bersosialisasi, evakuasi bencana, dan aktivitas lain bagi masyarakat;

b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan

c. didominasi komunitas tumbuhan.

(10)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 10 a. kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;

b. kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi; c. area pengembangan keanekaragaman hayati;

d. area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan; e. tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;

f. tempat pemakaman umum;

g. pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan; h. pengaman sumberdaya alam, buatan, maupun historis;

i. penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria pemanfaatannya;

j. area mitigasi/evakuasi bencana; dan

k. ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan

tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.

Ruang terbuka hijau di Kota Jayapura minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan budi daya meliputi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.

1. Ruang terbuka hijau publik, yaitu RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. RTH publik meliputi:

a. RTH taman Rukun Tetangga (RT), dengan luas lebih kurang 88 hektar yang terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman RT adalah:

 jumlah penduduk pendukung adalah 250 jiwa dan kebutuhan luas lahan

minimal 250 m2; dan

 mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.

b. RTH taman Rukun Warga (RW), dengan luas lebih kurang 43 hektar yang terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman RW adalah:

 penduduk yang dilayani 2.500 jiwa dan luas minimal 1.250 m2;

 mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.

c. RTH taman distrik, dengan luas lebih kurang 29 hektar terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman distrik adalah:

 penduduk yang dilayani 30.000 jiwa dan luas minimal 9.000 m2;

 mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.

d. RTH taman kota, dengan luas lebih kurang 87 hektar terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman kota adalah:

(11)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 11

 mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.

Tabel IV.2 merupakan taman-taman kota yang telah ditetapkan dalam Keputusan Walikota.

TABEL IV.2 TAMAN KOTA DI KOTA JAYAPURA

NO TAMAN KOTA LUAS (M2)

6 Taman Perdamaian/Mandiri 3.165,00

7 Taman Pepera 388,00 17 Taman Gedung Negara 322,00 18 Taman Gedung Negara 161,00 19 Taman Ardipura 70,00 25 Taman Segitiga Kelapa Dua 122,50 26 Taman Segitiga Entrop 195,75 27 Taman Vihara Vim 24,00

28 Taman Jayanti 34,20

29 Taman Batas Kota 328,00 30 Taman Pertigaan Dolok 60,00 31 Taman Argapura 25,00 32 Taman Pemotong Hewan 470,00 33 Taman Gereja Pniel 220,00 34 Taman Depan Sospol 65,00 35 Taman Lumba-lumba 450,00

36 Taman Weref 410,00

37 Taman Porasko 96,00

38 Taman Depan Polsek Abepura 120,00

TOTAL LUAS TAMAN KOTA 18.975,08

(12)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 12 e. RTH pemakaman, dengan luas lebih kurang 24 hektar berada di:

(a) pemakaman Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara; (b) pemakaman Tanjung Ria terletak di Distrik Jayapura Utara;

(c) Taman Pemakaman Umum (TPU) Kristen terletak di Kelurahan Asano, Kelurahan Awiyo, dan Kampung Nafri Distrik Abepura;

(d) TPU Islam terletak di Kelurahan Abepantai dan Kampung Nafri Distrik Abepura;

(e) pemakaman terletak di Kampung Waena Distrik Heram; (f) pemakaman terletak di Distrik Muara Tami; dan

(g) Taman Makam Pahlawan (TMP) terletak di Kelurahan Waena Distrik Heram. Kondisi lokasi pemakaman dan kebutuhan ruang akan sangat subyektif terhadap kebutuhan penduduk menurut agama dan kepercayaannya. Alokasi untuk tempat pemakaman umum didekati dengan luas lahan minimal untuk kebutuhan kota. Pemilihan vegetasi di sekitar RTH ini adalah:

 sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan

bangunan;

 batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanjir;

 sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi, atau menghasilkan buah yang

dapat dikonsumsi langsung;

 tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

 tahan terhadap hama penyakit;

 berumur panjang;

 dapat berupa pohon besar, sedang, atau kecil disesuaikan dengan

ketersediaan ruang; dan

 sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

Contoh vegetasi untuk pemakaman adalah Bougenvil, Kamboja Putih, Puring, Lili Pita, Tanjung, Dadap, Kembang Merak, Jamblang, dan Salam.

f. RTH sempadan sungai, dengan luas lebih kurang 2.605 hektar (83% dari total kawasan sempadan sungai) terletak di kawasan sempadan sungai di kawasan budi daya perkotaan:

(13)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 13 (f) Sungai Kujabu terletak di Distrik Heram;

(g) Sungai Hubai terletak di Distrik Heram;

(h) Sungai Siborogonyi terletak di Distrik Abepura; (i) Sungai Buper terletak di Distrik Heram;

(j) Sungai Tami terletak di Distrik Muara Tami; (k) Sungai Moso terletak di Distrik Muara Tami;

(l) Sungai Sekanto terletak di Distrik Muara Tami; dan (m) Sungai Buaya terletak di Distrik Muara Tami.

g. RTH sempadan jalan dengan luas lebih kurang 26 hektar; h. RTH hutan kota dengan luas lebih kurang 2.762 hektar, yaitu:

(a) Hutan Frembi dengan luas lebih kurang 390 (tiga ratus sembilan puluh) hektar terletak di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;

(b) Hutan Pendidikan Kampus Uncen dengan luas lebih kurang 5 (lima) hektar terletak di Kelurahan Yabansai Distrik Heram;

(c) Hutan Kebun Botani dengan luas lebih kurang 600 (enam ratus) hektar terletak di Distrik Abepura. Di dalam lahan seluas 600 ha dimaksud terdapat 3 buah mata air dimana salah satunya terletak antara Km 2-2.5 dan 1 buah telaga yang terletak dekat Sungai Skamto. Potensi hasil hutan berupa kayu, non kayu, dan jasa lingkungan perlu difungsikan secara optimal; dan

(d) perbukitan dengan luas lebih kurang 1.767 (seribu tiga ratus tujuh puluh sembilan) hektar terletak di:

 Kelurahan Tanjung Ria, Kelurahan Angkasapura, Kelurahan Imbi,

Kelurahan Trikora, Kelurahan Mandala, Kelurahan Bhayangkara, dan Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

 Kelurahan Numbai, Kelurahan Argapura, Kelurahan Ardipura, Kelurahan

Entrop, dan Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;

 Kelurahan Vim, Kelurahan Wahno, dan Kelurahan Wai Mhorock Distrik

Abepura; dan

 Kampung Yoka dan Kampung Waena Distrik Heram.

i. RTH lapangan olahraga dengan luas lebih kurang 40 hektar meliputi lapangan sepakbola yang terletak di seluruh wilayah Kota.

(14)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 14 a. pekarangan rumah;

b. halaman perdagangan dan jasa; c. halaman pendidikan;

d. halaman kesehatan; e. halaman peribadatan;

f. halaman pertahanan dan keamanan; g. halaman perkantoran; dan

h. halaman industri.

Pemanfaatan dan pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Jayapura adalah: 1. peningkatan fungsi dan mempertahankan luasan RTH eksisting;

2. peningkatan kualitas taman kota; 3. pengembangan taman dan hutan kota; 4. peningkatan RTH lapangan olahraga;

5. peningkatan RTH pemakaman, dimana kawasan pemakaman ini hendaknya tidak dibangun secara berlebihan;

6. peningkatan jalur hijau sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan danau, dan sempadan jalan;

7. peningkatan kerja sama pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam memelihara RTH publik; dan

(15)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 15 TABEL IV.3 RENCANA RUANG TERBUKA HIJAU KOTA JAYAPURA, 2013-2033

NO FUNGSI RUANG

KONDISI EKSISTING 2012 RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2033

DISTRIK

Total RTH Publik Kota Jayapura (Ha) 1.096 5.704

(16)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 16

NO FUNGSI RUANG

KONDISI EKSISTING 2012 RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2033

DISTRIK JAPUT

DISTRIK JAPSEL

DISTRIK ABEPURA

DISTRIK HERAM

DISTRIK MUARA TAMI

DISTRIK JAPUT

DISTRIK JAPSEL

DISTRIK ABEPURA

DISTRIK HERAM

DISTRIK MUARA TAMI 9 Fasilitas Sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan) 8 5 20 11 - - - -

Total RTH Private (Ha) 91 82 126 69 91 140 123 302 114 801

Total RTH Private Kota Jayapura (Ha) 460 1.479

PERSENTASE (%) 5 13

TOTAL RTH (Ha) 166 477 141 81 691 711 953 1.868 526 3.125

TOTAL RTH KOTA JAYAPURA (Ha) 1.556 7.183

PERSENTASE (%) 18 64

LUAS PERKOTAAN 8.426 11.185

LUAS KAWASAN HUTAN PRODUKSI - 48.278

LUAS KAWASAN LINDUNG 85.574 34.537

LUAS WILAYAH KOTA 94.000 94.000

(17)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 17

4.1.5

KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA

A. Kawasan Cagar Alam

Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan cagar alam ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistem; b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit penyusunannya;

c. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisika yang masih asli; d. memiliki luas dan bentuk tertentu; atau

e. memiliki ciri khas.

Luas kawasan cagar alam di Kota Jayapura adalah lebih kurang 9.694 hektar. Lokasi cagar alam berada di Cagar Alam Cycloops yang terletak di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, dan Distrik Heram.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan cagar alam adalah perlindungan keanekaragaman biota, ekosistem, dan keunikan alam bagi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

B. Kawasan Taman Wisata Alam

Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang memiliki keadaan yang menarik dan indah secara alamiah maupun buatan manusia, memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat dengan pusat-pusat pemukiman penduduk. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi keaslian alamnya, sehingga tetap menjadi pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman wisata alam ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, dan ekosistem sumber daya alam hayati;

(18)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 18 c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan

ekosistem untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan

d. kondisi lingkungan di sekitar untuk mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata alam.

Kawasan taman wisata alam di Kota Jayapura, yaitu di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dengan luas lebih kurang 308 hektar yang terletak di Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Muara Tami. Pemanfaatan dan pengelolaan taman wisata alam adalah:

1. perlindungan keanekaragaman biota, ekosistem, dan keunikan alam bagi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan tradisional masyarakat setempat; dan

2. pengembangan sistem pengaman dan perlindungan kawasan berbasis masyarakat.

C. Kawasan Cagar Budaya

Menurut UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pengertian cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya, karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Jadi, cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Pelestarian cagar budaya bertujuan:

a. melestarikan warisan budaya dan warisan umat manusia; b. meningkatkan harkat dan martabat melalui cagar budaya; c. memperkuat kepribadian bangsa;

d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan

(19)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 19 TABEL IV.4 KETENTUAN CAGAR BUDAYA

NO BENTUK CAGAR BUDAYA KETENTUAN

1 Benda, bangunan, atau struktur

a.Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih.

b.Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun. Masa gaya yang dimaksud adalah ciri yang mewakili masa gaya tertentu yang berlangsung sekurang-kurangnya 50 tahun, antara lain tulisan, karangan, pemakaian bahasa, dan bangunan rumah, misalnya gedung Bank Indonesia yang memiliki gaya arsitektur tropis modern Indonesia pertama;

c.Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan, dan

d.Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

2 Situs cagar budaya a.Mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya.

b.Menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.

3 Kawasan cagar budaya a.Mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan. b.Berupa landscape budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 tahun. c.Memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia paling sedikit

50 tahun.

d.Memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang berskala luas.

e.Memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya.

f. Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.

Sumber: UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya dengan luas lebih kurang 356 hektar meliputi:

1. perkampungan mengelompok masyarakat adat meliputi: a. Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;

b. Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura Selatan;

c. Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;

d. Kampung Yoka dan Kampung Waena terletak di Distrik Heram; dan

(20)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 20 TABEL IV.5 KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT PORT NUMBAY

KAMPUNG SUKU

Kayobatu Puy dan Makanuay Tahima Soroma/Kayu Pulo Sibi, Jouwe, Haai, Soro

Tobati Itaar, Ireuw, Mano, Haai, Merauje, Hamadi, Hababuk, Hanasbe, Assor, Dawir, Iwo Enggros Drunyi,Sanyi, Merauje, Sembra, Hanasbei, Samai,Hababuk, dan Feb

Nafri Barat: Awi, Awinero,Fingkreuw,Tjoe,Uyo dan Wamuar Timur: Awi, Taniau,Merahabia, Kay, Sibri, Hanueby dan Wamia Koya Koso Koya Koso

Waena Ohee/Modouw, Hendambo, Pumoko, Dasim/Yepese, Kambu/Yepese, Kaegere dan Ongge Kampung Yoka Wilayah sentani jadi masuk juga adat sentani termasuk Danau Sentani

Kampung Holtekamp Merauje, Sanyi, Sembre, Ramela. Klan yang ada masih berhubungan dengan etnis Skouw dan etnis Tobatji Injros.

Koya Tengah Koya Tengah

Skouw Yambe Rolo, Patipeme, Ramela, Membilong, Pae Skouw Mabo Malo, Membilong, Palora, Awe, dan Kemo Skouw Sae Nali, Mutang, Lomo, Reto, Palora Mosso Wapafoa, Syawu, Nutafoa, Smu

Sumber: Masterplan Pengembangan Minapolitan Budi daya di Kota Jayapura, 2011 dan Bappeda Kota Jayapura, 2013

2. bangunan/benda cagar budaya meliputi:

a. Gedung Negara terletak di Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara;

b. Kawasan Taman Imbi berupa Taman Imbi, Gedung Kesenian/Balai Budaya, Gedung Sarinah, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

c. Tugu Pepera terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;

d. Kawasan Kantor Gubernur terletak di Kelurahan Mandala Distrik Jayapura Utara; e. SPN Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;

f. Tugu pendaratan sekutu terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan; g. Bangkai Kendaraan Lapis Baja Tank terletak di Kelurahan Hamadi Distrik

Jayapura Selatan;

h. Gedung FISIP Uncen terletak di Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura;

i. Tugu pendaratan Jepang terletak di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura; dan j. Goa Jepang terletak di Kampung Skouw Yambe dan Kampung Skouw Mabo

Distrik Muara Tami.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan cagar budaya adalah:

(21)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 21

4.1.6

KAWASAN RAWAN BENCANA

Kawasan rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.

A. Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan dan banjir. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut. Kawasan rawan bencana banjir meliputi:

1. Kelurahan Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;

2. Kelurahan Vim, Kelurahan Wai Mhorock, dan Kelurahan Kota Baru terletak di Distrik Abepura;

3. Kelurahan Hedam dan Kelurahan Waena terletak di Distrik Heram; dan

4. Kelurahan Koya Timur dan Kelurahan Koya Barat terletak di Distrik Muara Tami.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan rawan banjir adalah:

1. penetapan tingkat bahaya banjir pada setiap Distrik; 2. normalisasi saluran drainase dan sungai; dan

3. penyediaan daerah evakuasi bencana banjir di Kota Jayapura.

B. Kawasan Rawan Gempa Bumi

Ditetapkan dengan kriteria kawasan yang berpotensi dan/atau pernah

mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity

(22)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 22 Pemanfaatan dan pengelolaan terhadap kawasan ini meliputi:

1. penetapan tingkat bahaya gempa bumi; dan

2. penyediaan ruang-ruang terbuka yang tersebar di lingkungan perumahan.

C. Kawasan Rawan Bencana Abrasi, Tsunami, dan Gelombang Pasang

Kawasan rawan bencana alam rawan abrasi, tsunami, dan gelombang pasang terletak di pesisir Samudera Pasifik meliputi Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Muara Tami. Ketentuan kawasan rawan abrasi ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi. Ketentuan mengenai gelombang pasang ditetapkan dengan kriteria kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. Kriteria tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan ini adalah:

1. penetapan tingkat bahaya abrasi, gelombang pasang, dan tsunami pada setiap Distrik;

2. pemeliharaan mangrove dan tumbuhan penahan abrasi, tsunami, dan gelombang pasang pada kawasan yang memiliki tingkat kerawanan sangat tinggi; dan

3. pembangunan bangunan penahan abrasi (breakwater) pada kawasan abrasi sangat

tinggi.

D. Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kawasan rawan bencana alam rawan longsor merupakan wilayah yang kondisi permukaan tanahnya mudah longsor, karena terdapat zona yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah. Pasal 58 PP No. 26 Tahun 2008 menyebutkan kritera kawasan rawan tanah longsor adalah kawasan yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Ciri-ciri kawasan berpotensi longsor adalah:

a. daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat; b. lapisan tanah tebal di atas lereng;

(23)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 23 d. lereng terbuka atau gundul;

e. terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing;

f. banyaknya mata air/rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil; g. adanya aliran sungai di dasar lereng;

h. pembebanan yang berlebihan pada lereng, seperti adanya bangunan rumah atau sarana lainnya; dan

i. pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan.

Kawasan rawan longsor di Kota Jayapura adalah:

1. potensi longsor di Distrik Jayapura Utara meliputi:

a. Kawasan Rumah Sakit Dok II terletak di Kelurahan Bhayangkara; b. Kawasan APO terletak di Kelurahan Bhayangkara;

c. Kawasan Dok VII dan Dok VIII terletak di Kelurahan Imbi; dan d. Kawasan Kloofkamp terletak di Kelurahan Gurabesi;

2. potensi longsor di Distrik Jayapura Selatan meliputi: a. perbukitan Entrop terletak di Kelurahan Entrop; b. perbukitan Kelurahan Ardipura; dan

c. Kelurahan Numbai.

3. potensi longsor di Distrik Abepura berada di sepanjang Tanah Hitam menuju Koya.

Pemanfaatan dan pengelolaan rawan bencana longsor di Kota Jayapura adalah:

1. penetapan tingkat bahaya longsor bagi bagi masing-masing kawasan; 2. penetapan kawasan rawan longsor sebagai ruang terbuka hijau.

E. KAWASAN RAWAN BENCANA LAIN

Kawasan rawan bencana lainnya yang dimaksud adalah bencana kebakaran dengan potensi bencana terjadi pada kegiatan budi daya meliputi:

1. perumahan kepadatan tinggi terletak di: a. Distrik Jayapura Utara;

b. Distrik Jayapura Selatan; c. Distrik Abepura; dan d. Distrik Heram.

2. rawan bencana kebakaran hutan dan lahan terletak di a. Distrik Jayapura Utara;

(24)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 24 c. Distrik Abepura; dan

d. Distrik Heram.

Kawasan bencana tersebut umumnya bersifat temporer, baik secara lokasi maupun waktu. Namun demikian, pada kawasan-kawasan yang mempunyai kecenderungan terjadi bencana ini, sedapat mungkin diadakan pembatasan dalam kegiatan budi daya, khususnya permukiman. Mekanisme dan prosedur pengungsian penduduk perlu dilakukan sedini mungkin. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan rawan bencana kebakaran adalah:

1. pencegahan bencana kebakaran berupa sosialisasi kepada masyarakat; 2. penyediaan pos pemadam kebakaran;

3. pembangunan hidran air; 4. penyediaan tanden;

5. pembangunan pos pengawasan hutan terletak di seluruh wilayah Kota; dan 6. rencana induk proteksi kebakaran wilayah Kota Jayapura.

4.2 RENCANA POLA PENGELOLAAN KAWASAN BUDI DAYA

Pengelolaan kawasan budi daya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup, sedangkan sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budi daya adalah:

1. terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dan

2. terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat.

(25)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 25 untuk suatu kegiatan dalam kawasan memenuhi ketentuan-ketentuan teknis, daya dukung, kesesuaian lahan, dan bebas bencana alam.

Arahan pengelolaan kawasan budi daya Kota Jayapura dalam bentuk arahan zonasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya. Dalam penentuan ini perlu diperhatikan kondisi tata ruang yang ada, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, sumberdaya manusia, kondisi sosial ekonomi dan lingkungan hidup, tujuan pembangunan dan tujuan penataan ruang wilayah.

Penentuan suatu kawasan budi daya dilakukan bertahap mulai dari pemeriksaan kesesuaian dengan kriteria teknis sektoral untuk melihat kesesuaian secara teknis sektoral. Pemeriksaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan alternatif kegiatan dalam ruang/kawasan. Lebih lanjut setiap alternatif pemanfaatan yang sesuai secara teknis sektoral dinilai dengan kriteria ruang untuk melihat sinergi kegiatan-kegiatan yang ada dalam ruang terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah sekitarnya.

Dalam penentuan pemanfaatan suatu satuan ruang atau kawasan untuk kegiatan pada suatu saat tertentu dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu:

a. kegiatan yang ada tetap dipertahankan;

b. kegiatan yang ada tetap, tetapi ditingkatkan intensitasnya; dan c. kegiatan yang ada diubah.

Kawasan budi daya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari:

a. kawasan peruntukan perumahan; b. kawasan peruntukan perkantoran;

c. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; d. kawasan peruntukan industri;

e. kawasan peruntukan pariwisata;

f. kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau;

g. kawasan peruntukan pendidikan; h. kawasan peruntukan kesehatan;

i. kawasan peruntukan peribadatan;

j. kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana;

k. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;

l. kawasan peruntukan pertambangan;

(26)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 26 n. kawasan peruntukan pertanian;

o. kawasan peruntukan hutan produksi; dan p. kawasan peruntukan sektor informal.

4.2.1

KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN

Kawasan peruntukan perumahan adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk menyediakan tempat permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Ketentuan kawasan peruntukan perumahan adalah:

a. kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha; b. tersebar di seluruh bagian kota, dimana arah pengembangannya berdasarkan

karakteristik kawasan; dan

c. disesuaikan terhadap hierarki pusat pelayanan masyarakat untuk melayani kebutuhan fungsi pelayanan, sehingga dapat dicapai dengan mudah.

Kawasan peruntukan perumahan memiliki luas lebih kurang 3.746 hektar meliputi:

1. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi, merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang tinggi dan didukung dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh nilai lahan dan daya dukung kawasan. Perumahan kepadatan tinggi di Kota Jayapura meliputi:

a. Kelurahan Gurabesi, Kelurahan Bhayangkara, dan Kelurahan Tanjung Ria terletak di Distrik Jayapura Utara;

b. Kelurahan Numbai, Kelurahan Ardipura, Kelurahan Argapura, Kelurahan Entrop, dan Kelurahan Hamadi terletak di Distrik Jayapura Selatan; dan

(27)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 27 Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi dilakukan melalui:

a) pengendalian kepadatan bangunan;

b) peningkatan kualitas hunian melalui pembangunan perumahan secara vertikal; c) penyediaan sistem utilitas, terutama sampah, pengolahan limbah, dan air bersih; d) penyediaan sistem pembuangan air hujan dan air drainase dengan kapasitas

cukup;

e) pengurangan secara bertahap pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih; dan

f) penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

2. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang, merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang sedang dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang juga tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan tinggi. Perumahan kepadatan sedang di Kota Jayapura diarahkan di:

a) Kelurahan Mandala, Kelurahan Angkasapura, Kelurahan Trikora, dan Kelurahan Imbi terletak di Distrik Jayapura Utara;

b) Kelurahan Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;

c) Kelurahan Abepantai, Kelurahan Yobe, Kelurahan Asano, Kelurahan Awiyo, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;

d) Kelurahan Hedam, Kelurahan Waena, Kelurahan Yabansai, dan Kampung Waena terletak di Distrik Heram; dan

e) Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah, Kampung Holtekamp, dan Kampung Skouw Mabo terletak di Distrik Muara Tami.

3. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah, merupakan kawasan perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang rendah dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan sedang hingga tinggi. Perumahan kepadatan rendah di Kota Jayapura diarahkan di: a) Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;

b) Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura Selatan;

c) Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;

(28)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 28 e) Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Sae, dan Kampung Mosso terletak di

Distrik Muara Tami.

Pengembangan peruntukan kawasan perumahan kepadatan sedang dan kawasan perumahan kepadatan sedang dan kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah adalah:

a. pembangunan dengan kepadatan bangunan sedang dan rendah disertai upaya mempertahankan fungsi resapan air;

b. pengurangan secara bertahap pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih; c. peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan penyediaan ruang

terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;

d. penyediaan sistem utilitas terutama sampah, pengolahan air limbah, dan air bersih; dan

e. penyediaan sistem pembuangan air hujan dan drainase dengan kapasitas cukup.

4.2.2

KAWASAN PERUNTUKAN PERKANTORAN

Selain pendidikan, pelatihan dan penelitian, fungsi lain yang membedakan Kota Jayapura dengan kota-kota lain adalah terdapatnya beberapa kawasan perkantoran yang menjadi pusat administrasi bagi kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan di Wilayah Kota Jayapura maupun di wilayah sekitarnya. Sarana yang dimaksud adalah kantor-kantor administrasi pemerintahan (eksekutif, legislatif, yudikatif). Kantor pemerintah lainnya, seperti kantor polisi, kantor pos, kantor telkom, pemadam kebakaran, PLN, dan lain-lain yang berhubungan dengan tata pemerintahan.

(29)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 29 Luas kawasan perkantoran adalah lebih kurang 95 ha. Pengelolaan kawasan peruntukan perkantoran adalah:

a. pengembangan kawasan peruntukan perkantoran Pemerintah Kota terpusat di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;

b. peningkatan kawasan perkantoran pemerintah skala kelurahan/kampung dan distrik di setiap distrik;

c. penyediaan ruang terbuka non hijau dan ruang terbuka hijau; dan

d. penyediaan kawasan perkantoran swasta kecil terletak di kawasan permukiman atau kawasan lainnya dengan memperhatikan akses pelayanan.

4.2.3

KAWASAN PERUNTUKAN PERDAGANGAN DAN JASA

Kota Jayapura direncanakan sebagai pusat pelayanan, maka fungsi perdagangan dan jasa kota Jayapura sebagai sarana utama bagi distribusi dan koleksi barang dan jasa yang ada di Kota Jayapura, dan berfungsi pula sebagai pusat pelayanan bagi daerah di sekitarnya. Ketentuan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa adalah: a. didominasi kegiatan fungsional utama perdagangan dan jasa;

b. memiliki pemanfaatan, penggunaan, dan nilai tanah yang tinggi; c. memiliki prospek pengembangan ekonomi perkotaan yang baik;

d. dapat berupa kawasan campuran dan/atau kawasan kompak untuk mendukung efisiensi perjalanan yang disesuaikan dengan hirarki pelyanan kota; dan

e. memiliki tingkat pelayanan prasarana dan sarana sesuai standar pelayanan nasional atau internasional.

Luas lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa adalah lebih kurang 327 ha. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi:

1. pasar tradisional, yaitu pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Persebaran pasar tradisional terletak di:

(30)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 30 b. Pasar Sentral Hamadi yang berada di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura

Selatan;

c. Pasar Youtefa terletak di Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura; d. Kampung Waena Distrik Heram; dan

e. Kelurahan Koya Barat dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami.

Pemanfaatan dan pengelolaan ruang pasar tradisional adalah:

a. peningkatan fasilitas pasar;

b. pengembangan pasar tradisional khusus masyarakat asli Port Numbay dan

Papua;

c. penyediaan pasar lingkungan;

d. peningkatan kualitas pasar perbatasan Indonesia-PNG; e. pengembangan kegiatan pasar agro; dan

f. penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

2. pusat perbelanjaan dan toko modern,

Definisi dari pusat perbelanjaan merupakan suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horisontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. Definisi dari toko modern merupakan toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang

berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket, atau grosir yang

berbentuk perkulakan. Persebaran pusat perbelanjaan dan toko modern terletak di:

a. Jalan Samratulangi Distrik Jayapura Utara; b. Jalan Irian Distrik Jayapura Utara;

c. Jalan Ahmad Yani Distrik Jayapura Utara; d. Jalan Percetakan Distrik Jayapura Utara; e. Jalan Raya Abepura Distrik Abepura; f. Jalan Gerilyawan Distrik Abepura; dan g. Jalan Abepura-Sentani Distrik Heram; h. Jalan Abepura-Sentani Distrik Heram;

i. Jalan Koya Timur-Koya Barat Distrik Muara Tami; dan j. Jalan Skouw Distrik Muara Tami.

(31)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 31

4.2.4

KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI

Kawasan peruntukan industri di Kota Jayapura dengan luas lebih kurang 27 hektar meliputi pengembangan industri kecil terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan mengenai kawasan peruntukan industri adalah:

a. jenis industri yang dikembangkan merupakan industri yang hemat penggunaan lahan, air, energi, dan tidak berpolusi;

b. memperhatikan aspek lingkungan dan menggunakan teknologi tinggi; dan c. memperhatikan daya dukung transportasi dan infrastruktur lainnya.

Kegiatan industri diantaranya adalah:

a. pembuatan tahu, tempe, makanan, kerajinan tangan yang tersebar di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Heram, dan Distrik Muara Tami; dan

b. mebel, sawmill, dan pembuatan batubata tersebar di Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Heram.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan industri di Kota Jayapura adalah:

1. pengembangan industri rumah tangga agar terintegrasi dengan pariwisata budaya; 2. pengembangan kawasan peruntukan industri dibatasi hanya untuk jenis industri yang

hemat penggunaan lahan, air, dan energi, tidak berpolusi, serta memperhatikan aspek lingkungan dan menggunakan teknologi tinggi; dan

3. pengembangan industri dengan mekanisme pengendalian yang berkelanjutan.

4.2.5

KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA

Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan potensi keindahan alam dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu, dan keindahan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Ketentuan kawasan peruntukan pariwisata adalah:

(32)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 32 b. memanfaatkan lingkungan, baik sumber daya alam maupun kondisi geografis,

dengan menerapkan keseimbangan hubungan manusia dengan alam untuk mencegah pengrusakan alam;

c. pendekatan partisipatif untuk mengoptimalkan potensi lokal; dan

d. pendekatan kewilayahan, pengembangan produk wisata, dan pasar, yang terintegrasi dalam suatu kesatuan sistem wilayah.

Pengembangan pariwisata menunjang kontribusi pendapatan daerah apabila dikelola secara profesional dan optimal. Potensi yang ada pada saat ini sudah cukup memberikan harapan bagi pengembangan kawasan wisata yang baik. Kawasan peruntukan pariwisata di Kota Jayapura adalah:

1. Kawasan peruntukan wisata alam meliputi:

a. Pantai Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara; b. Pantai Pasir II terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;

c. Pemancar Jayapura City terletak di Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan; d. Pantai Hamadi terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;

e. Taman Wisata Teluk Youtefa terletak di Distrik Jayapura Selatan; f. Pantai Holtekamp terletak di Kampung Holtekamp;

g. Sumber Air Panas Caurita Kali Moso terletak di Kampung Mosso Distrik Muara Tami;

h. Pantai Skouw terletak di Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan

i. Danau Sentani terletak di Distrik Heram. 2. Kawasan peruntukan wisata budaya meliputi:

a. perkampungan mengelompok masyarakat adat meliputi: 1. Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;

2. Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura Selatan;

3. Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;

4. Kampung Waena dan Kampung Yoka terletak di Distrik Heram; dan

5. Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Yambe, dan Kampung Mosso terletak di Distrik Muara Tami; dan

b. bangunan/benda cagar budaya meliputi:

(33)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 33 2. Kawasan Taman Imbi berupa Taman Imbi, Gedung Kesenian/Balai Budaya,

Gedung Sarinah, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Provinsi Papua terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

3. Tugu Pepera terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara; 4. Kawasan Kantor Gubernur terletak di Kelurahan Mandala Distrik Jayapura

Utara;

5. SPN Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara; 6. Tugu pendaratan sekutu terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura

Selatan;

7. Bangkai Kendaraan Lapis Baja Tank terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;

8. Gedung FISIP Universitas Cenderawasih terletak di Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura;

9. Tugu pendaratan Jepang terletak di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura; dan

10. Goa Jepang terletak di Kampung Skouw Yambe dan Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami.

3. Kawasan peruntukan wisata buatan meliputi: a. Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara;

b. Kelurahan Entrop dan Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan; c. Kampung Enggros Distrik Abepura;

d. Kampung Waena dan Kampung Yoka Distrik Heram; dan

e. Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah, Kampung Skouw Sae, dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami.

TABEL IV.6 OBYEK WISATA ALAM

NO JENIS

OBYEK NAMA OBYEK LOKASI PANORAMA

1 Obyek Wisata Alam

Pantai Base-G Kel. Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara Pasir putih, laut jernih, ombaknya bergulung-gulung

Pantai Pasir II Kel. Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara Pasir putih, keindahan bawah laut Pemancar Jayapura City Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan Pemandangan alam Kota Jayapura dari atas

bukit

Pantai Hamadi Kel. Hamadi Distrik Jayapura Selatan Pasir berwarna, air jernih, ombak bergulung-gulung

Taman Wisata Teluk Youtefa

Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Abepura Fauna dan Flora, Ecoturism, Fishing, Diving, masyarakat adat Port Numbay

(34)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 34 NO JENIS

OBYEK NAMA OBYEK LOKASI PANORAMA

Sumber air panas Caurita Kali Moso

Kampung Mosso Distrik Muara Tami Air panas, batu putih, flora dan fauna

Pantai Skouw Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami

Pasir berwarna, air jernih, ombak untuk selancar

Yoka Danau Sentani Kampung Yoka Distrik Heram Pemandangan Danau Sentani

2 Obyek

- Kampung Kayobatu Distrik Jayapura Utara - Kampung Tahima Soroma dan Kampung

Tobati Distrik Jayapura Selatan - Kampung Enggros dan Kampung Nafri

Distrik Abepura

- Kampung Yoka Distrik Heram

- Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Yambe, dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami

Tarian tradisional, musik suling bambu, rumah adat, kehidupan masyarakat

Gedung Negara Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara Gedung Negara dulunya merupakan Istana Belanda tahun 1961

Tugu Pepera Kel. Bhayangkara Distrik Jayapura Utara Tugu pembebasan Irian Jaya Kawasan Kantor

Gubernur

Kel. Mandala Distrik Jayapura Utara Gedung Gubernur dulunya merupakan pemerintahan Belanda

Museum Uncen Kampus Uncen Benda-benda budaya khas Papua Museum Negeri Waena Expo Benda-benda budaya khas Papua Kawasan Taman Imbi Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara Tugu Yos Sudarso, Gedung Kesenian/Balai

Budaya, Gedung Sarinah, Gedung DPRP Tugu Pendaratan

Tentara Sekutu

Hamadi Distrik Jayapura Selatan Peninggalan tank-tank sekutu pada PD II

Tugu Jepang Kel. Abepantai Distrik Abepura Tempat pesembayangan Tentara Jepang PD II Bangkai Kendaraan

Lapis Baja Tank

Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan Kendaraan yang digunakan dalam PD II

Goa Jepang Kp. Skouw Yambe dan Kp. Skouw Mabo Tempat persembunyian Jepang dari Sekutu 3 Obyek

Wisata Buatan

Angkasa Kel. Angkasapura Distrik Jayapura Utara Pemandangan ke Laut Pasifik, hawa sejuk Para-para di Skyline Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan Pemandangan ke Laut, Teluk Youtefa, Laut

Pasifik, Peristirahatan Gubernur Penangkaran Buaya Kelurahan Entrop Ditstrik Jayapura Selatan Penangkaran buaya untuk diambil kulitnya

untuk dijadikan tas, dompet, ikat pinggang, sepatu, dan sebagainya

Teluk Youtefa Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan dan Kampung Enggros Distrik Abepura

Diving, Snorkelling, Power Boating, Sky Air, wisata rohani

Buper Kampung Waena Pemandangan ke Danau Sentani, Kota Abepura, Sirkuit Racing

Gelanggang Kampung Yoka Pemandangan ke Danau Sentani, memancing Kolam Pancing Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya

Timur, Kp. Skouw Sae, Kampung Mosso

Memancing, rekreasi

Sumber: RIPPDA Kota Jayapura Tahun 2011 dan Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata adalah:

(35)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 35 b. mendorong investor untuk mengembangkan prasarana dan sarana wisata di

masing-masing kawasan wisata di Kota Jayapura; c. penetapan kawasan pengembangan pariwisata; d. pengembangan obyek dan daya tarik wisata; e. pengembangan aksesibilitas;

f. pengembangan fasilitas penunjang wisata; dan

g. pengembangan SDM dan kelembagaan.

4.2.6

KAWASAN PERUNTUKAN RUANG TERBUKA NON HIJAU

Ruang terbuka non hijau (RTNH) adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori ruang terbuka hijau. Ketentuan kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau adalah:

a. bagian dari pekarangan di luar Koefisien Daerah Hijau;

b. bagian dari kawasan peruntukan RTH yang tidak ditumbuhi tanaman;

c. bagian dari fasilitas ekonomi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang terbuka dan tidak ditumbuhi tanaman;

d. bagian dari sarana dan fasilitas transportasi yang terbuka; e. lahan parkir terbuka; dan

f. satu kesatuan dengan kawasan peruntukan permukiman, pusat perkantoran,

perdagangan dan jasa, serta industri.

Luas kawasan ruang terbuka non hijau adalah lebih kurang 3 ha. Ruang terbuka non hijau di Kota Jayapura terdiri dari:

a. Lapangan olahraga tenis, voli, basket, bulu tangkis, trotoar, tugu, yang tersebar di seluruh wilayah Kota; dan

b. Kawasan parkir di wilayah kota meliputi pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa dan pemerintahan.

Pemanfaatan dan pengelolaan ruang terbuka tidak hijau di Kota Jayapura adalah:

1. pengembangan ruang terbuka non-hijau untuk kegiatan sosial masyarakat dan ruang evakuasi bencana;

2. pengembangan ruang terbuka non-hijau kawasan komersial, perkantoran, dan perumahan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berinteraksi masyarakat; dan 3. penataan kembali ruang terbuka non-hijau yang telah mengalami penurunan fungsi

(36)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 36

4.2.7

KAWASAN PERUNTUKAN PENDIDIKAN

Kawasan peruntukan pendidikan ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. karakter kawasan ini pada dasarnya membutuhkan ketenangan dan kemudahan pencapaian. Keberadaan kawasan pendidikan yang telah ada di jalan utama dapat dipertahankan, namun untuk pembangunan baru direkomendasikan untuk tidak diletakkan pada jalan utama, terutama pada jalan arteri;

b. pengembangan sarana pendidikan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), berada di

tengah-tengah kelompok keluarga, tidak menyeberang jalan raya, bergabung dengan taman, sehingga terjadi pengelompokkan kegiatan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura;

 Sekolah Dasar (SD), berada di tengah-tengah kelompok keluarga, tidak

menyeberang jalan raya, bergabung dengan taman, sehingga terjadi pengelompokkan kegiatan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura;

 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dapat dijangkau dengan kendaraan

umum, disatukan dengan lapangan olah raga, tidak selalu harus di pusat pelayanan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura;

 Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dapat

dijangkau dengan kendaraan umum, disatukan dengan lapangan olah raga, tidak selalu harus di pusat pelayanan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura.

Kawasan peruntukan pendidikan dengan luas lebih kurang 115 hektar meliputi:

a. Kelurahan Gurabesi dan Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara; b. Kelurahan Ardipura dan Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;

c. Kelurahan Vim, Kelurahan Kota Baru, dan Kelurahan Yobe Distrik Abepura;

d. Kelurahan Waena, Kelurahan Yabansai, dan Kampung Waena Distrik Heram; dan e. Distrik Muara Tami.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pendidikan adalah:

(37)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 37

4.2.8

KAWASAN PERUNTUKAN KESEHATAN

Kawasan peruntukan kesehatan di Kota Jayapura adalah lebih kurang 18 hektar yang terletak di seluruh Distrik, dimana:

a. rumah sakit dengan pelayanan wilayah/regional di Papua berada di Kelurahan Gurabesi;

b. pelayanan puskesmas tersebar di setiap Distrik;

c. Puskesmas Pembantu terdapat di seluruh kelurahan; dan

d. Posyandu tersebar di setiap unit lingkungan dan cenderung menggunakan perumahan penduduk yang memiliki kapling yang luas dan/atau di kantor lurah/kampung/distrik.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan kesehatan adalah:

a. peningkatan Rumah Sakit Tipe A terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;

b. pengembangan dan peningkatan Rumah Sakit Tipe B terletak di: 1. Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

2. Kelurahan Wahno Distrik Abepura; 3. Kelurahan Waena Distrik Heram;

4. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami. c. pengembangan rumah sakit tipe C terletak di:

1. Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan; 2. Kelurahan Wahno Distrik Abepura; dan 3. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami;

d. pengembangan puskesmas rawat inap di Kelurahan Koya Barat dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami; dan

e. pengembangan dan peningkatan penyediaan Posyandu di seluruh wilayah Kota.

4.2.9

KAWASAN PERUNTUKAN PERIBADATAN

Karakteristik kawasan ini membutuhkan ketenangan, namun tetap membutuhkan kemudahan pencapaian. Penyediaan fasilitas peribadatan selama ini merupakan respon

atas kebutuhan rohani dari masyarakat sesuai perkembangan jumlah

(38)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 38 dengan luas lebih kurang 35 hektar. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan peribadatan adalah:

1. pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana; dan 2. penyediaan fasilitas parkir.

4.2.10 KAWASAN PERUNTUKAN RUANG EVAKUASI BENCANA

Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. lokasi mudah diakses dari kawasan rawan bencana; b. relatif aman saat mengalami bencana;

c. tersedia utilitas dan sarana yang memadai; dan

d. merupakan bagian dari fasilitas sosial, fasilitas umum, dan perkantoran.

Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana meliputi:

a. GOR Cenderawasih terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara; b. GOR SGO (Sekolah Guru Olahraga) terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura

Utara;

c. GOR Waringin terletak di Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura; d. Kantor Walikota terletak di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan; e. Jalan Holtekamp-PNG terletak di Distrik Muara Tami;

f. kawasan perkantoran pemerintahan terletak di seluruh Distrik;

g. ruang evakuasi kawasan pendidikan dan peribadatan terletak di seluruh Distrik; h. Lapangan Sekolah Kepolisian Negara terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik

Jayapura Utara;

i. Lapangan Trikora terletak di Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura; j. kantor distrik terletak di Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami; dan

k. ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau terletak di seluruh wilayah Kota.

(39)

Bab IV Rencana Pola Ruang

| IV - 39

4.2.11 KAWASAN PERUNTUKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Kriteria kawasan ini ditentukan khusus oleh intitusi pertahanan dan keamanan. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan dengan luas lebih kurang 85 hektar meliputi:

a. Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/CENDRAWASIH Jalan Polimak IV Atas Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan;

b. Zeni Tempur (Zipur) Jalan Raya Sentani-Abepura Kelurahan Hedam Distrik Abepura;

c. Komando Resor Militer (Korem) 172/Prajawirayakti Jalan Raya Sentani-Abepura Padang Bulan Distrik Abepura;

d. Korem 172/Prajawirayakti Jalan Raya Sentani-Abepura Kelurahan Waena Distrik Heram;

e. Komando Distrik Militer (Kodim) 1701 Jalan Samratulangi Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;

f. Komando Rayon Militer (Koramil) 1701-02 Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura

Utara;

g. Komando Rayon Militer 1701-03 Jalan Raya Abepura Distrik Abepura;

h. Komando Rayon Militer 1701-09 Jalan Kelapa Dua Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;

i. Komando Rayon Militer 1701-22 Distrik Muara Tami;

j. Pos Militer (POM) terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

k. Pangkalan Utama Angkatan Laut (LANTAMAL) 5 Jalan Amphibi 1 Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;

l. Kantor Kepolisian Daerah Jalan Samratulangi Kelurahan Bhayangkara Distrik

Jayapura Utara;

m. Kantor Kepolisian Resor Jalan Ahmad Yani Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;

n. Markas Besar Brigade Mobil (Brimob) Jalan Raya Abepura-Kotaraja Kelurahan Vim Distrik Abepura;

o. Kantor Kepolisian Sektor di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, dan Distrik Abepura;

p. Pos Polisi Skouw-Perbatasan terletak di Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan

Gambar

TABEL IV.1   KAWASAN LINDUNG SEMPADAN SUNGAI
TABEL IV.2
TABEL IV.3
TABEL IV.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Upaya untuk mengatasi penyimpangan kualitas batubara di front dan stockpile, adalah : Mengatasi bias (penyimpangan) pada pengujian kualitas batubara di front dengan

Kemudian, poin yang ketiga dari Permohonan kami adalah pemanggilan paksa yang dilakukan oleh DPR melanggar hak atas persamaan di muka hukum (equality before the

Sehingga terdapat sembila indikator turunan dalam penilaian aktivitas siswa dalam penelitian tersebut.Proses penilaian aktivitas siswa dalam penelitian ini mencakup

Dan mengingat salah satu poin penting dalam konteks simulakra adalah permainan pertanda, pertanda awal KSDJ sebagai media kampanye politik yang tercermin dalam tujuannya

Penjelasan tentang hakikat insan dan hakikat alam tabii sepertimana yang dijelaskan secara.. ringkas sebelum ini merupakan perincian kerangka fikir dan nilai yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keputusan produsen tempe dalam keberlanjutan usaha pada saat harga kedelai naik secara empirik dan secara teori analisis

Merupakan faktor yang berasal dari dalam atau internal Komisi II Bidang perekonomian dan keuangan DPRD Provinsi Kepulauan Riau yang mempengaruhi kinerja anggota

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan hipotesis alternative yang dirumuskan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran teams