• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KEBANGSAAN KEMUHAMMADIYAHAAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN KEBANGSAAN KEMUHAMMADIYAHAAN DI INDONESIA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KEBANGSAAN

KEMUHAMMADIYAHAAN DI INDONESIA

MAKALAH

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan

Dosen pengajar : A. Sahlani, MA

Oleh:

Bagus Dwi Yulianto 1420201001

PRODI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

JL.Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol-Tangerang, Telp.(021) 5537198

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Perserikatan Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak

perjuangannya ditujukan untuk pengembangan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki Islam. Peran Muhammadiyah dalam penelitian ini adalah suatu perilaku atau usaha yang dilakukan organisasi Muhammadiyah dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Pengembangan pendidikan Islam di masyarakat dalam penelitian ini adalah usaha untuk menghidup suburkan pendidikan Islam di masyarakat dalam rangka sumber daya manusia atau sumber daya umat Islam di masyarakat baik secara formal maupun nonformal.

Muhammadiyah merupakan NGO yang paling tua dan paling awal mendirikan sekolah. Muhammadiyah menjadi NGO yang terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, yang memiliki lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi (PT).

Fungsi dan peran pendidikan Muhammadiyah sebagaimana yang pertama kali digagas oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni menjadikan pendidikan Muhammadiyah sebagai "Penolong Kesengsaraan Oemoem" ditengah himpitan biaya pendidikan yang semakin mahal. Jika dahulu Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor pendidikan yang menjadi motor

penggeraknya, maka sekarang Muhammadiyah harus berperan lebih dari pada itu, yakni Muhammadiyah kembali tampil sebagai aktor utama pemberantasan anak putus sekolah dan menjadi aktor yang mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Proses berdirinya Muhammadiyah

2. Peran Muhammadiyah

3. Sejarah berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah

(3)

BAB II DASAR TEORI PENEGASAN ISTILAH

1. Peran Muhammadiyah

Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.

Sedangkan Muhammadiyah secara bahasa diambil dari nama Nabi dan Rasul terakhir, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Beliau adalah Nabi dan Rasul terakhir, pembawa risalah Islam yang sempurna diutus untuk semua umat manusia sepanjang masa. Sedangkan “yah” dalam bahasa Arab disebut huruf syibhu atau nisbiyang artinya menyerupa kan, menjeniskan, atau mengidentikkan. Jadi Muhammadiyah berarti orang-orang Islam yang hidup setelah Rasul Muhammad Shollallâhu álaihi wasallam yang akan mengikuti,

menyerupakan diri, menjeniskan atau mengidentikkan diri pada perilaku hidup serta akhlak budi pekerti perjuangan Nabi Muhammad Shollallâhu álaihi wasallam (Kastholani, 2003 : 33). Sedangkan menurut Mulkhan (1990 : 4-5) Muhammadiyah adalah sekelompok orang yang berusaha mengidentifikasikan dirinya atau membangsakan dirinya sebagai pengikut, penerus, dan pelanjut perjuangan dakwah Rasul dalam mengembangkan tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak perjuangannya ditujukan untuk pengembangan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki Islam. Usaha-usaha dilakukan berdasarkan pola dasar yang telah dicontohkan oleh Rosulullah.

Jadi yang dimaksud peran Muhammadiyah dalam penelitian ini adalah suatu perilaku atau usaha yang dilakukan organisasi Muhammadiyah dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

2. Pengembangan Pendidikan Islam di Masyarakat

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Pengembangan yang di maksud di siniadalah proses yang dilakukan Muhammadiyah untuk menghidup

(4)

BAB III PEMBAHASAN Proses Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam tertua yang ada di negeri ini bahkan mungkin di dunia yang masih tetap beridiri dan eksis. Banyak organisasi yang tidak mampu berdiri lama seperti Muhammadiyah, bahkan Muhammadiyah ini sudah berdiri sebelum Republik ini di Proklamasikan, jadi organisai persyarikatan Muhammadiyah ini lebih tua dari usia Republik Indonesia.

Sebelum mendirikan persyarikatan Muhammadiyah beliau terlebih dahulu belajar tentang keorganisasian, manajemen dan administrasi kepada organisasi Budi Utomo. Yang di anggap salah satu organisasi yang modern karena didirikan oleh sarjana-sarjana barat. Dan telah memiliki aturan-aturan yang sangat jelas dan memiliki data keanggotaan secara sistematis dan teratur.

Setelah beliau masuk dalam organisasi Budi Utomo beliau langsung mempelajari manajemen organisasi ini. Sekaligus mempersiapkan bedirinya organisasi yang akan mewadahi perjuangan KH. Ahmad Dahlan yang telah dirintis. Setelah melalui proses yang panjang akhirnya beliau mendirikan Organisasi yang diberinama Muhammadiyah artinya pengikut Nabi Muhammad. Pada 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah permohonan KH. Ahmad Dahlan dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Penentuan tanggal tersebut sesuai usul Ahmad Dahlan dan kawan-kawannya setelah melalui pertimbangan rasional dan spiritual lewat musyawarah dan salah istiharah (Mahasari

dkk.2008).

Usaha dan kegiatan Muhammadiyah terdiri dari 17 subsistem sebagaimana yang tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 3, yaitu :

1. Menyebarluaskan Agama Islam terutama dengan mempergiat dan menggembirakan tabligh;

2. Mempergiat dan memperdalam pengkajian ajaran Islam untuk mendapatkan kemurnian dan

kebenarannya;

3. Memperteguh iman, mempergiat ibadah, meningkatkan semangat jihad, dan mempertinggi

akhlak;

4. Memajukan dan memperbarui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni serta mempergiat penelitian menurut tuntunan Islam; 5. Menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk berwakaf serta membangun dan

memelihara tempat ibadah;

6. Meningkatkan harkat dan martabat manusia menurut tuntunan Islam;

7. Membina dan menggerakkan angkatan muda sehingga menjadi manusia muslim yang

berguna bagi agama, nusa, dan bangsa;

8. Membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan mengembangkan ekonomi sesuai

dengan ajaran Islam;

9. Memelihara, melestarikan, dan memberdayakan kekayaan alam untuk kesejahteraan

(5)

10. Membina dan memberdayakan petani, nelayan, pedagang kecil, dan buruh untuk

meningkatkan taraf hidupnya;

11. Menjalin hubungan kemitraan dengan dunia usaha;

12. Membimbing masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq, shadaqah, hibah, dan wakaf;

13. Menggerakkan dan menghidup-suburkan amal tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa

dalam bidang kesehatan, sosial, pengembangan masyarakat, dan keluarga sejahtera; 14. Menumbuhkan dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan dalam

Muhammadiyah;

15. Menanamkan kesadaran agar tuntunan dan peraturan Islam diamalkan dalam masyarakat;

16. Memantapkan kesatuan dan persatuan bangsa serta peran serta dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara; dan

17. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan persyarikatan.

Dari 17 amal usaha yang dilakukan Muhammadiyah di atas, amal usaha Muhammadiyah yang pertama kali dila kukan adalah melalui jalur pendidikan, baik secara formal maupun nonformal. Hal ini sesuai dengan jalur pendidikan nasional yang disebutkan dalam pasal 13 bahwasanya jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pada penulisan ini, akan difokuskan

membicarakan pada usaha yang diterapkan Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan Islam baik secara formal maupun nonformal.

Berbicara mengenai persyarikatan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari sang pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan Muhammadiyah bukan tanpa alasan ataupun hanya main-main, akan tetapi ada faktor yang melatar belakangi pendirian

Organisasi Muhammadiyah. Menurut Djindar Tamimy ada dua faktor yang melatar belakangi pendirian Muhammadiyah, yaitu faktor Internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor Internal ini lahir dari dalam pendiri Muhammadiyah itu sendiri hal ini berkaitan dengan Intelektualitas KH. Ahmad Dahlan. Setelah melihat keadaan masyarakat muslim Indonesia khususnya yang ada di Jogjakarta yang melaksanakan ibadah tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Yang langsung berkaitan dengan pengamalan ajaran Islam dikalangan umat Islam. Kondisi internal menyangkut implementasi Islam di Indonesia (Mahasari dkk.2008).

2. Faktor Eksternal

Selain faktor yang lahir dari dalam ada juga faktor yang mempengaruhi dari lingkungan atau lebih sering di kenal dengan faktor eksternal. Yang ikut mempengaruhi proses berdirinya Muhammadiyah, namun faktor ini muncul dari luar artinya tidak berkaitan langsung dengan KH. Ahmad Dahlan secara individual. Akan tetapi berkaitan dengan umat Islam secara keseluruhan.

(6)

ajaran normatif yang sudah jauh, dari ajaran yang sesungguhnya (sesuai tuntunan

Rasulullah). Bahkan praktek ibadahnya pun telah bercampur dengan pengaruh dari luar, yang sering di kenal dengan praktek Tahayul, Bid’ah, dan Khuroffat. Hal-hal yang tidak

dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan menganjurkan namun di anggap baik , sehingga mereka lakukan padahal nabi sendiri tidak pernah melakukan apalagi menganjurkan. Realitas Islam sebagai agama dan Islam sebagai pemikiran di Indonesia mengalami kemacetan pemikiran. Islam yang ada di Indonesia sudah bercampur dengan praktek yang bertentangan dengan tauhid. Kepercayaan kepada pohon, benda-benda dan tempat-tempat yang mengandung kramat dan memiliki kekuatan gaib, merupakan hal yang biasa pada umat Islam.

b. Sosio-pendidikan. Ada dua sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia yaitu pendidikan Barat dan Pesantren.Pendidikan Barat hanya mengajarkan ilmu-ilmu umum dan sudah memiliki metode dan kurikulum modern. Ilmu yang di ajarkan sama dengan yang di ajarkan di dunia Barat dan lulusannya sudah memiliki pemikiran maju.

Sedangkan pendidikan model pesantren hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti, fiqih, hadits, ilmu kalam, tasawuf, dll. Yang menjauhkan diri dari model pendidikan barat karena di anggap kafir dan tidak sesuai dengan Islam. Sehingga secara sistematis karena doktrin pesantren yang sangat kuat jadi menghasilkan lulusan yang menjauhi dari perkembangan modern.

Melihat hal ini KH. Ahmad Dahlan merasa prihatin dengan kondisi sosio pendidikan yang ada. Sehingga beliau mengabil keputusan dengan membuat lembaga pendidikan yang memadukan dua sistem tersebut. Diharapkan lulusan nantinya selain memiliki pengetahuan dalam bidang umum tetapi tetap didasari dengan ilmu agama.

c. Politik Hindia Belanda. Salah satu faktor penting dari kelahiran Muhammadiyah ini adalah politik Hindia Belanda. Secara tidak langsung mereka melemahkan posisi umat Islam di satu pihak mereka mencoba netral dengan keadaan yang ada. Karena ingin

memperlihatkan kenetralannya namun dilain pihak pemerintah Belanda melakukan gerakan dengan meng’kebiri’ umat Islam. Hal ini dilakukan dengan membatasi kegiatan-kegiatan umat Islam hanya pada tataran ibadah saja. Untuk ibadah haji saja umat Islam di awasi dengan sangat ketat, karena umat Islam yang telah menunaikan Ibadah Haji biasanya memiliki pengaruh yang sangat kuat dilingkungannya.

Peran Muhammadiyah

Memasuki usia satu Abad ini Muhammadiyah telah banyak memberikan kontribusi kepada bangsa dan negeri ini. Berbagai Amal Usaha yang dimiliki Muhammadiyah ini dari Sabang sampai Merauke. Setidaknya ada 4 hal yang menjadi bidang garapan oleh

Muhammadiyah yaitu :

(7)

termuda ini merupakan kader Muhammadiyah sampai Andrea Hirata (Laskar Pelangi), Hanung Brahmantiyo (Sutradara).

Lembaga Pendidikan Muhammadiyah bertebaran mulai dari TK sampai dengan PT, yang jumlahnya sangat banyak sekali. Bahkan kalau pemerintah disuruh membiayai semua lembaga pendidikan saja milik Muhammadiyah niscaya tidak sanggup begitulah kata pak Amien Rais. Lembaga pendidikan ini 20% dari lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, sehingga dapat dibayangkan sumbangan Muhammadiyah itu.

2. Social. Dalam bidang ini Muhammadiyah sudah konsen dari awal, karena memang berdirinya Muhammadiyah ini erat kaitannya dengan bidang social. Bahkan berdirinya ini berkaitan erat dengan Surat Al-Qur’an yaitu Surat Al-Maun yang mengisyaratkan kepada kepedualian social maka sering kita kenal dengan Teologi Al-Maun. Lewat bidang ini

Muhammadiyah membina anak-anak yatim, orang-orang jompo, dan juga rumah sakit-rumah sakit yang sudah berdiri ratusan tahun.

3. Ekonomi. Bidang garapan ini Muhammadiyah ikut membantu memberdayakan

masyarakat dengan cara membentuk Koperasi dan membinda para pedagang. Selain itu juga Muhammadiyah membinda para petani yang masih belum memiliki pengetahuan tentang bertani dengan baik.

4. Politik. Politik merupakan bidang garapan Muhammadiyah walapun Muhammadiyah bukan organisasi politik. Akan tetapi Muhammadiyah tidak alergi dengan politik bahkan dari awal pendirian negeri ini Muhammadiyah telah ikut membantu mendirikan Negeri ini dengan Tokohnya Ki Bagus Hadikusumo. Begitupun ketika terjadi Reformasi kader Muhammadiyah yang mempeloporinya yaitu Prof. Dr. Amien Rais, MA (Pendiri IMM) tampil terdepan sebagai pemimpin Reformasi.

Sejarah Berdirinya Lembaga Pendidikan Muhammadiyah

Sebenarnya jika dikaji lebih dalam, berdirinya Muhammadiyah juga didasari oleh faktor pendidikan. Sutarmo, Mag dalam bukunya Muhammadiyah, Gerakan Sosisal, Keagamaan Modernis mengatakan bahwa Muhammadiyah didirikan oleh KHA. Dahlan didasari oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh dan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar Islam. Maka pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari Muhammadiyah didirikan. Kita ketahui bahwa pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan. Dua sistem pendidikan yang berkembang saat itu, pertama adalah sistem pendidikan tradisional pribumi yang

(8)

dan weton (metode pengajaran secara berkelompok dengan murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku masing-masing atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah) dalam pengajarannya. Dengan metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif, membuat catatan tanpa pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang tabu. Selain itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa pengertian dan memperhitungkan daya nalar. Kedua adalah pendidikan seluler yang

sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak diberikan. Bila dilihat dari cara pengelolaan dan metode pengajaran dari kedua sistem

pendidikan tersebut, maka perbedaannya jauh sekali. Tipe pendidikan pertama menghasilkan pelajar yang minder dan terisolasi dari kehidupan modern, akan tetapi taat dalam

menjalankan perintah agama, sedangkan tipe kedua menghasilkan para pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri, akan tetapi tidak tahu tentang agama, bahkan

berpandangan negatif terhadap agama.

Maka atas dasar dua sistem pendidikan di atas KHA. Dahlan kemudian dalam mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah coba menggabungkan hal-hal yang positif dari dua sistem pendidikan tersebut. KHA. Dahlan kemudian coba menggabungkan dua aspek yaitu, aspek yang berkenaan secara idiologis dan praktis. Aspek idiologisnya yaitu mengacu kepada tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, pengetahuan yang komperensif, baik umum maupun agama, dan memiliki kesadaran yang tinggi untuk bekerja membangun masyarakat (perkembangan filsafat dalam pendidikan Muhammadiyah, syhyan rasyidi). Sedangkan aspek praktisnya adalah mengacu kepada metode belajar, organisasi sekolah mata pelajaran dan kurikulum yang disesuaikan dengan teori modern. Maka inilah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan

Muhammadiyah yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan

Muhammadiyah untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepankan tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan gerakannya bukan ulama atau pemikir yang say yes pada

kemapanan yang sudah ada (established) karena KHA. Dahlan dalam memadukan dua sistem tersebut coba untuk menciptakan ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri dan taat dalam menjalankan perintah agama.

Awal didirikannya amal usaha pendidikan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah untuk membantu para kaum miskin yang tidak mampu sekolah. Bermula dari penafsiran Al-Maun yang kemudian dikenal sebagai teologi Al-Maun, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah agama modern pertama untuk rakyat miskin. Bahkan KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah tersebut bukan hanya untuk kaum miskin, namun lintas kelas dan lintas gender. Hingga akhirnya sampai saat ini, Muhammadiyah merupakan NGO yang paling tua dan paling awal mendirikan sekolah. Muhammadiyah menjadi NGO yang terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, yang memiliki lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi (PT).

(9)

Muhammadiyah menempati urutan pertama dalam kepercayaan masyarakat saat memilih sekolah atau PT bagi anaknya.

Menurut Prof. Dr. A. Munir Mulkhan, saat menyampaikan materinya pada Seminar Pendidikan Nasional tersebut, gagasan utama pendidikan Muhammadiyah tercermin dalam konsep guru keliling dan guru desa yang muncul sebelum Muhammadiyah meresmikan diri. Saat itu, Muhammadiyah telah mengembangkan praktik pendidikan bagi kaum perempuan disaat gerakan feminisme belum menjadi wacana di Eropa. Bahkan pada tahun 1921,

Muhammadiyah mengusulkan rancangan program pendidikan dalam Kongres Islam Cirebon yang didalamnya memuat berbagai gagasan dasar pembelajaran dan pendidikan guru.

Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Muhammadiyah mengalami berbagai macam hal yang membuat pasang surut. Namun kesemuanya itu tidak hanya terjadi karena rendahnya kualitas dan rendahnya manajeman sekolah atau perguruan tinggi tersebut, melainkan banyak faktor yang menyebabkannya.

Sampai sekarang ini, pendidikan Muhammadiyah belum memiliki pedoman atau sistem secara konseptual. Yang ada hanyalah sebuah kepanjangtanganan regulasi pemerintah dalam bidang pendidikan. Sehingga model pendidikan Muhammadiyah tidak mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum. Artinya sekolah

Muhammadiyah pun tidak pernah menjadi solusi alternatif bagi rakyat miskin untuk bersekolah ketika biaya sekolah semakin menjulang tinggi.

Karena itu, sekiranya Muhammadiyah perlu merumuskan sistem pendidikan tersendiri untuk pendidikan Muhammadiyah yang nantinya menjadi acuan pola penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah. Selanjutnva adalah mengembalikan fungsi dan peran pendidikan Muhammadiyah sebagaimana yang pertama kali digagas oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni menjadikan pendidikan Muhammadiyah sebagai "Penolong Kesengsaraan Oemoem" ditengah himpitan biaya pendidikan yang semakin mahal.

Sudah sewajarnya dan selayaknya pendidikan Muhammadiyah menjadi solusi alternatif untuk mengurangi angka putus sekolah. Jika dahulu Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor pendidikan yang menjadi motor penggeraknya, maka sekarang

Muhammadiyah harus berperan lebih dari pada itu, yakni Muhammadiyah kembali tampil sebagai aktor utama pemberantasan anak putus sekolah dan menjadi aktor yang

mencerdaskan kehidupan bangsa

Pembenahan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah

Sekolah (pendidikan) Muhammadiyah, sejak didirikan tahun 1912 hingga saat ini, berasal dari komunitas basis atau kesadaran pribadi warganya. Gagasan genial KH. Ahmad Dahlan sampai saat ini dirasa masih tetap relevan dan signifikan bagi perkembangan

(10)

telah digagas oleh KH. Ahmad Dahlan. Yang ada pendidikan Muhammadiyah menjadi kepanjangantanganan regulasi pemerintah.

Dengan modal kepercayaan dari masyarakat terhadap amal usaha pendidikan dan kesehatan Muhammadiyah, pendidikan Muhammadiyah harus dikelola secara profesional dan progresional dan tidak bisa lagi dikelola secara alakadarnya dan hanya menjadi kegiatan sampingan.

Jika kita lihat perkembangan sekolah Muhammadiyah, sebenarnya kita harus merasa prihatin. Data menunjukkan bahwa sekolah Muhammadiyah harus segera dibenahi sedini mungkin. Dr. Qomari Anwar, MA dalam Seminar Nasional Pendidikan tersebut memaparkan peringkat sekolah Muhammadiyah (Khusus untuk DKI). Pada jurusan IPA, sekolah

Muhammadiyah yang pertama (SMAM 16) menempati urutan ke 117 dan 381 sekolah (negeri dan swasta). Pada jurusan Bahasa, tak satupun sekolah Muhammadiyah menempati urutan dari 24 sekolah yang mempunyai jurusan Bahasa. Pada jurusan IPS, dan 446 sekolah yang mempunyai jurusan IPS, sekolah Muhammadiyah pertama (SMAM 16) hanya

menempati urutan ke 91.

Ini menandakan bahwa sekolah Muhammadiyah belum memiliki kualitas yang cukup dibandingkan sekolah-sekolah yang lain (negeri dan swasta). Lalu bagaimana dengan nasib sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berada di daereh-daerah terpencil? Bagaimana peran struktur Muhammadiyah setempat? Apakah hanya diam saja dan hanya diserahkan pada pihak sekolah? Inilah yang seharusnya persoalan yang harus segera dijawab agar sekolah Muhammadiyah tidak gulung tikar, sebagaimana yang banyak terjadi beberapa daerah.

Fungsi pendidikan dalam Muhammadiyah, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Qomari Anwar, MA, yakni;Pertama, sebagai ibadah dan sarana dakwah

Muhammadiyah amar ma 'ruf nahyi munkar. Kedua, sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Ketiga, sebagai upaya mencerdaskan bangsa. Dan yang terakhir dan cukup penting kiranya adalah sebagai sarana kaderisasi Muhammadiyah sendiri. Dengan berlandaskan keempat hal tersebut, maka Mahammadiyah perlu segera melakukan pembenahan internal pendidikan Muhammadiyah untuk melakukan evaluasi terhadap mutu sekolah Muhammadiyah.

Selanjutnya adalah upaya peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah. Dalam upaya meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan Muhammadiyah, ada beberapa langkah yang mungkin patut untuk diperhatikan. Pertama, pembenahan sumber daya manusia (Kepala sekolah, guru, murid), yang salah satunya dengan meningkatkan profesionalitas dan

kesejahteraan kepala sekolah dan guru, serta memposisikan peserta didik sebagai subjek aktif dalam proses belajar-mengajar. Kedua, kurikulum. Muhammadiyah perlu membuat

kurikulum tersendiri. Mengapa harus berbeda dengan kurikulum pendidikan nasional? Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi yang mempunyai lembaga pendidikan paling banyak dan paling lengkap dibandingkan dengan yang lain. Dengan demikian,

(11)

keberlangsungan Muhammadiyah kedepan. Ketiga, pembenahan dan pangadaan sarana-prasarana, seperti gedung yang representarif, laboratorium yang memadahi, perpustakaan yang mempunyai koleksi lengkap, meja-kursi, dan lain sebagainya. Dengan sarana-prasarana yang memadahi dan lengkap, tentunya akan menujunjang proses pembelajaran sehingga menghasilkan kualitas yang baik pula. Namun perlu diingat jangan sampai dengan dalih pengadaan sarana-prasarana, lembaga pendidikan Muhammadiyah memasang bandrol mahal bagi siswa atau peseta didik baru yang hendak sekolah atau menempuh pendidikan di

lembaga tersebut. Keempat, perbaikan manajeman sekolah. Manajemen sekolah disini tidak hanya pada agenda administratif saja, namun peraturan sistem penyelenggaraan sekolah (pendidikan) Muhammadiyah. Yakni tidak terus langsung mengadopsi konsep MBS

(Manajemen Berbasis Sekolah) milik pemerintah begitu saja, namun sekolah Muhammadiyah harus mempertimbangkan aspek kelokalan (local wisdom). Karena itu, Muhammadiyah melalui Majelis Dikdasmen dan Diktilitbang perlu membuat panduan teknis pelaksanaan manajemen sekolah Muhammadiyah secara konseptual.

Dengan demikian, Muhammadiyah harus terus melakukan pembenahan di semua sector tidak hanya pendidikan saja. Dengan pembenahan internal dan eksternal

Muhammadiyah, Insya Allah cita-cita untuk mewujudkan baldatun thayyibatun warrabun ghafur akan lebih mudah tercapai.

Namun, yang perlu diingat oleh kita semua, khususnya aktivis dan praktisi pendidikan Muhammadiyah, adalah menjadikan sekolah Muhammadiyah kembali menjadi "Penolong Kesengsaraan Oemoem" sebagaimana yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan. Sudah banyak saran dan kritik dari berbagai pihak terhadap pendidikan Muhammadiyah, apakah kita hanya akan diam saja melihat fenomena ini? Jangan sampai pendidikan Muhammadiyah justru menjadi penyebab naiknya angka putus sekolah karena mahalnya pendidikan

Muhammadiyah.

Dalam segi mutu atau kualitas pendidikan Muhammadiyah, hal ini menjadi tanggung jawab kita semua sebagai warga persyarikatan. Maju dan tidaknya pendidikan

(12)

BAB IV KESIMPULAN

Perserikatan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari sang pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan Muhammadiyah bukan tanpa alasan ataupun hanya main-main, akan tetapi ada faktor yang melatar belakangi pendirian Organisasi Muhammadiyah. Menurut Djindar Tamimy ada dua faktor yang melatar belakangi pendirian Muhammadiyah, yaitu faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh dan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar Islam.

Memasuki usia satu Abad ini Muhammadiyah telah banyak memberikan kontribusi kepada bangsa dan negeri ini. Berbagai Amal Usaha yang dimiliki Muhammadiyah ini dari Sabang sampai Mereuke. Setidaknya ada 4 hal yang menjadi bidang garapan oleh

Muhammadiyah yaitu : bidang pendidikan, bidang social, bidang ekonomi, dan bidang politik.

Pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari Muhammadiyah didirikan. Sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepankan tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan gerakannya bukan ulama atau pemikir yang say yes pada kemapanan yang sudah ada (established) karena KH A. Dahlan dalam memadukan dua sistem tersebut coba untuk menciptakan ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri dan taat dalam menjalankan perintah agama.

Mengembalikan fungsi dan peran pendidikan Muhammadiyah sebagaimana yang pertama kali digagas oleh KH. Ahmad Dahlan, yakni menjadikan pendidikan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

www.bungsucikal.com

http://bangrio.multiply.com/journal/item/12?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://klikmuh.blogspot.com/2007/05/masa-depan-pendidikan-muhaimnadiyah.html

LPID UMS, 2006 : 86-88

Anwar Arifin, 2006:162

Referensi

Dokumen terkait

Konsistensi Tama Ginting di garis perjuangan sejak masa pemerintahan Belanda, bersama pemuda pelopor yang tergabung dalam Poesera (Pusat Ekonomi Rakyat) di

Jika kembali pada contoh sepeda motor yang mogok, dalam pengerian mesin motor idak mau hidup saat distater, maka kita harus faham bagaimana cara kerja mesin sepeda

Istilah Teknologi dan Komunikasi (ICT = Information and Communication Technology) yang lebih dikenal sekarang ini bermaksud memperluas pengertian telematika.. Jadi,

Kegiatan pinjam-meminjam berupa uang telah lama beredar dan dikenal oleh masyarakat Indonesia, pada zaman dahulu jika memerlukan pinjaman uang kebanyakan masyarakat

Namun motor listrik memiliki kekurangan yakni,motor listrik ini membutuhkan sumber daya, kabel harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunannya

Jika kemudian lesse harus menyerahkan kembali dana leasing di tengah jalan kepada lessor ( prepayment ), biasanya dalam kontrak ditegaskan bahwa lesse diharuskan

Hasil penelitian ini menemukan: 1) Muhammadiyah di Enrekang pertama kali diperkenalkan oleh Ambo Saini yang berasal dari Muhammadiyah cabang Rappang yang lebih

Akan tetapi, jika para pihak menentukan lain, yakni penyelesaian sengketa di luar Peradilan Agama, baik itu melalui Peradilan Umum, arbitrase, dan cara-cara lain, maka hal itu