BENCANA TANAH LONGSOR DI BANJARNEGARA
Banjarnegara (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, melaporkan bahwa tanah longsor kembali terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Minggu pagi.
"Sejak tadi pagi, longsor susulan terjadi sebanyak lima kali dan yang terbesar berlangsung pada pukul 10.10 WIB," kata Koordinator Posko Aju BPBD
Banjarnegara Andri Sulistyo.
Ia mengatakan bahwa longsoran tersebut berasal dari mahkota atau ujung bekas longsoran yang terjadi pada tanggal 12 Desember 2014.
Menurut dia, longsoran itu bergerak sejauh 40 meter hingga sebelah barat rumah bercat putih (satu-satunya rumah yang masih berdiri saat longsor 12 Desember 2014, red.) di sektor selatan dan tidak menjangkau ruas jalan utama Banjarnegara-Karangkobar.
"Longsoran tidak membahayakan dan masih pada lokasi aman. Tim Reaksi Cepat BPBD Banjarnegara sedang melakukan pengecekan lapangan serta memberikan sosialisasi kepada warga untuk tetap tenang dan waspada," katanya.
Ia menduga longsoran tersebut terjadi akibat adanya rekahan-rekahan tanah yang mengering karena wilayah itu sudah memasuki musim kemarau.
"Sudah seminggu ini tidak ada hujan," katanya.
Disinggung mengenai rencana relokasi bagi korban bencana tanah longsor Dusun Jemblung, Andri mengatakan bahwa pembangunan hunian tetap sudah dimulai di Dusun Suren, Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar.
Menurut dia, 27 keluarga yang selamat dari bencana tanah longsor 12 Desember 2014 itu masih menempati hunian sementara yang disediakan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara.
Bencana tanah longsor yang melanda Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, pada hari Jumat, 12 Desember 2014, sekitar pukul 17.30 WIB, menimbun sekitar 35 rumah warga.
http://www.antaranews.com/berita/497839/longsor-terjadi-lagi-di-jemblung-banjarnegara
Pusat Vulkanologi dan Badan Geologi mencatat pergerakan tanah di Desa Tunggoro, Kecamatan Sigaluh dan Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara mulai terjadi pada Kamis, 11 Desember 2014 pada pukul 11.00 WIB. Gerakan tanah yang terjadi diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan pada tebing di tepi jalan.
“Tim memperkirakan ada tiga faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di lokasi bencana,” bunyi informasi resmi yang dikutip dari situs Kementerian ESDM, Senin (15/12).
Tiga faktor tersebut adalah:
Pertama, morfologi daerah bencana dan sekitarnya yang secara umum berupa perbukitan dengan kemiringan landai hingga terjal. Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Jawa Tengah Desember 2014 versi Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, daerah tersebut termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah
Menengah sampai Tinggi.
Sehingga pada daerah tersebut dapat terjadi longsor jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan tinggi, dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Kedua, litologi yang diperkirakan bersifat sarang dengan daya resap air yang tinggi, yaitu berupa lahar dan endapan alluvium dari bahan rombakan gunung api, aliran lava dan breksi, dengan batuan dasar yang berupa aglomerat bersusunan andesit, lava andesit hornblenda, dan tuf.
Ketiga, curah hujan yang tinggi dan lama pada saat dan sebelum kejadian longsor juga turut berkontribusi menggerakkan tanah kSecara jelas kita akan mengetahui dampak negatif dari bencana yang berhubungan dengan tanah tersebut. Bahkan belum lama ini kita dikejutkan dengan berita adanya bencana tanah longsor yang melanda Banjarnegara dan menelan banyak korban jiwa.
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141215105622-199-18157/tiga-penyebab-utama-longsor-banjarnegara-terungkap/ Dampak negativ tanah lomgsor
Jatuhnya korban jiwa yang membuat sedih keluarga maupun kerabat. Kerugian negara akibat rusaknya insfrastruktur yang tertimbun tanah
longsor.
Perekonomian yang tersendat, khusunya di wilayah terjadinya tanah
longsor.
Menurunnya harga tanah di daerah setempat.
Trauma psikis bagi para korban selamat sehingga menimbulkan berbagai
Dampak positif tanah longsor
Dengan adanya korban jiwa secara tidak langsung mengurangi kepadatan
penduduk.
Memotivasi para peneliti untuk meneliti struktur dan kondisi tanah di
berbagai tempat, hal ini biasanya dilakukan oleh para ahli geologi.
Menjadikan sikap waspada dan siaga bagi orang-orang yang tinggal di
daerah rawan tanah longsor.
Menambah kepedulian kita terhadap korban tanah longsor dan kepedulian
terhadap sesama pada umumnya.
Meningkatkan kesadaran diri terkait dengan sebab terjadinya tanah
longsor seperti penebangan hutan dan perluasan lahan.
Dengan memahami artikel singkat di atas semoga dapat menambah wawasan kita terhadap dampak positif dan negatif tanah longsor sekaligus menambah kewaspadaan kita terhadap bencana serta sebab terjadinya bencana tersebut.
e pemukiman penduduk. http://antoksoesanto.blogspot.co.id/2015/01/apas-saja-dampak-positif-dan-negatif-tanah-longsor.html
BANJIR JAKARTA 2007
Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.
Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.
Sebab
Akibat utama banjir ini adalah curah hujan yang tinggi,[musim hujan] di Indonesia di mulai pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret.[1]
https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Jakarta_2007
DAMPAK DARI BANJIR
Seluruh aktivitas di kawasan yang tergenang lumpuh. Jaringan telepon dan Internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam.
Puluhan ribu warga di Jakarta dan daerah sekitarnya terpaksa mengungsi di posko-posko terdekat. Sebagian lainnya hingga Jumat malam masih terjebak di dalam rumah yang
sekelilingnya digenangi air hingga 2-3 meter. Mereka tidak bisa keluar untuk menyelamatkan diri karena perahu tim penolong tidak kunjung datang.
Di dalam kota, kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu.
Arus banjir menggerus jalan-jalan di Jakarta dan menyebabkan berbagai kerusakan yang memperparah kemacetan. Diperkirakan sebanyak 82.150 meter persegi jalan di seluruh Jakarta rusak ringan sampai berat. Kerusakan beragam, mulai dari lubang kecil dan
pengelupasan aspal sampai lubang-lubang yang cukup dalam. Kerusakan yang paling parah terjadi di Jakarta Barat, tempat jalan rusak mencapai 22.650 m², disusul Jakarta Utara (22.520 m²), Jakarta Pusat (16.670 m²), Jakarta Timur (11.090 m²). Kerusakan jalan paling ringan dialami Jakarta Timur, yang hanya menderita jalan rusak seluas 9.220 m². Untuk
merehabilitasi jalan diperkirakan diperlukan dana sebesar Rp. 12 miliar. [6]
Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.
Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur hanyut dan rusak akibat banjir. Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Jatinegara dan Cakung. Rumah-rumah yang hanyut terdapat di Kampung Melayu (72 rumah), Bidaracina (5), Bale Kambang (15), Cawang (14), dan
Melayu (681), Bidaracina (16), Cipinang Besar Selatan (50), Cipinang Besar Utara (3), Bale Kambang (42), Cawang (51), Cililitan (10), dan Cakung (485). [7]
Kerugian di Kabupaten Bekasi diperkirakan bernilai sekitar Rp 551 miliar. Kerugian terbesar adalah kerusakan bangunan, baik rumah penduduk maupun kantor-kantor pemerintah. Selain itu jalan kabupaten sepanjang 98 kilometer turut rusak. Sedikitnya 7.400 hektare sawah terancam puso. [8]https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Jakarta_2007