• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keterpengaruhan Novel Kelana Ci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Keterpengaruhan Novel Kelana Ci"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN NOVEL KELANA CINTA SHAFIYYA KARYA FITRIA PRATIWI DENGAN NOVEL LAYLA MAJNUN KARYA NIZAMI GANJAVI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Adab Muqaran Dosen Pembimbing: Ulil Abshar, M. Hum

Oleh:

Abdullah Maulani Dede Irwin Ibrahim Muhammad Isrokdin

Muhammad Zakki

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Walaupun pada masa lalu kita mengenal sastra berdasarkan penuturan dari mulut ke mulut, ketika kita berbicara masalah sastra, itu tidak lepas dari kajian teks. Sastra sering diidentikan dengan teks, Tentu saja terdapat perbedaan antara teks sastra dengan teks yang lain, walaupun perbedaan tersebut bersifat elastis.1 Sastra adalah bagian dari seni yang indah yang menggambarkan kehidupan dan peristiwa yang terdapat dalam

kehidupan, seperti bahagia, kesedihan dan lain sebagainya.2 Sastra juga merupakan sebagai cermin kehidupan manusia, maju mundurnya peradaban suatu bangsa akan

tampak pada karya sastra yang dilahirkannya dan mampu menjadi refleksi kehidupan sosial, politik, ekonomi hingga ideologi suatu bangsa.3

Perkataan sastra dalam bahasa Arab termasuk salah satu kata hidup dan berkembang artinya sesuai dengan perkembangan bangsa Arab dan proses peralihannya dari masa kegelapan, yaitu masa kehidupan sebagai bangsa yang nomad kepada periode kehidupan pemegang peradaban.4 Pada masa Jahiliyah kata adab itu maknanya adalah mengajak makan5 kata ini sudah jarang digunakan, kecuali kata ma‟dubah, dari akar kata yang sama, yang berarti jamuan atau hidangan. Agaknya, makna adab dalam arti mengajak makan ini dilihat bangsa Arab sebagai representasi akhlak baik, sebuah sikap yang menjadi tradisi Ibrahim sebagai nenek mmoyang bangsa Arab Adnaniyyah atau musta‟ribah yang melahirkan suku Quraisy, suku Nabi Muhammad.6

Kata Adab berkembang sesuai dengan perkembangannya kata adab dipahami sebagai ta‟lim (pengajaran) dan kata muadib sama artinya dengan kata mu‟alim (guru).

1

Zainuddin Fananie, Telaah Sastra ,(Surakarta : Muhammadiyah Universitas Press, 2002) hal.1-2. 2

Abdul Aziz Ibn Muhammad al-Faisal, al-Adab al-„Arabi wa Tarikhuhu (Arab Saudi : Mamlakatu al-„Arabiyyah al-Saudiyah wizara al-Ta‟lim al-„Ali), hal.5.

3Yani‟ah Wardani dan Cahya Buana, Pengaruh Unsur Ekstrinsik Terhadap Diksi Peribahasa Arab dan

Indonesia (Tangerang: TransPustaka,2013) cet ke-1 hal. 1. 4

Ahmad Bachmid, Telaah Kritis: Terhadap Karakteristik Sastra Arab Masa Jahiliyah dan Masa Islam

(Ciputat : Pustaka Anak Negeri, 2010) hal. 1 5

Abdul Aziz Ibn Muhammad al-Faisal, al-Adab al-„Arabi wa Tarikhuhu (Arab Saudi : Mamlakatu al-„Arabiyyah al-Saudiyah wizara al-Ta‟lim al-„Ali)hal.5

6

(3)

Maka syair, kisah, berita, nasab (biogerafi) dan apa saja yang disampaikan oleh seorang guru kepada muridnya dengan tujuan mendidik dan memberi bekal ilmu pengetahuan kepada anak, itu adalah adab.7 Dalam pengertian sastra Adab terbagi kepada dua bagian besar: al-adab al-wasfi dan al-adab al-insyai. Yang pertama sering disebut juga dengan al-ulum al-adabiyyah, yang terdiri dari sejarah sastra, keritik sastra, dan teori sastra.

Sedangkan yang kedua yaitu ekspresi bahasa yang indah dalam bentuk puisis, prosa, dan drama.8

Ada beberapa manfaat karya sastra adalah sebagai berikut:9 Pertama karya sastra besar memberi kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran hidup ini.

Kedua karya sastra memberikan kegembiraan dan kepuasan batin yang menghibur.

Ketiga, karya sastra besar itu abadi. Keempat, karya sastra besar ini tidak mengenal batas

kebangsaan. Kelima, karya sastra besar adalah karya seni: indah dan memenuhi kebutuhan manusia terhadap naluri keindahannya. Keenam, karya sastra besar dapat memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketauhi. Pengetahuan yang kita peroleh bersifat penalaran, tetapi pengetahuan itu dapat hidup dalam sastra, Terakhir manfaat ketujuh adalah membaca karya sastra besar juga menolong pembacanya menjadi manusia yang berbudaya. Demikianlah manfaat sastra besar. Oleh sebab itu kami memilih novel Layla Majnun dan Kelana Cinta Shafiyah.

Islam memandang sastra sebagian dari seni, ia akan menimbulkan keindahan dan keistimewaan tersendiri bila diungkapkan. Bahkan efek yang ditimbulkannya terhadap jiwa manusia sangat besar. Karena ia berpengaruh pada moralitas dan spiritualitas seseorang, begitu ungkap al-Ghazali.10

Tak ada api tanpa asap. Tentu kita sering mendengar peribahasa ini, peribahasa ini berarti sesuatu hal terjadi tentu ada sebabnya.11 Demikian pula pilihan kami terhadap kedua novel tersebut, novel Kelana Cinta Shafiyah yang dikarang oleh Fitria Pratiwi dan

7

Fathurrahman Rauf, Syair-Syair Cinta Rasul (Jakarta : Puspita Press, 2009) cet ke-1 hal 99 8

Sukron Kamil, Teori Keritik Sastra Arab : Kelasik dan Modern (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2012) cet ke-2 hal. 8

9

Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan (Jakarta : Gramedia 1991)hal 8-10 10

Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab : Pengantar Teori dan Terapan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2006)hal. 7

11

(4)

novel Layla Mjnun karya Nizami Ganjavi. sebagaimana telah kami singgung bahwa dalam kedua karya tersebut ada keterpengaruhan oleh karya sastra yang terdahulu, sehingga kami terdorong untuk menelitinya.

Kita ketahui bahwa cerita Layla Majnun sangat menginspirasi para penyair Arab, dan sastrawan-sastrawan dibuana ini, khususnya kaum sufi, karena sosok Layla menjadi simbol yang mempersentasikan yang terkasih - yang rahasia dan tak tersentuh- dan sosok Majnun mempersentasikan seorang pecinta. Dalam ajaran agungpara sufi, hubungan pencinta dan kekasih, juga antara hamba dan Tuhan, hanya bisa terjalin melalui cinta, begitu pula dengan novel Kelana Cinta Shafiyah, hemat kami, novel tersebut dipengaruhi

oleh cerita Layla majnun.

2. Rumusan Masalah

Perumusan yang dapat diambil dari latar belakang terkait penelitian sastra bandingan, supaya lebih terarah kami membuat perumusan masalah sebagai berikut :

2.1. Bagaimana struktur kedua novel tersebut .?

2.2. Apakah ada unsur keterpengaruhan antara kedua novel tersebut .?

3. Tujuan Penelitian

3.1. Untuk mengetahu struktur keduan Novel tersebut.

3.2 Untuk mengungkap keterpengaruhan kedua novel tersebut. 3.3. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah sastra banding.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Menambah wawasan khazanah pengetahuan tentang sastra banding.

4.2. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menunjang kontribusi ilmiah dalam menganalisis struktur kedua novel.

5. Bentuk Penelitian

(5)

5.2. Sumber datanya adalah novel Kelana Cinta Shafiyah dan novel Layla Majnun.

6. Karangka Teori

Apa yang diartikan dan dimaksud dengan pengkajian sastra ialah penyelidikan atau penelitian dengan menelaah suatu karya sastra.12 kami mencoba mengunakan pendekatan teori sastra banding untuk menganalisi atau paling tidak mengetahui keterpengaruhan antara kedua novel Kelana Cinta Shafiyyah dan novel Layla Majnun.

` Dari sejumlah pendekatan sastra yang muncul, sastra banding adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Boleh dikatakan teori apapun bisa dimaafkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan objek penelitiannya.13 Sebenarnya istilah sastra banding mencakup studi hubungan antara kedua kesusastraan

atau lebih, pendekatan ini dipeloplori oleh ilmuawan Prancis yang disebut comparatistes, dipimpin oleh Ferdinand.14

Namun, untuk lebih jelasnya kami akan menganalisi kedua novel tersebut ditinjau dari strukturnya. Dengan menggunakan pendekatan strukturalisme. Karena Pendekatan ini memandang bahwa keritik sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta dan pembaca sebagai peenikmat.15 Kebanyakan penganut aliran Strukturalis secara langsung dan tidak langsung berkiblat pada strukturalisme dalam ilmu bahasa yang dirintis oleh de Saussure. Adapun dua pengertian kembar dari ilmu linguistik ialah : signifiant-signifie dan paradigma-syntagma. Signifiant berarti yang memberi arti, jadi aspek bentuk dalam tanda atau

lambang, signifie berarti yang diartikan, tanda bahasa terdiri atas unsur pemberi arti dan unsur yang diartikan. Dengan mengabungkan dua unsur itu kita dapat mengatakan sesuatu mengenai hal-hal yang terdapat didalam kenyataan. Hubungan antara pemberi

12

. Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra,( Jakarta: PT Gramedia, 2008 cet kedua), hal 55 13

Sapardi Djoko Darmono, Pengangan Penelitian Sastra banding (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional),

14

Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014) cet ke-5, hal.45

15

(6)

arti dan yang diberi arti biasanya dilakukan dengan sewenang-wenang dan menurut konvensi-konvensi, jadi tidak berkembang dari ''alam kodrat'' atau dengan sendirinya.16

Meskipun struktur merupakan objek utama, telaah struktur tidak hanya mengkategorikan struktur bahasa bahasa teks secara terpisah. Telaah struktural harus dikaitkan pula dengan fungsi struktur lainnya. Sebagaimana dikemukakan Terry Eagleton bahwa setiap unit dari struktur yang ada hanya akan bermakna jika dikaitkan hubunganya dengan struktur lainnya. Hubungan tersebut bisa merupakan hubungan pararelisme, pertentangan, inversi dan kesetaraan. Yang terpenting adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut dalam menghadirkan makna secara keseluruhan.17 Dengan demikian, keritik

sastra struktural adalah keritik objektif yang menekankan aspek Instrinsik karya sastra, dimana yang menentukanya estetikanya tidak estetika bahasa yang digunakan, tetapi juga relasi antar unsur. Unsur-unsur itu dilihat sebagai sebuah artefak (benda seni) yang terdiri dari berbagai unsur.18 Yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Penelitian yang diberikan dilihat dari sejauhmana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya.19

7. Prosedur kerja

Langkah-langkah prosedur kerja yang kami lakukan dalam penyusunan tugas matakuliah sastra banding ini adalah sebagai berikut :

7.1. Mencari data primer

7.2. Menerjemahkan korpus data

7.3. Mencari data untuk landasan teori

7.4. Mengklasifikasi dan Menganalisis data

16

Jan van luxemburg dkk , Pengantar Ilmu Sastra(terjemahan). (Jakarta: PT Gramedia,1986 cet ke-2), hal. 36

17

Zainuddin Fananie, Telaah Sastra, (Surakarta: Muhammadiyah University Press,2002 cet ketiga ), hal.115

18

Sukron kamil, teori keritik sastra Arab Kelasik dan Modern, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,2012 cet ke-2 ), hal.184

19

(7)
(8)

BAB II

KAJIAN TEORI SASTRA BANDING Hakikat Sastra Bandingan

Sastra bandingan merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan yang ada dalam ilmu sastra. Pendekatan sastra bandingan pertama kali muncul di Eropa awal abad ke-19. Ide tentang sastra bandingan dikemukan oleh Sante-Beuve dalam sebuah artikelnya yang terbit tahun 1868 (Damono, 2005: 14). Dalam artikel tersebut dijelaskanya bahwa pada awal abad ke-19 telah muncul studi sastra bandingan di Prancis. Sedangkan pengukuhan terhadap pendekatan

perbandingan terjadi ketika jurnal Revue Litterature Comparee diterbitkan pertama kali pada tahun 1921. Dalam sastra bandingan dikenal dua mazhab, yaitu mazhab Amerika dan Prancis.

Mazhab Amerika berpendapat bahwa sastra bandingan memberi peluang untuk membandingkan sastra denganbidang-bidang lain di luar sastra, misalnya seni, filsafat, sejarah, agama,dan lain-lain. Sedangkan mazhab Prancis berpendapat bahwa sastra bandingan hanya memperbandingkan sastra dengan sastra. Namun demikian, kedua mazhab tersebut bersepakat bahwa sastra bandingan harus bersifat lintas negara, artinya berusaha membandingkan sastra satu negara dengan sastra negara lain.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, muncul kritikan terhadap pandangan yang dianut oleh kedua mazhab. Kedua mazhab sepertinya tidak memperhatikan kondisi sebagian besar negara Asia yang memiliki keragaman bahasa dan budaya. Indonesia, misalnya, satu suku dengan suku yang lain

perbedaan dari segi bahasa dan budaya. Nada (melalui Damono, 2005: 5) menjelaskan bahwa perbedaan bahasa merupakan faktor penentu dalam sastra bandingan. Bahkan Nada berkesimpulan bahwa membandingkan sastrawan Arab Al- Buhturin dengan penyair Syaugi bukanlah kajian bandingan karena kedua sastrawan tersebut berangkat dari bahasa dan budaya yang hampir sama, yaitu Arab. Hal tersebut mengisyaratkan juga bahwa membandingkan sastra Melayu Riau dengan sastra Semenanjung Melayu bukanlah termasuk dalam bidang kajian sastra bandingan. Bertolak dari pendapat Nada di atas, maka membandingkan antara sastra Jawa dengan sastra Sunda merupakan kajian sastra bandingan. Begitu juga halnya dengan membandingkan antara sastra daerah, misalnya sastra Minang dengan sastra Indonesia

(9)

Pendapat Nada ini sejalan dengan pendapat Wellek dan Warren yang mengungkapkan, bahwa sastra bandingan adalah studi sastra yang memiliki perbedaan bahasa dan asal negara dengan suatu tujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan dan pengaruhnya antara karya yang satu terhadap karya yang lain, serta ciri-ciri yang dimilikinya (dalam Endraswara, 2011: 192). Pendapat ini lebih menekankan bahwa penelitian sastra bandingan harus berasal dari negara yang berbeda sehingga mempunyai bahasa yang berbeda pula. Hal ini sedikit berbeda dengan dengan pendapat Damono (2005: 7), yang menyatakan bahwa tidaklah benar jika dikatakan bahwa sastra bandingan sekedar mempertentangkan dua sastra dari dua negara atau bangsa yang mempuyai bahasa yang berbeda, tetapi sastra bandingan lebih merupakan suatu

metode untuk memperluas pendekatan atas sastra suatu bangsa saja. Jadi menurut Damono, sastra bandingan bukan hanya sekedar mempertentangkan dua sastra dari dua negara ataubangsa. Sastra bandingan juga tidak terpatok pada karya-karya besar walaupun kajian sastra bandingan sering kali berkenaan dengan penulis-penulis ternama yang mewakili suatu zaman. Kajian penulis baru yang belum mendapat pengakuan dunia pun dapat digolongkan dalam sastra bandingan.

Batasan sastra bandingan tersebut menunjukkan bahwa perbandingan tidak hanya terbatas pada sastra antarbangsa, tetapi juga sesama bangsa sendiri, misalnya antarpengarang, antargenetik, antarzaman, antarbentuk, dan antartema. Menurut Endraswara (2011) sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua atau lebih periode yang

berbeda.

Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini mempresentasikan bahwa sastra bandingan memang cukup luas. Bahkan, pada perkembangan selanjutnya, konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan semacam ini, guna merunut keterkaitan antar aspek kehidupan. Dalam sastra bandingan, perbedaan dan persamaan yang ada dalam sebuah karya sastra merupakan

(10)

memberikan batasan tentang objek sastra bandingan. Menurut Remak, yang menjadi objek sastra bandingan hanyalah karya sastra nasional dan karya sastra dunia (adiluhung).Selain itu, dapat dipahami bahwa dasar perbandingan adalah persamaan dan pertalian teks.

Jadi, hakikat kajian sastra bandingan adalah mencari perbedaan atau kelainan, di samping persamaan dan pertalian teks dan yang terpenting dari kajian sastra bandingan adalah bagaimana seorang peneliti mampu menemukan serta membandingkan kekhasan sastra yang dibandingkan. Hutomo (1993: 19) menjelaskan bahwa, dalam praktek penelitian sastra bandingan di Indonesia, secara garis besar, dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut.

1. Sastra bandingan dalam kaitanya dengan filologi

2. Sastra bandingan dalam hubunganya dengan sastra lisan

3. Sastra bandingan modern, yakni sastra bandingan tulis, baik yang tertulis dalam bahasa indonesia yang masih bernama Bahasa Melayu maupun yang ditulis dalam Bahasa Indonesia Pada point kedua dijelaskan bahwa objek kajian sastra bandingan bukan hanya berupa sastra tulis saja, namun bisa berupa karya sasta lisan.

Salah satu kegiatan yang sudah banyak dilakukan adalah membandingkan dongeng yang mirip dari berbagai negara, tidak terutama untuk mengungkapkan yang asli dan pengaruhnya terhadap yang lain, tetapi lebih untuk mengetahui kaitan-kaitan antara perbedaan dan persamaan yang ada dan watak suatu masyarakat. Dalam pengertian ini, dongeng mencakup segala jenis kisah yang dalam pengertian Barat dipilah antara lain menjadi mitos, legenda, dan fabel. Dari pendapat Damono di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sastra lisan menjadi salah satu objek dalam penelitian sastra bandingan yang cukup menarik, hal ini sesuai dengan pendapat Endraswara (201: 49) yang menyatakan sebagai berikut. Sastra lisan adalah bagian tradisi lisan yang sering berubah-ubah. Perubahan sebagai akibat salah ucap atau memang disengaja diucapkan keliru (diplesetkan). Semua kekeliruan itu ternyata dapat menjadi “ pintu masuk” jalur sastra bandingan.

Berkat penuh dengan aneka perubahan sastra lisan menarik dibandingkan satu sama lain. Dari situlah tantangan para peneliti sastra bandingan yang meneliti sastra lisan, mereka harus menemukan perubahan-perubahan atau varian dari cerita lisan yang terjadi di dalam masyarakat.

(11)

1. Afinitas, yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya sastra, misalnya unsur struktur,gaya, tema, mood(suasana yang terkandung dalam karya sastra) dan lain-lain, yang dijadikan bahan pelisan karya sastra.

2. Tradisi, yaitu unsur yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra.

(12)

BAB III

ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK NOVEL LAILA MAJNUN DAN KELANA CINTA SHAFIYYA

 Sinopsis Layla Majnun

Judul Novel : Laila Majnun

Pengarang : Nizami Ganjavi

Penerbit : Karya Pustaka

Penerjemah : Ali Noer Zaman

Jumlah halaman : 236 hal

Cetakan 1 : februari 2009

Dalam versi Nizami Qays dan Layla sama-sama jatuh cinta ketika keduanya bertemu di sekolah tempat mereka menuntut ilmu bersama kisah ini diawali oleh perasaan cinta yang

(13)

 Sinopsis Kelana Cinta Shafiyah

Judul Novel : Kelana Cinta Shafiyah

Pengarang : Fitria Pratiwi

Penerbit : Salsabila Kautsar Utama

Jumlah halaman : 270 halaman

Cetakan 1 : Juli 2010

Shafiyah Wijaya adalah seorang gadis yang tumbuh dalam keluarga yang religious. Ketika terbentur pada kenyataan bahwa ayahnya memutuskan untuk menikah lagi, ia kecewa. Meskipun ayahnya mengaku masih mencintai ibunya. Shafiyah tidak mengerti mengapa cinta harus dibagi.

Kebenciannya semakin mengkristal saat ibunya meninggal dan ia harus tinggal dirumah ibu tirinya. Meskipun taka da yang memperlaukan shafiyah dengan buruk, ia tidak sanggup menghapus rasa sakitnya. Ia berpetualang mencari cinta yang dapat menghapus dahaganya. Cinta yang dapat menyeka rasa kehilangan.

Hingga suatu ketika Sisi (Shafiyya) tertarik dengan Zulfi, teman satu sekolahnya sekaligus koleganya di band semasa SMP nya. Keduanya sempat menjalin hubungan cinta yang tidak berjalan lama. Ketika Sisi menginjak SMA, dirinya menjalin cinta dengan Malik. Saat bersama Malik lah Sisi merasakan manisnya cinta semasa remaja. Kisah cintanya berlangsung cukup lama. Namun di tengah perjalanan cinta mereka kandas. Sisi pun tidak butuh waktu lama jatuh hati dengan Sahid, koleganya di ekstra kurikuler pers SMA hingga akhirnya mereka pun berpacaran. Namun di satu sisi, Sisi mengalami dilema ketika mengetahui Sahid dan Malik merupakan sahabat sejak kecil dan Sisi belum bisa terlepas dari bayang-bayang Malik. Hubungan Sisi dan Sahid pun dirasa hambar oleh Sahid.

Karena merasa hubungannya dengan Sisi hambar, Sahid berselingkuh dengan adik kelasnya yang bernama Ariella. Tidak butuh waktu lama Sisi mengetahui hal itu ketika pesta

(14)

hubungannya. Di tengah kegalauannya, Sisi ditemani oleh Malik yang memang keduanya masih saling mencintai.

Namun tidak lama kemudian, Sahid yang memiliki kelemahan fisik meninggal dunia. Sisi yang amat mencintai Malik merasa terpukul dan merasa amat bersalah akan perlakuannya terhadap Malik. Hingga setiap pagi Sisi selalu menyempatkan waktunya untuk mengunjungi pusara Malik.

Seiring berjalannya waktu, Sisi akhirnya melanjutkan kehidupannya yang telah lulus SMA, dengan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Novel ini secara umum mengisahkan tentang keseharian seorang anak yang berusaha dalam perjalanannya meraih makna cinta. Disamping itu pengarang juga mencoba untuk

menggambarkan poligami dari sudut pandang anak. Hal ini dapat dicermati dari kisruh dan pertarungan-pertarungan batin sederhana yang terjadi di keluarga Shafiyya.

1. Tema

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan bisa sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi dan tradisi yang terikait erat dengan masalah kehidupan..20

kedua novel tersebut tema sentralnya adalah tentang percintaan yang kental dengan nuansa religi, seprti dapat kita lihat dua insan ini saling cinta, cara cinta mencintai juga bernuansa religi, tidak vulgar, namun tampak secara perlahan. Seperti dalam kutipan berikut ini.

Hati siapa yang tidak terpikat dan dirajam kerinduan ketika memandangi kembang padang pasir itu.? Tetapi Qays merasakan lebih dari itu. Ia hanyut dalam samudera cinta sebelum tahu ia

akan mengalaminya. Diserahkannya hatinya pada layla sebelum ia paham ia paham apa yang

telah diserahkanya. Dan Layla ? Tak jau beda. Seletik api telah menyala di relung hati

keduannya, dan masing-masing hati mencerminkan wajah yang dicintainya”.(Layla Majnun 2009 : 21)

20

(15)

ia bukan pangeran seperti harapan Sally , bukan juga kesatria seperti harapan Miranda, tetapi ia adalah orang yang mengerti aku dan mau berada disampingku, seisi sekolah tampaknya ikut

bahagia saat tahu aku dan Malik telah resmi menjadi sepasang kekasih” (Kelana Cinta Shafiyah

2010: 145)

Qays dan Layla merasakan betapa indah bunga cinta pertama mereka yang baru merekah”. (Layla Majnun 2009 : 22).

2. Tokoh dan Penokohan

Sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Kendati berupa rekaan atau hanya Imajinasi pengarang, masalah penokohon merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Semakin

berkembangnya ilmu jiwa, terutama psiko-analisa, merupakan pula salah satu alasan pentingnya peraanan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang. Konflik-konflik yang terdapat dalam suatu cerita yang mendasari terjalinya suatu plot, pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari tokoh-tokohnya, baik yang bersifat protagonist maupun antagonis.21 Berikut paparan tokoh-tokoh novel Layla Majnun dan Kelana Cinta Shafiyya.

Novel Nama Tokoh Deskripsi Karakter Kutipan

Layla Majnun Qays

(16)

mengejeknya dengan

hatinya yang merindu

dendam”.(Layla Majnun 2009 : 28)

Syed Omri Ia seorang pemimpin kabilah, kaya raya,

pernah muncul diatas

langitnya.

''Percayalah padaku.

Turutilah akal

(17)

akan anaknya. kembalilah

bersamaku dan

tinggalkanlah sarang liarmu ini”.(Layla Majnun 2009 : 190).

Layla Layla digambarkan

(18)

Ayah Layla

Nawfal Dalam penokohannya

dia seorang

bangsawan yang baik

''Sungguh perbuatan

yang berani dan layak

(19)

dan termasuk tokoh

Sedangkan berikut ini tokoh dan penokohan yang ditampilkan dalam novel Kelana Cinta Shafiyya.

Novel Nama Tokoh Deskripsi Karakter Kutipan

Kelana Cinta Shafiyya Shafiyya

(20)
(21)
(22)

Bunda yang tidak tega

melihatku,

menggendongku

masuk ke rumah.

Bunda dan ayah lalu

bertengkar. Ayah

yang marah lalu

meninggalkan kami

dan kembali ke

Jakarta, ke rumahnya

yang lain. Aku takut

hal itu terjadi lagi.

(KCS, 2010:13).

Aku tidak membandingkan.

Hanya saja nilai Sofia

dan Salamah jauh

berbeda dan Salamah

berhasil masuk SMP

unggulan di Jakarta.

Aku hanya ingin

mengoreksi mungkin

Sofia terlalu manja

hingga ia menjadi malas,” Ayah membela diri.

…. Bunda lalu

menangis. Ayah diam.

Hening. Sehening

(23)
(24)
(25)

Wei

selain darahnya yang

bercampur, yaitu

terlalu diterima oleh

teman-teman

Tionghoa di sekolah.

(KCS, 2010: 133).

(26)

olahraga mading

masalah kecil seperti

(27)

paling umum, plot atau alur sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Luxemburg menyebut alur atau plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Namun dalam pengertiannya yang lebih khusus, plot sebuah ceriti tidaklah hanya sekedar rangkaian peristiwa yang termuat dalam topik-topik tertentu, melainkan mencakup beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa. Dalam kontek ini, bangunan sebuah plot menjadi sesuatu yang amat kompleks. Plot tidak hanya dilihat dari jalannya suatu peristiwa. Lebih jauh perlu juga dianalisis bagaimana urgensi peristiwa-peristiwa yang muncul tersebut mampu membangun satu tentang gagasan atau konflik tokohnya.22

Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju, bisa kita lihat dalam pemaparan tokoh-tokoh yang disampaikan diawal-awal cerita. Misalnya tokoh Syed Omri dideskripsikan diawal cerita dan kemudian berlanjut dengan pendeskripsian Qays dan begitu seterunya. Seperti dalam kutipan.

kutiapan 1.

''Di Arabia pada suatu masa, seorang penguasa Badui bernama syed Omri hidup dan berkuasa atas Bani Amir''.(Layla Majnun 2009 : 17)

kutipan 2.

''Ia dikaruniai anak Lelaki, yang tampak ranum seperti senyuman buah delima dan dua minggu setelah persalinan, sangbayi bersinar seperti rembula dihari keempat belas. Orang tuanya memebri nama Qays''.(Layla Majnun 2009 : 19)

kutipan 3.

''Kini syed Omri mengirim anaknya belajar pada seorang guru yang biasa mengajar anak-anak bangsawan''. (Layla Majnun 2009 : 20)

“Setelah itu munculah pertikaian antara cinta Qays Layla dengan orang tua Layla, orang tua Layla tidak menyetujui hubungan mereka baginya itu merupakan aib dan tidak pantas orang

22

(28)

gila bersanding dengan Layla. Seperti yang terdapat pada kutipan''Ia gila, dan seorang yang gila bukanlah menantu yang cocok bagi bagi kami'.(Layla Majnun 2009 : 39)

Klimaks pertikaian terlihat pada saat pasukan Nawfal, pembela majnun menyerang kabilah ayah layla, karena Ayah Layla menolak pinangan majnun yang diwakili kepadanya. Seperti terliahat pada kutipan.

''Sebelum malam menyelimuti pertunjukan yang memilukan hati, matahari telah menyalakan cahaya kemenangan bagi pasukan Nawfal, musuh berhasil dipukul mundur. Kabilah Layla kalah, banyak terbunuh, terluka atau hampir mati kelelahan''.(Layla Majnun 2009 : 91)

“Meskipun pasukan Nawfal menang Ayah Layla tetap pada pendiriannya yang keras hati, Ayah Layla tidak menyetujui permuntaan Nawfal. Dan penyelesaian cerita tergambar ketika

Layla meninggal hingga Majnun menyusulnya, seperti dalam kutipan '' Bersama kata-kata ini, Maknun meletakan kepalanya diatas batu nisan dan memeluknya dengan kedua Tangannya. Ia menekan tubuhnya kebatu nisan dengan segala kekuatan yang bisa ia kerahkan. Bibirnya bergerak sekali lagi, kenudian dengan kata-kata ''kau,cintaku..'' rohnya meninggalkan raganya”.(Layla Majnun 2009 : 228)

Ringkasnya ketika mulai diceritakan dari kabilah suku Arab dan Istrinya yang berdo'a kepada Allah dengan sabar dan penuh harap agar segera dikaruniai anak, kemudian keduanya dikaruniai anak, Qays namanya, lalu Qays ini dimasukan kesekolah dan belajar pada seorang guru yang biasa mengajar anak-anak bangsawan, di sekolah inilah Qays dipertemukan sehingga meraka menjalincinta. ketika sang Ayah Layla mengetahuinya dipisahkalah mereka sampai-sampai Layla dikurung didalam rumah supaya tidak bisa bertemu Qays, singkat cerita setelah kejadian itu Qays menjadi gila dan cerita ini berakhir dengan kematian. Jadi jelas sekali dalam novel Layla Majnun ini menggunakan Alur maju.

Sedangkan novel Kelana Cinta Shafiyya menggunakan alur maju. Hal ini dapat dicermati isi novel ini menceritakan kisah tokoh utamanya sejak mengenyam pendidikan di sekolah dasar hingga pendidikan tinggi seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.

(29)

Memasuki hari-hari berseragam putih abu-abu adalah pengalaman baru untukku. Sebelum dinyatakan sah sebagai warga SMA yang baru, kami diwajibkan mengikuti kegiatan orientasi dengan mengikuti kegiatan orientasi dengan nama dan singkatan yang sama waktu SMP dulu. Aku pikir dengan masuk SMA, maka MOS yang kujalani akan jauh lebih menantang, ternyata sama saja seperti MOS SMP-ku dulu. Kegiatan yang diterima peserta MOS hanya pembekalan tentang sekolah baru dan bagaimana harus bersikap di sekolah baru. (KCS, 2010: 101-102).

Setelah hari ini, Sally akan sibuk dengan kesibukannya sebagai ibu rumah tangga dan aku harus mempersiapkan diri menjadi mahasiswi sebuah universitas negeri. (KCS, 2010: 270).

4. Setting

Dalam karya sastra, setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Walaupun seting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting hakikatnya tidak hanya sekedar menyatakan dimana, kapan dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran teradisi, karakter, perilaku sosial dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis.

Sebagai mana di sebut Jakob Sumardjo setting yang berhasil harus terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi atau kaitanya dengan filosofisnya. Dalam hal tertentu setting mampu membentuk tema dan plot tertentu yang dalam dimensinya terkait dengan tempat, waktu, daerah.23

Dalam novel ini yang menjadi tempatnya adalah sekitar Jazirah Arab, antara Mekah, Madinah dan Najed, seperti yang terdapat pada kutipan berikut ini :

kutipan 1.

''Mereka tiba di Mekkah dengan selamat''.(Layla Majnun 2009 : 47)

kutipan 2.

''Dan sekali lagi melarikan diri kepadang pasir Najed, seperti seekor singa mabuk''. (Layla Majnun 2009 : 61)

23

(30)

Setting waktunya sekitar malam dan siang seperti pada kutipan.

''Suatu hari, datang seorang gadis kecil yang jelita''.(Layla Majnun 2009 : 20)

Tetapi hampir semua cerita terjadi malamnya yaitu ketika Qays pergi dari rumahnya untuk menemui tambatan hatinya seperti terdapat pada kutipan.'' saat malam makin mengental, dan semua orang telah terlelap, diam-diam majnun keluar menuju tenda layla''.(Layla Majnun 2009 : 29)

Suasana yang terdapat di dalam cerita Ini lebih didominasi dengan rasa mengharukan, suasana-suasana yang tampak pada novel ini adalah sedih, mencekam dan mengharukan. Suasana sedih tampak pada Qays dan Layla yang harus terpisah, mereka berdua dijauhkan oleh orang tua Layla seperti terdapat pada kutipan.

'' dan Layla pun segera dikurung orang tuanya dirumah. Mereka menjaganya dengan hati-hati dan tak memberi kesempatan pada Qays untuk bertemu''.(Layla Majnun 2009 : 27)

Suasana mencekam terlihat ketika pertarungan antara Nawfal dan Kabilah Ayah Layla seprti pada kutipan.

''Pasukan perang yang beringas bergerak maju mundur. Ketika auman para perajurit membahana keangkasa darah muncrat dari daging-daging yang terbelah''.(Layla Majnun 2009 : 84)

Terakhir suasana mengharukan ketika kedua Insan yang saling mencintai harus berpisah.

''majnun meletakan kepalanya diatas batu nisan, dan memeluknya dengan kedua tangannya''.(Layla Majnun 2009 : 228).

Sedangkan novel Kelana Cinta Shafiyya menggunakan setting tempat DKI Jakarta dan sekitarnya. Hal ini dapat kita cermati dari kutipan berikut.

Sebuah gedung tua berderet di sekitar kami. Bahkan aku yakin gedung-gedung itu berusia lebih tua dari usia ayahku. Catnya memudar sudah dihiasi jamur dan lumut di mana-mana. Kusapu seluruh pemandangan di sekitarku hingga kutemukan tulisan Museum Jakarta. (KCS, 2010: 159).

(31)

yang lebih mengalir namun tepat dalam menyampaikan ide atau gagasan utamanya. Ada kalanya mencekam seperti terlihat dalam kutipan berikut.

Perlahan aku melangkah kembali ke kamar tetapi aku mendengar suara dua orang sedang bercakap-cakap. Tidak, lebih tepatnya bertengkar. Kuamati suara itu baik-baik, itu suara Ayah dan Bunda. Aku makin mendekatkan telingaku ke pintu kamar Bunda. Suara itu makin membentuk kalimat yang dapat kucerna maknanya.

“Jangan pernah membandingkan anakku dengan anaknya!” teriak Bunda setengah tersedu.

“Aku tidak membandingkan. Hanya saja nilai Sofia dan Salamah jauh berbeda dan Salamah berhasil masuk SMP unggulan di Jakarta. Aku hanya ingin mengoreksi mungkin Sofia terlalu manja hingga ia menjadi malas,” Ayah membela diri.

…. Bunda lalu menangis. Ayah diam. Hening. Sehening hatiku. Aku mulai berdegup. Ini semua salahku. Aku mulai meneteskan mutiara hangat dari sudut mata. Bunda maafkan aku. (KCS, 2010: 15-16).

Terkadang percampuran setting pun disuguhkan oleh pengarang seperti yang tertera dalam kutipan berikut.

Tetapi menyaksikan orang lain bergembira, aku merasa kalah. Semua orang di ruangan itu tersenyum dan tertawa dengan riang. Kuputuskan mencari tempat lain untuk menyendiri. Aku mungkin ingin menangis atau mencabik kertas sebanyak-banyaknya untuk melampiaskan rasa marah, kesal dan sedikit kecemburuan. Kuambil tisu makan yang ada di meja dan berjalan kea rah kolam renang yang berada tepat di depan ruangan hotel itu. (KCS, 2010: 234).

5. Sudut pandang

Dari sisi tujuan, sudut pandang terbagi menjadi empat tipe utama. Meski demikian, perlu diingat bahwa kombinasi dan variasi dari keempat tipe tersebut bisa sangat tidak terbatas, pada orang pertama-utama, sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri. Pada orang pertama - sampingan cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama. Pada orang ketiga terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan memosisikan sebagai orang ketiga tetapi

(32)

orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar atau berpikir atau saat tidak ada satu karakterpun hadir.24 Dalam novel Layla Majnun pengarang menggunakan Orang ketiga terbatas, Seolah-olah penulis hanya melaporkan yang dilihatnya, hanya memaparkan atau melukiskan lakuan deramatik, seperti yang terdapat pada kutipan.

''Ia menekan Tubuhnya ke batu nisan dengan segala kekuatan yang bisa ia kerahkan''.(Layla Majnun 2009 : 228).

Sedangkan novel Kelana Cinta Shafiyya menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dapat dicermati dalam menceritakan kisahnya, pengarang lebih banyak menggunakan kata ganti „aku‟ dan „kami‟.

Namaku Shafiyya, dari nama istri Rasulullah saw yang berasal dari bangsa Yahudi dan nama salah satu bibi Rasulullah. Tetapi entah mengapa Bunda memanggilku Asia..

Kami terbiasa hidup bertiga, meski sebenarnya berlima dengan Lek Kusno dan Bi Ipah yang bertugas menjaga rumah ini. (KCS, 2010: 5-6).

6. Gaya bahasa

Gaya bahasa digunakan untuk menyatakan ungkapan yang berisi perbandingan atau persamaan. Perbandingan dengan persamaan tersebut umumnya didasarkan pada ciri-ciri yang dipunyai oleh sesuatu yang dibandingkan dan disamakan, tujuannya adalah untuk memperoleh efek yang di inginkan, gaya bahasa, gaya bahasa ini dikelompokan pada perbandingan dan persamaan secara langsung atau tidak langsung.25

Dalam Novel ini Kebanyakan mengunakan Majas simile atau persamaan dan personifikasi. Seperti yang tergambar dalam kutipan.

Kutipan 1.

 Majas simile.''wajahnya seperti nyalanya lentera''(Layla Majnun 2009 : 22)

24

Robert Stantion, An introducation to fiction (terjemahan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 cet 1),hal 53

25

(33)

Disebut majas simile karena membandingkan sesuatu sama dengan yang lainya . Perbandingan tersebut dinyatakan secara eksplisit dengan menggunakan kata seperti.

 Majas personifikasi.''Wahai kelopak mawar yang koyak dan terlantar''.(Layla Majnun 2009 : 55)

Kutipan 2

''Bunga melati menyampaikan pesan''(Layla Majnun 2009 : 66)

Disebut personifikasi karena menunjukan kiasan untuk memperlakukan benda-benda mati seolah-olah seperti mempunyai sifat-sifat yang ada pada manusia, disini kelopak mawar seperti manusia yang bisa hidup terlantar dan bunga melati seperti manusia bisa menyampaikan pesan.

Tidak terlalu banyak gaya bahasa stilistika yang digunakan dalam Kelana Cinta Shafiyya. Hal ini dapat dimaklumi karena pengarang cenderung menampilkan kekuatannya dalam ide cerita yang mengalir tanpa banyak dibumbui oleh gaya-gaya bahasa stilistis. Berikut gaya bahasa yang digunakan dalam Kelana Cinta Shafiya.

Majas Smile : Kami pun menggelar tikar di bawah pohon bunga flamboyan yang seperti payung jingga. (KCS, 2010: 9).

(34)

BAB IV

ANALISA KETERPENGARUHAN NOVEL KELANA CINTA SHAFIYYAH KARYA FITRIA PRATIWI OLEH NOVEL LAILA MAJNUN KARYA NIZAMI GANJAVI

Dalam membandingkan dua buah karya sastra, tentu saja karya yang lebih dahulu muncul merupakan karya yang mempengaruhi karya-karya setelahnya baik secara tersirat maupun tersurat. Yang dimaksud tersirat adalah karya yang terpengaruh biasanya tidak secara implisit menyebutkan bahwa sang pengarang terpengaruh oleh pengarang yang lebih dahulu eksis sebelumnya. Biasanya dalam kasus ini bisa ditemui pada karya-karya yang mempunyai ide-ide atau tema yang kurang lebih sama tetapi digambarkan dengan narasi

yang berbeda karena setiap pengarang mempunyai perspektif kehidupannya masing-masing. Adapun pengaruh yang tersurat bisa dikatakan bahwa sang pengarang dengan jelas menyebutkan karya-karya tertentu dalam karyanya, tidak cukup dengan ide atau tema karya sebelumnya, melainkan juga dituangkan menjadi bagian dari karyanya sedikit maupun banyaknya.

Dalam kasus Layla Majnun dan Kelana Cinta Shafiyya yang kami teliti, ditemukan beberapa fakta menarik terkait keterpengaruhan novel kedua oleh novel pertama. Kelana Cinta Shafiyya merupakan serpihan kecil dari ratusan bongkahan karya-karya sastra yang terpengaruh oleh karya Nizami Ganjavi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat Layla Majnun sudah bukan lagi menjadi permata bagi kesusasteraan Arab klasik semata, melainkan sudah menjadi permata kesusasteraan dunia karena pengaruh, khazanah, dan terjemahannya sudah menjadi syndrome kesusasteraan dunia.

Sejauh penelitian yang kami lakukan, ditemukan beberapa bagian yang menunjukkan keterpengaruhan novel Kelana Cinta Shafiyya oleh novel Layla Majnun. Berikut fakta-fakta yang kami temukan.

1. Fakta Tekstual

Mungkin ada beberapa bukti adanya keterpengaruhan novel Kelana Cinta Shafiyah yang

tertulis dari novel Layla Majnun yang kami bisa kemukakan di sini.

(35)

b) Romeo dan Juliet sama indahnya dengan Layla Majnun atau Sampek Eng Tai, mereka sama-sama mengambil tema yang universal dalam novel mereka. (KCS 2010 : 141)

c) Saat inilah yang disebut gila karena cinta, seperti Qais yang menggila karena cinta Laila, jika cinta menyentuh ia akan tambah mabuk kedalamnya. (KCS 2010 : 222).

2. Fakta Non Tekstual

Fakta ini bisa dikategorikan fakta yang tersirat dalam novel Kelana Cinta Shafiyya. Dimana ada unsur cerita novel Layla Majnun yang mempengaruhi novel Kelana Cinta Shafiyya. Hal ini dapat kita amati setelah membaca kedua novel ini, akan

terlihat bahwa kedua novel ini diakhiri dengan klimaks yang sad ending. Kelana Cinta Shafiyya berakhir dengan Shafiyya yang tidak bisa menyatu dengan Malik lantaran Malik sudah meninggal dunia. Sedangkan Nizami Ganjavi mengakhiri epic Layla Majnun dengan Layla yang terlebih dahulu meninggalkan Qais ke alam baka. Hal ini dapat kita cermati dalam kutipan berikut ini.

No. Kelana Cinta Shafiyya Layla Majnun

1.

“Aku akan pergi sendiri,” Kubuka pintuku dan segera di belakang suara

derit pintu kudengar Sally berteriak.

“Malik sudah pergi, Sisi. Dia sudah tenang di sana.” (KCS, 2010: 249)

Ketika kematian telah menutup bibirnya, kesedihan ibunya sungguh tak terkira. Ia mengurai rambut putih melati dan anak perempuannya, memeluk dan mendekap tubuhnya, seolah-olah itu bisa memberikan nafas kehidupan lagi kepadanya. Ia membenamkan wajahnya ke kening Layla, dan ari matanya berkilauan seperti sekelompok binatang saat rembulan menghilang. (Layla Majnun, 224)

2. Esoknya, aku pergi pagi-pagi sekali. Sally bahkan belum mandi saat

(36)

kutinggalkan rumah, aku buka paying kuningku saat hujan mengguyur cukup deras. Bajuku basah. Kakiku dingin. Sepatuku sudah tebal oleh tumpukan tanah yang menebal di bawahnya. Makam Malik berada agak di dalam makam. Kesunyian berbunyi di ranting-ranting pohon yang diterpa angina dan hujan. Di situ dia terdiam, terkubur dalam kafan putih yang mungkin telah rapuh dimakan cacing tanah. Aku mendekati nisan biru yang beku itu, menatap lama dalam nanar mata. Di atas nisan itu, aku berdiri diam. Kali itu aku tidak

duduk di atas batu makamnya karena rok SMA-ku dapat basah nanti. Kubacakan surat Al Fatihah dan Yasin, seperti biasanya. Setelah itu kukecup lembut nisannya. (KCS, 2010: 252).

gelandangan ini. Berkali-kali kerinduan menggerakkan Majnun kembali ke pusara kekasihnya. Seperti mata air pegunungan yang terus mengalir,… (Layla Majnun, 226).

(37)

BAB V PENUTUP

Saling mempengaruhi merupakan hal yang wajar dalam dunia kesusateraan. hal ini dapat terjadi karena fenomena kehidupan menyatakan bahwa “sejarah akan terulang” itu tidak dapat kita ingkari. Kelana Cinta Shafiyya mungkin bisa diartikan sebagai pengulangan dari Layla Majnun yang tentunya dengan konteks yang berbeda.

Masterpiece sekaliber Layla Majnun yang juga dalam sejarahnya menginspirasi Shakespeare dalam menulis Romeo and Juliet tentu saja tidak berhenti menebar virus pengaruhnya ke novel Kelana Cinta Shafiyya saja, namun berbagai karya bertemakan cinta di berbagai belahan dunia juga sedikit banyaknya terpengaruh Layla Majnun.

Fenomena di atas tentu tidak akan berhenti sampai disini saja. Karena karya-karya di era sebelumnya pasti akan mempengaruhi karya-karya di masa mendatang yang bisa saja dengan konsep yang sama dan gagasan yang sama dengan konteks yang sama sekali mungkin tak terbayangkan sebelumnya.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Adonis, al-tsabit wa al-mutahawwil: bahts fi al-ibda wa al-itba „inda „Arab: Jilid dua

(terjemahan), Yogyakarta: LKiS, 2007.

al-Iskandari, Ahmad dan Musthafa al-Inani, al-Wasit fi al-Adab al-„Arabi wa Tarikhihi,

Mesir, al-Ma‟arif, t.t.

Faisal, Abdul Aziz Ibn Muhammad, Adab „Arabi wa Tarikhuhu, Arab Saudi :

al-Mamlakatu al-„Arabiyyah al-Saudiyah wizara al-Ta‟lim al-„Ali.

al-Jiyad, Ahmad Hasan, Tarikh al-„Adab al-„Arab, (Kairo : Dar Nahdah Misr,tth.

al-Syayib, Ahmad, ushul al-naqd al-„arabi‟, Mesir, Maktabah Nahdloh

al-Misriyah,1994.

Fananie, Zainuddin. Telaah Sastra, Surakarta: Muhammadiyah University Press,2002.

Ganjavi, Nizami. Layla Majnun Jakarta : Kayla Pustaka, 2009.

Kamil, Sukron, Teori Keritik Sastra Arab : Klasik dan Modern, Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada. 2012.

Lesmana, Maman , Kritik Sastra Arab dan Islam, (Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia, 2010.

Luxemburg, Jan van dkk , Pengantar Ilmu Sastra(terjemahan).Jakarta: PT Gramedia,1986.

Muzakki, Akhmad, Kesusastraan Arab : Pengantar Teori dan Terapan, Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media. 2006

Pratiwi, Fitria, Kelana Cinta Shafiyah Jakarta : Salsabila, 2010.

Pradopo, Rahmat Djoko, Prinsif-Prinsif Kritik Sastra, Yogyakarta: Gajah Mada

(39)

Pusposaputro, Sarwono ,Kamus Peribahasa, Jakarta : Gramedia, 1994.

Rauf , Fathurrahman, Syair-Syair Cinta Rasul, Jakarta : Puspita Press, 2009.

Sardjono Pradotokusumo, Partini. Pengkajian Sastra, Jakarta: PT Gramedia, 2008.

Stantion, Robert. An introducation to fiction (terjemahan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2007.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta : Gramedia 1991.

Wardani , Yani‟ah dan Cahya Buana, Pengaruh Unsur Ekstrinsik Terhadap Diksi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini, maka pembahasan ini secara urut dikemukakan sebagai berikut: (1) kemampuan hitung perkalian

Karena itu diperlukan pengembangan pengajaran yang dapat membangun keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar melalui alternatif metode pembelajaran, yakni metode

Sampel pada penelitian eksperimental ini adalah ekstrak bawang putih ( Allium sativum Linn ) yang dibuat dengan cara maserasi.. Hasil : Hasil untuk uji aktivitas antibakteri

Penelitian ini adalah bertujuan untuk untuk mengetahui, menganalisis, dan membuktikan pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel bukti fisik

Proses ini sangat menguntungkan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dengan perendaman sampel akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan

Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian terdahulu diantaranya yaitu penelitian (Susilowati, 2016), hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi berpengaruh positif

Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui

Simulasi distribusi air dengan Epanet 2.0 digunakan untuk mengetahui dan membandingkan hasil dari sistem distribusi air bersih yang sudah direncanakan dengan perhitungan