• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT KEDISIPLINAN BELAJAR DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH TINGKAT KEDISIPLINAN BELAJAR DI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT KEDISIPLINAN BELAJAR

DI MADRASAH DINIYAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PAI SEMESTER I SISWA SDN 1 DESA PUCAKWANGI

KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL

TAHUN PELAJARAN 2010-2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Jurusan

Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh:

NUR LUTFIANI NIM 073111140

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Lutfiani

NIM : 073111140

Jurusan / Program Studi : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, Desember 2011

Saya yang menyatakan,

(3)

iii

Judul : PENGARUH TINGKAT KEDISIPLINAN BELAJAR

DI MADRASAH DINIYAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SEMESTER I SISWA SDN 1 DESA PUCAKWANGI KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Nama : Nur Lutfiani

NIM : 073111140

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

NIP: 19711021 199703 1 002

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : PENGARUH TINGKAT KEDISIPLINAN BELAJAR DI

MADRASAH DINIYAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SEMESTER I SISWA SDN1 DESA PUCAKWANGI KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Nama : Nur Lutfiani

NIM : 073111140

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Drs. H. Jasuri, M.S.I

(5)

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : PENGARUH TINGKAT KEDISIPLINAN BELAJAR DI

MADRASAH DINIYAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SEMESTER I SISWA SDN1 DESA PUCAKWANGI KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Nama : Nur Lutfiani

NIM : 073111140

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Drs. Abdul Rohman, M.Ag.

(6)

vi

ABSTRAK

Judul : PENGARUH TINGKAT KEDISIPLINAN BELAJAR DI

MADRASAH DINIYAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SEMESTER I SISWA SDN 1 DESA PUCAKWANGI KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Penulis : NUR LUTFIANI NIM : 073111140

Skripsi ini membahas pengaruh kedisiplinan belajar di madrasah diniyah terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN1 desa Pucakwangi. Kajian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya minat para siswa akan memperdalam ilmu agama sehingga mereka mengesampingkan pendidikan non formal yang berbasis agama, dalam hal ini yang dimaksud adalah pendidikan di madrasah diniyah. Padahal sangatlah jelas bahwa di madrasah diniyah siswa dapat lebih banyak mendalami ilmu agama sehingga dapat menopang pelajaran PAI yang ada di sekolah formal. Berdasarkan pemikiran diatas jelaslah bahwa tingkat kedisiplinan belajar di madrasah diniyah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap prestasi belajar PAI siswa. Kedisiplinan adalah suatu sikap yang patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, dan apabila melanggarnya maka akan dikenai sanksi. Dalam makna demikian seluruh sikap siswa tentang belajar di madrasah diniyah merupakan cerminan dari kedisiplinan belajar di madrasah diniyah yang mempengaruhi prestasi belajar PAI siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Adakah pengaruh tingkat kedisiplinan belajar di madrasah diniyah terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN1 Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner, metode dokumentasi, wawancara dan observasi yang mana untuk memperoleh data- data tingkat kedisiplinan siswa belajar di madrasah diniyah dan bagaimana prestasi belajar PAI siswa SDN1 desa pucakwangi kecamatan pageruyung kabupaten Kendal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN 1 Desa Pucakwangi yang berjumlah 150 siswa. Kemudian sampel yang diambil sebanyak 20% dari populasi sehingga berjumlah 30 siswa. Dari hasil penyebaran angket tingkat kedisiplinan belajar di madrasah diniyah siswa (X), sehingga dapat diketahui rata-ratanya adalah 69,3 dan nilai rata-rata prestasi belajar PAI (Y) adalah 76,9. Dilihat dari hasil analisis data pada penelitian ini diketahui bahwa tingkat kedisiplinan belajar di madrasah diniyah berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN1 desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kab Kendal dengan nilai regresi ( ) sebagaimana telah diketahui, yaitu 22,56. Dengan demikian maka > = 7,64 dan > 4,20. hal ini menunjukkan adanya nilai signifikansi.

(7)

vii

TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.

A t}

B z}

t ‘

s| Gh

j F

h} Q

kh K

d L

z| M

r N

z W

s H

sy ’

s} Y

d}

Bacaan madd: Bacaan diftong:

a> = a panjang = au

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, rahmat, hidayah serta inayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat

yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana. Tak lupa shalawat serta salam

penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah

membawa risalah yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu

keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat

kelak.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang sangat

besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih ini terutama penulis sampaikan

kepada:

1. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Nasiruddin, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Drs. Jasuri, M,Si selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi.

4. Abdul Rohman, DRS., M.Ag selaku wali studi sekaligus dosen pembimbing II,

dan segenap bapak ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan,

sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Pengelola perpustakaan Fakultas Tarbiyah beserta karyawan yang telah

memberikan fasilitas dan layanan peminjaman sumber referensi;

6. Khamid, S.Ag. M.Si selaku Kepala Sekolah beserta para guru SDN1 Pucakwangi

Pageruyung Kendal yang telah memberikan izin penelitian.

7. Drs. H.Machrus, sebagai guru mata pelajaran PAI yang telah membantu penulis

(9)

ix

8. K.H. Mohammad Thohir Abdullah, AH. sebagai pengasuh Pondok Pesantren

Rodlotul Qur’an Tugurejo Semarang, yang telah membimbing dan mengarahkan

penulis menuju ke arah kebaikan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Ayahanda dan ibunda tercinta serta kakak dan adik- adikku tercinta yang selalu

memberikan dukungan, doa dan arahan yang selalu menyertai dalam penulisan

skripsi ini.

10.Teman-teman PPRQ yang selalu memberi semangat kepada penulis, serta

11.Teman-teman seperjuangan PAI D angkatan 2007 yang selalu memberikan

motivasi dan kerjasamanya selama masa studi, dan

12.Semua pihak yang turut serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas jasa-jasanya dengan balasan yang setimpal.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Namun demikian penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis, serta pembaca semua yang budiman. Semoga kita mendapatkan ridho

Allah SWT. Amin.

Semarang, 11 November 2011 Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

ABSTRAK ... vi

TRANSLITERASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 7

B. Kerangka Teoritik ... 8

1. Kedisiplinan Belajar di Madrasah Diniyah ... 8

a. Pengertian Kedisiplinan ... 8

b. Fungsi Kedisiplinan ... 9

c. Macam-macam Disiplin ... 11

d. Pengertian Belajar ... 12

e. Ciri-ciri Belajar ... 14

f. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar ... 15

(11)

xi

h. Fungsi Madrasah Diniyah ... 20

i. Kompetensi Umum Madrasah Diniyah ... 21

j. Visi dan Misi Madrasah Diniyah ... 21

2. Prestasi Belajar PAI ... 22

a. Pengertian Prestasi Belajar ... 22

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23

c. Pengertian PAI ... 33

d. Fungsi PAI ... 34

e. Tujuan PAI ... 35

f. Ruang Lingkup PAI ... 36

g. Struktur Kurikulum PAI SD ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 40

D. Hipotesis ... 41

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

D. Variabel dan Indikator Penelitian ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SDN 1 Pucakwangi ... 49

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

C. Analisis Uji Hipotesis ... 57

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

E. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V : KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran-Saran ... 67

C. Penutup ... 67

(12)

xii

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam

meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan

menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.1 Konsep tersebut sejalan dengan

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa Pendidikan

Nasional mempunyai tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang baik, berguna bagi agama, bangsa dan negaranya.2 Allah berfirman dalam Q.S.

Az-Zukhruf ayat 43:

“Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan

kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.” ( Q.S. Az -Zukhruf : 43).3

Kandungan ayat di atas, apabila dikaitkan dengan proses Pendidikan Agama

Islam, menuntut pendidik untuk menumbuhkembangkan rasa tanggungjawab

terhadap peserta didik untuk selalu mengamalkan materi pelajaran PAI tersebut

sehingga pada peserta didik tertanam rasa keimanan, pemahaman, dan penghayatan

terhadap agama Islam dalam integritas kepribadian peserta didik sebagai hamba

Allah yang salih.

1

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 75. 2

Depdikbud, UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 5. 3

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; PT Syaamil Cipta

(14)

2 Yang dimaksud pendidikan agama Islam dalam penelitian ini adalah

pendidikan agama Islam yang diselenggarakan di sekolah umum pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.4 Secara umum

pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,

penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi

manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.5

Berdasarkan pengertian diatas, pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang

penting bagi setiap peserta didik dengan harapan sebagai fondasi untuk kehidupan di

dunia maupun akhirat. Pendidikan agama Islam merupakan salah satu komponen

pendidikan nasional, yang keduanya sangat erat hubungannya. Pendidikan nasional

akan tercapai apabila didukung dengan pendidikan agama Islam.

Pendidikan agama Islam yang didapatkan di sekolah formal khususnya di SD

hanya 2 jam setiap minggunya. Mata pelajaran PAI dianggap tidak penting dan

banyak diremehkan oleh berbagai kalangan. Kebanyakan siswa menganggap mudah

mata pelajaran ini, sehingga mereka tidak pernah serius dalam belajar PAI. Hal ini

berdampak kepada siswa yaitu siswa kurang menguasai mata pelajaran tersebut

karena terlalu sedikitnya jam untuk mata pelajaran PAI dan kurangnya keseriusan

dalam belajar PAI sehingga prestasi belajar PAI siswa khususnya di SDN 1 Desa

Pucakwangi.

Masyarakat dan keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat

mempengaruhi prestasi belajar. Kondisi masyarakat dan keluarga yang kurang

mendukung proses belajar akan berdampak pada proses dan prestasi belajar. Begitu

juga lembaga lain di luar lembaga formal, misalnya Madrasah Diniyah, TPQ,

pengajian akan ikut andil dalam pengaruh prestasi siswa khususnya pada mata

pelajaran PAI. Dalam hal ini penulis lebih condong kepada pembelajaran di

4

Achmadi, PBM PAI di Sekolah, Eksistesi dan Proses Belajar Mengajar Agama Islam di Sekolah, (Semarang: IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 32.

5

(15)

3 Madrasah Diniyah yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar PAI di SDN 1

Desa Pucakwangi.

Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan

dan pembelajaran secara klasikal; dalam pengetahuan agama islam kepada siswa

bersama-sama sedikitnya berjumlah 10orang atau lebih, antara anak-anak yang

berusia 7-18 tahun.6 Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga non formal yang

khusus menangani pendidikan Agama Islam. Madrasah Diniyah biasa disebut

sekolah sore, hal ini dikarenakan pembelajarannya yang dilakukan sore hari.

Madrasah Diniyah dilaksanakan sore hari setelah anak-anak pulang dari sekolah

formal. Di Madrasah Diniyah peserta didik mendapatkan materi secara mendalam

tentang pendidikan agama Islam, sehingga anak lebih memahami tentang pendidikan

agama Islam.

Namun pada kenyataan yang ada, khususnya di Desa Pucakwangi kecamatan

Pageruyung, anak bermalas-malasan untuk belajar di Madrasah Diniyah, bahkan ada

yang sama sekali tidak pernah belajar di Madrasah Diniyah. Mereka hanya

mementingkan pendidikan di sekolah formal dan lebih suka menghabiskan waktunya

untuk bermain.

Berangkat dari masalah diatas, penulis tertarik untuk lebih mengetahui secara

mendalam mengenai “Pengaruh Tingkat Kedisiplinan Belajar di Madrasah Diniyah

terhadap Hasil Prestasi Belajar PAI Semester 1 Siswa SDN 1 Desa Pucakwangi

Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011”.

B. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran atas judul

skripsi ini, maka penulis merumuskan beberapa istilah yang perlu diberikan

penegasan istilahnya. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:

6

(16)

4 1. Pengaruh

Pengaruh berarti daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)

yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.7 Dalam

penelitian ini yang dimaksud dengan pengaruh adalah akibat atau dampak yang

disebabkan oleh daya yang timbul dari suatu perbuatan. Perbuatan yang

dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan kedisiplinan belajar di Madrasah

Diniyah.

2. Tingkat kedisiplinan belajar di Madrasah Diniyah

Tingkat yaitu tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan,

peradaban)8. Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti ketaatan,

kepatuhan kepada peraturan, tata tertib dsb.9

Istilah madrasah berasal dari bahasa arab, yang berarti tempat untuk

belajar.10 Sedangkan diniyah juga berasal dari bahasa arab yang berarti agama.

Dalam pengertian ini madrasah diniyah memang berasal dari dunia Islam,

sebagai tempat mengajarkan dan mempelajari ajaran agama Islam. Yang

dimaksud kedisiplinan belajar di madrasah diniyah adalah keseringan dan

keseriusan seorang anak belajar di Madrasah Diniyah.

3. Prestasi belajar PAI

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya).11 Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang

merupakan hasil dari pengalaman yang lalu.12

Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan

7

Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 604. 8

Poerwadarminra WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Balai Pustaka, 1999), hlm. 1077.

9

Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 268. 10

Abdul Ghofir & Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 9.

11

Abdul Ghofir & Muhaimin, Pengenalan Kurikulum Madrasah, hlm. 895. 12

(17)

5 sadar atas tujuan yang hendak dicapai.13 Yang dimaksud pembelajaran PAI disini

adalah pembelajaran PAI disekolah yang diharapkan agar mampu membentuk

kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial.

Prestasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil yang

diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran PAI dalam bentuk nilai berupa angka

yang diberikan guru setelah melaksanakan tugas yang diberikan pada siswa.

4. Siswa SDN 1 Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal

Seluruh siswa SDN 1 Desa Pucakwangi merupakan populasi dalam

penelitian ini. Kemudian penulis mengambil 20% dari seluruh populasi sebagai

sampel dalam penelitian ini.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang akan diungkap adalah bagaimana

pengaruh tingkat kedisiplinan belajar di Madrasah Diniyah terhadap prestasi belajar

PAI semester 1 siswa SDN 1 desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011. Masalah ini dijabarkan menjadi masalah khusus

sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kedisiplinan belajar di Madrasah Diniyah siswa SDN 1 desa

Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal?

2. Bagaimana prestasi belajar PAI semester 1 siswa SDN 1 desa Pucakwangi

Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011?

3. Adakah pengaruh tingkat kedisiplinan belajar di Madrasah Diniyah terhadap

prestasi belajar PAI semester 1 siswa SDN 1 desa Pucakwangi Kecamatan

Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih disiplin

mempelajari Pendidikan Agama Islam khususnya dalam belajar di Madrasah

Diniyah.

13

(18)

6 2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan agar para guru lebih meningkatkan kualitas

pembelajaran PAI dan memberi masukan kepada siswa akan pentingnya mata

pelajaran PAI.

3. Bagi orang tua

Penelitian ini diharapkan agar para orang tua lebih aktif mendukung dan

memotivasi anaknya untuk belajar di Madrasah Diniyah.

4. Bagi peneliti

Agar peneliti bisa lebih meningkatkan pembelajaran PAI baik di sekolah

maupun di Madrasah Diniyah.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang besar manfaatnya bagi penulis

yang akan memberikan arahan dasar yang penulis teliti, sehingga akan memudahkan

penulis untuk mengerjakan dan mencari data sebagai langkah permasalahan. Tujuan

yang ingin peneliti capai dalam skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar di Madrasah Diniyah siswa SDN 1

desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar PAI semester 1 siswa SDN 1 desa Pucakwangi

Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kedisiplinan belajar di Madrasah Diniyah

terhadap prestasi belajar PAI semester 1 siswa SDN 1 desa Pucakwangi

(19)

7

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Sejauh pengetahuan peneliti dari beberapa literatur yang dibaca, terdapat

beberapa penelitian yang membahas tentang Madrasah Diniyah dan Prestasi belajar

PAI, diantaranya adalah karya dari:

1. Siti Malikhah, mahasiswa IAIN Walisongo Semarang (3101255) dalam

penelitiannya yang berjudul “Prestasi Belajar Rumpun Agama Siswa Kelas 1-V MIS Yatalatop di Bogor Jawa Barat (studi perbandingan antara siswa yang

mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah dengan siswa yang tidak

mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah)”. Dalam penelitian ini penulis

mengadakan perbandingan antara siswa yang mengikuti pembelajaran di

Madrasah Diniyah dengan siswa yang tidak mengikuti pembelajaran di

Madrasah Diniyah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar rumpun

agama Islam anak yang mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah lebih

tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti pembelajaran di

Madrasah Diniyah.1

2. Adi Priyo Hermawan, mahasiswa IAIN Walisongo Semarang (3100003) dalam

penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas 11 SLTP Hasanuddin 6 Semarang”. Dalam penelitian

ini penulis mengadakan penelitian tentang kedisiplinan belajar siswa di sekolah

tersebut (SLTP) hubungannya dengan prestasi PAI. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kedisiplinan belajar di sekolah berpengaruh positif

terhadap prestasi belajar PAI.2

1

Siti Malikhah, Prestasi Belajar Rumpun Agama Siswa Kelas 1-V MIS Yatalatop di Bogor Jawa Barat (studi perbandingan antara siswa yang mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah dengan siswa yang tidak mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah), (Skripsi tarbiyah IAIN WaliSongo Semarang, 2006)

2

(20)

8 Sedangkan dalam penelitian ini berjudul: “Pengaruh Tingkat Kedisiplinan Belajar di Madrasah Diniyah Terhadap Prestasi Belajar PAI Semester 1 Siswa SDN

1 Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010-2011”, yang berbeda dengan penelitian terdahulu.

B. Kerangka Teoritik

1. Kedisiplinan Belajar di Madrasah Diniyah a. Pengertian Kedisiplinan

Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah

dalam bahasa Inggris “Desciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan belajar tersebut, bawahan

dilatih untuk patuh dan taat kepada peraturan-peraturan, yang dibuat oleh

pimpinan.

Istilah bahasa Inggris lainnya, yakni disciple, berarti: 1) tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; 2) latihan

membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan

mental atau karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau

memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.3

Sedangkan menurut Elizabeth B Hurlock, konsep popular dari disiplin

adalah sama dengan hukuman. Menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila

anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang

dewasa yang berwenang mengatur kehidupan masyarakat, tempat anak itu

tinggal.4

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, disiplin adalah suatu tata tertib yang

dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Tata tertib itu bukan

buatan binatang, tetapi buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan

disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib

3 Tulus Tu‟u,

Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 30-31.

4

(21)

9 tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu

ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin

berarti menaati (mematuhi) tata tertib.5

Sesuai beberapa teori diatas, jadi kedisiplinan adalah suatu sikap yang

patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, dan apabila melanggarnya maka

akan dikenai sanksi. Peraturan tersebut dapat berupa peraturan formal seperti

peraturan yang ada di sekolah, maupun peraturan non formal yang berada di

lingkungan keluarga maupun masyarakat.

b. Fungsi Kedisiplinan

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi

prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang

akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

Berikut ini akan dibahas beberapa fungsi disiplin yaitu:6

1) Menata kehidupan bersama

Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang selalu terkait dan

berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut, diperlukan norma,

nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat

berjalan baik dan lancar. Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang

bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan

mematuhi peraturan yang berlaku. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata

kehidupan manusia dan kelompok tertentu atau dalam masyarakat.

2) Membangun kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku, dan pola hidup

seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan

sehari-hari. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut

memberi dampak bagi pertumbuhan dan kepribadian yang baik. Oleh karena

itu, dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati

aturan-aturan yang berlaku. Kebiasaan ini lama-kelamaan masuk ke dalam

kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya. Jadi

5

Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm.12. 6Tulus Tu‟u,

(22)

10 lingkungan yang berdisiplin baik, akan berpengaruh terhadap kepribadian

seseorang. Apalagi seseorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya,

tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat

berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

3) Pemaksaan

Faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu dorongan

dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat

disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, ujian,

ancaman, ganjaran). Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan

tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk

ke suatu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus menaati dan mematuhi

tata tertib yang ada di sekolah tersebut. Dikatakan terpaksa karena

melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut

dan ancaman sanksi disiplin. Jadi, disiplin sangat berfungsi sebagai

pemaksaan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan

itu.

4) Hukuman

Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena melakukan suatu kesalahan, perlawanan atau

pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.7 Tata tertib sekolah biasanya

berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lain berisi sanksi

atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/

hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi

siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi,

dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.

Jadi disiplin sangat diperlukan demi terbentuknya manusia yang

berakhlak mulia. Dan dengan disiplin pula seseorang dapat belajar berperilaku

dengan cara yang diterima di masyarakat. Maka orang yang berdisiplin akan

7

(23)

11 mempunyai budi pekerti yang baik, dimana budi pekerti itu sangat dibutuhkan

dalam kehidupan sosial.

c. Macam-macam Disiplin

Disiplin dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1) Disiplin otoritarian8

Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci.

Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan

menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku ditempat itu. Apabila gagal

menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi dan

hukuman berat. Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku

berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman

dan ancaman kerap kali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong

seseorang mematuhi dan menaati peraturan.

2) Disiplin permisif

Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak menurut

keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan

bertindak sesuai keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat

sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma dan aturan yang

berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak tehnik permisif ini berupa

kebingungan dan kebimbangan.

3) Disiplin demokratis

Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan,

diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan

mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik disiplin demokratis

berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri sehingga

siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap.

Dalam disiplin demokratis, kemandirian dan tanggung jawab dapat

berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari kesadaran dirinya.

8Tulus Tu‟u

(24)

12 Mengikuti peraturan-peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan

atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.

Disiplin demokratis menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dan menghasilkan kemandirian dalam berfikir, inisiatif dalam

tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh rasa percaya diri yang

direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan.9

Dari ketiga macam disiplin tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

disiplin yang paling tinggi tingkatannya adalah disiplin otoritarian, karena

dalam disiplin ini seseorang diberi sanksi yang berat apabila melanggar

peraturan. Selanjutnya adalah disiplin permisif dimana tidak dikenai sanksi

bagi yang melanggar, namun akan terjadi kebingungan. Tingkat disiplin yang

terakhir adalah disiplin demokratis. Disiplin demokratis adalah disiplin yang

tumbuh atas kesadaran dari diri sendiri, bukan karena paksaan.

d. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10

Gordon H Bower menjelaskan pengertian belajar yaitu: learning refers to the change in a subject, behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject’s repeated experiences in that situation, provided that the behavior change cannot by explained on the basic of the subject’s native response tendencies, naturation, or temporary states. Such as fatigue,

9

Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, hlm.96. 10

(25)

13 drunkenness, driver, and so on.11 Pembelajaran berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat

dijelaskan pada dasar kecenderungan respon bawaan, kematangan atau keadaan

sesaat seseorang seperti kelelahan, kemabukan dan sebagainya.

Clifford T. Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology mendefinisikan belajar sebagai berikut: Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience.12 (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman yang lalu).

Sedangkan menurut Mustofa Fahmi:

“Sesungguhnya belajar adalah (ungkapan yang menunjuk) aktivitas (yang menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman”.13

Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil

belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i)

stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan

oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif

yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,

menjadi kapabilitas baru.14

Adanya keberagaman pendapat para ahli disebabkan adanya perbedaan

titik pandang dan perbedaan situasi belajar yang diamati. Perbedaan tersebut

dapat saling melengkapi dan menunjukkan betapa luasnya aspek yang dibahas

yang berkaitan dengan belajar.

11

Gordon H Bower, Theories of learning, (United States of Amerika: Prentice-Hall.inc, Englewood Cliffs, 1981), hlm.11

12

Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: Mc. Graw Hill International Book Company, 1971), hlm. 187.

13

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2001), hlm. 33-34. 14

(26)

14 Meskipun terdapat perbedaan, secara garis besar terdapat persamaan,

yaitu belajar merupakan suatu proses perubahan baik lahir maupun batin, baik

perubahan tingkah laku yang tampak ataupun perubahan-perubahan yang tidak

dapat diamati.

Perubahan sebagai hasil dari suatu proses belajar dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pengalaman, sikap dan

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek yang lain

yang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian, belajar pada dasarnya

adalah perubahan tingkah laku, akibat adanya pengalaman, perubahan tingkah

laku itu meliputi keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan

apresiasi.

e. Ciri-ciri Belajar

Dari beberapa pengertian belajar diatas, kita menemukan ciri-ciri umum

masalah belajar sebagai berikut:15

1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau

disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting

adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau

direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu.

Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan suatu

kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental

yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian

dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik,

bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin

tinggi. Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar, namun bilamana

keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak

dilakukan secara intensif.

2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan

dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang

memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau

15

(27)

15 pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang

pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan

perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya

interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungannya ini mendorong

seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun

mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.

3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua

perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar

umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada

kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati

(observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati.

Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan Perubahan-perubahan

aspek-aspek motorik.

Jadi ciri-ciri belajar adalah apabila seseorang dengan disengaja

melakukan sesuatu disertai dengan bisa berinteraksi baik dengan orang sekitar

maupun lingkungannya dan ditandai dengan hasil yaitu perubahan tingkah laku

yang lebih baik.

f. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar

Ada beberapa bentuk kedisiplinan belajar yang harus dilaksanakan oleh

seorang siswa, diantaranya yaitu:

1) Mengerjakan Tugas

Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, baik pelajar

atau mahasiswa, tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan

mengerjakan tugas-tugas studi. Bagi pelajar tentu saja untuk bidang studi

tertentu, harus mengerjakan PR-nya sesuai dengan penugasan dan dalam

jangka waktu tertentu.16

Semua penugasan yang guru berikan itu harus pelajar kerjakan tepat

waktu dan apabila mengabaikannya boleh jadi pelajar itu akan mendapat

16

(28)

16 sanksi dari guru. Tentu saja sanksinya bersifat mendidik, bukan

memukulnya hingga luka atau menyuruhnya tidak boleh turun ke sekolah.

2) Menghafal Bahan Pelajaran

Dalam belajar, menghafal bahan pelajaran merupakan salah satu

kegiatan dalam rangka penguasaan bahan. Bahan pelajaran yang harus

dikuasai tidak hanya dengan cara mengambil intisarinya, tetapi ada juga

bahan pelajaran yang harus dikuasai dengan cara menghafalnya.17

Dalam menghafal tidak hanya asal hafal, yang terpenting dalam

menghafal adalah mengerti apa yang dihafal itu. Menghafal tanpa mengerti

biasanya mudah terlupakan. Ilmu pengetahuan yang bersifat hafalan diakui

sebagai bahan yang siap pakai. Terutama untuk menjawab soal-soal

ujian/tentamen yang menghendaki jawaban yang bersifat hafalan. Soal-soal

yang menghendaki jawaban yang bersifat hafalan misalnya pendapat ahli

tertentu, menghendaki jawaban apa adanya, tidak boleh mengadakan

perubahan terhadap pendapat itu.

3) Masuk Kelas Tepat Waktu

Sebagai pelajar yang terikat oleh suatu peraturan sekolah, yang salah

satunya adalah setiap pelajar harus turun ke sekolah dan masuk kelas tepat

waktu, tidak bisa dilalaikan. Ini adalah kewajiban yang mutlak harus ditaati

oleh semua pelajar. Melanggarnya dikenakan sanksi dengan jenis dan

bentuk yang disesuaikan dengan berat ringannya kesalahan.18

Masuk kelas tepat waktu adalah suatu sikap mental yang banyak

mendatangkan keuntungan. Dari segi kepribadian, guru memuji dengan

kata-kata pujian. Kawan-kawan sekelas tidak terganggu ketika sedang

menerima pelajaran dari guru. Konsentrasi mereka terpelihara. Penjelasan

dari guru dapat didengar dengan jelas. Hal tersebut sesuai dengan firman

Allah dalam QS An Nisa‟ ayat 103:

17

Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm.43 18

(29)

17 Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.19

4) Memperhatikan Penjelasan Guru

Ketika sedang menerima penjelasan dari guru tentang materi tertentu

dari suatu bidang studi, semua perhatian harus tertuju kepada guru.

Pendengaran harus betul-betul dipusatkan kepada penjelasan guru. Jangan

bicara, karena apa yang dibicarakan itu akan membuyarkan konsentrasi

pendengaran. Menulis sambil mendengarkan penjelasan guru adalah cara

yang dianjurkan agar catatan itu dapat dipergunakan suatu waktu.20

Pentingnya mendengarkan penjelasan guru, karena apa yang guru

jelaskan terkadang tidak ada dalam buku paket. Oleh karena itu, perhatian

memegang peranan penting untuk menyerap apa yang guru sampaikan atau

jelaskan di kelas. Jadi, masalah mendengarkan penjelasan guru tidak bisa

dipisahkan dari kegiatan konsentrasi dalam belajar.

5) Mencatat Hal-hal yang Dianggap Penting

Ketika belajar di kelas, guru menjelaskan bahan pelajaran tertentu.

Penjelasan guru jangan ditulis semua. Ini adalah cara mencatat penjelasan

guru yang salah. Kesalahan itu misalnya mencatat kata-kata demi kata-kata,

kalimat demi kalimat apa yang guru sampaikan. Pendek kata hampir sebuah

kata-kata dan kalimat yang guru sampaikan dari awal hingga akhir pelajaran

dicatat. Cara mencatat yang baik adalah mencatat hal-hal yang dianggap

penting diantara yang tidak penting.

19

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; PT Syaamil Cipta Media, 2005) hlm.95

20

(30)

18 6) Bertanya Mengenai Hal-hal yang Belum Jelas

Apa yang guru jelaskan sudah barang tentu tidak semuanya dapat

dimengerti. Pasti ada yang belum jelas. Penjelasan yang guru berikan

mengenai bahan penjelasan ada yang panjang dan lebar, tetapi ada juga yang

pendek dan sempit. Bahasa yang guru gunakan ada yang mudah dipahami

dan ada pula pada kalimat tertentu sukar dipahami. Akibatnya, sebagai

pelajar mengalami permasalahan yang harus dipertanyakan itu tentu saja

hal-hal yang belum jelas.21

Bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas adalah salah satu cara

untuk dapat mengerti bahan pelajaran yang belum dimengerti. Jangan malu

untuk bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas.

Sebab hal itu akan menghambat penguasaan bahan yang akan diterima dari

guru dalam pertemuan kelas mendatang.

Bentuk-bentuk kedisiplinan belajar yang telah tersebut diatas adalah

bentuk-bentuk kedisiplinan belajar di sekolah, dimana disetiap sekolah pasti

memiliki aturan masing-masing yang menuntut siswanya untuk aktif dan disiplin

belajar. Disiplin belajar erat kaitannya dengan prestasi yang diraih siswa

tersebut. Siswa yang belajarnya sungguh-sungguh maka prestasinya lebih baik

dibanding dengan siswa yang belajarnya bermalas-malasan.

g. Pengertian Madrasah Diniyah

Pendidikan diniyah adalah: merupakan pendidikan yang mempersiapkan

peserta untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan

pengetahuan khusus tentang ajaran agama islam baik serta formal, non formal

maupun informal.22

Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan

pendidikan dan pembelajaran secara klasikal; dalam pengetahuan agama islam

21

Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm.103 22

Departemen Agama RI, Pedoman Administrasi Madrasah Diniyah, (Jakarta: Direktorat

(31)

19 kepada siswa bersama-sama sedikitnya berjumlah 10orang atau lebih, antara

anak-anak yang berusia 7-18 tahun.23

Madrasah Diniyah adalah bagian dari satuan pendidikan keagamaan yang

menyelenggarakan pendidikan agama islam baik yang teorganisir secara klasikal

atau rombongan belajar.24

Di banyak kota dan desa terdapat Madrasah Diniyah, ada diniyah

awaliyah ada diniyah ula, ada juga ma‟had diniyah ibtida‟i. Ditingkat diniyah

pertama terdapat jenjang diniyah tsanawiyah, diniyah „idadiyah, diniyah wustho dan diniyah mutawasithoh. Pada jenjang pendidikan menengah dapat

memberdayakan atau menggunakan nama yang sudah ada, ”madrasah tsanawiyah

ulya”, atau “aliyah” atau “madrasah aliyah diniyah” atau “madrasah diniyah aliyah”.25 Madrasah Diniyah merupakan salah satu pendidikan non formal yang khusus menangani tentang Pendidikan Agama Islam.

Jadi yang dimaksud kedisiplinan belajar di Madrasah Diniyah adalah

ketertiban, ketaatan, kepatuhan dan keseriusan siswa dalam belajar di Madrasah.

Kepribadian disiplin akan memberi pengaruh dalam segala aspek

kehidupan secara timbal balik, artinya kepribadian yang baik akan menumbuhkan

sikap disiplin, begitu juga sikap disiplin akan memberi peluang tumbuhnya

kepribadian baik. Perilaku disiplin pada siswa perlu ditumbuhkembangkan,

karena akan berpengaruh pada hasil belajar dan sikap-sikap baik lainnya, tanpa

disiplin tidak akan ada kesepakatan antara guru dan siswa, serta hasil belajar pun

berkurang, dan bahkan akan jauh dari keberhasilan.

23

Departemen Agama RI, Buku Data Kemampuan Praktek Ibadah Madrasah Diniyah,(Jakarta; Direktorat Pendidikan Keagamaan danPondok Pesantren, 2003 ),hlm.2

24

Departemen Agama RI, Buku Data Kemampuan Praktek Ibadah Madrasah Diniyah, hlm.10 25

Muhammad Kholid Fatoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta:

(32)

20

h. Fungsi dan Tujuan Madrasah Diniyah 1) Fungsi

Madrasah Diniyah mempunyai fungsi:

a) menyelenggarakan pengembangan kemampuan dasar pendidikan agama

islam yang meliputi Al Qur‟an, hadist, akidah akhlak, ibadah, sejarah

islam dan bahasa arab.

b) memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama islam bagi

warga belajar yang memerlukannya.

c) memberikan bimbingan dalam melaksanakan pengalaman ajaran islam

d) membina hubungan kerja sama dengan orang tua warga belajar dan

masyarakat.

e) melaksanakan tata usaha dan program pendidikan serta perpustakaan.

2) Tujuan

Tujuan pendidikan Madrasah Diniyah adalah untuk:

a) Memberikan bekal kemampuan kepada warga belajar untuk

mengembangkan kehidupan sebagai:

- Pribadi muslim yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia

- Warga Negara yang berkepribadian percaya pada diri sendiri serta

sehat jasmani dan rohani

b) Membina warga agar memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan

dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya

c) Mempersiapkan warga belajar untuk dapat mengikuti pendidikan lanjut

pada madrasah diniyah.26

Jadi fungsi madrasah diniyah adalah sebagai tempat khususnya generasi

muda untuk mendalami pendidikan agama Islam, sebagai bekal mereka hidup di

dunia sesuai ajaran agama Islam. Dan juga sebagai bekal mereka di kehidupan

kelak nanti, dimana ajaran Islam yang bisa mengantarkan mereka mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan tujuannya adalah untuk membentuk

warga yang berbudi pekerti luhur dan berjiwa kebangsaan tinggi.

26

(33)

21

i. Kompetensi Umum Madrasah Diniyah

1) Kompetensi Rumpun Madrasah Diniyah

Siswa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,

yang mencerminkan dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan

bernegara; memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama.

2) Kompetensi Spesifik Pendidikan Keagamaan Madrasah Diniyah

Dengan landasan Al Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad SAW;

siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia yang

tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah,

sesama manusia dan alam sekitar, mampu membaca, mampu beribadah dan

bermu‟amalah dengan baik dan benar.

3) Kompetensi Umum Madrasah Diniyah

a) hafal surat pilihan, mampu membaca, menulis ayat Al Qur‟an

b) beriman dengan mengenal, menghafal, memahami dan menghayati

rukun iman serta sebagai orang yang beriman

c) terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat

tercela dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari

d) mengenal dan memahami rukun islam serta mampu beribadah dan

bermu‟amalah dengan baik dan benar

e) memahami, menghayati dan mampu mengambil manfaat sejarah islam

f) mampu melafazhkan kalimat, memahami struktur kalimat, menyusun

kalimat dan mampu mengungkapkan bahasa arab dalam kehidupan

sehari-hari.

j. Visi dan Misi Madrasah Diniyah

1) Visi

Terwujudnya pendidikan keagamaan yang berkualitas, berdaya saing

dan kuat kedudukannya dalam system pendidikan nasional sehingga mampu

menjadi pusat unggulan pendidikan agama islam dan pengembangan

masyarakat dalam rangka pembentukan watak dan kepribadian santri sebagai

(34)

22 2) Misi

Meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan sistem

pembelajaran serta peningkatan sumber daya pendidikan secara kuantitatif

dan kualitatif.27

2. Prestasi Belajar PAI a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi menurut Arno F Witting yaitu: achievement is refer to the measurement of some behavior at a given moment, it’s the assumed that achievement reflects past learning.28 Prestasi adalah ukuran dari beberapa tingkah laku sebagai kebiasaan yang tetap. Hal ini menganggap bahwa prestasi

sebagai penerimaan dari pembelajaran yang lalu.

Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar

sering disebut prestasi belajar. Tentang apa yang telah dicapai oleh siswa setelah

melakukan kegiatan belajar mengajar, ada juga yang menyebutnya dengan istilah

hasil belajar.29

Menurut Sutratinah Tirtonegoro, yang dimaksud prestasi belajar adalah

hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Prestasi belajar ini dinyatakan

dengan angka, huruf maupun simbol pada tiap-tiap periode tertentu, misalnya

tiap catur wulan atau semester, hasil prestasi belajar anak dinyatakan dalam buku

raport.30

Dalam bukunya Tulus Tu‟u disebutkan, prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan

pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan

27

Departemen Agama RI, Pedoman Administrasi Madrasah Diniyah,hlm.41 28

Arno F Witting, Psikology of learning (New York: MC. Graw- Hill Book Company, 1981), hlm.285

29

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 151.

30

(35)

23 melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru

terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.31

Jadi yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang telah diperoleh

siswa setelah melalui proses belajar dan diakhiri dengan diadakannya evaluasi

dari guru, yang berupa angka atau simbol.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses dan banyak faktor yang mempengaruhi

dalam pencapaian prestasi belajar subyek belajar. Berikut akan dijabarkan

menurut pendapat beberapa ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar.

Menurut pendapat Vernon A Magnesen: orang belajar 10% dari apa yang

dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa

yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang

dikatakan dan dilakukan.

Kalau demikian, strategi pembelajaran yang lebih memberi hasil yang

baik bagi siswa adalah pelajaran yang banyak melibatkan siswa berfikir,

berbicara, berargumentasi dan mengutarakan gagasan-gagasannya.

Berdasarkan uraian itu, prestasi siswa dalam pembelajaran dipengaruhi

oleh peran dan strategi guru dalam pembelajaran. Pertama, strategi pendekatan

pribadi terhadap siswa yang kurang menonjol dalam bidang-bidang tertentu.

Kedua, strategi guru melibatkan siswa dalam pembelajaran secara penuh dengan

suasana gembira dan menyenangkan. Ketiga, strategi guru membuat alat bantu

dan menciptakan ruangan yang hidup.32

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, factor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar adalah, faktor jasmaniah baik yang bersifat

bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Selain itu yaitu faktor psikologis,

31Tulus Tu‟u,

Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, hlm. 75. 32Tulus Tu‟u,

(36)

24 yang meliputi potensi yaitu kecerdasan dan bakat, sikap, kebiasaan, minat,

motivasi, emosi, penyesuaian diri.33

Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak

jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern

dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

individu.34

1) Faktor Intern

Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga

faktor yaitu faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

a) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah(sehat) berarti dalam keadaan baik segenap badan

serta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan

atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu. Oleh karena itu, agar seseorang dapat belajar dengan baik

haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

selalu menghindarkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,

istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.

b) Faktor Psikologis

Intelegensi merupakan salah satu faktor psikologis dalam belajar.

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan

cara cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam

situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi

33

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2004) hlm. 138.

34

(37)

25 akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang

rendah, walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang

tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.35

c) Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu

hilang. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah

yang dianggap berat tanpa istirahat.36

Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa kelelahan itu

mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah

menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya, sehingga

perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat diredakan

dengan cara-cara sebagai berikut:

- Tidur

- Istirahat

- Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja

- Menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran darah

- Rekreasi dan ibadah yang teratur

- Olahraga secara teratur

- Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat

kesehatan

Jadi kondisi tubuh besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang.

Orang yang ingin belajarnya sukses maka ia harus menjaga kondisi

tubuhnya.

35

Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV Yrama Widya, 2010), hlm. 37. 36

(38)

26 2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah

dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan

faktor masyarakat.37

a) Faktor Keluarga

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap

belajar anaknya. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo

pernyatannya yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga

pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang kurang atau tidak

memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh

terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan

kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam

belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/ melengkapi

alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak,

tidak mau tau bagaimanakah kemajuan belajar anaknya dan lain-lain dapat

menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhori dan Muslim Nabi SAW

bersabda :

Artinya : Setiap anak yang lahir dalam keadaan suci (fitrah) hingga ia dapat merubah lisannya, maka orang tualah yang menjadikan yahudi, nasrani atau majusi. (H.R. Bukhori dan Muslim). 38

Selain faktor cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi keluarga

erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain

harus terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti, makan, pakaian,

perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar

seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis,

37

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, hlm. 60. 38

(39)

27 buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga

mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin,

kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi akibatnya kesehatan anak

terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu.

b) Faktor sekolah

Faktor yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,

guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, dan metode belajar. Berikut

akan dibahas satu persatu.

1) Metode mengajar

Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara

mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap

dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki

guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada

anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang

dapat dicapai anak.39

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui

dalam mengajar, mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh

seseorang kepada orang lain agar orang lain itu menerima menguasai

dan mengembangkannya. Metode mengajar guru yang kurang baik akan

mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Metode mengajar

yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang

persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut

menerangkannya tidak jelas sehingga siswa kurang senang terhadap

pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar.

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar

bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi

pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan

perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan

39

(40)

28 kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud

emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas

mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah.40

Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja,

siswa akan menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja.

Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang

dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

2) Kurikulum

Kurikulum adalah a plant for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan, tanpa kurikulum kegiatan belajar

mengajar tidak akan berlangsung, sebab materi apa yang harus guru

sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan

sebelumnya. Itulah sebabnya untuk semua mata pelajaran setiap guru

memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan

kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi

kurikulum kedalam program yang lebih rinci.41

Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.

Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap hasil

belajar. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai

perencanaan yang mendetail agar dapat melayani siswa belajar secara

individual, namun kurikulum yang sekarang belum dapat memberikan

pedoman perencanaan yang demikian. Jadi kurikulum diakui dapat

mempengaruhi prestasi belajar anak didik di sekolah.

3) Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antar guru dengan siswa,

proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses

belajar itu sendiri, jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh

hubungan dengan gurunya. Di dalam hubungan (relasi guru dengan

40

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm 248 41

(41)

29 siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai

mata pelajaran yang diajarkan sehingga siswa akan berusaha

mempelajari sebaik-baiknya.

Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab

menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Siswa

merasa jauh dari guru maka segan berpartisipasi secara aktif dalam

belajar.

4) Relasi siswa dengan siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana,

tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada kelompok yang saling

bersaing secara tidak sehat, jiwa kelas tidak terbina bahkan

hubungan masing-masing individu tidak tampak.

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang

kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau

sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari

kelompoknya, akibatnya makin parah masalahnya dan akan

mengganggu belajarnya. Lebih-lebih ia menjadi malas untuk masuk

sekolah. Menciptakan hubungan yang baik antara siswa dengan

siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif

terhadap belajar anak/siswa.

5) Disiplin sekolah42

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan

siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah

mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan

tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan

administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah,

halaman dan lain-lain. Begitu juga kedisiplinan kepala sekolah

dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan

kedisiplinan team BP dalam pelayanannya kepada siswa. Seluruh

42

Gambar

tabel (Ft 5% atau Ft 1%) dengan kemungkinan sebagai berikut:
TABEL I
Tabel II Tabel Hasil Angket Tentang Kedisiplinan Belajar
tabel distribusi frekuensi tersebut adalah sebagai berikut :
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai penerus bangsa Indonesia teknologi manakah yang lebih baik dikembangkan antara teknologi pengolahan minyak bumi atau batubara dan teknologi pengubahan energi angin atau

Penelitian tentang pengambilan keputusan pernah dilakukan oleh Sulistyowati (2010) yang meneliti tentang Perbedaan Pengambilan Keputusan siswa dari keluarga utuh

Peneliti ini bertujuan untuk menegetahui apakah sektor pertanian menjadi sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Blitar dan untuk mengetahui perubahan posisi

Hal tersebut disebabkan oleh tiga hal yaitu: (1) metode pembelajaran yang digunakan tidak cocok / pas dengan kebutuhan siswa, (2) motivasi yang diberikan kepada siswa dalam

Alternatif kedua : (1) bank syariah membeli sebagian aset nasabah dengan izin bank konvensional, sehingga terjadi syirkah al-malik antara bank dan nasabah

Sample suara yang digunakan 1 suara pelaku ( known sample ) sebagai barang bukti dan sebagai suara pembanding adalah suara tersangka ( unknown sample ) 6 sample

What is the relative level of impairment compared with healthy control subjects on neuropsychological tests of memory, verbal skills, and spatial-praxic skills in patients

[r]