8.1 PETUNJUK UMUM
Program investasi kabupaten/Kota yang merupakan rekapitulasi dari dokumen
RPIJM yang telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten/Kota
dari aspek teknis, biaya dan waktu selain itu rencana program investasi harus
dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan
tanda tangan dari Bupati/Walikota/Gurbenur selalku kepala daerah. Program investasi
bidang PU/Cipta Karya disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan
Kabupaten/Kota untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan
Kabupaten/Kota. Setiap daerah diharapkan mempunyai prioritas yang sesuai dengan
kondisi dan kebutihan wilayahnya, sebagai contoh bahwa kabupaten/Kota A lebih
memprioritaskan program investasi air minum di tahun-tahun awal jangka menengah
karena kabupaten/kota tersebut mempunyai pertimbangan bahwa sebagian besar
penduduknya merupakan penduduk di daerah rawan air, hal ini belum tentu sama
dengan daerah lain.
Dokumen rencana program investasi yang merupakan rekapitulasi dan intisari
dari RPIJM Kabupaten/Kota. Setiap Kabupaten/Kota diharapkan dapat menyampaikan
rencana program dalam sebuah ringkasan eksekutif berupa ringkasan rencana
investasi dan mekanisme pembiayaan serta pembiayaan yang merupakan bagian
sinkronisasi dan prioritas program di Kabupaten/Kota
Dokumen rencana program investasi ini dilengkapi aspek legalitas yang
diwujudkan dalam kesediaan Bupati/Walikota selaku penyelenggara pembangunan
daerah untuk melaksanakan program investasi yang telah diusulkan
Penyusunan rencana program investasi, dalam bentuk ringkasan eksekutif,
hendaknya ditekankan aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/kawasan
dengan pengembangan sektor bidang PU/Cipta Karya, yang akan mencakup :
koordinasi pengaturan, integrasi perencanaan, dan sinkronisasi program berdasarkan
Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam rangka
menjawab tantangan pembangunan. Aspek keterpaduan didalam penyusunan RPIJM
diwujudkan melalui sinkronisasi pembangunan sektor bidang PU/Cipta Karya terhadap
rencana pengembangan wilayah/kawasan. Keterpaduan program diharapkan dapat
dalam keterpaduan pelaksanaan. Selain itu juga perlu dijelaskan dalam hal
keterpaduan kelembagaan dalam mendukung pembangunan dengan mengacu kepada
Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota.
Penentuan skala prioritas program merupakan hasil iterasi antara analisis yang
dilakukan terhadap rencana pembangunan Kabupaten/Kota dan analisis yang
kebutuhan dan rencana pengembangan sektor/komponen, kemampuan keuangan,
maupun kemampuan kelembagaan. Penentuan skala prioritas program secara explicit
perlu dituangkan didalam Skenario Pembangunan Perkotaan (Bagian dari Rencana
Pembangunan Kabupaten /Kota)
Rencana program investasi, yang diwujudkan dalam ringkasan akesekutif,
harus menjabarkan secara singkat mengenai : (i) skenario pengembangan kota dan
pengembangan sektor bidang PU/Cipta Karya; (ii) Usulan Kebutuhan Investasi yang
disusun dengan berbasis demand ataupun target pencapaian sesuai dengan tujuan
dan sasaran pembangunan daerah; (iii) mekanisme pendanaan, dan kemungkinan
pembiayaan pembangunan; (iv) skala prioritas penanganan dan rencana pelaksanaan
program investasi
8.2 SKENARIO PEMBANGUNAN KABUPATEN
Program investasi Kabupaten Wonogiri yang merupakan rekapitulasi dari
RPIJM yang telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten
Wonogiri dari aspek Teknis, biaya dan wktu juga dilengkapi dengan kesepakatan
pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tandatangan dari Bupati selaku
Kepala Daerah. Program investasi bidang PU/Cipta Karya disusun berdasarkan
prioritas menurut kebutuhan Kabupaten Wonogiri untuk memenuhi sasaran dan
rencana pembangunan Kabupaten Wonogiri. Setiap daerah mempunyai prioritas yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan wilayahnya. Kabupaten Wonogiri lebih
memprioritaskan program investasi air minum dengan pertimbangan bahwa sebagian
besar penduduknya merupakan penduduk didaerah rawan air. Penyusunan rencana
program investasi hendaknya ditekankan aspek keterpaduan antara pengembangan
Wilayah dengan sektor bidang PU/Cipta Karya, yang akan mencakup : Koordinasi
pengaturan, Integrasi perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan skala
prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam rangka menjawab
tantangan Pembangunan. Keterpaduan program diharapkan dapat terwujud dari hasil
penyusunan rencana pendanaan yang akan sangat mempengaruhi dalam keterpaduan
pelaksanaan. Penentuan skala prioritas program merupakan hasil interasi antara
analisis kebutuhan serta rencana pengembangan sektor, kemampuan keuangan juga
kelembagan. Hal tersebut secara eksplisit perlu dituangkan didalam skenario
pembangunan perkotaan.
Berdasarkan kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten berdasar RTRW
diatas maka dapat diskenariokan Pembangunan Kabupaten sebagai berikut. Dalam
skenario pengembangan Pembangunan Kabupaten dapat dilakukan beberapa
pertimbangan untuk menetapkan prioritas pemenuhan kebutuhan prasarana dan
sarana dasar sektor PU Cipta Karya. Pertimbangan yang dilakukan dapat
menggunakan analisis SWOT yang mempertimbangkan potensi wilayah, kelemahan/
kendala yang ada di wilayah perencanaan, peluang/kesempatan yang dapat dilakukan
serta sasaran/target yang ingin dicapai.
Dengan hasil Analisis SWOT (Potensi, Kendala, Peluang dan Target) Sebagai
berikut :
TABEL 8.1 HASIL ANALISIS SWOT
Parameter
Pertimbangan Analisis
STRENGTH 1. Kota Wonogiri memiliki fungsi potensial sebagai pusat pengembangan.
2. Letak Kabupaten Wonogiri yang strategis 3. Adanya potensi sumber daya tambang.
WEAKNESS Dalam lingkup regional Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi yang tidak terlalu besar, hal ini karena letaknya tidak dilalui oleh jalur-jalur transportasi utama yang melintasinya. Lemahnya daya tarik investasi yang dimiliki, terutama
investasi industri. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya dukungan prasarana dan sarana dasar.
Masih dirasakan kurangnya dukungan sumber daya manusia (SDM) pengelola pembangunan, terutama dalam hal kemampuan manajerial yang memerlukan dukungan keahlian dan ketrampilan. Selain itu adanya pola penempatan personal yang kurang sesuai antara keahlian dan bidang teknis yang ditanganinya.
Pertumbuhan penduduk meningkat setiap tahun dalam jangka waktu tertentu akan berpengaruh terhadap transformasi penggunaan lahan, terutama terhadap pengurangan lahan pertanian akibat tumbuhnya budidaya non pertanian seperti industri, pemukiman baru dan lain-lainnya.
Kondisi alam yang produktif untuk tujuan tertentu tetapi berpotensi rawan bencana maka perlu memperhatikan keseimbangan lingkungan.
Parameter
Pertimbangan Analisis
persediaan air bawah tanah.
Iklim wilayah yang kering dengan musim pertumbuhan 3 bulan menjadi kendala pengembangan pertanian untuk pemilihan komoditas pengaturan pola tanam.
OPPORTUNITY Kecenderungan sistem prasarana pengairan di Kabupaten Wonogiri diarahkan untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, sehingga fungsi air di Kabupaten Wonogiri lebih banyak peruntukkannya bagi pertanian, kemudian permukiman (air minum) baru industri.
kedudukan wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki peluang yang besar, terutama untuk meraih pasar ke luar wilayah (ekspor) untuk produk komoditas di wilayah ini, terutama potensi sumberdaya (khususnya sumberdaya alam) yang besar yang terkandung di wilayah ini.
Penataan dan peremajaan kawasan baik kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan.
Peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana dasar. Pengembangan sistem transportasi terpadu untuk
mendukung kendala kondisi wilayahnya.
TARGET 1. Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP I) 2. Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP II) 3. Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP III) 4. Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP Iv) 5. Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP V) 6. penyediaan prasarana air minum (WP I)
7. penyediaan prasarana air minum (WP II) 8. penyediaan prasarana air minum (WP III) 9. penyediaan prasarana air minum (WP IV) 10. Penyediaan prasarana air minum (WP V) 11. Pengelolaan TPA
Skenario Pembangunan Kabupaten menunjukkan indikasi kebutuhan
pembangunan PSD Sektor PU Cipta Karya dalam kurun waktu tertentu di
kawasan-kawasan pengembangan Wilayah. Penentuan scenario pembangunan Pembangunan
Kabupaten ditetapkan dengan berdasarkan pada :
a. Pemenuhan kebutuhan dasar penduduk (basic needs)
b. Pemenuhan kebutuhan dasar pelayanan perkotaan (basic service)
TABEL 8.2 USULAN PROGRAM
No. Usulan Program Pembangunan Kabupaten S M A R T Total Peringkat
1 Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP I) 5 5 5 5 5 25 I
2 Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP II) 5 5 5 5 5 25 I
3 Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP III) 5 5 5 5 3 23 II
4 Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP IV) 5 5 5 3 5 23 II
5 Penataan dan peremajaan kawasan kota (pusat kota WP V) 5 5 3 3 3 19 II
6 Penyediaan prasarana air minum (WP I) 5 3 5 3 3 19 II
7 Penyediaan prasarana air minum (WP II) 5 3 3 3 1 15 IV
8 Penyediaan prasarana air minum (WP III) 1 3 5 3 1 13 V
9 Penyediaan prasarana air minum (WP IV) 5 3 3 3 5 19 II
10 Penyediaan prasarana air minum (WP V) 3 3 3 3 3 15 IV
11 Pengelolaan TPA 1 3 3 3 1 11 VI
12 Penataan RTH (WP I) 5 3 1 3 5 17 III
13 Penataan RTH (WP II) 3 3 1 3 3 13 V
14 Penataan RTH (WP III) 3 3 1 3 3 13 V
15 Penataan RTH (WP IV) 5 3 3 3 5 19 II
16 Penataan RTH (WP V) 3 3 3 3 3 15 IV
Keterangan :
S = specific (kekhususan) 5= khusus; 3 = cukup; 1 = kurang M = measurable (terukur) 5= terukur; 3 = cukup; 1 = kurang
A = attainable (dapat dicapai) 5= dapat dicapai ; 3 = cukup; 1 = kurang R = Realistic (rasional) 5= rasional; 3 = cukup; 1 = kurang
T = time bround (realistic pada 5 tahun mendatang ) 5= realistis dalam 5 tahun mendatang; 3 = cukup; 1 = kurang Peringkat :
8.3 SKENARIO PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU/CIPTA
KARYA
Skenario pembangunan bidang PU/Cipta Karya adalah alternative dan
gambaran dari perwujudan rencana pengembangan kota dan masterplan
prasarana. Skenario Pengembangan Bidang PU/Cipta Karya mencakup sektor
Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Pengembangan penyehatan Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Air
Minum. Disamping itu, melalui skenario pembangunan infrastruktur perlu
mengacu pada masterplan sektor RPJMD dan kebijakan sektoral
8.3.1 Kebutuhan Program Pembangunan Prasarana dan sarana PU Cipta
Karya
Sesuai dengan target sasaran untuk menunjang tercapainya fungsi Kabupaten
sesuai dengan strategi dan scenario pengembangan Kabupaten dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) maupun mengantisipasi kebutuhan
pengembangan (development needs) maka kebutuhan local pembangunan di Kabupaten
disesuaikan dengan tingkat pelayanan yang diharapkan. Untuk memenuhi tingkat
pelayanan sesuai dengan sasaran tersebut, maka dalam kurun waktu tersebut harus
dialokasikan dana investasi bagi pembangunan prasarana dan sarana dasar ke-PUan
tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan.
8.3.2 Norma-norma Hubungan Sinkronisasi
Pembangunan prasarana dan sarana dasar perkotaan bertujuan untuk
mendukung fungsi kota dan mengarahkan perkembangan kota dimana tingkat
dan jangkauan pelayanan prasarana tersebut berkaitan dengan kualitas
lingkungan. Perencanaan pembangunan sarana dan prasarana dasar Kabupaten
tidak dapat dilepaskan dengan rencana pengembangan kota sehingga dalam
pembangunan PSD PU Cipta Karya perlu pendekatan melalui kebutuhan utama
maupun penunjang yang diperlukan pada kawasan Kabupaten. Pengembangan
tersebut diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat memotivasi kegiatan dan
pemantapan fungsi kawasan maupun Kabupaten yang imbasnya akan memacu
pertumbuhan dan peningkatan perekonomian Kabupaten. Hubungan
pembangunan PSD PU Cipta Karya dengan rencana pengembangan Kabupaten
dengan melihat pada rencana investasi di setiap kegiatan kawasan yang
TABEL 8.3
SINKRONISASI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN DAN KOMPONEN-KOMPONEN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
No Usulan Program Pembangunan Kabupaten
Skenario Pembangunan Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya adalah
alternatif dan gambaran dari perwujudan rencana pengembangan Kota dan
masterplan prasarana yang mencakup sektor Pengembangan Permukiman,
Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan Lingkungan Permukiman dan
Pengembangan Air Minum. Juga melalui skenario pemgembangan prasarana ini
dapat diwujudkan keterkaitan dan keterpaduan antar sektor serta perlu mengacu
pada masterplan sektor, RPJMD dan kebijakan sektoral.
8.3.3 Prioritas Pembangunan Prasarana dan sarana PU Cipta Karya
Untuk mengantisipasi keterbatasan kemampuan investasi dalam
memenuhi kebutuhan ideal pembangunan prasarana dan sarana dasar bidang
PU Cipta Karya dengan target RPJMN, perlu dibuat urutan prioritas
pembangunan perkotaan dengan tetap memperhatikan kaidah/normal
perencanaan.
Keterpaduan sektor dan prioritas pembangunan diarahkan untuk
memberikan percepatan dalam memacu pertumbuhan perkotaan maupun
perekonomian kota sesuai dengan strategi dan skenerio pengembangan
kotanya.
Penetapan prioritas pembangunan perkotaan di Kabupaten Wonogiri
disusun berdasarkan beberapa aspek yang mempengaruhinya yaitu: Tahapan pembangunan kawasan.
Prioritas kegiatan pembangunan kawasan
Prioritas pembangunan PSD PU Cipta Karya yang dibutuhkan pada
masing-masing kawasan.
Secara rinci prioritas pembangunan Kabupaten Wonogiri Bidang PU
Cipta Karya dapat dilihat pada Tabel.
TABEL 8.4
PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN WONOGIRI BIDANG PU CIPTA KARYA DAN RENCANA KAWASAN PENGEMBANGAN BARU.
PRIORITAS Usulan Program Pengembangan Kota
8.4 MEMORANDUM PROGRAM INVESTASI
Untuk memberikan dasar hukum dari program investasi yang diusulkan
Kabupaten Wonogiri diperlukan lembar kesepakatan Bupati Wonogiri untuk
melaksanakan dan mendanai program investasi bidang PU/Cipta Karya. Lembar
kesepakatan ini memiliki arti penting Sebagai dasar dalam penentuan dukungan
pemerintah pusat kepada Kabupaten Wonogiri pada penyelenggaraan bidang Cipta
Karya dan Mendorong komitmen Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam menyusun
program investasi bidang PU/Cipta Karya dalam RPIJM, serta memberikan penguatan
dalam prosedur pendanaan, terutama dana dari lingkungan eksternal Kabupaten
Wonogiri.
Rencana Kesepakatan (Memorandum) Program Investasi Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kabupaten Wonogiri tertuang dalam suatu
kesepakatan tertulis antara Kepala Daerah, dalam hal ini adalah Bupati Wonogiri dan