• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN UMUR, JARAK PERSALINAN DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSU PROVINSI NTB TAHUN Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN UMUR, JARAK PERSALINAN DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSU PROVINSI NTB TAHUN Oleh :"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah5

_____________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014

HUBUNGAN UMUR, JARAK PERSALINAN DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSU PROVINSI NTB TAHUN 2012

Oleh : Suwanti Edi Prasetyo Wibowo

Baiq Rizka Herliana ………..

Abstract: Antepartum haemorrhage an emergency case which happened around 3% of all births, causes include placenta previa, abruptio placenta, and bleeding is not clear. Incidence of placenta previa in the department of NTB recorded in 2011 consisted of 63 cases (2.68%) of 2345 deliveries, then increased in 2012 to 101 cases (3.73%) of 2706 deliveries.To analyze the relationship of age, history of abortion and birth spacing with the incidence of placenta previa in the department of NTB.This study was an observational analytic, and in terms of time is a Cross Sectional. The population in this study were all women giving birth with complications of childbirth in the Delivery Room Hospitals in the province in 2012 with 789 people and the number of samples used were 89 sistematic sample using random sampling techniques. To determine the relationship of the independent variables and the dependent variable bivariate analysis using Chy Square test with a significance level of 5%.Based on the obtained data collection as much as 36.0% of women who had placenta previa age at high risk, as many as 21.3% of mothers with a birth spacing <2 years and 31.5% of mothers who have a history of abortion. Statistical analysis using the chi square test showed that there is a relationship between the incidence of maternal age with placenta previa (p = 0.039), there is a relationship between distance delivery with placenta previa incidence (p = 0.034) and no correlation between the incidence of miscarriage placenta previa (p = 0.033). Results of multivariate analysis using logistic regression showed that the distance of delivery has the most powerful events that can cause placenta previa (OR = 3.257).There is a relationship age, distance delivery and the incidence of miscarriage placenta previa.

Keywords:Age, Distance Childbirth, abortion history, Placenta Previa

PENDAHULUAN

Sampai sekarang perdarahan dalam obstetrik masih memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun dinegara maju, terutama pada kelompok sosial ekonomi lemah. Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak dapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal (Surjaningrat S, 2009).

Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding) dan sesudah persalinan (post partum bleeding). Plasenta previa marupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi

sebelum persalinan dan memberi kontribusi sekitar (20%) dari seluruh kejadian perdarahan pada kehamilan trimester ketiga (Callahan et al.,2001). Kejadian plasenta previa cukup jarang yaitu sekitar (0,3%-0,6%) dari seluruh persalinan.

Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa (Santoso B, 2008).

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian ibu

(2)

_____________________________________________

Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com yaitu 228/100.000 kelahiran hidup , dan tahun

2008, 4.692 jiwa ibu melayang dimasa kehamilan, persalinan dan nifas. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 40-60 %, preeklamsi dan eklampsi 20-30%, infeksi 20-30 %, dll. (Depkes RI, 2010)

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB (2012) jumlah kematian ibu tercatat 100 kasus (0,09%) dari 102.954 persalinan, penyebabnya terdiri dari perdarahan (30 kasus), Hipertensi dalam Kehamilan (24 kasus), infeksi (6 kasus), emboli air ketuban (2 kasus), dan sisanya disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. (Dikes NTB, 2010)

Sedangkan menurut data yang kami peroleh di buku register Ruang bersalin Rumah Sakit Umum Provinsi NTB, tercatat kejadian plasenta previa dari tahun 2011 terdiri dari 63 kasus (2,68%) dari 2345 persalinan, kemudian meningkat pada tahun 2012 menjadi 101 kasus (3,73%) dari 2706 persalinan. (RSUP NTB, 2012)

Berdasarkan hasil studi tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Umur, Jarak Kelahiran dan Riwayat Abortus dengan Kejadian Plasenta Previa di RSU Provinsi NTB tahun 2012”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB pada bulan Juli 2013. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik. Dari segi waktu bersifat Cross Sectional, cara pengumpulan data yaitu secara kuantitatif dengan melakukan penelusuran di buku register dan format rekam medik pasien periode Januari sampai Desember 2012.

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB pada tahun 2012 dengan jumlah 789 orang.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin yang mengalami komplikasi persalinan di Ruang Bersalin RSUP NTB tahun 2012. Cara pengambilan sampel dengan Sistematik Random Sampling, sehingga didapatkan jumlah sampel 89 sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisis Univariat

Umur, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari total sampel sebanyak 89 orang, sampel terbanyak adalah kelompok umur berisiko antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 57 sampel (64,0%).Hal ini disebabkan karena wanita yang berumur 20-35 tahun atau dalam masa reproduksi memiliki kesempatan lebih besar untuk hamil dibandingkan dengan wanita usia lanjut atau pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun jika ditinjau dari kesehatan reproduksinya.

Jarak Persalinan, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari total sampel sebanyak 89 orang, sampel terbanyak adalah ibu dengan jarak persalinan ≥2 tahun yaitu sebanyak 70 sampel (78,7%).Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu melahirkan dengan jarak ≥2 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam pengambilan sampel, sehingga saat dirandom didapat yang jarak persalinan ≥2 tahun lebih banyak terambil.

Riwayat Abortus, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari total sampel sebanyak 89 orang, sampel terbanyak adalah ibu yang tidak mempunyai riwayat abortus yaitu sebanyak 61 sampel (68,5%).Hal ini disebabkan kemungkinan karena total keseluruhan pasien dengan riwayat abortus persentasenya sedikit di RSUP NTB, tidak sebanding dengan total pasien yang tidak mempunyai riwayat abortus.

Kejadian Plasenta Previa, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari total sampel sebanyak 89 orang, sampel terbanyak adalah yang tidak mengalami plasenta previa sebanyak 45 sampel (50,6%).Hal ini disebabkan karena sampel dari penelitian ini diambil dari seluruh ibu yang mengalami komplikasi persalinan dengan perbandingan lebih banyak komplikasi lain selain plasenta previa.

b. Analisis Bivariat

1. Umur dengan Kejadian Plasenta Previa Tabel 1. menunjukkan bahwa kejadian plasenta previa pada umur ibu berisiko sebanyak (40,4%) lebih kecil dari kejadian plasenta previa pada umur ibu berisiko tinggi sebanyak (65,6%).

(3)

ISSN No. 1978-3787

http://www.lpsdimataram.comVolume Dari hasil uji statistik menggunakan uji pada tingkat kesalahan 5 % (α= 0,05)

nilai p = 0,039 (p<0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara umur ibu bersalin dengan kejadian plasenta previa.

Tabel1.Hubungan Kejadian Plasenta Previa Menurut Umur Ibu Bersalin di

Bersalin RSUP NTB Tahun 2012

Dari tabel tersebut kita juga dapat melihat nilai OR yaitu sebesar 2,822 dengan interval kepercayaan (CI) 95% yaitu 1,146

>1 berarti umur merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. Oleh karena interval kepercayaannya tidak mencakup nilai 1, maka risiko plasenta previa pada umur ibu yang berisiko tinggi adalah 2,8 kali lebih besar dibandingkan ibu umur berisiko. Hal ini disebabkan karena pada umur yang muda pertumbuhan end

belum sempurna sehingga merupakan faktor risiko untuk tejadinya plasenta previa

usia diatas 35 tahun disebabkan karena pertumbuhan endometrium yang kurang subur.

Hal ini sesuai dengan penelitian

awal mengisyaratkan bahwa wanita berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetris serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Pengamatan dari Parkland Hospital terhadap hampir 900 wanita berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan bermakna dalam insiden plasenta previa (Cunningham, 2005).

Usia kurang dari 20 tahun dan meningkatkan risiko kejadian

Menurut Manuaba IBG (2008), implantasi plasentadi segmen bawah rahim disebabkan kondisi endometriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi. Selain hal tersebut juga disebabkan oleh endometriumyang tipis, sehingga

_____________________________________ Volume 8, No. 1, Februari 2014

menggunakan uji Chi Square pada tingkat kesalahan 5 % (α= 0,05) didapatkan <0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara umur ibu bersalin dengan kejadian plasenta Hubungan Kejadian Plasenta Previa r Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RSUP NTB Tahun 2012

Dari tabel tersebut kita juga dapat melihat nilai OR yaitu sebesar 2,822 dengan interval kepercayaan (CI) 95% yaitu 1,146-6,950. Nilai OR >1 berarti umur merupakan faktor risiko untuk ta previa. Oleh karena interval kepercayaannya tidak mencakup nilai 1, maka risiko plasenta previa pada umur ibu yang berisiko tinggi adalah 2,8 kali lebih besar dibandingkan ibu umur berisiko. Hal ini disebabkan karena pada umur yang muda pertumbuhan endometrium belum sempurna sehingga merupakan faktor risiko plasenta previa. Sedangkan pada usia diatas 35 tahun disebabkan karena

yang kurang subur. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian

wanita berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetris serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Pengamatan dari Parkland Hospital terhadap hampir 900 wanita berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan bermakna alam insiden plasenta previa (Cunningham, Usia kurang dari 20 tahun dan ≥35 tahun meningkatkan risiko kejadian plasenta previa. Menurut Manuaba IBG (2008), implantasi di segmen bawah rahim disebabkan di fundus uteri belum siap menerima implantasi. Selain hal tersebut juga yang tipis, sehingga

diperlukan perluasan plasenta nutrisi.

c. Jarak Persalinan dengan Kejadian Plasenta Previa

Tabel 2menunjukkan bahwa

kejadian plasenta previa pada jarak persalinan <2 tahun sebanyak (73,7%) lebih besar dari kejadian plasenta previa pada jarak persalinan

sebanyak (42,9%).

Tabel 2. Hubungan Kejadian Plasenta Previa Menurut Jarak Persalinan di

Bersalin RSUP NTB Tahun 2012

Dari hasil uji statistik

Square pada tingkat kesalahan 5 % ( dapatkan nilai p = 0,034 (

ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara jarak persalinan

kejadian plasenta previa. Dari tabel tersebut dapat

sebesar 3,733 dengan interval kepercayaan (CI) 95% yaitu 1,211-11,505. Nilai OR >1 berarti jarak persalinan merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. Oleh kar

kepercayaannya tidak mencakup nilai 1, maka risiko plasenta previa pada jarak persalinan <2 tahun adalah 3,7 kali lebih besar dibandingkan jarak persalinan ≥2 tahun.

Hal ini dapat dikarenakan kondisi endometrium di fundus uteri belum siap men implantasi, sehingga plasenta mencari tempat implantasi yang lebih baik.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso tahun 2008 yang mengatakan wanita dengan jarak kelahiran <24 bulan mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk terjadinya plasenta previa Media Bina Ilmiah7

_____________________________________ plasentauntuk memberikan

Jarak Persalinan dengan Kejadian menunjukkan bahwa persentase kejadian plasenta previa pada jarak persalinan <2 tahun sebanyak (73,7%) lebih besar dari kejadian plasenta previa pada jarak persalinan ≥2 tahun Hubungan Kejadian Plasenta Previa Menurut Jarak Persalinan di Ruang

alin RSUP NTB Tahun 2012

Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi pada tingkat kesalahan 5 % (α= 0,05) di = 0,034 (p<0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara jarak persalinan dengan Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai OR yaitu sebesar 3,733 dengan interval kepercayaan (CI) 11,505. Nilai OR >1 berarti jarak persalinan merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. Oleh karena interval kepercayaannya tidak mencakup nilai 1, maka risiko plasenta previa pada jarak persalinan <2 tahun adalah 3,7 kali lebih besar dibandingkan Hal ini dapat dikarenakan kondisi di fundus uteri belum siap menerima implantasi, sehingga plasenta mencari tempat implantasi yang lebih baik.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Santoso tahun 2008 yang mengatakan wanita dengan jarak kelahiran <24 bulan mempunyai kemungkinan 2 k terjadinya plasenta previa

(4)

_____________________________________________ Volume 8, No. 1, Februari 2014

dibandingkan wanita dengan jarak kelahiran bulan.

Menurut IBG Manuaba, 1997 plasenta previa terjadi apabila endometrium kurang baik. Endometrium yang kurang baik disebabkan karena atropi endometrium. Antropi endometrium ser terjadi pada jarak kehamilan pendek. Hal ini karena pada masa post partum terjadi perubahan pada endometrium yang disebut involusio uteri. Involusio uteri biasanya berlangsung sangat cepat, kecuali pada tempat plasenta. Proses pemulihan untuk tidak terjadinya risiko pada kehamilan berikutnya memerlukan waktu 6 bulan.

c. Riwayat Abortus dengan Kejadian Plasenta Previa

Tabel 3. Hubungan Kejadian Plasenta Previa Menurut Riwayat Abortus Ibu di Bersalin RSUP NTB Tahun 2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase kejadian plasenta previa pada ibu dengan riwayat abortus sebanyak (67,9%) lebih besar dari kejadian plasenta previa pada ibu yang tidak memiliki riwayat abortus sebanyak (41,0%).

Dari hasil uji statistik menggunakan uji Square pada tingkat kesalahan 5 % (α

dapatkan nilai p = 0,033 (p<0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus dengan kejadian plasenta previa.

Dari tabel tersebut kita juga dapat melihat nilai OR yaitu sebesar 3,040 dengan interval kepercayaan (CI) 95% yaitu 1,184-7,806. Nilai OR >1 berarti riwayat abortus merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. Oleh karena interval kepercayaannya tidak mencakup nilai 1, maka risiko plasenta previa pada ibu dengan riwayat abortus adalah 3,04 kali lebih besar _____________________________________________

http://www.lpsdimataram.com dibandingkan wanita dengan jarak kelahiran ≥24

Menurut IBG Manuaba, 1997 plasenta previa terjadi apabila endometrium kurang baik. Endometrium yang kurang baik disebabkan karena atropi endometrium. Antropi endometrium sering terjadi pada jarak kehamilan pendek. Hal ini karena pada masa post partum terjadi perubahan pada endometrium yang disebut involusio uteri. Involusio uteri biasanya berlangsung sangat cepat, kecuali pada tempat plasenta. Proses pemulihan jadinya risiko pada kehamilan berikutnya memerlukan waktu 6 bulan.

Riwayat Abortus dengan Kejadian

Hubungan Kejadian Plasenta Previa Menurut Riwayat Abortus Ibu di Ruang Bersalin RSUP NTB Tahun 2012

menunjukkan bahwa persentase kejadian plasenta previa pada ibu dengan riwayat abortus sebanyak (67,9%) lebih besar dari kejadian plasenta previa pada ibu yang tidak memiliki menggunakan uji Chi pada tingkat kesalahan 5 % (α= 0,05) di <0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus dengan Dari tabel tersebut kita juga dapat melihat ai OR yaitu sebesar 3,040 dengan interval 7,806. Nilai OR >1 berarti riwayat abortus merupakan faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa. Oleh karena interval kepercayaannya tidak mencakup nilai 1, a previa pada ibu dengan riwayat abortus adalah 3,04 kali lebih besar

dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat abortus.

Hal ini disebabkan karena endometrium dianggap mengalami luka atau kecacatan, apalagi pada ibu riwayat abortus yang dilakukan tindak kuretase.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Miller, yang menyatakan wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko plasenta previa 4 kali lebih besar dibandingkan wanita tanpa riwayat abortus.

Pada wanita yang pernah mengalami ku diduga disrupsi endometrium atau luka endometrium merupakan predisposisi terjadinya kelainan implantasi plasenta (Wardana dan Karkata, 2002).

Suatu kelemahan dari penelitian hubungan ini, walaupun sebagian besar wanita yang mempunyai riwayat abortus tercatat dalam rekam medik, penelitian ini tidak membedakan antara yang dilakukan kuretase dan yang tidak dilakukan kuretase, sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan antara yang dilakukan kuretase dan yang tidak dilakukan kuretase terhadap kejadian plasenta previa.

d. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik ganda (Multiple Logistic Regresion) dengan menggunakan metode Kriteria penilaian dalam pemilihan variabel penting yang dipakai untuk memasukkan variabel bebas ke dalam analisis multivariat dengan memperhitungkan nilai p<0,25. Variabel bebas yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam analisis multivariat yaitu Umur, Jarak Persalinan dan Riwayat Abortus.

Untuk mempelajari pengaruh Umur, Jarak Persalinan dan Riwayat Abortus terhadap kejadian Plasenta Previa dapat dilihat pada model akhir dengan analisis regresi logistik ganda.

Tabel 4. Variabel Analisis Regresi Logistik Ganda

http://www.lpsdimataram.com

dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat Hal ini disebabkan karena endometrium dianggap mengalami luka atau kecacatan, apalagi pada ibu riwayat abortus yang dilakukan tindakan kuretase.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Miller, yang menyatakan wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko plasenta previa 4 kali lebih besar dibandingkan Pada wanita yang pernah mengalami kuretase, endometrium atau luka endometrium merupakan predisposisi terjadinya kelainan implantasi plasenta (Wardana dan Suatu kelemahan dari penelitian hubungan ini, walaupun sebagian besar wanita yang mempunyai s tercatat dalam rekam medik, penelitian ini tidak membedakan antara yang dilakukan kuretase dan yang tidak dilakukan kuretase, sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan antara yang dilakukan kuretase dan yang tidak dilakukan kuretase terhadap kejadian

Analisis multivariat dilakukan dengan uji (Multiple Logistic dengan menggunakan metode enter. Kriteria penilaian dalam pemilihan variabel kai untuk memasukkan variabel bebas ke dalam analisis multivariat dengan memperhitungkan nilai p<0,25. Variabel bebas yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam analisis multivariat yaitu Umur, Jarak Persalinan ngaruh Umur, Jarak Persalinan dan Riwayat Abortus terhadap kejadian Plasenta Previa dapat dilihat pada model akhir dengan analisis regresi logistik ganda.

(5)

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah9

_____________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014

Berdasarkan tabel 4 di atas diperoleh bahwa kejadian plasenta previa dipengaruhi oleh umur sebanyak 3,172 kali, oleh jarak persalinan seba-nyak 3,257 kali dan oleh riwayat abortus sebaseba-nyak 2,251 kali.

Hasil analisis multivariat ini menunjukkan bahwa variabel yang penting setelah dianalisis se-cara bersama-sama sebanyak 1 variabel yang ter-bukti berpengaruh terhadap kejadian plasenta pre-via yaitu Jarak Persalinan dengan p = 0,018 dengan nilai OR = 3,257 artinya ibu bersalin dengan jarak persalinan <2 tahun memiliki risiko 3,257 kali un-tuk terjadi plasenta previa.

PENUTUP a. Simpulan

Jumlah ibu bersalin yang mengalami plasenta previa di RSUP NTB Tahun 2012 adalah sebanyak 101 kasus (3,73%) dari 789 komplikasi persalinan, dan dari 89 ibu yang mengalami komplikasi persalinan yang menjadi sampel, ibu yang mengalami plasenta previa sebanyak 44 kasus (51,1%). Usia ibu yang paling banyak adalah kategori usia berisiko (20-35 tahun) yaitu sebanyak 57 orang (64,0%). Jarak Persalinan ibu yang paling banyak adalah ≥2 tahun yaitu 70 orang (78,7%). Kategori Ibu yang tidak mempunyai Riwayat Abortus paling banyak yaitu 61 orang (68,5%). Ada hubungan yang signifikan antara umur ibu bersalin dengan kejadian plasenta previa di RSU Provinsi NTB Tahun 2012. (p=0,039), tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian plasenta previa di RSU Provinsi NTB Tahun 2012. (p=0,736), ada hubungan yang signifikan antara jarak persalinan ibu dengan kejadian plasenta previa di RSU Provinsi NTB Tahun 2012. (p=0,034), dan ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus ibu dengan kejadian plasenta previa di RSU Provinsi NTB Tahun 2012. (p=0,033). Dengan menggunakan analisis multivariat Regrasi Logistik di dapatkan bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Plasenta Previa adalah Jarak Persalinan.

b. Saran

Masyarakat diharapkan masyarakat dapat mencegah terjadinya plasenta previa dengan melakukan pemantauan kehamilan dengan baik. Misalnya : melakukan ANC standar minimal 4 kali selama hamil, melakukan deteksi dini tanda bahaya kehamilan dengan USG.

DAFTAR PUSTAKA

Ananth, CV et al,. 1997. Association of placenta previa with history of cesarean delivery and abortion. Am J Obstet Gynecol [internet] 177(5):1071-1078. Available from:

http://download.journals.elsevierhealth.c om/ [accessed 16 Maret 2013]

Callahan, TL et al,. 2001. Obstetrics and gynecology 2nd.ed. UnitedKingdom: The Blackwell Science, Ltd.

Conde-Agudelo, A. & Belizan, J.M. (2000) Maternal morbidity and mortality associated with interpregnancy interval: cross sectional study. BMJ [Internet], 321, pp. 1255-1259. Available from: <http://bmj.bmj journals com/subscriptions/subscribe.shtml> [Accessed 7 April 2013].

Cunningham, FG et al,. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21 Vol 1. Jakarta: EGC

Cunningham, FG et al,. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21 Vol 2. Jakarta: EGC

Dinas Kesehatan Povinsi NTB.2010. Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan Masyarakat 2010. Dikes Provinsi NTB. Mataram. Faiz, AS., Ananth CV. 2003. Etiologi and risk

factor for plasenta previa : an overview and meta-analysis of observational studies. [Internet], J Matern Fetal Neonatal Med. Maret 13 (3) pp. 175-90. Available from:<http://www.ncbi.nlm. nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&c md=Re-trieve&dopt= Abstra ...> [Accessed 16 Maret 2013].

(6)

_____________________________________________

Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com Gentahun, D., et al., 2006. Previous caesarean and

risks of placenta previa and placental abruption. [Internet], Obstet Gynecol. April 107 (4) pp. 771-8. Available from:<http://www.ncbi.nlm. nih. gov/entrez/query.

fcgi?db=pubmed&cmd=Re-trieve&dopt= Abstra ...> [Accessed 7 April 2013]. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Survey

Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta. Kumboyo, DA., dkk. 2008. Standar Pelayanan

Medik SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP NTB. Mataram

Manuaba, IDA. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Manuaba, IBG. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

Miller, D, et.al. 2002. Clinical Risk Factors for PP-pacreta. . [Internet], Obstet Gynecol.

210-24. Available

from:<http://www.ncbi.nlm. nih.gov/ [Accessed 7 April 2013].

Morgan, G. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Edisi 2. Jakarta: EGC Notoatmojo, S. 2010. Metodelogi Penenitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rambei, L. 2008. Gambaran Faktor Risiko pada Kasus Plasenta Previa di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2005- Desember 2006. FK Universitas Andalas. Padang [akses 16 Maret 2013]

Register Ruang Bersalin RSUP NTB. Laporan Bulanan Ruang bersalin RSUP NTB. Mataram. 20011-2012

Saifuddin, AB. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP

Santoso, B. 2008. Hubungan antara umur ibu, paritas, jarak kehamilan dan riwayat obstetri dengan terjadinya plasenta previa. FK Universitas Padjadjaran. Bandung [akses 7 April 2013]

Sudigdo, S. 2005. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta : CV Sgung Seto.

Sugiyono. 2007. Statistik Nonparametris untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sukrisno, A. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media.

Sumapraja, S. 2008. Plasenta Previa (dalam Ilmu Kebidanan). Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Surjaningrat, S. 2008. Kematian Maternal (dalam Ilmu Kebidanan). Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tuzovic, L., Djelmis, J., Ilijic, M. (2003) Obstetric risk factor associated with placenta previa development: case-control study. [Internet], Croatian Medical Journal 44 (6) pp 728-733. Available from: <http://www.cmj. hr> [Accessed 7 April 2013).

Utami, R. 2007. Jarak Kelahiran Dan Resiko Kejadian Plasenta Previa di RSUP Dr. Sardjito dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Varney, H. Et al. 2002. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 2. Jakarta : EGC. Wardana, GA., Karkata, MK. 2002. Faktor Risiko

Plasenta Previa. CDK 34: 229-32.

Wiknjosastro, H, dkk. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Gambar

Tabel  2menunjukkan  bahwa
Tabel  3  menunjukkan  bahwa  persentase  kejadian  plasenta  previa  pada  ibu  dengan  riwayat  abortus sebanyak (67,9%) lebih besar dari kejadian  plasenta  previa  pada  ibu  yang  tidak  memiliki  riwayat abortus sebanyak (41,0%)

Referensi

Dokumen terkait

Dari data empirik menyatakan melalui penerapan metode Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi menceritakan kembali isi cerpen

KCI dan mendiskusikan permasalahan tersebut dengan komunitas kereta api Jabodetabek, khalayak sasaran program ini adalah ibu hamil yang rutin dan loyal menggunakan

Dari situ diketahui bahwa Imam Bukhari tidak saja menerapkan kriteria bagi hadis shahih sebagaimana dikehendaki para ulama hadis, lebih dari itu beliau menyeleksi

(1) Data LBBU berupa profil maturitas, batas maksimum pemberian kredit, restrukturisasi kredit, kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko

Menurut Muhammad (2005), prinsip utama yang harus dikembangkan oleh bank syariah dalam kaitanya dengan manajemen dana adalah bahwa bank syariah harus mampu

Namun tidak semua anak yang lahir akan tumbuh menjadi anak berambut gimbal, hanya ada beberapa anak saja yang mendapat keistimewaan tersebut.. Tidak ada

Perbandingan antara model ITU-R dan hasil pengamatan dalam hubungannya dengan waktu terjadinya hujan memperlihatkan bahwa untuk hujan yang terjadi dari jam 00 hingga

saya machfiatul khasanah pada halaman persembahan ini saya akan menyampaikan rasa terimakasih saya dan saya akan mempersembahkan skripsi saya kepada seluruh pihak