BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tindakan Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Luar
Menjaga kesehatan vagina dimulai dari memperhatikan kebersihan
diri.Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis.Udara panas dan cenderung
lembab sering membuat banyak berkeringat.Terutama dibagian tubuh yang
tertutup dan lipatan-lipatan kulit, seperti daerah alat kelamin. Kondisi ini dapat
menyebabkan mikroorganisme jahat terutama jamur mudah berkembang biak,
yang akhirnya bisa menimbulkan infeksi.
Cara memelihara alat reproduksi secara umum adalah :
5. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari
6. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin atau anus dengan
menggunakan air bersih atau kertas pembersih (tisu). Gerakkan cara
membersihkan alat kelamin adalah dari arah vagina kearah anus, untuk
mencegah kotoran anus masuk ke vagina.
7. Tidak menggunakan air yang kotor untuk membersihkan vagina
8. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena bisa
ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal dan tidak
nyaman (Kusriman, 2012).
Ada pula cara pemeliharaan organ reproduksi pada remaja putri antara lain
sebagai berikut :
5. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat
6. Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat (Kusriman, 2012).
Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan.Hal ini
berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, termasuk vagina. Berikut adalah cara
membersihkan organ reproduksi wanita (manuaba, 2006).
9. Secara teratur bersihkan keringat yang ada disekitar alat kelamin dengan air
bersih, lebih baik air hangat, dan gunakan sabun terutama untuk setelah buang
air besar (BAB). Caara membasuh vagina yang benar adalah dari arah depan
(vagina) kebelakang (anus). Jangan terbalik karena bakteri yang ada disekitar
anus bisa membawa ke dalam vagina. Setelah dibersihkan gunakan handuk
bersih atau tissue kering untuk mengeringgkannya.
10.Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan
menggunakan kloset duduk maka siramlah terlebih dahuli untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit menular.
11.Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. vagina
sendiri sudah mempunyai organisme alami untuk mempertahankan
keasamannya. Keseringan menggunakan sabun dapat mematikan bakteri baik
dan memicu berkembang biaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan
infeksi.
12.Jangan sering-sering menggunakan Pantylinier walau dalam keadaan darurat
sekalipun, dan apabila keputihan terlalu banyak cukup mengganti celana
13.Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti
pakaian dalam. Minimal mengganti pakaian dalam dua kali sehari, untuk
menjaga vagina dari kelembaban yang berlebihan.
14.Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun.
Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat sehingga kulit
susah bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan jadi lembab,
mudah berkeringat dan mudah menjadi tempah berkembang biak jamur yang
dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat pemakaian celana
dalam yang tidak bersih.
15.Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor. Dianjurkan
pada waktu haid harus sering mengganti pembalut karena pembalut juga
menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti. Apabila permukaan pembalut
sudah ada segumpal darah meskipun sedikit, sebaiknya segera mengganti
pembalut. Gumpalan darah haid yang ada dipermukaan pembalut menjadi
tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Oleh karena
itu gantilah pembalut setiap kali terasa basah atau sekitar tiga jam sekali.
16.Rambut yang tumbuh disekitar daerah kemaluan dapat diperhatikan
keadaannya. Jangan mencabut-cabut rambut kemaluan, sebab lubang ini bisa
menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan jamur, yang dikhawatirkan dapat
2.3Akibat Tidak Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Luar
4. Flour Albus atau Keputihan
Fluor albusatau keputihan adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina
bukan merupakan darah.Fluor albus adalah nama gejala yang diberikan kepada
cairan yang dikeluarkan dari alat – alat genitalia yang tidak berupa darah.
Fluor albus terbagi atas dua macam, yaitu fluor albus fisiologis (normal) dan
fluor albus patologis (abnormal).
c. Fluor Albus Fisiologis
Fluor albus fisiologis terdiri dari cairan yang kadang – kadang berupa muskus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan fluor
albus patologis banyak mengandung leukosit.
Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormone yang dihasilkan
berbagai organ yakni : hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan adrenal. Estrogen
dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, prolefirasi stroma dan
kelenjar sedangkan progesterone akan mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan
normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah mentruasi, sekitar fase
eksresi antara hari ke 10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan,
stress dan sedang mengkonsumsi obat – obatan hormonal seperti pil KB.
Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan
rasa gatal.
Flour Albus Fisiologi ditandai dengan ciri ; tidak gatal, tidak bau, lendir
berwarna bening, terjadi hanya pada masa subur, terjadi menjelang haid, karena
d. Flour Albus Patologis
Fluor albus patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung
banyak leukosit.Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas
(luka).Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing,
neoplasma jinak, lesi, prakanker dan neoplasma ganas.Kuman penyakit yang
menginfeksi vagina seperti jamur kandidia albikan, parasit tricomonas, E.coli,
staphylococcus, treponema pallium, kondiloma aquminata dan herpes serta luka
didaerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina
dan kelainan serviks.Akibatnya, timbulgejala – gejala yang sangat mengganggu,
seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai
kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tidak sedap, terasa gatal atau
panas dan menimbulkan luka didaerah mulut vagina (Ellya, 2010).
Flour Albus Patologisditandai dengan ciri ; keluar lendir berlebihan disertai
infeksi, gatal dan pedih, vagina kemerahan, lendir berubah warnanya.
5. Iritasi
Iritasi adalah kulit meradang, merah, terasa gatal, panas, perih, dan
bengkak.Hal ini dapat terjadi karena banyaknya keringat yang keluar, terlambat
mandi, gesekan celana yang terlalu ketat, dan garukan kuku.Masalah iritasi juga
dapat terjadi karena orang terobsesi ingin selalu terlihat bersih, sehingga terlalu
banyak menggunakan sarana pembersih organ intim, seperti mencuci dengan air
panas, membilas denga sabun yang terlalu banyak, dan menggunakan kompres
larutan obat yang terlalu pekat. Oleh sebab itu kulit organ intim lebih tipis dan
dan tidak boleh kasar. Rambut organ intim yang terlalu lebat dapat menjadi
sumber iritasi saat menggunakan sabun (Dwikarya, 2004).
Pada saat terjadi radang kulit, tindakan menggosok organ intim merupakan
sumber iritasi.
6. Infeksi
Penyebab infeksi ada 5 yaitu, jamur, bakteri, Chlamydia, protozoa, dan virus.
c. Infeksi jamur
Yang menyerang kulit organ intim ada dua golongan, yaitu jamur dermofita
dan jamur candidia albicans.
d. Infeksi bakteri
Bakteri adalah tumbuhan yang berukuran mikro yang mempunyai berbagai
bentuk, yakni basil berbentuk batang, kokus berbentuk bulat, dan spirochaeta
berbentuk spiral.Ketiganya dapat ditemukan pada kelainan organ intim yang
bermasalah.Namun, gejala penyakit dan tempat yang terserang
benda.Contohnya bakteri gerderenella bakteri jenis ini juga dapat berubah
bentuk sehinnga disebut kokobasil.
2.3 Manfaat Perawatan Alat Reproduksi luar.
Manfaat perawatan alat reproduksi eksternal yaitu :
4. Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan
memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik
merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi.
5. Menurut Siswono (2011), perawatan vagina memiliki beberapa manfaat,
d. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman
e. Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal
f. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5 – 4,5)
6. Tujuan Perawatan Alat Reproduksi Eksternal
f. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.
g. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva
di luar vagina.
h. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu
3,5sampai 4,5.
i. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.
j. Mencegah munculnya keputihan dan virus (Siswono, 2011).
2.4 Efek Perawatan Yang Salah Pada Alat Reproduksi Eksternal
Syarif (2007) mengatakan bahwa efek samping dari kesalahan dalam
merawat alat reproduksi eksternal, yaitu :
3. Jika ada pembersih / sabun berbahan daun sirih digunakan dalam waktu lama,
akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.
4. Produk pembersih wanita yang mengandung bahan povidoneiodine
mempunyai efek samping dermatitis kontak sampai reaksi alergi yang berat.
2.5 Anatomi Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita merupakan suatu bagian sistem tubuh yang
memiliki bentuk dan fungsi yang unik dan berbeda dengan sistem-sistem tubuh
lainnya. Dimana tujuan utama dari sistem reproduksi wanita adalah menghasilkan
Organ reproduksi wanita dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu organ
reproduksi bagian luar (eksterna), dan oergan reproduksi bagian dalam (interna).
3. Organ reproduksi bagian luar (Ellya, 2010)
h. Mons veneris yaitu bagian yang menonjol didepan simfisis, terdiri dari
jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat.
i. Labia mayora (bibir besar) merupakan bagian lanjutan dari mons veneris
yang berbentuk lonjong. Kedua bibir ini akan bertemu dan membentuk
perineum.
j. Labia minora (bibir kecil) yaitu lipatan bagian dalam bibir besar tanpa
rambut. Bibir ini mengelilingi orifisium vagina.
k. Klitoris terletak dibawah prepusium klitoridis dan diatas orifisium
uretralis.
l. Vestibulum, dibatasi oleh bibir kecil bagian atas klitoris.
m. Hymen (selaput darah), jaringan yang menutupi lubang vagina.
n. Kelenjar bartolin dan skene.
4. Organ reproduksi bagian dalam (Ellya, 2010)
f. Vagina (liang senggama) terletak antara kandung kemih dan rectum.
g. Uterus (rahim), berbentuk seperti buah alpukat, terletak dalam rongga
panggul kecil diantara kandung kemih dan anus.
h. Tuba fallopii adalah tubule-muskuler yang panjang sekitar 12 cm dengan
diameternya 3-8 mm.
i. Ovarium terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri. Ovarium mengarah pada
j. Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara kedua lambar
ligamentum.
Gambar 2.1 Organ Reproduksi Interna
Gambar 2.2 Organ Reproduksi Eksterna
2.6 Fisiologis Organ Reproduksi Wanita
Pada saat puberitas sekitar usia 13-16 tahun, dimulai pada pertumbuhan
folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Pengeluaran
pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak dan pengeluaran darah
menstruasi pertama yang disebut menarche (Ellya, 2010).
Selanjutnya menarche diikuti menstruasi yang sering tidak teratur karena
folikel de graaf belum melepaskan ovum disebut ovulasi. Pada usia 17-18 tahun
menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari. Sejak saat itu wanita mulai
memasuki masa reproduksi aktif sampai mencapai usia 45 tahun dan mati haid
sekitar pada umur 55 tahun (Ellya, 2010).
2.7 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Remaja Putri
Dalam Menjaga Organ Reproduksi Bagian Luar
2.7.1 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah proses seseorang menjadi “tahu” terhadap suatu objek
setelah melalui penginderaan yang dimilikinya seperti telinga, mata, hidung, raba
dan lain sebagainya. Selama proses penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat diperlukan suatu identitas perhatian dan persepsi
terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian Salmah (2012) di SMA Negeri 2 Ambon diketahui bahwa
dari 162 responden yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 84
responden (51,9%) dan responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 78
responden (48,1%). Dari hasil penelitian Juliana (2013) di SMA Negeri 3 Manado
diketahui bahwa sebanyak 38 responden (23,1%) berpengetahuan kurang dengan
tindakan menjaga kebersihan genetalia eksterna yang tidak baik, dan responden
dengan pengetahuan baik sebanyak 126 orang (76,9%) mempunyai pengetahuan
2.8.2 Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus
atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator
untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo,
2007).
Menurut Notoatmodjo sikap itu tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial.Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesepian atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan merupakan
reaksi predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.Sikap
merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu
kepada suatu penghayatan terhadap objek.
Hasil penelitian Salmah (2012) di SMA Negeri 2 Ambon diketahui bahwa
dari 162 responden yang memiliki sikap baik sebanyak 102 responden (63%), dan
responden dengan sikap kurang baik sebanyak 60 responden (37%). Dari hasil
bahwa responden yang memiliki sikap baik dengan tindakan menjaga kebersihan
genetalia eksterna sebanyak 114 orang (69,5%) dan responden yang memiliki
sikap kurang baik dengan tindakan menjaga kebersihan genetalia eksterna
sebanyak 50 responden (30,5%).
2.8.3 Informasi Dari Orangtua
Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan
emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak. Sebaliknya,
orang tua yang sering bertengkar dapat menghambat komunikasi dalam keluarga
dan anak akan “melarikan diri” dari keluarga. Pendidikan moral dalam keluarga
adalah upaya menanamkan nilai-nilai atau budi pekerti yang baik kepada anak
dirumah (Depkes, 2010).
Sebagian besar remaja
mnganggaporangtuaadalahorangyangpentingbagi merekakarena nilai-nilaiyangdi
tanamkan oleh orangtua mereka dapat mempengaruhipengetahuanremaja
karenapengetahuanyangtidak sesuaidengantugas
perkembanganremajapadaumumnyajuga dapat dipengaruhioleh orangtua.Jadi
bilaorangtua mampu memberikan pemahaman mengenai pengetahuan
kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya,maka anak-anaknya cenderung
menjaga kebersihan organ reproduksi yang baik
dandapatberpengaruhpadatindakan yang baik pula.
Kesulitanyangtimbuladalahapabilapengetahuanorang tuakurangmemadai
menyebabkansikapkurangterbukadancenderung
kepada anak.Akibatnyaanakmendapatkaninformasi kesehatanyangkurang baik.
Dari hasi penelitian Fitriyanti (2012) di SMAN 1 Kawangkoan diketahui
bahwa dari 50 responden yang mendapatkan informasi tentang tindakan menjaga
kebersihan genetalia eksterna dari orangtua sebesar 10 responden (20%).
Sedangkan dari penelitian Juliana (2013) di SMA Negeri 3 Manado responden
yang mendapatkan informasi kebersihan genitalia eksterna hanya (4,3%)
responden yang mendapatkan informasi menjaga kebersihan genetalia eksterna
melalui orangtua.
2.8.4 Informasi Dari Teman sebaya
Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan konsep dirinya.
Disini ia akan dinilai oleh teman sebayanya, kelompok sebaya dapat
memberikan dampak pada lingkungannya, yaitu dunia tempat remaja melakukan
asosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang
dewasa, melainkan oleh teman seusianya. Inilah letak bahayanya bagi
perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok
sebaya adalah nilai yang negatif.Akan lebih bahaya apabila kelompok sebaya ini
cenderung tertutup, dimana setiap anggota tidak terlepas dari kelompoknya dan
harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok. Sikap,
pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup
kelompoknya (Depkes, 2010).
Teman sebaya juga merupakanorang yangpenting
karenapadasaatmenginjakusiaremajabiasanya cenderungingin membuktikandiri
merasa nyaman jika berada bersama teman-temannyamaka takheranbilaremaja
mempunyai kecenderunganuntukmengadopsiinformasiyangditerima oleh teman-
temannya,tanpa memilikidasarinformasiyangsignifikandarisumber yanglebih
dapatdipercaya.Informasi dari teman-temannya tersebut,
dalamhalinitakjarangmenimbulkan rasapenasaranyangmembentuk
serangkaianpertanyaandalamdiri remaja.
Dari hasi penelitian Fitriyanti (2012) di SMAN 1 Kawangkoan diketahui
bahwa dari 50 responden yang mendapatkan informasi tentang tindakan menjaga
kebersihan genetalia eksterna dari teman sebaya sebesar 10 responden (20%).
Sedangkan dari penelitian Juliana (2013) di SMA Negeri 3 Manado responden
yang mendapatkan informasi kebersihan genitalia eksterna hanya (3,0%)
responden yang mendapatkan informasi menjaga kebersihan genetalia eksterna
melalui teman sebayanya.
2.8.5 Informasi Dari Media Massa
Abad ini adalah abad informasi, yang ditandai oleh kemajuan yang pesat
dibidang teknologi informasi.Selain membawa kegembiraan yang menyenangkan
serta wawasan yang lebih luas.Kemajuan media elektronik yang sedang melanda
saat ini membuat remaja menyerbu VCD dan internet yang dipenuhi dengan
tayangan dan berita yang kurang mendidik. Bagi remaja media massa
dimanfaatkan sebagai pengisi waktu luang untuk lebih banyak meresapi nilai
kehidupan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang ada. Dikhawatirkan nilai yang
diserap itu akan mempengaruhi perilaku dan gaya hidupnya sehari-hari (Depkes,
Seharusnya media massa dapat dimanfaatkan sebagai suatu alatuntuk
mendapatkan informasi kesehatan terutama kesehatan reproduksi yang didapat
dari internet karenainternetmerupakan media
yangmenyediakaninformasisecarabebas tanpabataswalaupun
informasiadayangpositifdannegatif.Banyaksitus-situs yang mengungkapsecara
fulgar(bebas)kehidupanseksatau gambar- gambaryangbelum
sesuaiuntukremajayangadapat memberikan dampak kurangbaikbagi mereka
karenapada saatusiaremajaterjadi perubahan psikologisyang mengakibatkan
perubahan sikap dan tingkahlaku
sepertimulaimemperhatikanpenampilandiri,mulaitertarik
denganlawanjenis,berusahamenarikperhatian danmunculperasaan
cintayangkemudianakantimbuldoronganseksual.Pada masa remaja
cenderungmemiliki tingkatseksualyangtinggisehubungandengan mulai
matangnyahormonseksual danorgan-organ reproduksi.
Berdasarkan hasil penelitian Fitrianti (2012) di SMAN 1 Kawangkoan
diketahui bahwa dari 50 respsonden yang memperoleh informasi tentang
kebersihan genetalia eksterna berdasarkan sumber informasi melalui media cetak
sebanyak 13 responden (26%), berdasarkan sumber infomasi melalui media
elektronik sebanyak 9 responden (18%), dan sebanyak 20 responden (40%)
mendapatkan informasi melalui sekolah, dan sebanyak 8 responden (16%)
remaja mendapatkan informasi tentang tindakan kebersihan genetalia eksterna
2.9 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independent Variabel Dependent
1.Pengetahuan
2.Sikap
3.Informasi dari Orangtua
4.Informasi dari Teman sebaya
5.Informasi dari Media massa
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Remaja Putri Dalam Menjaga Kebersian Organ Reproduksi Luar.
2.10 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan kebersihan organ
reproduksi luar.
2. Ada hubunganantara sikapdengan tindakan kebersihan organ reproduksi luar.
3. Ada hubungan antara informasi dari orangtua dengan tindakan kebersihan
organ reproduksi luar.
4. Ada hubungan antara informasi dariteman sebaya dengan tindakan
kebersihanorgan reproduksi luar.
5. Ada hubunganantara informasi darimedia massa dengan tindakan kebersihan
organ reproduksi luar.
Tindakan kebersihan organ