• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Singkat dan Kerangka Konseptual Akuntansi Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Singkat dan Kerangka Konseptual Akuntansi Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN DSAK DAN PSAK

Profesi akuntan di Indonesia terhimpun dalam Ikatan Akuntan Indonesia yang berdiri pada 23 Desember 1957. Dewan standar Akuntansi merupakan salah satu lembaga di bawah Ikatan Akuntan Indonesia yang bertugas menyusun dan menetapkan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan.

Kebutuhan standar akuntansi keuangan dirasakan perlu sejak diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1973. Pada tahun tersebut dibentuk Panitia Penghimpun Bahan-Bahan dan Struktur dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) Generally Accepted Auditing Standard (GAAS). Panitia tersebut menghasilkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Keduanya merujuk pada US-GAAP dan US-GAAS.

Selama hampir sembilan tahun, PAI tidak mengalami perkembangan, perubahan, maupun penambahan dari standar yang dibuat, padahal rujukan utamanya mengalami perubahan yang pesat. Berdasarkan ketentuan yang ada saat itu, pengesahan dan penetapan PAI adalah Kongre IAI yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Pada periode tersebut Kongres IAI tidak pernah dilaksanakan.

Perubahan bisnis dan perkembangan standar akuntansi yang terjadi di AS, mendorong dilakukannya revisi PAI sehingga lahir PAI 1983. Devaluasi mata uang rupiah yang terjadi pada tahun 1978, 1983, dan 1986 memberikan dampak kerugian entitas yang memiliki banyak kewajiban dalam mata uang asing. Komite PAI menerbitkan Interpretasi PAI Nomor 1 untuk menjelaskan jalan keluar pelaporan dampak eksposur valas sebagai akibat devaluasi di laporan keuangan.

Sejak 1984, Komite PAI mengembangkan beberapa standar akuntansi untuk industri dan badan hukum tertentu untuk memenuhi kebutuhan industri spesifik. Beberapa standar yang dikeluarkan di antaranya PSAK Akuntansi Dana Pensiun, PSAK Akuntansi Perkoperasian, PSAK Akuntansi Asuransi Kerugian, PSAK Akuntansi Minyak dan Gas Bumi, PSAK Akuntansi Sewa Guna Usaha, dan PSAK Perbankan.

(2)

akan mengubah acuan US-Standard ke IAS. Pilihan yang dilakukan adalah mengubah acuan menjadi IAS. Pertimbangan perubahan tersebut di antaranya hukum Indonesia berbeda dengan AS sehingga FASB tidak selalu cocok dengan keadaan di Indonesia. Globalisasi telah mendorong standar akuntansi keuangan negara ke arah harmonisasi dengan IAS.

Pada tahun 1944, Komite PAI membentuk tim kerja untuk melakukan revisi standar akuntansi dengan dana dari Bank Dunia. Tahun 1944 diterbitkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Perubahan prinsip menjadi standar berdasarkan pertimbangan, prinsip bersifat baku, dan memberikan konsep dasar penyusunan standar, sedangkan standar lebih fleksibel dan dapat berubah sesuai dengan dinamika bisnis dan kebutuhan zaman.penggunaan “Indonesia” menyesatkan karena akuntansi sebagai sistem menyangkut semua bidang, padahal standar tersebut hanya mengatur tentang akuntansi keuangan. Dalam perkembangan global hampir tidak ada yang mempersempit standar akuntansi dengan menyebut nama negaranya.

Kongres IAI ke-VII di Bandung pada Oktober 1994 mengesahkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dan 35 PSAK. Terbukti perubahan total PAI ke SAK tahun 1994 adalah keputusan yang benar dan merupakan langkah besar dan peristiwa penting (millestone) bagi pengembangan standar pelaporan dan akuntansi keuangan (Kartikahadi, 2010).

Selama kurun waktu 1994-1998, nama Komite PAI diubah menjadi Komite SAK dan terakhir pada tahun 1998 berubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Selama kurun waktu 1994-2008 dikeluarkan standar dan revisi terhadap standar yang ada untuk disesuaikan dengan praktik bisnis dan perkembangan standar secara internasional. Hanya dalam proses pengembangan tersebut DSAK tidak secara konsisten berpegang pada tonggak yang telah dicanangkan pada 1994. Beberapa standar yang dikeluarkan tidak merujuk pada IAS namun merujuk pada US-GAAP dan disesuaikan dengan regulasi nasional. Beberapa standar industri dikeluarkan untuk mengakomodasi kebutuhan spesifik industri, padahal standar industri tidak dijumpai dalam IAS.

(3)

Perkembangan bisnis global mendorong informasi keuangan diperlukan tidak hanya masyarakat lokal tetapi juga masyarakat global. Pasar modal beroperasi melintasi batas negara, entitas beroperasi di berbagai negara dan wilayah regional. Pengguna laporan keuangan memiliki kebutuhan membandingkan laporan keuangan antar-entitas yang beroperasi antarnegara. Entitas multinasional mempunyai kebutuhan mengonsolidasikan dan menggabungkan laporan keuangan entitas yang beroperasi di negara yang berbeda. Kebutuhan standar akuntansi global yang berkualitas menjadi kebutuhan global.

Selain DSAK, Ikatan Akuntansi Indonesia membentuk Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Dewan ini bertugas memberikan arahan kepada DSAK mengenai standar apa yang akan dikembangkan. Setelah berbentuk DSAK, proses penetapkan standar tidak lagi melalui kongres IAI, namun standar dapat diterbitkan langsung oleh DSAK seperti dalam prosedur due process.

DSAK dalam menyusun standar mengikuti prosedur baku yang disebut due process. Proses tersebut meliputi tahapan berikut.

7. Peluncuran draf sebagai exposure draft (ED) dan pengedarannya. 8. Public hearing.

9. Pembahasan tanggapan atas ED dari masukan public hearing. 10.Final checking.

11. Persetujuan/pengesahan ED PSAK menjadi PSAK. 12. Sosialisasi standar.

(4)

bank isi maupun redaksional. Draf dibahas dalam sidang pleno DSAK dan jika tidak ada masalah draf tersebut kemudian disahkan sebagai exposure draft PSAK (ED PSAK).

ED PSAK dicetak, dipublikasikan melalui situs Web, serta dikirimkan kepada para pemangku kepentingan untuk mendapatkan masukan dan saran. ED PSAK, selain berisikan PSAK, juga dilengkapi pengantar yang berisikan masalah-masalah yang dimintakan pendapat dan tabel perbandingan standar baru dan standar lama untuk PSAK revisi. DSAK melakukan dengar pendapat (public hearing) dengan mengundang pengguna standar untuk memaparkan isi standar baru, potensi masalah, dan permintaan pemberian pendapat baik terkait standar secara keseluruhan maupun bagian tertentu dalam standar yang membutuhkan masukandari pengguna sebelum diterbitkan. DSAK memberikan waktu cukup bagi pengguna untuk memberikan masukan baik pada saat public hearing, melalui e-mail, surat maupun berdiskusi secara langsung. Semua masukan dari publik kemudian dibahas untuk digunakan dalam menyempurnakan standar. Tidak semua masukan diterima, namun DSAK memiliki pertimbangan mengapa masukan diterima atau tidak diterima. Tim kecil kemudian melakukan kompilasi akhir standar berdasarkan hasil pembahasan masukan public hearing dan masukan dari ED yang telah dipublikasikan. DSAK melakukan pengecekan akhir sebelum diplenokan untuk ditetapkan menjadi standar.

Penetapan standar dilakukan oleh DSAK melalui sebuah Rapat Pleno Dewan. Standar yang telah ditetapkan kemudian dicetak dan dipublikasikan oleh IAI. Standar ini kemudian disosialisasikan dalam bentuk seminar, pelatihan dan workshop. IAI membentuk tim implementasi IFRS yang tugasnya antara lain melakukan sosialisasi standar yang telah ditetapkan.

Konvergensi ke IAS/IFRS tidak mungkin dapat ditolak lagi. Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 2008 mengeluarkan keputusan untuk melakukan konvergensi dengan IFRS yang akan diberlakukan secara efektif pada tahun 2012. Mulai tahun 2007, DSAK melakukan proses konvergensi semua standar dengan IFRS. Pengembangan standar pada tahap ini hampir sama seperti yang terjadi pada tahun 1994, yaitu kembali pada IFRS.

(5)

1. Merevisi standar akuntansi yang telah ada untuk disesuaikan dengan pengaturan sesuai IFRS terbaru. Dalam proses revisi ini, nomor standar tidak berubah namun judul standar ada beberapa yang berubah untuk disesuaikan dengan nama IFRS. Contoh: PSAK 16 Aktiva Tetap direvisi menjadi PSAK 16 Aset Tetap (revisi 2007), PSAK 22 Penggabungan Usaha direvisi menjadi PSAK 22 Kombinasi Usaha (revisi 2009), PSAK 4 Laporan Konsolidasi direvisi menjadi PSAK 4 Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Tersendiri (revisi 2009).

2. Menambahkan standar baru yang sebelumnya diatur dalam PSAK. Standar baru yang diterbitkan ini ada yang menggunakan nomor baru namun ada juga yang menggunakan nomor PSAK lain sejenis. Untuk itu harus hati-hati dalam melihat standar, karena tahun revisi akan memengaruhi isi dalam standar tersebut.

Contoh: PSAK 13 Investasi diubah menjadi PSAK Properti Investasi, kedua standar tersebut sangat berbeda. PSAK 50 Akuntansi Efek (revisi 1999) direvisi menjadi PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan (revisi 2006), kemudian diganti lagi dengan PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian (revisi 2010).

3. Mencabut PSAK yang tidak ada standarnya dalam IFRS. Pencabutan PSAK tersebut dilakukan dengan menerbitkan PSAK baru yang otomatis menghapuskan PSAK lama atau dengan meneribitkan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK).

Contoh: PSAK 9 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek tidak berlaku setelah diberlakukan PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (revisi 2009). PSAK 17 Penyusutan tidak berlaku setelah diterbitkan PSAK 16 Aset Tetap (revisi 2007).

PPSAK 1 berisikan pencabutan PSAK 32 Akuntansi Kehutanan, PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan PSAK 37 Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol.

(6)

Pada tahun 2013-2014 Dewan Standar Akuntansi kembali mengeluarkan 4 (empat) standar baru, merevisi 9 (sembilan) standar dan mengeluarkan 3 (tiga) interpretasi. Revisi dan tambahan standar baru tersebut akan merubah berdampak pada laporan keuangan tahun 2015 karena sebagian besar standar tersebut efektif pada 1 Januari 2015. Adopsi tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan IFRS yang telah dikeluarkan dari 2010-2013. Namun, adopsi dan revisi yang dilakukan oleh DSAK tidak akan berhenti, karena IFRS telah mengeluarkan beberapa standar baru di tahun 2014, seperti terlihat dalam tabel Adopsi PSAK dengan berbasis IFRS membawa konsekuensi terjadinya dinamika perubahan standar, yang tentunya akan diikuti dengan perubahan penerapan dalam penyusunan laporan keuangan entitas.

KERANGKA DASAR PENYAJIAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Kerangka dasar penyajian dan penyusunan laporan keuangan, yang sering disebut juga sebagai kerangka konseptual, merupakan konsep-konsep yang menjadi dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum. Kerangka konseptual digunakan sebagai pedoman penyusun standar dalam mengembangkan standar di masa mendatang dan sebagai pedoman dalam menyelesaikan permasalahan akuntansi yang belum diatur dalam standar yang telah ada.

Penerapan standar oleh manajemen harus menggunakan pertimbangan profesional dalam menentukan kebijakan akuntansi sehingga menghasilkan informasi yang relevan dan andal. Dalam menggunakan pertimbangan profesional, manajemen mempertimbangkan definisi, kriteria pengakuan, serta konsep pengukuran untuk aset, liabilitas, pendapatan, dan beban dalam kerangka konseptual.

Kerangka konseptual ditujukan untuk:

1. Penyusun standar akuntansi keuangan dalam melaksanakan tugasnya;

2. Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;

3. Auditor dalam memberikan pendapat menganai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku;

4. Para pemakai dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

(7)

IFRS cukup berbeda dengan kerangka konseptula versi US-GAAP. Saat ini IASB dan FASB sedang merumuskan satu kerangka konseptual yang berlaku secara internasional.

Kerangka kaonseptual bukan merupakan standar akuntansi keuangan. Dalam hal terjadi pertentangan antara ketentuan standar akuntansi keuangan dengan ketentuan dalam kerangka konseptual, maka ketentuan dalam standar akuntansi keuangan diunggulkan. Penyusunan standar menggunakan kerangka konseptual ini sebagai acuan sehingga diharapkan konflik antara standar dan kerangka konseptual akan berkurang dengan berlalunya waktu. Sebagai contoh, kerangka koseptual menggunakan konsep harga perolehan dalam mencatat nilai aset, namun dalam PSAK 19 Aset Tak berwujud menyatakan bahwa pengakuan nilai aset tak berwujud dari kegiatan pengembangan internal dilakukan setelah memenuhi kriteria tertentu. Berdasarkan konsep tersebut biaya-biaya yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya tidak dikapitalisasi sehingga nilai aset tak berwujud mencerminkan substansi ekonomi nilai perolehan dari aset tak berwujud tersebut.

Kerangka konseptual menurut PSAK terdiri atas:

1. Pengguna laporan keuangan; 2. Tujuan laporan keuangan; 3. Asumsi dasar;

4. Karakteristik kualitatif;

5. Konsep pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan; 6. Konsep pemeliharaan modal.

Kerangka konseptual menjadi dasar penyusunan laporan keuangan untuk tujuan umu (general purpose financial statement), termasuk laporan keuangan konsolidasian. Laporan keuangan disusun sekurang-kurangnya satu tahun sekali. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dalam suatu entitas. Kerangka konseptual ini berlaku untuk semua jenis entitas komersial baik sektor publik maupun sektor swasta kecuali instansi pemerintahan yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan ETAP mengacu pada SAK ETAP.

(8)

memperhatikan konsep materialitas. Untuk dapat memiliki kualitas keandalan, informasi harus bebas dari bias(netralis) dengan pertimbangan yang sehat, memperhatikan kelengkapan, serta penyajian yang wajar dengan berpegang pada konsep substansi mengungguli bentuk. Untuk dapat dipahami, laporan harus dapat dibandingkan dengan menjaga prinsip konsistensi dan pengungkapan. Dalam menyajikan laporan keuangan yang relevan dan andal, penyusun laporan harus memperhatikan faktor tepat waktu, keseimbangan antara biaya dan manfaat, serta keseimbangan antara karakteristik kualitatif.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Namun justu hal ini membuat IFRS menyuburkan manipulasi laporan keuangan, terutama kebebasan manjer untuk melakukan manajemen laba bila dibandingkan dengan standar

sesudah adopsi IAS/IFRS dalam PSAK instrumen keuangan pada perusahaan. perbankan yang terdaftar di BEI

Hasil Uji Hipotesis adalah tidak terdapat penurunan yang signifikan pada manajemen laba di tingkat segmen sesudah adopsi IFRS 8 menjadi PSAK Nomor 5 (Revisi 2009) pada

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi perusahaan mengenai dampak adopsi IFRS dalam standar akuntansi keuangan dalam hal mempengaruhi

sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat menghasilkan

Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa (1) penerapan standar baru berbasis IFRS telah meningkatkan risiko pasar yang dihadapi oleh perusahaan yang terdaftar dan dengan

Dilihat berdasarkan indikator juga menunjukkan bahwa kualitas pekerjaan sesuai dengan standar dan tidak memerlukan revisi dan perbaikan karyawan dalam bekerja

Pihak lain yang sependapat juga mendukung dengan mengatakan bahwa Adopsi IFRS dapat memperkuat integrasi dan daya saing pasar modalnya terutama bagi negara