BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Pendekatan Penelitian
Di dalam penelitian ini peneliti akan meneliti masalah sikap permisif
masyarakat terhadap perilaku menyimpang berupa praktik prostitusi, khususnya di
Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Oleh
karena itu, peneliti memilih untuk menggunakan pendekatan kualitatif untuk
memperoleh gambaran yang alamiah sesuai dengan kondisi dan keadaan yang ada
pada objek dan lokasi penelitian. Sebagaimana yang diutarakan Sugiyono (2014, hlm. 14) “metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); ...”
Penelitian kualitatif pun dilakukan pada objek yang alamiah pula, sebagaimana
dijelaskan kembali Sugiyono (2014, hlm. 15) “objek yang alamiah adalah objek
yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika objek tersebut.” Dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti dapat melihat serta terlibat langsung
dalam mengetahui latar belakang masyarakat bersifat permisif terhadap praktik
prostitusi di lingkungannya. Mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi di Stasiun
barat RW 02 Kecamatan Andir dengan alami tanpa adanya setting sebelumnya.
Selain itu, pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami fenomena sosial
mengenai sikap permisif masyarakat yang muncul karena gaya hidup modern
melalui gambaran yang menyeluruh. Sehingga peneliti dapat memperoleh hasil
mengenai sikap permisif masyarakat dari runtutan proses yang di dalamnya
melibatkan peneliti untuk berinteraksi langsung dengan subjek serta stakeholder.
Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dianggap dapat
memberikan kesempatan yang lebih untuk peneliti melakukan interaksi dan
memahami lebih dalam mengenai masalah sosial tersebut. Memahami makna
yang terdapat dalam masalah sosial atau masalah individu, sebagaimana penelitian
kualitatif menurut Creswell (2012, hlm. 256) mengemukakan bahwa:
yang sudah muncul, yakni dengan mengumpulkan data menurut setting partisipan; menganalisis data secara induktif, mengolah data dari yang spesifik menjadi tema umum, dan membuat penafsiran mengenai makna dibalik data. Report yang berhasil ditulis memiliki struktur penelitian yang fleksibel.
Berdasarkan metodologi penelitian kualitatif Moleong (2007, hlm.6) menyatakan
bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sifat kualitatif yang ada dalam penelitian ini mengharuskan peneliti menjadi
instrumen utamanya untuk terjun langsung ke lapangan dalam rangka mencari
data atau informasi melalui observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini,
peneliti lebih menggunakan pendekatan hubungan akrab antar manusia. Hal ini
berarti selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak mengadakan
hubungan dengan orang-orang di tempat penelitian.
Peneliti dapat memaknai bahwa penelitian kualitatif digunakan untuk
memperoleh gambaran dan mengambil makna dari suatu fenomena, masalah
sosial, dan kondisi yang dialami oleh subjek penelitian baik individu maupun
kelompok, dengan melibatkan peneliti sebagai instrumen penelitian,
menggunakan berbagai metode yang alamiah serta hasilnya dituangkan dalam
bentuk deskripsi. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini didasari dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu
permisivisme masyarakat jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir terhadap
praktik prostitusi memerlukan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan
konseptual yang nantinya dapat di deskripsikan secara sistematis terhadap
masalah yang sedang dikaji oleh peneliti, karena masalah tersebut berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung alamiah dan kondisi di masa
sekarang tidak dapat diukur dengan perhitungan statistik, tetapi jauh dari itu setiap
perilaku manusia tentunya memiliki makna dan faktor yang melatarbelakanginya.
dikatakan Merriam (Creswell, 1994, hlm. 145) pun menjadi alasan bagi peneliti.
Asumsi-asumsi tersebut ialah sebagai berikut:
a. Penelitian kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses dari pada hasil atau produk;
b. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, yaitu bagaimana orang berusaha memahami kehidupan, pengalaman, dan struktur lingkungan mereka; c. Peneliti kualitatif merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan
analisis data. Data diperoleh melalui instrumen manusia daripada melalui inventarisasi (inventories), kuisioner, ataupun melalui mesin;
d. Penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan fieldwork. Artinya, peneliti secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar (setting), tempat, atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya; e. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada
proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar-gambar;
f. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dalam arti peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori.
Penelitian kualitatif pun memiliki karakteristik, seperti yang dijelasakan Bogdan
dan Biklen (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 21) sebagai berikut:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekannkan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.
Asumsi dan karakteristik penelitian kualitatif mengenai ketertarikan pada makna,
peneliti sebagai instrumen penelitian, dilakukan pada kondisi alamiah, serta
keterlibatan penulis secara langsung dalam memperoleh jawaban atas masalah
yang peneliti angkat menjadikan peneliti semakin tertarik dalam menggunakan
pendekatan kualitatif, dan di dukung oleh penuangan hasil penelitian yang
dituangkan dalam bentuk deskriptif. Oleh karena itu, semakin menguatkan
peneliti untuk menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian mengenai
permisivisme masyarakat terhadap praktik prostitusi. Penelitian yang bertujuan
untuk memperoleh suatu data yang valid (sesuai dengan apa yang terjadi di
lapangan) berupa kata-kata dan gambar tentang suatu fenomena sosial di Stasiun
sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan, selanjutnya dideskripsikan
berupa kata-kata tertulis sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi
kasus. Hal tersebut dikarenakan, metode studi kasus merupakan metode yang
meneliti suatu kasus yang terjadi serta akan memperoleh gambaran kasus secara
detail. Kasus yang diangkat dalam penelitian ini mengenai sikap permisif
masyarakat terhadap praktik prostitusi di jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan
Andir.
Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai pemisivisme masyarakat
terhadap praktik prostitusi ini peneliti menggunakan metode studi kasus karena
hal tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan di tempat lain. Selain itu,
peneliti ingin memperoleh gambaran yang detail mengenai permisivisme
masyarakat terhadap praktik prostitusi. Baik itu pandangan masyarakat terhadap
keberadaan praktik prostitusi, faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat
cenderung permisif, serta dampak yang terjadi karena sikap permisif masyarakat
bagi praktik prostitusi maupun masyarakat sendiri.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai keadaan masyarakat yang
permisif terhadap keberadaan praktik prostitusi di lingkungannya, nantinya
dituangkan dalam bentuk deskripsi yakni tertulis sesuai dengan aturan yang
ditetapkan. Menurut Lincoln dan Guba (1985, hlm. 201) penggunaan studi kasus
sebagai suatu metode penelitian kualitatif memliki beberapa keuntungan, yaitu:
a. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti. b. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan
apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.
c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden.
d. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.
Berdasarkan uraian keuntungan yang dikemukakan tersebut, sudah barang tentu
membuat peneliti semakin yakin untuk menggunakan studi kasus dalam
melakukan penelitian di lapangan. Guna dapat memahami secara mendalam
mengenai kasus yang ada di lapangan secara alamiah. Pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus cocok diterapkan dalam penelitian ini. Sebab peneliti
suatu fenomena sosial. Banyak makna yang terkandung di dalam suatu fenomena
sosial yang tidak bisa dipahami hanya dengan menghitung data secara statistik.
Oleh karena itu peneliti harus terlibat langsung dalam mendengarkan apa yang
diucapkan dan dilakukan oleh subjek/informan penelitian secara intensif. Dengan
demikian, peneliti akan dapat menemukan makna-makna dibalik sikap permisif
masyarakat terhadap keberadaan praktik prostitusi di Stasiun barat RW 02
Kecamatan Andir. Yang kemudian peneliti analisis sesuai dengan
langkah-langkah yang telah ditentukan, kemudian digambarkan berupa uraian deskriptif
sesuai dengan kenyataan di lapangan secara merinci.
3.2. Informan, Sampel, dan Lokasi
3.2.1.Informan (Nara Sumber)
Amirin (2009), mengemukakan bahwa informan penelitian adalah “seseorang yang memiliki informasi mengenai objek yang sedang diteliti, dan dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut”. Di dalam penelitian ini terdapat dua jenis informan, yaitu informan kunci dan informan pendukung. Pihak
yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu masyarakat Stasiun barat
RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung, yang diambil berdasarkan batas lokasi
jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir. Informan ini, selain sebagai nara
sumber, juga sebagai subjek penelitian. Masyarakat jalan Stasiun barat RW 02
Kecamatan Andir tersebut cenderung tampak permisif dengan adanya praktik
prostitusi di depan tempat tinggalnya. Kemudian pihak yang menjadi informan
pendukung dalam penelitian ini yaitu pelaku prostitusi, masyarakat temporer dan
tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh di lingkungannya. Informan
pendukung ini adalah pihak yang sehari-harinya berinteraksi dengan subjek
penelitian. Peneliti menetapkan mereka sebagai informan pendukung dengan
alasan, peneliti ingin mengetahui pandangan-pandangan informan pendukung
untuk memperoleh informasi lebih dalam yang peneliti butuhkan untuk menjawab
3.2.2.Sampel
Sampel dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi
yang maksimal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive sampling adalah teknik pengambilan data dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. “pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan…” (Sugiyono, 2014, hlm. 300). Dengan menggunakan teknik purposive sampling akan
membatasi peneliti dalam memilih sample penelitian. Artinya, subjek penelitian
relatif sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. Seperti yang dijelaskan oleh
Sugiyono (2013, hlm. 53-54) bahwa:
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu itu misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
Hal ini sepaham dengan yang dikemukakan oleh Lincoln & Guba (1985, hlm.
200) bahwa:
...pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan yang dikenali dari rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel secara berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.
Adapun teknik pengambilan subjek dengan teknik snowball sampling dilakukan
karena informasi tidak cukup dari satu sumber saja, nantinya informan akan
menunjuk sumber-sumber lain yang dapat memberikan informasi begitu pun
seterusnya hingga informasi berada pada titik jenuh. Sesuai yang dijelaskan oleh
Sugiyono (2013, hlm. 54) yang menyatakan bahwa:
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
Banyaknya subjek dalam penelitian ini ditentukan oleh adanya pertimbangan
perolehan informasi. Penentuan subjek dianggap memadai apabila telah sampai
setelah dilakukan penelitian terhadap beberapa informan yang berbeda. Seperti
yang dikemukakan oleh Nasution (1996, hlm. 32-33) bahwa, “untuk memperoleh
informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya
bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi
diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.”
Berdasakan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pengumpulan
data dari responden didasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi
yang diberikan. Maka peneliti menetapkan 5 orang dari setiap perwakilan
keluarga, 3 orang dari tokoh masyarakat yang termasuk dalam masyarakat Stasiun
barat RW 02 Kecamatan Andir sebagai inforoman kunci. Dua orang dari
masyarakat berjualan di sekitar jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir, dua
orang pengguna jalan, ditetapkan sebagai informan pendukung.
3.2.3. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai permisivisme masyarakat terhadap praktik prostitusi
ini dilakukan di jalan Stasiun Barat RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan
Andir, Kota Bandung. Dengan alasan, keberadaan praktik prostitusi yang berada
di jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir tersebut tidak seperti tempat
praktik prostitusi pada umumnya yang memang khusus di peruntukan atau
dilokalisasi bagi Pekerja Seks Komersial (PSK) seperti di Dolly, Saritem, dan
lain-lain. Keberadaan praktik prostitusi di jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan
Andir tersebut justru berada di tengah-tengah permukiman warga, rumah sakit,
stasiun, mall, rumah makan, dan lain-lain yang mengundang tanya bagi peneliti
mengapa para warganya tampak permisif dengan keberadaan praktik prostitusi
yang kini terus berlangsung. Sementara hal itu jelas bertentangan dengan
ketentuan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 3 Tahun 2005.
3.3. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri yang menjadi instrumen
penelitian adalah peneliti itu sendiri.” Dengan kata lain, peneliti sebagai alat utama yang dipergunakan untuk memperolah data dalam penelitian ini. Peneliti
selain sebagai perencana juga pelaku atau yang mengeksekusi semua tindakan
yang sudah direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh data yang
akurat. Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 306) mengungkapkan
bahwa:
Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mencapai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepenjang penelitian itu.
Ada bebrapa ciri umum manusia sebagai instrument penelitian menurut Nasution
(dalam Sugiyono, 2014, hlm. 307) yang peneliti sarikan sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat berekasi terhadap stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakana atau tidak bagi peneliti.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interkasi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil keesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat.
7. Dengan manusia sebagai intrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahakan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Dari penjelasan di atas maka disimpulkan bahwa yang menjadi instrument
penelitian atau alat pengumpul data adalah peneliti sendiri, setelah memperoleh
pelengkap data. Dengan demikian, peneliti harus mampu berkomunikasi secara
baik dengan informan atau subjek penelitian dalam situasi apapun, guna
mendapatkan data yang dibutuhkan secara mendalam untuk menjawab
permasalahan penelitian.
3.4. Teknik Penelitian
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan dan
mengolah data. Dengan teknik pengumpulan data yang benar, maka peneliti akan
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
dalam suatu penelitian. Adapaun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi dan studi
litelatur. Saat melakukan penelitian, peneliti nantinya akan dibantu oleh beberapa
pedoman seperti pedoman wawancara dan pedoman observasi yang sebelumnya
telah dibuat.
Menurut Sugiyono (2009, hlm.317) observasi adalah pengamatan yang
dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian. Dengan observasi, kita dapat
memperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang sulit diperoleh
dengan metode lainnya. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta
mengenai keberadaan sikap permisif masyarakat terhadap keberadaan praktik
prostitusi.
Adanya observasi pasrtisipatif akan membantu peneliti dalam memperoleh
makna akan suatu masalah sosial yang terjadi. Creswell (2009, hlm.267)
menyebut observasi partisipatif dengan sebutan observasi kualitatif, yaitu “observasi yang didalamnya peneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi penelitian”. Dengan demikian,
peneliti akan ikut terlibat dalam kegiatan orang yang sedang diamati sebagai
sumber data penelitian. Peneliti dalam hal ini mesti merekam,
mendokumentasikan, atau mencatat baik dengan cara terstrukur atau pun tidak
masalah penelitian. “Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang tampak” (Sugiyono, 2014, hlm. 308). Memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian terutama dalam memperoleh jawaban atas masalah yang di
angkat.
Observasi yang dilakukan peneliti disini yaitu dengan datang langsung ke
lokasi penelitian di jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung
untuk mengamati perilaku masyarakat setempat dalam memandang dan
menyikapi keberadaan praktik prostitusi di sekitar lingkungannya, menjadi bagian
dari warga masyarakat setempat agar mempermudah peneliti memperoleh data.
Melakukan observasi kepada masyarakat yang bertempat tinggal di jalan Stasiun
Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung, tokoh masyarakat yang
berpengaruh seperti pemuka agama, masyarakat yang kerap kali datang ke jalan
Stasiun Barat (pengguna jasa praktik prostitusi), dan pelaku prostitusi untuk
mengetahui faktor yang melatarbelakangi masyarakat menjadi permisif terhadap
praktik prostitusi, dampak yang dihasilkan dari sikap permisif masyarakat
terhadap masyarakat maupun praktik prostitusi, serta menanyakan upaya yang
dilakukan masyarakat dalam menangani sikap permisif terhadap praktik prostitusi
di lingkungannya. Demi mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti melakukan
interaksi yang intensif dan menjalin silaturahmi berkelanjutan dengan masyarakat
setempat dari jauh-jauh hari.
Selain itu peneliti pun mesti melakukan wawancara, menurut Bungin (2008,
hlm. 108) wawancara adalah:
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Pedoman wawancara dan pedoman observasi bertujuan untuk menjawab masalah
yang telah dirumuskan. Selain itu pedoman wawancara dan observasi dibuat
untuk membantu dan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Karena
terkadang saat peneliti berada di lokasi penelitian khususnya sedang
pertanyaan yang sistematis. Akan tetapi, setelah proses wawancara berlangsung
peneliti akan menyesuaikan sendiri dan pertanyaan-pertanyaan yang
diutarakanpun merupakan hasil pengembangan dari pedoman yang sudah dibuat.
Seperti yang dijelaskan oleh Lincoln & Guba (1985, hlm. 39) bahwa “peneliti berperan sebagai instrument (human instrument) yang utama” yang secara penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang dimasukinya. Human
Instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang
sesuai dengan tuntutan penelitian.
Peneliti akan melakukan wawancara mendalam mengenai pandangan dan
sikap masyarakat terhadap praktik prostitusi beserta faktor, dampak dan upaya
yang dilakukan untuk menanggulangi sikap permisif kepada masyarakat jalan
Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung, pelaku prostitusi, tokoh
masyarakat yang berpengaruh, serta masyarakat yang datang ke jalan Stasiun
Barat (pengguna jasa praktik prostitusi).
Agar memudahkan peneliti dalam memaknai kejadian yang ada di lapangan,
peneliti pun di mudahkan dengan adanya bantuan studi literatur yaitu alat
pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran
data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan berbagai literatur baik berupa buku, jurnal, maupun
pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah yang di angkat dari berbagai media
masa. Guna memperoleh data yang empiris dan relevan dengan masalah yang
diangkat oleh peneliti. Dengan menggunakan studi litelatur, peneliti dapat
mempelajari informasi-informasi sebagai reverensi dalam mengembangkan hasil
penelitian tentang sikap permisif masyarakat terhadap praktik prostitusi.
Agar lebih memudahkan peneliti dalam mencari data, maka peneliti
menggunakan teknik berupa catatan (field note), peneliti akan membuat catatan
singkat pengamatan tentang segala peristiwa yang dilihat, dirasakan dan didengar
selama penelitian berlangsung sebelum dituangkan kembali ke dalam catatan yang
lebih lengkap. Sebagaimana yang dikatakan Bogdan dan Biklen (Moleong, 2010,
dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan reduksi terhadap
data dalam penelitian kualitatif‟. Peneliti akan mempersiapkan buku catatan untuk
mencatat setiap kejadian dan peristiwa dalam memperoleh data di lapangan.
Selain itu untuk memperoleh data yang akurat, peneliti pun menggunakan
studi dokumentasi yang merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (1998, hlm.236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.” Data yang diperoleh dari studi
dokumen dapat menjadi referensi bagi peneliti selain wawancara dan observasi.
Seperti yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang sedang
diangkat mengenai sikap permisif maupun praktiktik protistusi.
Penggunaan studi dokumentasi, studi litelatur, wawancara mendalam dan
observasi partisipatif membuat peneliti menjadi penentu utama bagaimana
penelitian dapat berlangsung. Memudahkan peneliti dalam melaksanakan
penelitian dan memperoleh data yang akurat untuk di deskripsikan.
3.5. Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif, hal utama yang dilihat dari hasil data penelitian adalah valid. “valid merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti” (Sugiyono, 2014, hlm. 363). Artinya data hasil penelitian dianggap valid jika data temuan
peneliti (sebagai instrument penelitian) di lapanagn sesuai dengan laporan
penelitian. Menurut Gibbs (Creswell, 2012, hlm. 285) bahwa:
„validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu, sementara reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang berbeda.‟
Untuk melakukan validitas terhadap data yang diperoleh dari informan, maka
peneliti melakukan cara-cara sebagai berikut:
Perpanjangan pengamatan artinya peneliti turun kembali kelapangan untuk
melakukan observasi dan wawancara kembali dengan sumber data yang pernah
ditemui. Dengan menggunakan perpanjangan pengamatan ini diharapkan
hubungan peneliti dengan informan akan semakin dekat dan informan pun akan
semakin terbuka, adanya rasa saling percaya antara peneliti dengan narasumber,
ada hubungan yang baik di dalamnya. Dengan demikian, diharapkan tidak ada
lagi data yang disembunyikan informan. Bungin (2007, hlm. 262) mengungkapkan pendapatnya dengan perpanjangan ini “ peneliti dapat melakukan cek ulang setiap informasi yang didapatnya, sehingga kesalahan mendapat
informasi, informan berdusta, bahkan kesanjangan informan untuk menipu akan dapat dihindari…” memperoleh data yang memang sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya, tanpa ada setting atau rekayasa.
2. Meningkatkan Ketekunan
Mingkatkan ketekunan berarti peneliti melakukan kembali pengamatan
secara lebih cermat, teliti, dan terorganisi. Dengan Meningkatkan ketekunan,
peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang terinci mengenai hasil
pengamatan. “meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek pengerjaan
soal-soal ujian, atau meneliti kembali tulisan dalam makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak” (Sugiyono, 2014, hlm. 368).
3. Triangulasi
Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid maka peneliti akan
melakukan triangulasi sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data.
Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi teknik
pengumpulan data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara
maka peneliti akan menguji data tersebut dengan mengobservasi dan
mendokumentasikan data di lapangan. Bila dengan teknik tersebut menghasilkan
data yang sama berarti data valid. kemudian jika menghasilkan data yang
berbeda-beda maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan data
mana yang dianggap benar.
Diskusi ini dilakuakan dengan teman yang memahami masalah penelitian.
dengan demikian, peneliti akan mendapatkan informasi yang berarti. Cara ini akan
dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil ahir untuk didiskusikan secara analisis. “diskusi secara analitis bertujuan untuk menyingkapkan kebenaran hasil penelitian serta mencari kekeliruan interpretasi dengan klarifikasi penafsiran dari pihak lain” (Bungin, 2010, hlm. 266).
5. Menggunakan Bahan Referensi
Menggunakan bahan referensi artinya adalah, adanya data pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Agar meningkatkan
kepercayaan akan kebenaran data, peneliti akan merekam hasil wawancara dengan
tidak mengganggu perhatian informan, kemudian peneliti juga akan
mendokumentasikan foto-foto hasil wawancara dan temuan peneliti di lapangan. “alat-alat bantu perekam data seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti” (Sugiyono, 2014, hlm. 375).
6. Member Chek
Member chek adalah proses mengecek data yang didapatkan dari sumber
data atau informan. Sugiyono (2014, hlm. 375) mengungkapkan:
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data, berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka perlu dilakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Demikian dapat dimaknai bahwa tujuan dari member chek adalah agar informasi
yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Salah satu hal
yang paling penting dalam penelitian adalah mealukan member chek kepada
informan di akhir wawancara. Ini dilakukan dengan cara menyebutkan garis besar
hasil wawancara kepada informan dengan tujuan agar informan dapat
memperbaiki jika terdapat kesalahan atau menambahkan data yang dianggap
Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah teknik analisa data
model interaktif. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 337) mengungkapkan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.
Dalam penelitia ini, setelah pengumpulan data, akan dilakukan analisa
dengan menggunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi).
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal
yang dianggap penting oleh peneliti, dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk
memperoleh pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari
hasil catatan lapangan dengan cara merangkum mengklasifikasikan sesuai
masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan Sugiyono (2014, hlm. 337) bahwa:
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses analisis atas hasil yang diperoleh,
menggolongkan atau mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian berdasarkan
aspek-aspek permasalahan. Agar dapat dipahami oleh peneliti dalam mengelola hasil
penelitian, peneliti perlu menyaring atau memfilter hasil penelitian yang dianggap
penting dan yang tidak.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data (data display) adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan
memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dengan kata lain menyajikan
data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.
penyajian data bisa digunakan dalam bentuk urain singkat, bagan, hubungan
antara katagori, dan sejenisnya”.
Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun
menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap
aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.
Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai
dengan data hasil penelitian yang diperoleh. Dalam penelitian ini, data yang
diperoleh akan disajikan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Data yang
diperoleh disaring dan dipilih lalu disajikan. Hasil yang dituangkan atau disajikan
sesuai dengan rumusan masalah yang dipertanyakan serta disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai dari adanya penelitian tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan(Verification)
Setelah penyajian, data maka tahap ketiga adalah penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan merupakan upaya peneliti untuk mencari arti atau
memaknai data-data yang telah di analisis dengan mencari hal-hal penting.
Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dengan mengacu kepada
tujuan penelitian.
Demikian prosedur analsis data yang akan dilakukan oleh peneliti dalam
pelaksanaan penelitian. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan dapat
memperoleh data yang memenuhi kriteria suatu penelitian yaitu data yang valid,