Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A.Lokasi Penelitian
Penelitian lapangan dilaksanakan di SMK Daarut Tauhiid Boarding
School. Sekolah ini terletak di jalan Geger Kalong Girang komplek Setiabudhi
Indah RW 03 RT 03 No. 57 F, Desa Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung.
Sekolah ini sekarang memiliki siswa yang berjumlah 145 siswa, dan 34 guru,
enam ruang kelas belajar, laboratorium, perpustakaan, dan asrama. Lokasi ini
berjarak sekitar 7,4 Kilometer dari Pusat Pemerintahan Kota Bandung (peta
lokasi, lihat gambar 1.1).
SMK Daarut Tauhiid Boarding School berada di lingkungan pondok
pesantren Daarut Tauhiid. Pondok pesantren Daarut Tauhiid adalah sebuah
pondok pesantren Pondok pesantren ini memiliki tiga sekolah, yang pertama
adalah Sekolah Taman Kanak-Kanak Daarut Tauhiid, kedua, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Boarding School Daarut Tauhiid, kemudian yang
ketiga adalah Sekolah Menengah Kejuruan Informatika dan Teknologi (SMK
IT) Boarding School Daarut Tauhiid. Pondok pesantren ini dipimpin oleh KH.
Abdullah Gymnastiar, atau lebih dikenal dengan Aa Gym, beliau adalah
pendiri pondok pesantren Daarut Tauhiid sekaligus pendiri SMK Daarut
Tauhiid Boarding School.
Adapun sasaran penelitian ini adalah pola pendidikan Islām yang berupa
aktivitas program pendidikan kedisiplinan untuk peserta didik di sekolah
tersebut. SMK Daarut Tauhiid Boarding School merupakan sekolah umum
yang berbasis pesantren yang memiliki visi dan misi mengedapankan
Tauhīdullah. SMK Daarut Tauhiid Boarding School merupakan perpaduan sekolah umum dan pesantren, pola keagamaan yang sangat dominan dalam
kegiatan pembelajarannya akan sangat berpengaruh terhadap pembinaan dan
pengembangan pribadi peserta didik, kegiatan yang bersifat kokurikuler atau
ekstra kurikuler PAI yang diadakan di sekolah tersebut akan mendukung juga
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
program tersendiri dalam upaya meningkatkan kualitas peserta didiknya,
begitupun dengan SMK Daarut Tauhiid Boarding School, sekolah ini sangat
memperhatikan sekali perkembangan kualitas peserta didiknya, terutama di
bidang kedisiplinannya, Pola pendidikan yang Islāmi dalam membentuk
karakter disiplin inilah yang menjadi khas dari SMK Daarut Tauhiid Boarding
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu pola pendidikan Islām
dalam upaya membentuk karakter disiplin peserta didik, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Karena permasalahannya belum jelas,
holistic, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data
pada situasi seperti itu dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian
ini dilakukan melalui suatu kajian dan pengamatan terhadap fenomena
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Informatika dan Teknologi
Boarding School Daarut Tauhiid. Oleh karena itu pendekatan yang tepat dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena menurut Sukmadinata (2009:
60) bahwa :
Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.
Adapun menurut Sugiyono (2010: 15), pengertian metode kualitatif adalah :
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek uang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengungkap fenomena tentang pola
pendidikan Islām dalam upaya membentuk karakter disiplin peserta didik di
SMK Daarut Tauhiid Boarding School. Hal ini dipertegas oleh McMillan dan
Schumacher dalam (Sukmadinata, 2009: 96) bahwa “secara umum penelitian
mempunyai dua tujuan, yaitu: menggambarkan dan mengungkap (to describe
and explore), dan menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain)”.
Menurut Sudjana & Ibrahim (2001: 197) ciri-ciri penelitian kualitatif
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
langsung.
2. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik.
3. Tekanan kualitatif ada pada proses bukan pada hasil.
4. Penelitian kualitatif sifatnya induktif.
5. Penelitian kualitiatif mengutamakan makna.
Mengacu pada karakteristik penelitian diatas, maka penelitian ini
bermaksud untuk mencari sebuah pola pendidikan Islām yang akan membentuk
karakter disiplin peserta didik dari data-data yang diperoleh di SMK Daarut
Tauhiid Boarding School, penelitian dilakukan dengan menganalisis tujuan,
program, proses pelaksanaan, sistem evaluasi, dan pemanfaatan sarana dan
prasarana pendidikan, sehingga ditemukan sebuah pola atau gambaran sistem
dan teori pendidikan Islām yang akan membentuk karakter disiplin peserta
didik.
C.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
Kualitatif. Menurut Sukmadinata (2009: 76-81) dalam penelitian deskriptif
sendiri ada beberapa variasi, yaitu “studi perkembangan, studi kasus, studi
kemasyarakatan, studi perbandingan, studi hubungan, studi waktu dan gerak,
studi lanjut, studi kecenderungan, analisis kegiatan, dan analisis isi atau
dokumen,dan lain-lain”.
1. Studi Perkembangan: penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu
keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam
tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam studi perkembangan (developmental
studies). Dalam penelitian ini yang dikaji adalah perubahan-perubahan atau
kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga, organisasi,
ataupun kelompok masyarakat tertentu.
2. Studi Kasus: Studi kasus (case study) merupakan metode untuk
menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus.
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dijadikan kasus meskipun tidak ada
masalah, malahan dijadikan kasus karena keunggulan atau keberhasilannya.
3. Studi Kemasyarakatan: Studi kemasyarakatan (communit study) merupakan
kajian intensif yang dilakukan terhadap suatu kelompok masyarakat yang
tinggal bersama disuatu daerah yang dimiliki ikatan dan karakteristik
tertentu.
4. Studi Perbandingan: Studi perbandingan (comparative studi atau causal
comparative) merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan
dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, kegiatan, dan program.
5. Studi Hubungan: Studi hubungan (associational study), disebut juga studi
kolerasional (correlational study), meneliti hubungan antara dua hal, dua
variabel atau lebih.
6. Studi Waktu atau Gerak: Studi waktu atau gerak (time and motion study)
ditujukan untuk meneliti atau menguji jumlah waktu dan banyaknya gerakan
yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan atau proses.
7. Studi Kecenderungan: Studi kecenderungan (trend study) merupakan
penelitian deskriptif yang cukup menarik. Studi ini diarahkan untuk melihat
kecenderungan perkembangan atau prediksi dibuat berdasarkan
pertimbangan data longitudinal yang ada.
8. Studi Tindak Lanjut: Studi tindak lanjut (follow up study) merupakan
pengumpulan dan analisis terhadap para lulusan atau orang-orang yang telah
meyelesaikan suatu program pendidikan, latihan atau pembinaan.
9. Analisis Kegiatan: Analisis kegiatan (activity analysis) diarahkan untuk
menganalisis kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sesuatu tugas
atau pekerjaan, dalam bidang industri, bisnis, pemerintahan, lembaga sosial,
dan lain-lain.
10. Analisis Isi atau Dokumen: Analisis isi atau dokumen (content or
document analysis) ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terjamin baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil
penelitian.
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang
masalah, yaitu penelitian fokus terhadap pola pendidikan Islām dalam
membentuk karakter disiplin peserta didik pada suatu lembaga penelitian, yaitu
SMK Daarut Tauhiid Boarding School, maka metode yatng digunakan adalah
variasi analisis kegiatan (activity analysis). Peneliti akan menganalisis secara
cermat, suatu aktivitas, proses, peristiwa, yang ada di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School.
D.Definisi Oprasional
Agar tidak terjadi kerancuan dalam pemahaman dan menghindari
pemaknaan ganda serta menjelaskan maksud dari kata yang dituju, maka perlu
diberikan penjelasan secara khusus dari maksud judul yang dikemukakan
peneliti. Adapun yang dimaksud peneliti dengan judul skripsi “Pola Pendidikan
Islām dalam Membentuk Karakter Disiplin (Studi Deskriptif di SMK Daarut Tauhiid Boarding School)”. Oleh karena itu, peneliti membagi definisi
operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pola
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pola berarti sistem atau cara
kerja. Dari definisi diatas, yang dimaksud peneliti dari kata “Pola” adalah
sistem atau cara kerja Pendidikan yang Islāmi dalam membentuk karakter
disiplin yang dilaksanakan di SMK Daarut Tauhiid Boarding School.
2. Pendidikan Islām
Menurut Marimba dalam (Tafsir, 2010:24) bahwa “pendidikan Islām
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”. Yang dimaksud dengan pendidikan Islām atau pendidikan Islām disini adalah proses pembinaan yang mengandung
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Karakter Disiplin
Karakter berasal dari bahasa Latin yaitu character, yang berarti watak,
sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian, dan akhlaq (Fitri, 2012:20),
kemudian KBBI offline versi 1.4 istilah disiplin berarti ketaatan
(kepatuhan). Menurut Soegeng Prijodarminto (1993: 15) mengemukakan
bahwa “disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, keteraturan dan ketertiban”. Karakter disiplin yang dimaksud peneliti adalah perilaku peserta didik yang menunjukan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, keteraturan dan ketertiban di SMK Daarut Tauhiid Boarding
School.
4. SMK Daarut Tauhiid Boarding School
SMK Boarding School Daarut Tauhiid (DT) adalah Sekolah Menengah
Kejuruan yang mengajarkan Informatika dan Teknologi (IT) sekaligus
menerapkan nilai-nilai Tauhīd dan Ahlakul Karimah dengan Sistem Pondok
Pesantren. Kejuruan Daarut Tauhiid Boarding School sebagai lembaga
pendidikan yang baru berupaya untuk ikut andil dalam ikhtiar mencerdaskan
bangsa dan memadukan sistem pendidik (kurikulum) formal dengan sistem
pendidik (kurikulum) pesantren Daarut Tauhiid.
E.Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, Peneliti bertindak sebagai instumen sendiri, hal ini
ditegaskan oleh Nasution dalam (Sugiyono, 2010: 306) bahwa:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Dari pernyataan diatas bisa dipahami bahwa instrumen penelitian dalam
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan human instrument. Lebih lanjut, Nasution dalam (Sugiyono, 2010:
307) menjelaskan bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk
penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul
seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat
kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar
dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak
dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang
menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain,
bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Selanjutnya, Satori & Komariah (2009: 67) mengungkapkan bahwa
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Kekuatan akan pemahaman metodologi kualitatif dan wawasan bidang
profesinya.
2. Kekuatan dari sisi personality.
3. Kekuatan dari sisi kemampuan hubungan sosial (Human Relation).
4. Kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi.
Dalam penelitian ini, peneliti sudah memiliki kekuatan sebagai human
instrumen sebagaimana yang dikemukakan oleh Satori dan Komariah diatas,
pertama peneliti sudah memahami metodologi kualitatif, yaitu pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yang mencakup seluruh
proses penelitian dimulai dari perencanaan penelitian, proses penelitian
sampai dengan tahap analisis data dan kesimpulan. Kedua, peneliti sudah
memiliki memeliki wawasan dibidang profesinya, maksudnya peneliti
memiliki wawasan tentang pola pendidikan Islām dalam membentuk karakter
disiplin peserta didik di SMK Daarut Tauhiid Boarding School, dan yang
ketiga peneliti memiliki keakraban dengan pihak sekolah, terutama dengan
para staf pengajar di SMK Daarut Tauhiid Boarding School, sehingga peneliti
bisa melaksanakan penelitian di sekolah tersebut dengan mudah.
F.Prosedur Penelitian
Menurut Satori & Komariah (2009: 82) tahap-tahap penelitian kualitatif
adalah sebagai berikut:
Memilih topik kajian
Menentukan topik dengan mengkaji
paradigma dan fenomena empirik
Menetapkan fokus inquiri
Menentukan unit analisis/kategori,
sub unit analisis/ sub-kategori.
Instrumentasi
Menentukan teknik pengumpulan
data
Memilih informan dari tiap unit
analisis
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
observasi/ partisipasi/ wawancara/
studi dokumentasi
Pelaksanaan penelitian
Pengurusan izin
Menemui gate keeper
Observasi partisipasi, wawancara,
studi dokumen, triangulasi
Mempersiapkan catatan lapangan,
FGD
Pengolahan data
Reduksi
Display
Analisis
Hasil penentuan Kesimpulan, implikasi, rekomendasi
Tabel 3.1. Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif
Yang dimaksud prosedur penelitian disini adalah tahapan kegiatan
penelitian. Dalam hal ini peneliti menyusun tahapan kegiatan tersebut secara
sistematis dari mulai pra penelitian, ketika proses penelitian, sampai pasca
penelitian. Hal ini ditegaskan oleh Moleong (2010: 127) bahwa “tahap
penelitian ini terdiri pula atas tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan
dan tahap analisis data”. 1. Persiapan penelitian
Tahap ini adalah tahap awal dalam penelitian yang dilakukan oleh
penulis diantaranya:
a. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Tahap ini penulis mengajukan sebuah rancangan masalah yaitu
berupa das sollen dan das sein yang menghasilkan kesenjangan,
kemudian didiskusikan dengan dosen pembibimbing akademik untuk
diangkat menjadi tema dalam penelitian ini. Selanjutnya judul
penelitian Skripsi diajukan Kepada Tim Petimbangan Penulisan Skripsi
(TPPS) Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām (IPAI) Fakultas
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia (UPI). Tahapan ini merupakan prosedur baku yang harus
dilalui oleh penulis sebelum melakukan penelitian. Adapaun judul
skripsi yang diajukan adalah studi deskriptif Pola Pendidikan Islāmi di
SMK Daarut Tauhiid Boarding School yang disusun dalam bentuk
proposal penelitian.
b. Penyusunan Rancangan Penelitian
Menurut Satori & Komariah (2009: 83) bahwa “langkah pertama
penelitian kualitatif secara formal adalah merancang penelitian”, hal
tersebut ditegaskan oleh Moleong dalam (Satori & Komariah, 2009: 83)
bahwa “rancangan penelitian diartikan sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan
dalam suatu penelitian”.
Rancangan penelitian disusun berupa proposal, dan proposal
merupakan pondasi awal peneliti untuk melangkah ke tahapan
penelitian berikutnya. Proposal penelitian skripsi berisi tentang latar
belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, kajian pustaka, organisasi penulisan dan daftar
pustaka. Setelah diajukan dan disetujui oleh TPPS, maka penulis
mendapatkan Surat Keputusan (SK) penunjukan dosen pembimbing
yang dikeluarkan 01 Oktober 2012, pembimbing yang dimaksud adalah
Dr. H. Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd sebagai dosen pembimbing I, dan
Elan Sumarna, M.Ag sebagai dosen pembimbing II.
c. Konsultasi (Bimbingan) Skripsi
Sebagai mentor dalam pelaksanaan penelitian ini, dosen
pembimbing memonitoring pelaksanaan penelitian ini, proses
bimbingan dilaksanakan melalui kesepakatan bersama anatara dosen
pembimbing dan penulis. Proses bimbingan dimulai ketika sejak
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini peneliti akan melakukan wawancara, observasi dan
studi dokumentasi. Dalam wawancara peneliti akan mewawancarai
Kepala Sekolah, guru, instruktur (Komisi Disiplin), Wakil Kepala
Sekolah bidang kesiswaan, dan peserta didik. Untuk observasi peneliti
akan melakukan pengamatan dengan melihat dan mengamati kegiatan
peserta didik ketika di sekolah, mesjid, asrama, dan tempat lainnya yang
ada di lingkungan SMK Daarut Tauhiid Boarding School. Selanjutnya
peneliti akan melakukan studi dokumen, peneliti akan memperoleh data
berupa dokumen-dokumen SMK Daarut Tauhiid Boarding School,
seperti dokumen sejarah, peraturan-peraturan sekolah, kurikulum, jadwal
kegiatan, dan lain-lain.
G.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi dan triangulasi/gabungan. Menurut Sukmadinata (2009:
216) ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket,
observasi, dan studi dokumenter. Namun pada umumnya, teknik pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif hanya dilakukan dengan tiga teknik berikut,
yaitu:
1. Wawancara
Menurut Sudjana dalam (Satori & Komariah, 2009: 130) wawancara
adalah “proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara
pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab
(interviewee)”. Adapun Esterberg dalam (Sukmadinata, 2009: 317)
mengemukakan bahwa wawancara merupakan “pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Dalam wawancara
peneliti menggunakan wawancara terstruktur dan semi terstruktur, untuk itu
peneliti membuat seperangkat pertanyaan-pertanyaan wawancara, kemudian
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawancara. Peneliti mewawancarai Kepala Sekolah, guru, instruktur
(Komisi Disiplin), Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, dan peserta
didik.
2. Observasi
Menurut Bungin dalam (Satori & Komariah, 2009: 105) observasi
adalah “metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan penginderaan”. Kemudian “Observasi
(observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung”, (Sukmadinata, 2009: 220). Dalam
penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi dengan melihat dan
mengamati kegiatan peserta didik ketika di sekolah, mesjid, asrama, kelas,
dapur, aula, dan tempat lainnya yang ada dilingkungan SMK Daarut Tauhiid
Boarding School.
3. Studi Dokumenter
Studi dokumenter (documentary study) merupakan “teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”,
(Sukmadinata, 2009: 221). Dalam studi dokumen ini, peneliti akan
memperoleh data berupa dokumen-dokumen SMK Daarut Tauhiid Boarding
School, misalnya dokumen sejarah, peraturan-peraturan sekolah, kurikulum,
jadwal kegiatan, dan lain-lain.
H. Analisis Data
Setelah selesai pengumpulan data, maka tahap selanjutnya adalah tahap
analisis data. Tahap analisis data adalah tahap pengolahan data, Untuk itu
peneliti membagi analisis penelitian kedalam empat tahap berikut, yaitu:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan.
a. Analisis sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk
menentukan fokus penelitian. Analisis data pada awalnya akan
dilakukan dengan cara menganalisis terhadap dokumen-dokumen yang
ada di SMK Daarut Tauhiid Boarding School, seperti dokumen sejarah,
peraturan-peraturan sekolah, kurikulum, jadwal kegiatan, dan lain-lain.
b. Selama di Lapangan
Analisis data selama dilapangan dilakukan secara berkelanjutan,
peneliti akan menggunakan data yang relevan dan membuang
data-data yang tidak relevan dengan penelitian. Analisis pada saat
pengumpulan data dilapangan dilakukan selama masa pengumpulan
data secara terus menerus.
c. Setelah Pengumpulan Data
Setelah pengumpulan data, analisis dilakukan terhadap seluruh data
yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data. Display data
atas keseluruhan data dilakukan dalam bentuk teks naratif yang
mendeskripsikan tentang pola pendidikan Islām dalam rangka
membentuk karakter disiplin peserta didik di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School.
2. Koding Data
Untuk mempermudah menganalisis data dalan laporan penelitian,
maka peneliti menggunakan koding data terhadap hasil penelitian.
Menurut Moleong (2010: 27) koding adalah “proses membuat kategorisasi
data kualitatif dan juga menguraikan implikasi dan rincian dari
kategori-kategorinya”. Adapun menurut Alwasilah (2012: 114) “koding berguna
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Teknik Pengumplan data yaitu,
wawancara (W), observasi (O), dokumentasi (D). (2) Sumber data: Ketua
yayasan (KY), mudaris sekolah (MS), mudaris asrama (MA), peserta didik
(M), komisi disiplin (KD). (3) Lokasi observasi: Kelas (K), asrama (A),
masjid (J), tempat makan (N), aula (A). (4) Istilah Pendidikan: Tujuan
pendidikan (TP), program pendidikan (PP), proses pendidikan (PR),
sistem pendidikan (SP), sistem evaluasi pendidikan (SE).
3. Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
uraian singkat dan hubungan kategori dalam penyajian data. Dalam tahap
display data ini, peneliti akan mendeskripsikan data berupa uraian dan
menganalisis hubungan setiap kategori data, misalnya peneliti sudah
mendapatkan data tentang prilaku disiplin peserta didik dari guru di SMK
Daarut Tauhiid Boarding School, maka peneliti akan mendisplay data
prilaku disiplin peserta didik berupa uraian atau deskripsi tentang prilaku
disiplin peserta didik tersebut.
4. Uji Validitas
Untuk mencapai tingkat kepercayaan dalam penelitian ini, peneliti
harus melakukan uji validitas terhadap data yang sudah dikumpulkan.
Menurut Sugiyono (2010: 363) “validitas merupakan derajad ketepatan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti”. Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan bahwa “data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan
oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kecukupan Pengamatan
Kecukupan pengamatan, dalam penelitian ini pengamatan
dilakukan oleh peneliti hampir pada setiap moment kegiatan santri yang
terjadi dalam kompleks SMK Daarut Tauhiid Boarding School. Di
kelas, mesjid, lapangan terbuka, dapur dan kantin. Demikian juga, pada
pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari. Hal ini dilakukan untuk
mencapai keabsahan data dan menangkap makna dari peristiwa. Peneliti
akan melakukan pengamatan dan pengumpulan data dari berbagai
sumber, tempat dan waktu, sampai data tersebut jenuh, hal ini disebut
dengan istilah “redundancy” (datanya telah jenuh).
b. Triangulasi
Menurut Sugiyono (2010: 372) “Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demkian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu”.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Untuk triangulasi sumber, peneliti menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang sama
kepada sumber yang berbeda, misalkan data tentang prilaku disiplin
murid yang diperoleh dari seorang guru di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School, maka data tersebut diuji kredibilitasnya dengan cara
mengecek data tersebut kepada sumber data lainya, seperti teman murid
yang bersangkutan, orangtua, dan lain-lain. Untuk triangulasi teknik,
peneliti menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama tetapi menggunakan teknik yang berbeda, misalnya
data yang diperoleh dari wawancara lalu dicek melalui observasi atau
studi dokumentasi.
c. Member-Chek
Menurut Sugiyono (2010: 375) “Member check adalah proses
Yusup Rahman Hakim, 2014
POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lanjut Sugiyono memperjelas bahwa Tujuan member check adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data berarti datanya data tersebut valid,
sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi data yang ditemukan
peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi
data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan
apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya,
dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan member chek kepada
sumber data, misalnya peneliti mendapatkan data tentang tujuan
program kedisiplinan dari guru di SMK Daarut Tauhiid Boarding
School, maka peneliti akan melakukan member chek kepada guru yang
bersangkutan sebagai pemberi data untuk meminta mengecek ulang
kebenaran datanya dan meminta persetujuan atas data yang sudah