• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Partisipasi, Pemberdayaan, dan Pembangunan Desa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: Partisipasi, Pemberdayaan, dan Pembangunan Desa."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 14 Partisipasi Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa

Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Oleh: Putu Deni Sudiartha*1 dan Dewa Nyoman Redana*2

Abstraksi

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dimana dalam undang-undang bertujuan untuk mewujudkan desa yang mandiri melalui partisipasi dan pemberdayaan masyarakat guna mewujudkan pembangunan nasional. Dari undang-undang ini menambah sumber pendapatan desa tetapi hal ini tidak didukung dengan sumber daya manusia yang mumpuni dimana tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan masih rendah dan pekerjaan mereka hanya mengandalkan tenaga (buruh tani, peternak, dan buruh serabutan).

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan, yaitu: (1) Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng? (2) Bagaimanakah Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan di Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng?

Partisipasi adalah sebagai ketersediaan untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai kemampuan setiap orang dengan tidak mengorbankan kepentingan diri sendiri, dimana partisipasi masyarakat ada beberapa jenis dan bentuk, yang menurut penulis dapat dibagi menjadi dua yaitu partisipasi non fisik (ide, saran dan keahlian) dan partisipasi fisik (tenaga, barang dan uang). Sedangkan pemberdayaan dalam pelaksanaannya, proses dan pencapaian tujuan dilakukan melalui Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penentuan sumber data dari pernyataan-pernyataan, sikap informan, tempat dan peristiwa dan dokumen. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: 1). Partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa sanggalangit, kecamatan gerokgak, kabupaten buleleng pada umumnya sangat baik terutama dalam partisipasi fisik namun tidak dengan partisipasi non fisik (ide, keahlian dan saran) hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan, ketrampilan. 2) Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan di Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng dilakukan melalui 5 P (Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan) dimana pemberdayaan masyarakat melalui Pemungkinan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan sudah baik dan mengalami kendala di Penguatan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan pelatihan-pelatihan kerja, kursus ketrampilan dan bimbingan teknis yang bekerja sama dengan instansi terkait guna menambah pengetahuan dan ketrampilan masyarakat itu sendiri.

Kata kunci: Partisipasi, Pemberdayaan, dan Pembangunan Desa.

(2)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 15 1. Pendahuluan

Keberhasilan pembangunan tidak bisa dilakukan oleh satu orang/kelompok masyarakat namun tetap dilakukan secara bersama-sama dan bersinergi, karena keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari fisik belaka namun harus mampu dirasakan secara non fisik/bermanfaat secara berkesinambungan, dengan demikian pembangunan tidak hanya dimanfaatkan dan dirasakan oleh segelintir masyarakat. Memperhatikan pembangunan melalui indikator bersifat kuantitatif saja dapat menimbulkan permasalahan baru dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman pada saat Orde Baru di mana dalam kurun waktu dasa warsa pembangunan bersifat fisik seperti infrasturktur jalan raya, gedung-gedung untuk kepentingan umum, dan indikator kuantitatif lainnya yaitu perkembangan sektor industri dan penurunan angka kemiskinan telah berhasil menunjukkan kemajuan yang cukup berarti.

Namun begitu terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, mulai timbul masalah baru yang hampir menghancurkan Negara Republik Indonesia hal ini disebabkan oleh lemahnya fundamental ekonomi Indonesia, sehingga perekonomian nasional menjadi rentan terhadap gejolak eksternal dan internal (Chaniago, 2002:2).

Semenjak era Pemerintahan Jokowi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dimana Undang-Undang 23 Tahun 2014 ini bertujuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu pula efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antar daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Di mana dalam kebijakannya pembangunan nasional dimulai dari pembangunan desa karena

(3)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 16 keberhasilan pembangunan desa yang secara otomatis merupakan cerminan dari keberhasilan pembangunan nasional di mana strateginya seperti makan bubur yaitu dilakukan dari pinggir kemudian sedikit-demi sedikit akan ke pusat, hal ini diyakini Pejabat Gubernur Kalimantan Utara Triyono Budi Sasongko saat menyampaikan gagasannya dalam Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan di Auditorium Graha Widyatama Unsoed, Kamis, 19 November 2015. (www.unsoed.go.id)

Meyakini bahwa cita-cita nasional akan terwujud melalui pembangunan perdesaan yang berhasil. “Keberhasilan pembangunan nasional merupakan sigma dari hasil pembangunan perdesaan yang dikelola dengan baik dan profesional oleh aparatur dan masyarakat desa,” jelasnya. Untuk mengoptimalkan kebijakan tersebut maka dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yang memberikan otonomi kepada desa dalam menyelenggarakan kepemerintahannya dimana desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (pasal 1 ayat 1 dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014).

Program pemerintah yang sudah dilaksanakan akan menjadi mubazir apabila tidak adanya kesadaran, dukungan dan partisipasi dari masyarakat. sehingga sangat dibutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat untuk selalu bekerja keras keluar dari jaringan kemiskinan karena dengan kesadaran dan kerja keras masyarakat merupakan kunci utama dari keberhasilan program-program tersebut. Partisipasi aktif dalam pembangunan akan menumbuhkan pemberdayaan masyarakat sehingga hal ini memberi ruang yang cukup luas bagi masyarakat untuk melibatkan diri dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap hasil dari pembangunan itu sendiri. Dimana Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,

(4)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 17 kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. (pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Tentang Desa Nomor 6 Tahun 2014).

Semenjak diberlakukan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang secara tidak langsung menambah sumber pendapatan desa itu sendiri, dan hal ini juga menjadi salah satu penunjang dalam pelaksanaan pembangunan di desa. Tetapi proses pembangunan yang ada di desa tidak dukung dengan sumber daya manusia yang mumpuni di mana tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan masih rendah, dan pekerjaan mereka hanya mengandalkan tenaga seperti (buruh tani, peternak, dan buruh serabutan). Sehingga masyarakat terkadang mengalami kesulitan dalam mengakses informasi tentang program-program apa saja yang akan dilaksanakan. Sedangkan pembangunan di desa harus didukung dengan partisipasi aktif masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan, yaitu 1. Bagaimanakah partispasi masyarakat dalam pembangunan di Desa

Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng?

2. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan di Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng?

2.Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara luas, menyeluruh dan mendalam (Sugiono, 2014). Proses penelitian lebih bersifat kurang berpola karena data hasil penelitian berkenaan dengan interpretif terhadap data yang di temukan di lapangan, pada kondisi obyek yang alamiah. Di mana penelitian ini adalah sebagai instrument, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisa data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Informan pada penelitian ini adalah Perbekel Sanggalangit, Ketua Badan Pemusyawaratan Desa, Ketua LPM, perangkat desa, dan anggota masyarakat.

(5)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 18 Informan tersebut ditunjuk secara purposive dengan mempertimbangkan pengetahuan mereka tentang masalah yang ditelaah, disesuaikan dengan tingkat kejenuhan data dalam artian pengembangan informan dihentikan jika data yang terkumpul telah mampu menjawab penelitian secara tuntas. Fokus penelitian Moleong (2005), erat kaitannya dengan rumusan masalah, masalah penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian, sehingga fokus penelitian dapat berkembang sesuai dengan pola piker yang bersifat “emercial induktif” (kenyataan dan induktif) segalanya ditentukan dari data yang sebenarnya diperoleh dilapangan. Adapun fokus penelitian yang ditekankan dalam penelitian ini:

1. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa sanggalangit meliputi : Saran, Ide, Tenaga, dan dana.

2. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa sanggalangit melalui Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan

Analisis data dengan mengunakan analisis kualitatif, dalam hal ini analisis akan dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penelitian. Moeleong (2005:247) mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

3. Hasil Dan Pembahasan Penelitian

3.1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa Sanggalangit Keberhasilan pembangunan di desa tidak dapat ditentukan dengan jumlah Anggaran semata, namun ditentukan pula dari tingkat partisipasi masyarakat. Karena dalam pembangunan masyarakat merupakan subyek pembangunan dimana pembangunan itu berasal dari rakyat dan untuk kepentingan rakyat itu sendiri. Sehingga proses pembangunan tidak dapat dilepaskan dari adanya partisipasi

(6)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 19 anggota masyrakatnya, baik sebagai kesatuan sistem maupun sebagai individu yang merupakan bagi yang sangat integral yang sangat penting dalam proses dinamika pembangunan, karena secara prinsip pembangunan ditunjukkan guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Oleh sebab itu tanggung jawab berhasil tidaknya pembangunan tidak saja ditangan pemerintah tetapi juga ditangan masyarakat. Dalam hal ini pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan bantuan dana, kemudahan administrasi dan failitas-fasilitas lainnya, dan selebihnya diserahkan kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil temuan peneliti dapat mengelompokkan partisipasi menjadi dua yaitu partisipasi non fisik (ide, keahlian dan saran) dan partisipasi fisik. Partisipasi non fisik masyarakat desa sanggalangit dalam menyalurkan ide, keahlian dan saran merupakan hal yang mendasar dalam proses pembangunan terutama dalam tahap perencanaan, karena secara sederhana dapat diketahui bahwa masyarakat hanya akan terlihat dalam aktifitas selanjutnya apabila mereka merasa ikut ambil dalam menentukan apa yang akan dilaksanakan. Yang perlu di perhatikan kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan yang dimiliki setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri sudah di kategorikan ke dalam pengertian partisipasi. Semakin besar kemampuan untuk menentukan nasib sendiri semakin besar partisipasi dalam pembangunan. Hal ini sesuai dengan wawancara pada tanggal 10 Juni 2017 dengan Perbekel Sanggalangit.

Kebanyakan saran dan ide dalam merumuskan suatu rencana pembangunan dalam penyusunan APBDesa merupakan hasil dari musyawarah “to involve citizens more directly in the political decision making process” (Kern, 2017), yang di mulai dari dimasing-masing RT yang kemudian dibawa ke musyawarah desa, yang mana pelaksanaan musyawarah desa juga selalu mengundang warga untuk hadir guna diminta ide dan saran mereka namun tingkat kehadiran warga sangat minim, hal ini karena tidak mempunyai kemampuan berbicara di depan umum dan keterbatasan waktu. Setiap proses pembangunan memerlukan rencana yang matang untuk mempermudah pelaksanaan dan pengawasannya, bagi warga desa sangatlah kurang yang terpenting apa yang

(7)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 20 mereka butuhkan untuk menompang kehidupan mereka bisa terpenuhi, hal ini dapat disimak dari pernyataan salah satu warga Desa Sanggalangit I Ketut Dana.

1.2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Sanggalangit

Pemberdayaan merupakan suatu proses yaitu serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan dan pemberdayaan merupakan tujuan dimana pemberdayaan ini dapat dipakai sebagai indikator dalam keberhasilan pemberdayaan karena pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik, ekonomi, maupun sosial. Dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai program pembangunan dan pemberdayaan dapat membantu masyarakat untuk keluar dari berbagai persoalan pembangunan yang mereka hadapi, hal ini mendukung hasil penelitian Jacob et.all (2017) “human resources development and community empowerment activities”.

Program kegiatan yang ada pada APBDesa dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran dimana keberhasilannya dapat diukur bila program pemberdayaannya lebih ditonjolkan, karena pembangunan ini berasal dari masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu masyarakat seharusnya diberikan kekuasaan dan kemampuan dalam memilih sendiri arah pembangunan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemberdayaan dapat dilakukan secara individual, walaupun pada akhirnya tetap berkaitan dengan kolektivitas, Pemberdayaan dalam pelaksanaannya, proses dan pencapaian tujuan dilakukan melalui Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan (Nawawi, 2009 : 67).

Pencapaian tujuan pemberdayaan yang pertama yaitu Pemungkinan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat. Dalam hal ini pemerintah desa telah melakukan berbagai langkah-langkah untuk mengurangi

(8)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 21 kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat menghambat dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman, yang disampaikan oleh Perbekel Sanggalangit. Sperti budaya Ngeramenen (menghadiri warga yang melaksanakan upacara adat) sering diisi dengan kegiatan lainnya seperti perjudian, minum-minuman keras tradisional (arak dan tuak) dimana kegiatan ini sangat banyak menyita waktu dan tenaga sehingga masyarakat pada umumnya tidak maksimal dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.

Dengan pengalaman tersebut aparat desa dan beberapa tokoh masyarakat menyusun beberapa kesepakatan dimana kebiasaan ngeramenen waktunya untuk bisa dibatasi sehingga tidak mengganggu kegiatan keseharian masyarakat dan juga dianjurkan juga kepada masyarakat untuk tidak membawa mayat sanak saudaranya ke tempat asal leluhurnya karena desa sanggalangit sudah memiliki tanah kuburan sendiri, hal ini dapat mengirit waktu dan biaya. Semenjak adanya pencerahan tersebut masyarakat desa sanggalangit mulai terbuka wawasannya yaitu tidak lagi terlalu ketat dalam melakukan aturan ngeramenin dan membawa mayat sanak saudaranya ke desa asal mereka. Masyarakat desa sanggalangit sudah mulai agak ringan baik dari segi biaya maupun waktu. Dengan demikian pemberdayaan dilakukan dengan cara memperkuat pengetahuan dan kemampuan masyarakat Desa Sanggalangit untuk memecahkan masalah dan pemenuhian kebutuhan hidup mereka sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat dalam menunjang kemandirian masyarakat Desa Sanggalangit.

Pemberdayaan juga dilakukan melalui pelatihan, pelatihan untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan masyarakat desa sanggalangit yang sudah dilaksanakan yaitu pelatihan pembuatan pupuk kompos yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, dan pelatihan tata rias serta kursus menjahit dimana pelatihnya berasal dari warga desa sanggalangit yang sudah berpengalaman. Untuk pelatihan pembuatan pupuk kompos dilakukan untuk memberikan alternatif bagi petani mengingat pupuk non organik yang harganya sangat tinggi bahkan sudah mulai langka akibat dari olah oknum distributor, dimana hasil dari pengolahan pupuk tersebut dapat menambah pendapatan dari masyarakat.

(9)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 22 Berhubungan dengan konsep pemberdayaan melalui perlindungan, maka sudah suatu kewajiban dari pemerintah desa untuk menciptakan suasana kondusif dilingkungannya agar masyarakat dengan tenang dalam melaksanakan aktivitas hidupnya terutama masyarakat yang lemah. Pemerintah desa sanggalangit dalam melaksanakan konsep pelindungan baik secara sosial, budaya, ekonomi maupun dibidang politk hal terlihat dari apa yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah desa yang bekerja sama dengan pihak lain yaitu bedah rumah, pemasangan listrik bersubsidi, memberikan bantuan berupa dana pendidikan melalui PKH (Program Keluarga Harapan) yang bekerja sama dengan Dinas Sosial Provinsi Bali, dan untuk di bidang budaya pemerintah desa sanggalangit selalu aktif untuk membina sanggar yang ada dan juga aktif menumbuhkembangkan budaya qasidah, hal terungkap ketika pelaksanaan festival budaya kecamatan gerokgak Dimana semua katagori lomba diikuti oleh desa sanggalangit, dan untuk perlindungan dibidang ekonomi pemerintah desa sanggalangit yang berkoordinasi dengan bendesa adat untuk memrogramkan kredit murah atau tanpa agunan melalui LPD dan BUMDES.

Selanjutnya pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Dalam proses tersebut bertujuan agar masyarakat lemah menjadi lebih kuat dari sebelumnya dan dapat berperan aktif dalam pembangunan di desa, dimana peran Pemerintah desa bersama dengan LPM dan BPD memliki tanggung jawab untuk merealisasikan dalam memberi bimbingan dan dukungan. Dan yang terakhir dalam program pemberdayaan adalah memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Untuk mejamin hal tersebut maka yang memungkinkan adalah kesempatan dalam berusaha.

Kesempatan berusaha tidak terlepas dari permodalan sehingga diperlukan lembaga-lembaga keuangan di desa seperti Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dan Badan Usaha Milik Desa “Dana Abadi”. Keberadaan lembaga tersebut dapat membantu masyarakat untuk mencari modal untuk berusaha maupun digunakan sebagai dana talangan dalam menghadapi kondisi pancaklik. LPD Desa

(10)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 23 Sanggalangit sudah memiliki program untuk kredit non bunga yang diperuntukkan bagi keluarga miskin yang mengalami masa pancaklik dimana jumlah pinjaman dibatasi yaitu maksimal Rp1.000.000 dimana pengembaliannya dapat dicicil dan bila yang bersangkutan menunggak maka tidak mendapat pelayanan administrasi adat dan dinas desa sanggalangit. Kredit dengan rekomendasi dari Ketua RT yang sudah cair untuk tahun 2016 sebesar Rp25.000.000 dan untuk tahun ini baru sebesar Rp15.000.000., Sedangkan untuk masyarakat yang mengajukan kredit untuk usaha dikenakan bunga 2,5% menurun untuk kredit < Rp.40.000.000,- dan 2% menurun untuk kredit > Rp40.000.000,- Hal ini berdasarkan keterangan dari Ketua LPD (Gusti Ayu Sri Wahyuni, SE) pada wawancara tanggal tanggal 19 Juni 2017.

Dengan demikian Pemberdayaan Masyarakat Desa Sanggalangit sudah bagus hal ini terlihat dari pengisian posisi lembaga seperti Kaur, BUMDES dan LPD terbuka untuk semua masyarakat desa yang memiliki kompetensi, dan masyarakat desa sanggalangit dapat memanfaatkan kredit yang sudah diberikan dengan baik dan lancar dimana sudah banyak muncul usaha-usaha mikro, kecil dan menengah. Pemberdayaan dilakukan melalui pendekatan budaya, ekonomi, struktur sosial dan pelayanan di bidang administrasi dan ekonomi, hal ini dapat mendukung hasil penelitian “the development of patient empowerment systems, structure and services” (Boudioni, et all, 2017). Dengan pendekatan berupa pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan dan pemeliharaan proses pemberdayaan pada desa sanggalangit sudah berjalan dengan baik walaupun masih adanya hambatan dan kekurangan. Tetapi dengan koordinasi dan komunikasi antar lembaga semua permasalahan dapat diselesaikan.

4. Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan sebagaia berikut:

1. Partisipasi masyarakat desa sanggalangit dalam pembangunan terutama partisipasi fisik sudah bagus namun tidak selaras dengan partisipasi non fisik

(11)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 24 hal ini disebabkan kurangnya wawasan masyarakat desa sanggalangit dan rendahnya pendidikan warga desa sanggalangit.

2. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa sanggalangit yang melalui 5P (Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan, dan Pemeliharaan) sudah berjalan dengan baik namun pemberdayaan melalui Penguatan di Desa Sanggalangit masih kurang ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah dan pekerjaan masyarakat sebagaian besar mengandalkan dari bertani tadah hujan, beternak dan buruh.

Dan berdasarkan temuan hasil penelitian, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pemerintah desa dalam melaksanakan program pembangunan harus melibatkan partisipasi terutama ide, gagasan dan pendapat sehinga kedepan pembangunan tersebut tepat sasaran, efisien dan berdaya guna serta pemerintah desa mengakomodir semua kesepakatan di masing-masing RT menjadi satu kesepakatan berupa Surat Keputusan Perbekel agar tidak ada aturan yang berbeda disetiap RT karena hal ini membuat partisipasi masyarakat berkurang. 2. Fungsi dan peranan BUMDES harus ditingkatkan lagi dimana lembaga

tersebut tidak hanya bergerak dibidang kredit sehingga hal ini membuat persaingan yang tidak sehat bagi lembaga yang sudah ada yaitu LPD (Lembaga Perkreditan Desa), dimana seharusnya BUMDES menampung dan membantu memasarkan produk-produk masyarakat desa. Dan pengurus BUMDES harus memiliki wawasan pasar yang luas sehingga mampu mengatasi fluktuasi harga yang bisa merugikan masyarakat itu sendiri. Dalam pelaksanaan program pembangunan desa diharapkan pemerintah desa melaksanakan 20% fungsi pendidikan dimana hal ini sesuai dengan program pemerintah pusat yang ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bisa berdaya guna dan bersaing di lingkup international.

Daftar Pustaka

Boudioni, Markella, Susan McLaren, & Graham Lister, 2017. “The Role of Citizenship, Culture and Voluntary Community Organisations towards

(12)

Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 8 No. 1- Agustus 2017 | 25 Patient Empowerment in England and Greece”. In International Journal of Caring Sciences, Januari April 2017 Volume 10 p.303

Bungin, Burhan, 2012, Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta. Chaniago, Adrinof A., 2002, Gagalnya Pembangunan, Kajian Ekonomi Politik

Terhadap Akar Krisis Indonesia, Pustaka LP3ES, Jakarta

https://apmd.ac.id/problematika-desa-dalam-konteks-pembangunan-danglobalisasi www.unsoed.go.id

Jacob, I.A, T.O Olanrewaju, & P.O. Chukwudi, 2017. “Comparative Assesment of rural Development Programs of Selected NGOs in Plateau State, North-Central, Nigeria”. In Journal of Rural Social, S2 (1), 2017 pp-40-55

Kern, Anna, 2017. “the effect of Direct Democratic Participation on Citizens’Political Attitudes in Switzerland: The Diffrerence between Availability and Use”. In Politics and Governance (ISSN: 2183-2463), 2017, Volume 5, Issue 2, p 16-26

Korten, D.C., 1988, Penyusunan Program Pembangunan Pedesaan, Pendekatan Proses Belajar. Dalam Korten, D.C. (1998), Pembangunan Berdimensi Kerakyatan (Terjemahan), Yayasan Obor, Jakarta

Moekijat, 2000, Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT. Mandar Maju, Bandung.

Moleong, Lexy J, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Karya, Bandung

Nawawi, Ismail, 2009, Pembangunan dan Problema Masyarakat, Kajian Konsep, Model, Teori dari Aspek Ekonomi dan Sosiologi, Putra Media Nusantara, Surabaya.

Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa

Sugiono, 2014, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta: Bandung

Suharto, Edi, 2005, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat Rakyat,Kajian Strategis Pembangunan, Kesejahteraan Sosial Dalam Pembangunan, : PT Refika Aditama, Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Referensi

Dokumen terkait

4 Hasil belajar matematika siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik tidak lebih tinggi bila diajar dengan Strategi Pembelajaran Konvensional dibandingkan dengan Strategi

Peraturan Menteri Kesehatan ini bertujuan untuk mengatur tata kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien di rumah sakit

Tetapi tidak nyata pada interaksi umur dan bobot telur tetas terhadap daya tetas.Pengaruh yang tidak nyata pada komponen (keragaman) interaksi antara umur telur

Sedangkan dasar dari hapusnya hak negara menjalankan pidana di luar KUHP adalah grasi yang diberikan oleh presiden dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung

Tidak seperti sebagian Feminisme Radikal yang menolak perkawinan dan semua relasi seks di bawah institusi pa- triarki, para informan ternyata masih memiliki harapan bahwa institusi

Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan sistem yang digunakan oleh bank syariah (Prihasta, 2015).Bank syariah yang terdapat di Sumatera Barat yaitu

Kinerja dari membran ultrafiltrasi dari umpan air payau proses koagulasi- flokulasi menggunakan massa koagulan biji kelor 350mg dalam menurunkan parameter warna,