• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Era globalisasi saat ini, faktor yang sangat penting dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Era globalisasi saat ini, faktor yang sangat penting dalam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang

Era globalisasi saat ini, faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara yaitu kegiatan investasi. Investasi sendiri secara garis besar digolongkan menjadi dua yaitu investasi finansial dan investasi riil. Namun, investasi yang paling populer untuk investor saat ini yaitu investasi financial, dimana investasi finansial ini cukup praktis dan mudah. Keuntungan dalam investasi finansial diantaranya adalah dana yang diinvestasikan cukup likuid dan bisa ditarik setiap saat, mudah menghindar dari tekanan krisis global kapan saja. Investor dapat melakukan investasi finansial pada pasar modal dan pasar keuangan lainnya (Samsuar & Akramunnas, 2017).

Pasar modal memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan juga masyarakat yang berinvestasi. Pasar modal merupakan penghubung antara investor dengan perusahaan maupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya (Samsuar & Akramunnas, 2017).

Investor yang akan menanamkan modalnya perlu melakukan analisis laporan keuangan perusahaan terlebih dahulu untuk memudahkan dalam

(2)

mengambil keputusan investasinya. Dalam laporan keuangan dapat diperoleh informasi mengenai kinerja suatu perusahaan yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan saham-saham yang dapat memberikan tingkat return sesuai yang diharapkan. Salah satu tujuan investor berinvestasi yaitu untuk mendapatkan return yang optimal (Parwati & Sudiartha, 2016). Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi (Hartono, 2012).

Perusahaan yang menerbitkan sahamnya dipasar modal dapat disebut juga sebagai perusahaan go public. Perusahaan go public dapat terdiri dari berbagai jenis perusahaan yang dikelompokkan dalam berbagai sektor. Setiap sektor yang listing di Bursa Efek Indonesia memiliki harga saham yang berbeda, sehingga tingkat returnnya pun berbeda (Samsuar & Akramunnas, 2017). Banyak perusahaan go public yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia salah satu diantaranya adalah industri ritel (Soliha, 2008).

Ritel merupakan sektor industri yang sangat populer dan mendominasi kehidupan masyarakat Indonesia turun-temurun sejak dahulu kala. Sektor industri ritel merupakan sektor industri yang krusial bagi negara, karena mempengaruhi perekonomian nasional. Pasar Indonesia sangat potensial dengan jumlah konsumen dan tingkat konsumsi yang sangat tinggi dan terus meningkat (Nurviani, 2013). Sri Mulyani menyatakan bahwa industri ritel merupakan salah satu pendorong perekonomian Indonesia karena berhubungan langsung dengan masyarakat luas untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya (Rezy, 2017).

(3)

Enggartiasto selaku menteri perdagangan Indonesia menyatakan bahwa industri ritel di Indonesia memberikan kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Badan Pusat Statistik (BPS) mengamati bahwa ritel memiliki kontribusi sebesar 15,24% terhadap total PDB (Murdaningsih, 2017). Perkembangan bisnis ritel atau eceran di Indonesia cukup pesat. Pertumbuhan industri ritel dipengaruhi oleh kekuatan daya beli masyarakat, pertambahan jumlah penduduk, serta semakin tingginya pendidikan masyarakat sehingga menumbuhkan kesadaran akan kualitas produk (Soliha, 2008).

Bisnis ritel di Indonesia mulai berkembang pada kisaran tahun 1980-an seiring deng1980-an mulai dikemb1980-angk1980-annya perekonomi1980-an Indonesia. Pertumbuhan terjadi pada masyarakat kelas menengah, menimbulkan permintaan terhadap supermarket dan departement store (convenience store) di wilayah perkotaan. Gaya hidup masyarakat kelas menengah ke atas pun cenderung lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern. Ramainya industri ritel ditandai dengan dibukanya gerai-gerai toko ritel asing seperti Makro (Belanda), Carrefour (Perancis), dan Giant (Malaysia yang kemudian juga digandeng oleh PT Hero Supermarket Tbk), yang seluruhnya tersebar di kota-kota besar Indonesia (Soliha, 2008).

Roy selaku ketua umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) menyatakan bahwa industri ritel di Indonesia mengalami kelesuan beberapa tahun terakhir ini. Kelesuan industri ini diakibatkan oleh adanya perubahan pola belanja ke online. Tahun 2017, terdapat tiga toko ritel

(4)

yang menutup beberapa gerainya, diantaranya yaitu PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT 7-Eleven (Andreas, 2017).

Penutupan beberapa gerai PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) tidak membuat kinerjanya menurun, namun sebaliknya. Tahun 2017 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) berhasil meningkatkan laba bersih sebesar Rp.368,77 miliar dari sebelumnya Rp.254,05 miliar (Audriene, 2017). Meningkatnya laba tidak diikuti dengan meningkatnya harga saham. Harga saham perusahan ini justru menurun dari Rp.1.230 menjadi Rp.1.090 (Raharjo, 2017). Menurunnya harga saham maka return saham pun menurun.

Fenomena PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) pun sama dengan dengan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). Tahun 2017, dengan adanya penutupan beberapa gerainya tidak membuat kinerjanya menurun, namun sebaliknya. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mampu meningkatkan laba menjadi Rp.1,33 triliun dari sebelumnya Rp. 1,15 triliun (Audriene, 2017). Meningkatnya kinerja perusahaan tidak diikuti dengan meningkatnya minat investor untuk investasi. Harga saham perusahaan ini mangalami penurunan dari Rp.14.250 menjadi Rp.13.300, artinya return saham pun menurun (Raharjo, 2017).

Fenomena selanjutnya yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dimana perusahaan tersebut mengalami penurunan kinerjanya yang ditandai dengan menurunya laba bersih dari Rp. 90,37 miliar menjadi Rp. 75,56 miliar

(5)

(Audriene, 2017). Menurunnya kinerja perusahaan tersebut tidak membuat minat investor juga menurun namun sebaliknya. Saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menguat sebesar 20 poin dari sebelumnya, harga saham meningkat maka return saham pun akan meningkat (Raharjo, 2017).

lambatnya pertumbuhan penjualan berakibat pada penurunan laba. Penurunan laba bersih mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang menurun dan minat investor untuk tetap berinvestasi pun berkurang, sehingga menyebabkan harga saham dibursa menurun. Ketika harga saham menurun maka return saham pun akan menurun (Agustin, 2015). Fenomena diatas berbanding terbalik dengan teori yang telah diungkapkan. Munculnya fenomena tersebut, maka kita perlu mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi return saham.

Tingkat return atas kegiatan investasi dari pembelian saham dipengaruhi oleh pertimbangan investor atas informasi rasio-rasio kinerja keuangan suatu perusahaan. Investor akan melakukan investasi pada suatu perusahaan jika kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi yang baik (Riawan, 2016). Hal ini dapat dilihat dari rasio-rasio keuangan suatu perusahaan. Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat efisiensi manajemen secara keseluruhan. Hal ini ditujukkan oleh laba yang diperoleh dari penjualan maupun pendapatan investasi (Fahmi, 2013). Rasio profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA).

(6)

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan jumlah aset yang dimiliki. ROA yang semakin tinggi mencerminkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berakibat pada naiknya harga saham perusahaan karena meningkatnya permintaan saham oleh investor. Meningkatnya harga saham maka return saham pun meningkat (Parwati & Sudiartha, 2016).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andesta, Aryanti & Mawardi (2016), Tyas, Malavia & Mahono (2018), Riawan (2016), Parwati & Sudiartha (2016) dan Basalama, Murni & Sumarauw (2016), menunjukkan bahwa ROA secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menurut Zahro (2012),menunjukkan bahwa ROA secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Sedangkan hasil penelitian menurut Silvatika (2013), menunjukkan bahwa ROA secara statistik tidak berpengaruh terhadap return saham.

Rasio leverage atau solvabilitas yaitu mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan atau disebut sebagai extreme leverage dan perusahaan akan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Perusahaan sebaiknya harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang (Fahmi, 2013). Rasio leverage dapat diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).

(7)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan dan total ekuitasnya. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin tinggi DER maka semakin tinggi pula beban perusahaan terhadap pihak luar baik berupa pokok maupun bunga pinjaman. Beban perusahaan yang tinggi dapat menurunkan minat investor dan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham menurun maka return saham pun menurun. (Parwati & Sudiartha, 2016).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Basalama, Murni & Sumarauw (2016) dan Nizamudin (2012) menunjukkan bahwa DER secara statistik berpengaruh posistif signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menurut Parwati & Sudiartha (2016) dan Kurniyanti, Basri & Faisal (2016), menunjukkan bahwa DER secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Hasil menurut Agustin (2015) dan Acheampong, Agalega & Shibu (2014) DER secara statistik berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menurut Wasih, Manik & Husna (2017) dan Tyas, Malavia & Mahono (2018), menunjukkan bahwa DER secara statistik tidak berpengaruh terhadap return saham.

Investor juga melihat dari sisi pasarnya atau disebut sebagai analisis teknikal, selain melihat dari sisi kinerja suatu perusahaan. Menurut Agustin

(8)

(2015), analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang terjadi di pasar daripada apa yang seharusnya terjadi. Analisis teknikal yang merupakan suatu informasi yang akan memberikan gambaran untuk investor dalam menentukan kapan pembelian saham dilakukan dan kapan saham tersebut dijual agar memperoleh return yang optimal. Analisis teknikal ini menggunakan data pasar dari saham, misalnya trading volume activity untuk menentukan nilai dari saham.

Trading Volume Activity (TVA) adalah perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada periode tertentu (Rumanti dan Moerdiyanto, 2012). Semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin tingginya permintaan oleh investor. Hal tersebut berdampak pada naiknya harga saham, harga saham yang meningkat maka return saham pun akan meningkat, begitu juga sebaliknya (Sutrisno dalam Kurniyanti, Basri & Faisal, 2016 ).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kurniyanti, Basri & Faisal (2016) dan Salman & Al-Jafari (2015), menunjukkan bahwa TVA secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menurut Darwis (2016), menunjukkan bahwa TVA secara statistik tidak memiliki pengaruh terhadap return saham.

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk menguji kembali bagaimana pengaruhnya terhadap return saham dengan melihat beberapa faktor yang

(9)

dapat dikaitkan dengan return saham. Peneliti akan menuangkannya dalam karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul

“Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Trading Volume Activity (TVA) Terhadap Return Saham pada Perusahaan Ritel yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2017”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah return saham yang dapat diidentifikasikan dan dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017

2. Apakah leverage berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017

3. Apakah trading volume activity (TVA) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017

4. Apakah profitabilitas, leverage dan trading volume activity (TVA) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017

(10)

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

2. Pengaruh leverage terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

3. Pengaruh trading volume activity (TVA) terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

4. Pengaruh profitabilitas, leverage dan trading volume activity (TVA) terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh profitabilitas, leverage dan trading volume activity (TVA) terhadap return saham pada perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

(11)

2. Manfaat praktis

1. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menginvestasikan dana di pasar modal sehingga mendapatkan return yang optimal. 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan pada kinerja suatu perusahaan. 3. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi kepada peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan ataupun memperluas penelitian.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2017. Data sekunder diperoleh dari situs resmi www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com. Waktu penelitian berlangsung mulai bulan November 2018 sampai dengan bulan April 2019.

Referensi

Dokumen terkait

0725/LS-GJ/2019 Pembayaran Kekurangan Gaji PNS bulan Januari s/d April 2019 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab.. Pengeluaran Dinas Sosial ).. 0916/LS-BJ/2019 Pembayaran

Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan alokasi DAK jalan dan irigasi dapat meningkatkan kinerja fiskal, sektor PDRB pertanian, total PDRB, dan total penyerapan

Bapak Ir.Djoko Suwarso,MP selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga rancangan aktualisasi bimbingan dan arahan kepada

Kerusakan pada fraktur Le Fort akibat arah trauma dari anteroposterior bawah dapat mengenai nasomaksila, bagian bawah lamina pterigoid, anterolateral maksila, palatum durum,

Berdasarkan hasil analisis uji validitas dan realibilitas kuesioner dapat disimpulkan bahwa dari 37 pertanyaan kuesioner yang diajukan 27 pertanyaan dinyatakan

Nefrolitiasis lebih rentan sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan yang dikarenakan struktur anatomi dari pria lebih panjang, sehingga lebih

Media pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran (Rustaman, 2007). Selain itu, penuntun praktikum juga sudah memuat pendekatan saintifik yaitu

1. Kesederhanaan, yang meliputi prosedur atau cara-cara pelayanan antara lain: Mudah, tidak berbelit-belit, mudah dilaksanakan. Kejelasan/kepastian terhadap: prosedur,