• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN PRODUK STIK AROMA DIFFUSER DAN MINYAK GOSOK AROMATERAPI DARI HASIL FRAKSINASI DAN PERMURNIAN MINYAK SEREH WANGI ALFYANDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUATAN PRODUK STIK AROMA DIFFUSER DAN MINYAK GOSOK AROMATERAPI DARI HASIL FRAKSINASI DAN PERMURNIAN MINYAK SEREH WANGI ALFYANDI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ALFYANDI

PEMBUATAN PRODUK STIK AROMA DIFFUSER DAN

MINYAK GOSOK AROMATERAPI DARI HASIL

FRAKSINASI DAN PERMURNIAN MINYAK SEREH WANGI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembuatan Produk Stik Aroma Diffuser dan Minyak Gosok Aromaterapi dari Hasil Fraksinasi dan Permunian Minyak Sereh Wangi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Alfyandi NIM F34100155

(4)
(5)

ABSTRAK

ALFYANDI. Pembuatan Produk Stik Aroma Diffuser dan Minyak Gosok Aromaterapi dari Hasil Fraksinasi dan Permunian Minyak Sereh Wangi. Dibawah bimbingan bapak MEIKA SYAHBANA RUSLI.

Rhodinol merupakan senyawa monoterpenoid yang terbentuk dari campuran Sitronelol dan geraniol dari hasil fraksinasi minyak sereh wangi yang berpotensi untuk dikembangkan dalam bidang aromaterapi. Namun, potensi pengembangan tersebut dibatasi oleh sedikitnya pengetahuan tentang penggunaan bahan aromaterapi tersebut. Rhodinol dikenal memiliki wangi yang “lembut" sehingga bila dijadikan bahan pewangi menjadi bahan ‘top note’ pada pewangi yang memberikan kesan pertama. Salah satu upaya untuk memperluas aplikasi rhodinol adalah menformulasikan produk pewangi yang menggunakan bahan tersebut yaitu stik aroma diffuser dan minyak gosok aromaterapi. Stik aroma diffuser dibuat menggunakan bahan stik rotan dan stik bambu berdiameter 1 mm dan 2 mm, panjang stik 20 cm serta menggunakan base polypropylene glycol dengan formulasi minyak nilam 40%, melati 20%, rhodinol 40% atau rhodinol 20% dan mint 20%. Produk minyak gosok aromaterapi diformulasikan dengan base campuran minyak kelapa dan zaitun, dengan bahan aromaterapinya adalah kayu putih, cengkeh, rhodinol, mint, lemon, menthol dan champor. Uji untuk produk stik aroma diffuser ini adalah uji hedonik dengan 30 panelis terlatih serta uji ketahanan aroma selama sekitar 7 hari. Untuk uji yang dilakukan pada minyak gosok aromaterapi adalah uji hedonik dengan 30 panelis terlatih. Produk stik aroma diffuser yang menggunakan rhodinol 20% dan mint 20% yang memiliki respon kesukaan terbaik dan yang menggunakan bahan stik rotan dengan diameter 1 mm memiliki ketahanan lebih lama dibandingkan dengan bahan stik bambu berukuran diameter 1 mm dan 2 mm serta bahan stik rotan dengan diameter 2 mm. Produk minyak gosok aromaterapi memiliki respon terbaik pada formulasi minyak kelapa 31%, minyak zaitun 31%, kayu putih 5%, rhodinol 5%, mint 5%, lemon 5%, menthol 15% dan champor 3%. Aroma mint dan rhodinol pada stik aroma diffuser lebih disukai daripada yang berbahan rhodinol saja dan aroma diffuser yang menggunakan bahan rotan menghasilkan ketahanan 10% lebih lama dari bambu. Produk minyak gosok yang terpilih mendapat penilaian tertinggi karena penilaian panelis menjadi lebih subjektif pada tingkat kehangatan dan respon produk keseluruhan, tingkat kehangatan dilihat dari komposisi menthol yang pada nilai 15% memiliki nilai kesukaan tertinggi.

(6)

ABSTRACT

ALFYANDI. Production of Stick Aroma Diffuser and Scrub Oil Aromatherapy from Fractionation and Purification Product of Citronella Oil. Supervised by MEIKA SYAHBANA RUSLI.

Rhodinol is a monoterpenoid compound formed from a mixture of citronellol and geraniol from citronella oil fractionation that has the potential to be developed in the field of aromatherapy. However, the development potential is limited by the knowledge of the use in aromatherapy aplication. Rhodinol has known to have a fragrance that is "soft" so that when used as fragrance materials belongs to 'top notes' on which gives the first impression. One of the efforts to expand the application rhodinol is formulated fragrance products that use the compound such as stick aroma diffuser and scrub Aromatherapy. Stick aroma diffuser can be made using materials of rattan sticks and bamboo sticks using diameter of 1 mm and 2 mm, with length 20 cm stick and use the base of polypropylene glycol, with formulation of patchouli oil 40%, jasmine 20%, rhodinol 40% or rhodinol 20% and mint 20%. Oil scrub aromatherapy products can be formulated with base of coconut and olive oil mixture, with the essence is eucalyptus, clove, rhodinol, mint, lemon, menthol and champor. Product test of sticks aroma diffuser was hedonic test with 30 trained panelists, and the endurance of scent test for about 7 days. The oil scrub aromatherapy oil was also hedonic test. Product sticks aroma diffuser that uses rhodinol 20% and 20% mint which has a fondness best response and the use of materials of rattan sticks with a diameter of 1 mm has a longer endurance than the bamboo stick material diameter of 1 mm and 2 mm and the diameter rattan stick material 2 mm. oil Scrub aromatherapy products have the best response to the oil formulations 31%, olive oil 31%, eucalyptus 5%, rhodinol 5%, mint 5%, lemon 5%, menthol 15% and champor 3%. The scent of mint and rhodinol in the aroma diffuser sticks was determined more preferable than the scent of rhodinol only and aroma rattan materials used to produce 10% longer durability of bamboo. Selected scrub oil products received the highest ratings for a panelist because they becomes more subjective at the level of warmth and response of the overall product, the level of warmth seen from the menthol composition at a value of 15% has the highest value preferences.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

PEMBUATAN PRODUK STIK AROMA DIFFUSER DAN

MINYAK GOSOK AROMATERAPI DARI HASIL

FRAKSINASI DAN PERMURNIAN MINYAK SEREH WANGI

ALFYANDI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Pembuatan Produk Stik Aroma Diffuser dan Minyak Gosok Aromaterapi dari Hasil Fraksinasi dan Permunian Minyak Sereh Wangi Nama : Alfyandi

NIM : F34100155

Disetujui oleh

Dr Ir Meika Syahbana Rusli Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(11)
(12)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul Pembuatan Produk Stik Aroma Diffuser dan Minyak Gosok Aromaterapi dari Hasil Fraksinasi dan Permunian Minyak Sereh Wangi berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai Januari 2015 di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya kepada :

1. Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc selaku pembimbing yang selalu memberi arahan, masukan, dan bimbingannya kepada penulis selama penelitian dan menyelesaikan skripsi.

2. Ayah dan Ibu, serta keluarga besar tercinta atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

3. Ibu Rini selaku laboran yang banyak membantu selama penelitian.

4. Teman sebimbingan Muhammad Yusuf Hsb atas bantuan dan dukungannya selama penelitian.

5. Keluarga besar Kost-an Bara 3, no.31 terima kasih atas kekeluargaan dan kebahagiaan yang diberikan selama ini.

6. Keluarga besar TIN 47 terima kasih atas bantuan dan kebersamaan yang diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi acuan para pembaca untuk melakukan pengembangan penelitian selanjutnya.

Bogor, 21 Agustus 2016

(13)
(14)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tinjauan Pustaka 2 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

METODOLOGI 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Alat 4

Bahan 4

Prosedur Penelitian 4

Pembuatan stik dan formulasi aroma diffuser 5

Formulasi dan pembuatan minyak gosok aromaterapi 5 Uji hedonik dan uji ketahanan aroma stik aroma diffuser 7

Uji hedonik minyak gosok aromaterapi 7

Analisis data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil Fraksinasi Minyak Sereh Wangi 8

Stik Aroma Diffuser 8

Formulasi Minyak Gosok Aromaterapi 11

Uji hedonik Minyak Gosok Aromaterapi 11

Wangi Alami 12

Tekstur 12

Kehangatan 13

Produk Keseluruhan 14

Uji Karakteristik dan Uji SNI 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

(15)

LAMPIRAN 18

RIWAYAT HIDUP 22

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Formulasi aromatik diffuser 5

Tabel 2 Formulasi trial and error minyak gosok aromaterapi 6

Tabel 3 Formulasi dan jenis stik untuk uji hedonik 7

Tabel 4 Nilai kepentingan Bayes stik aroma diffuser 8

Tabel 5 Nilai kesukaan stik aroma diffuser 9

Tabel 6 Formulasi untuk uji hedonik minyak gosok 11

Tabel 7 Bayes untuk minyak gosok aromaterapi 14

Tabel 8 Hasil respon panelis terhadap sampel 15

Tabel 9 Perhitungan nilai kesukaan dari 4 parameter 15 Tabel 10 SNI minyak kayu putih dan hasil uji sampel minyak gosok 15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik perbandingan hasil uji hedonik produk stik aroma diffuser 10 Gambar 2 Grafik perbandingan ketahanan aroma stik bambu dan rotan, duplo 10 Gambar 3 Grafik perbandingan hasil uji hedonik terhadap wangi alami produk 12 Gambar 4 Grafik perbandingan hasil uji hedonik terhadap tekstur produk 13 Gambar 5 Grafik perbandingan hasil uji hedonik terhadap tingkat kehangatan 13 Gambar 6 Grafik perbandingan hasil uji hedonik keseluruhan produk 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data keadaan fraksinasi rhodinol 18

2 Formulasi minyak gosok dalam ml 18

3 Kuisioner dan Hedonik stik aromaterapi 19

4 Lembar uji kesukaan minyak gosok aromaterapi 19

5 Perbandingan hasil uji hedonik terhadap wangi alami produk 20 6 perbandingan hasil uji hedonik terhadap tekstur produk 20 7 perbandingan hasil uji hedonik terhadap tingkat kehangatan produk 20 8 perbandingan hasil uji hedonik pada produk keseluruhan 21

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Minyak atsiri merupakan ekstrak aromatik yang sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain adalah sereh wangi, akar wangi, jahe, nilam, pala, cengkeh, melati, dan kenanga. Tanaman sereh wangi “Cymbopogon winterianus jowitt” yang mengandung minyak atsiri yang disebut dengan Citronella oil merupakan asset nasional yang perlu terus digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya.

Minyak sereh wangi adalah salah satu minyak atsiri yang menjadi komoditas ekspor disamping minyak atsiri lainnya. Minyak sereh wangi biasanya dihasilkan dengan cara penyulingan daun dan batang sereh dengan komponen utama sitronelal, sitronelol dan geraniol. Menurut Agustian (2005), hasil dari GC-MS menunjukkan bahwa minyak sereh wangi mengandung 32.15% sitronelal, 12.95% sitronelol dan 20.54% geraniol. Ketiga komponen minyak sereh wangi ini banyak dibutuhkan dalam industri terutama sebagai pewangi, kosmetik, parfum dan farmasi.

Rhodinol merupakan campuran sitronelol dan geraniol, dari minyak sereh wangi yang difraksinasi. Kadar rhodinol adalah 33.49% dari total minyak sereh wangi. Rhodinol dapat diesterifikasi dengan menggunakan berbagai asam organik yang menjadi bahan pewangi pada pengharum ruangan, tisu basah, sabun, parfum dan banyak bahan kosmetik lainnya. Dalam perdagangan rhodinol memiliki harga yang lebih tinggi daripada sitronelol maupun geraniol disebabkan memiliki bau yang halus dan lembut (“sweet”). Sejauh ini aplikasi rhodinol adalah untuk aromatik diffuser, pewangi pada parfum ruangan, dan pewangi aromatik untuk sauna.

Aromaterapi adalah aplikasi minyak atsiri untuk kesehatan baik penyembuhan, perawatan maupun terapi. Minyak atsiri mengandung zat theurapic yang dapat menstimulasi kekuatan tubuh untuk menyehatkan dirinya sendiri. Aroma juga membuat penggunanya merasa lebih baik serta percaya diri dan dipercaya merangsang aktifitas otak, kreatifitas dan emosi. Penggunaan aromaterapi biasanya dilakukan pada penerapan produk atau jasa lain seperti parfum, balsam, pengharum ruangan, pemijatan, facial dan lain-lain. Meskipun aromaterapi biasanya diperoleh dari alam akan tetapi zat aroma yang lebih sering diproduksi dan digunakan adalah yang sintetis dibandingkan yang berasal dari minyak alami.

Salah satu produk yang dapat dijadikan aplikasi aromaterapi adalah stik aroma diffuser dan minyak gosok aromaterapi. stik aroma diffuser merupakan produk pengharum ruangan menggunakan aromaterapi dapat digunakan pada ruangan biasa/kamar pribadi, atau ruangan terapi baik tubuh atau terapi jiwa. Minyak gosok aromaterapi adalah salah satu obat tradisional yang menjadi kebiasaan terutama masyarakat Indonesia menggunakan minyak aromaterapi sebagai terapinya. Minyak gosok menghasilkan terapi dari perasa pada kulit dan bau/wangi pada hidung sebagai terapi.

Bambu dan rotan adalah tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia yang dapat digunakan untuk bahan stik, tanaman bambu di Indonesia memiliki 159

(17)

2

species yang 88 diantaranya adalah endemic. Tanaman bambu banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dari aplikasinya pada pembangunan maupun pada masak-memasak. Bambu digunakan sebagai pengganti kayu dapat mengurangi penebangan hutan di Indonesia. Bambu adalah jenis tanaman rumput-rumputan “Poaceae” yang tumbuh dengan batang beruas-ruas dan dapat tumbuh hingga setinggi 30 m. Penggunaan bambu sangat baik karena pertumbuhannya yang cepat yaitu hingga 100 cm dalam 24 jam.

Indonesia juga merupakan penghasil rotan terbesar di dunia (80% produksi dunia) dari jumlah tersebut 90% rotan dihasilkan dari hutan alam yang terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan sekitar 10% dihasilkan dari budidaya rotan, hal tersebut menjadikan rotan baik untuk dikaji dan dikembangkan. Tanaman rotan merupakan jenis tanaman tumbuh memanjat “Lepidocaryodidae” di Indonesia terdapat delapan marga rotan yang terdiri atas kurang lebih 306 jenis, hanya 51 jenis yang sudah dimanfaatkan. Hal ini berarti pemanfaatan jenis rotan masih rendah dan terbatas pada jenis-jenis yang sudah diketahui manfaatnya dan laku di pasaran (Jasni, 2016).

Tinjauan Pustaka

Minyak sereh wangi adalah salah satu minyak atsiri komersial yang sering juga disebut sebagai minyak sitronellal, merupakan minyak hasil ekstraksi dengan metode destilasi uap dari daun dan batang tanaman Cymbopogon winterianus Jowitt. Tanaman ini merupakan tanaman asli Indonesia dan dibudidayakan serta dapat tumbuh liar di pekarangan. Tanaman ini memang berasal dari selatan India atau Srilanka, dan sekarang sudah banyak tumbuh di Asia, Amerika dan Afrika (Fatimah, 2012).

Cymbopogon winterianus Jowitt termasuk salah satu tanaman yang merupakan tanaman perkebunan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 511 tahun 2006. Tanaman ini dari dulu dipercaya dapat dijadikan obat dan dapat menjaga kebugaran. Ada dua jenis varietas dari sereh wangi ini yaitu varietas Lena batu dan verietas Mahapengiri (Fatimah, 2012).

Minyak sereh wangi asal Jawa mengandung komponen sebagai berikut : 32% - 45% sitronelal, 12% - 15% geraniol, 11% - 15% sitronelol, 3% - 8% geranil asetat, 2% - 4% limonene, 3% - 4% kadinen, dan 2% - 36% sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, vanillin, kamfen, e-pinen, linalool dan B-kariofilen. Komponen dalam minyak sereh wangi termasuk komplek, namun yang terpenting dan dominan adalah kandungan sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Hal ini karena ketiga komponen tersebut yang menentukan intentitas bau harum, nilai dan harga minyak sereh wangi (Alu, 2013). Aplikasi minyak sereh wangi dalam berbagai industri diantaranya kosmetik dengan produk skin lotion penolak nyamuk yang merupakan bahan insektisida alami yang murah dan efektif dalam mengusir nyamuk serta dapat digunakan secara aman dan praktis. Isolasi sitronelal, geraniol dan sironelol dari minyak sereh wangi dapat melalui proses distilasi vakum, distilasi molekuler atau distilasi bertingkat. Ketiga komponen tersebut dapat diaplikasikan pada produk yang berbeda.

Rhodinol (3, 7-dimethyl, 7-Octen-l-ol) adalah salah satu alkohol komersial penting yang terdapat dalam minyak esensial dari beberapa tanaman aromatik, dengan rumus kimia kimia C10H20O. Rhodinol adalah campuran dominan

(18)

3

monoterpen asiklik yaitu sitronelol dan geraniol. Berikut adalah struktur rhodinol yaitu (CH

3)2══ CH(C H2)2CH(CH3) ─ CH2CH2 OH (Lapczynski et al. 2008). Rhodinol memiliki titik nyala : > 200⁰F; CC, rasio optic: -4⁰ sampai -9⁰, indeks bias: 1.4630 - 1.4730 (20°C), berat jenis: 0.860 - 0.880 (25/25°C) (Lapczynski 2008). Rhodinol adalah senyawa penghasil aroma wewangian yang banyak digunakan dalam kosmetik, wewangian halus, sampo, sabun toilet dan perlengkapan mandi lainnya serta produk non-kosmetik seperti pembersih rumah tangga dan deterjen. Penggunaannya di seluruh dunia berada di kawasan 1-10 ton per tahun. Kandungan maksimum rhodinol yang baik ditentukan oleh the International Fragrance Association (IFRA).

Sitronellol, 3,7-dimethyloct-6-en-1-ol, atau sering disebut juga dihydrogeraniol adalah suatu monoterpenoid alami dengan formula C10H20O yang merupakan minyak berwarna kuning terang sering digunakan secara luas untuk parfum dan campuran sabun mandi. Sitronelal C10H18O adalah komponen dalam sereh wangi yang tidak berwarna dengan aroma menyegarkan dan mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant). Sifat racun ini adalah menghilangkan zat cair dalam tubuh jika terkena kontak terus-menerus, akan tetapi tidak berbahaya bagi manusia dalam jumlah kecil oleh karena itu sering digunakan sebagai racun serangga (insectisida) alami.

Geraniol (trans 3,7-dimethyl-2,6-octadien-l-ol) adalah salah satu senyawa alkohol monoterpenoid dengan formula C10H18O. Merupakan komponen utama dari berbagai minyak essensial. Geraniol umumnya dijumpai pada tanaman sereh wangi, geranium, mawar, palmarosa dan jeruk. Senyawa ini tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam bahan pelarut organik yang umum. Geraniol memiliki aplikasi serbaguna dalam industri aroma, parfum, farmasi, kosmetik dan rumah tangga. Selain itu, geraniol juga dianggap dapat menjadi antimikrobial dan biopestisida (Worzakowska, 2014).

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diambil untuk menghasilkan produk stik aroma diffuser dan minyak gosok aromaterapi masalah yang ingin dibahas adalah: 1. Bagaimana pengaruh jenis dan diameter stik terhadap ketahanan aroma. 2. Bagaimana membuat produk aroma diffuser berbasis rhodinol yang terbaik. 3. Bagaimana pengaruh formulasi minyak gosok aromaterapi terhadap

karakteristik mutu produk.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mencari formulasi terbaik untuk produk stik aroma diffuser dan minyak gosok aromaterapi berbahan rhodinol yang dapat diterima konsumen dan sesuai standar mutu.

(19)

4

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai formulasi dalam pembuatan stik aroma diffuser dan minyak gosok aromaterapi sebagai produk potensial berbahan dasar rhodinol.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi pembuatan produk stik aroma diffuser, produk minyak gosok, uji ketahanan aroma, uji hedonik untuk produk stik dan minyak gosok serta uji standar mutu untuk minyak gosok.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari Juni 2014 sampai Januari 2015 di Laboratorium Teknologi Kimia, Laboratorium Pengawasan Mutu dan Laboratorium Instrumen di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Alat yang digunakan adalah gelas piala berukuran 50 ml, 200 ml dan 500 ml. Gelas ukur berukuran 100 ml, labu erlenmayer 250 ml, labu ulir, jangka sorong, mikropipet 1000 ul, pipet tetes, botol kaca 60 ml, botol aromaterapi, penguji kekentalan viskosimeter OSTWALD dan spektrofotometer.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk produk stik aromatik diffuser adalah stik bambu dan stik rotan. Stik bambu diambil dari produk sumpit yang telah disesuaikan dimensinya sedangkan rotan berasal dari bahan baku rotan yang biasa digunakan pada produk perabot. Minyak nilam, minyak melati, minyak mint, rhodinol dan Propylene Glycol.

Untuk produk minyak gosok aromaterapi bahan yang digunakan adalah minyak kelapa, zaitun, kayu putih, cengkeh, rhodinol, mint, lemon, menthol dan champor. Rhodinol yang digunakan pada kedua produk ini berasal dari hasil fraksinasi vakum pada penelitian Muhammad Yusuf Hsb.

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu pembuatan stik diffuser, formulasi minyak aromatik, formulasi aromatik pada minyak gosok, pembuatan minyak gosok, uji ketahanan aroma untuk stik aroma diffuser, uji hedonik dan uji standar mutu untuk minyak gosok aromaterapi.

(20)

5

Pembuatan Stik dan Formulasi Aroma Diffuser

Stik aroma diffuser yang digunakan adalah bambu dan rotan. Perlakuan yang diamati adalah menggunakan stik yang berukuran diameter 1 mm dan 2 mm, stik dipotong sepanjang 20 cm.

Formulasi aromatik diffuser yang digunakan mengikuti komposisi terbaik dari hasil penelitian Anik (2014), dimana komposisi base note minyak nilam 40% dan middle note melati 20%, sementara untuk top note yang menggunakan minyak sereh wangi diganti menggunakan rhodinol 20% dan mint 20% dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1 Formulasi aromatik diffuser Formula base note middle note top note 1 Nilam 40% melati 20% Rhodinol 40%

2 Nilam 40% melati 20% Rhodinol 20%, mint 20% Untuk pembuatan stik aromatik diffuser digunakan polypropylene glycol sebagai base dengan perbandingan base dan bahan aromatik adalah 3 : 1 dalam 100 ml. produk stik aromatik diffuser dilakukan uji ketahanan aroma dan uji hedonik.

Formulasi dan Pembuatan Minyak Gosok Aromaterapi

Pembuatan minyak gosok aromaterapi mengikuti formulasi dari Rusli (2013), menggunakan base minyak kelapa 55% dan minyak zaitun 18%, minyak kayu putih 7%, minyak cengkeh 2%, rhodinol 8%, minyak peppermint 5% dan minyak lemon 5%. Menggunakan formulasi 1 ini dilakukan trial dan error untuk menghasilkan minyak gosok yang dapat diujikan analisis organoleptik. Formulasi 1 menghasilkan produk yang licin dan tidak enak di kulit, baunya menyengat dan hanya menghasilkan sedikit rasa hangat. Bau menyengat dihasilkan oleh minyak cengkeh, yang juga menghasilkan rasa sedikit hangat dan tekstur yang licin serta menempel di kulit adalah sifat dari minyak kelapa.

Formulasi 2 dilakukan untuk mencoba menghilangkan bau yang menyengat dengan menghilangkan cengkeh, formulasi ini menghasilkan produk dengan aroma segar akan tetapi tidak terasa hangat dan tetap licin. Formulasi 3 tetap menghasilkan sampel produk yang sama dengan sebelumnya karena perubahan sedikit antara top note dan middle notenya tidak terlalu berpengaruh, sehingga pada formulasi 4 dicoba penambahan zat perasa hangat (Champhor).

Formulasi 4 menghasilkan produk dengan aroma segar tetap licin di kulit serta menghasilkan sedikit rasa hangat. Formulasi 5 kembali menghasilkan bau yang tidak sedap akibat cengkeh yang ditambahkan meskipun hanya 1% dari 10 ml, karakter aroma yang kuat dan sedikit rasa pahit yang menyebabkan tidak cocok dicampur dengan mint dan lemon yang memiliki karakter wangi yang sharp, minty, fresh cooling, light dan fruity (Setiyaningsih, 2014). Formulasi ini juga menghasilkan tekstur yang licin meskipun menghasilkan rasa hangat setelah dioleskan ke kulit.

Formulasi 6, 7 dan 8 tetap memiliki sifat yang licin dan ketiganya menghasilkan rasa hangat, karena tiap memiliki zat penghangatnya masing-masing akan tetapi ini membuktikan bahwa cengkeh yang membuat aromanya menjadi

(21)

6

tidak baik dapat dilihat pada Formulasi 7. Untuk menghilangkan tekstur licin dan lengket di kulitnya jumlah perbandingan base ad antara minyak kelapa dengan zaitunnya diubah, dengan komponen top note-nya sama dan middle notenya diubah sedikit, middle note yang diubah tidak memberi penagaruh signifikan terhadap aroma minyak gosok.

Formulasi 9 dan 10 menghasilkan produk yang tidak licin dan aroma yang segar, akan tetapi karena hanya menggunakan champhor rasa hangatnya tetap sedikit setelah diaplikasikan ke kulit. Formulasi 11 hingga 19 menggunakan perbandingan base ad antara minyak kelapa dan zaitun serta top note yang seimbang sehingga tidak lagi menghasilkan tekstur yang licin, dan juga aroma yang segar. Kedelapan formulasi tersebut untuk mencari hangat yang pas di kulit, zat penghangat yang digunakan adalah menthol. Selain memberikan rasa hangat menthol juga menghasilkan aroma yang melegakan hidung dan tenggorokan.

Namun, formulasi dengan menthol lebih dari 20% menghasilkan rasa yang terlalu panas, dari semua formulasi tersebut sampel terbaik diambil dari formulasi 15 hingga 19 yang dijadikan sampel untuk uji hedonik. Formulasi ke 19 ditambahkan cengkeh karena top note, middle note dan penghangatnya sudah cukup untuk menutupi bau yang kuat dari cengkeh, serta ingin mendapatkan manfaat dari minyak cengkeh itu sendiri. Komposisi semua formulasi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Formulasi trial and error minyak gosok aromaterapi

Formulasi Komposisi (%) dalam 10 ml M. Kelapa M. Zaitun Kayu

Putih Cengkeh Rhodinol Mint Lemon Menthol Champhor

1 55 18 7 2 8 5 5 0 0 2 55 18 9 8 5 5 0 0 0 3 55 18 9 10 5 3 0 0 0 4 58 19 7,5 0 8,5 5 0 0 2 5 53 16 10 1 10 5 5 0 0 6 50,5 16,5 8 4,5 9 4,5 5 0 2 7 51 15,5 7 1 15,5 5 5 0 0 8 51 17 6 0 14 5 5 0 2 9 30,5 39 10 0 8 5 5 0 2,5 10 35 35 8 0 9,5 5 5 0 2,5 11 32,5 32,5 9 0 5 5 5 9 2 12 32 32 5 0 5 5 5 14 2 13 30 30 5 0 5 5 5 18 2 14 30 30 4,25 0 4,25 4,25 4,25 21 2 15 29 29 4 0 4 8 8 16 2 16 27 27 4 0 4 8 8 20 2 17 31 31 5 0 5 5 5 15 3 18 28,5 28,5 5 0 5 5 5 20 3 19 32 32 5 1 5 5 5 15 0

(22)

7

Uji Hedonik dan Uji ketahanan aroma Stik Aromatik

Uji hedonik dilakukan 2 perlakuan yaitu jenis stik dan formulasi aromatik yang berbeda. Pengujian dilakukan terhadap 30 panelis semi terlatih. Hasil dari uji hedonik tersebut digunakan untuk formulasi pada uji ketahanan aroma. Pada Tabel 1 dapat dilihat penggunaan base note dan middle note aromatik yang sama, perbedaan formulasi hanya pada top notenya. Jenis stik yang digunakan adalah bambu dan rotan, untuk pengujian hedonik dilakukan+ seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Formulasi dan jenis stik untuk uji hedonik Kode

sampel Stik

Formulasi top note dalam 100 ml

Rhodinol Mint

S1 Bambu 40% -

S2 Bambu 20% 20%

S3 Rotan 40% -

S4 Rotan 20% 20%

Uji ketahanan aroma dilakukan di dalam ruangan tertutup berventilasi baik dengan pengamatan pada pagi dan sore hari. Produk diuji dengan cara formulasi atsiri dimasukkan ke dalam botol cairan poli-glycol, lalu stik dicelupkan ke dalam botol tersebut dibiarkan di ruangan yang digunakan, pengujian ini dilakukan dengan perlakuan 2 jenis stik, 2 ukuran diameter stik dan 2 ulangan sehingga sampel berjumlah 8 sampel.

Penilaian dilakukan dengan ada tidaknya aroma di dalam ruangan baik pada pagi hari atau sore hingga kesan aroma tersebut hilang. Pengujian dilakukan terhadap panelis semi terlatih secara acak.

Uji Hedonik Minyak Gosok Aromaterapi

Uji hedonik dilakukan terhadap sampel formulasi 15, 16, 17, 18 dan 19 dari percobaan pembuatan sampel seperti terlihat di Tabel 2. Pengujian juga dilakukan terhadap 30 panelis semi terlatih dengan parameter kesukaan terhadap wangi alami, tekstur, kehangatan dan produk keseluruhan.

Analisis Data

Analisis data yang didapat dari penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif yaitu metode Bayes. Metode Bayes (Bayesian Decision Theory) adalah pendekatan secara statistik untuk menghitung trade-offs diantara keputusan yang berbeda-beda, dengan menggunakan probabilitas dan costs yang menyertai suatu pengambilan keputusan tersebut. Metode ini dimulai dengan menentukan nilai kepentingan untuk setiap parameter pengujian yang dilakukan, hasil analisa/pengujian ditentukan dalam angka dikalikan dengan nilai parameter dan dijumlahkan sehingga mendapatkan nilai tertinggi yang diambil sebagai hasil atau sebagai produk terbaik dari sampel.

Pembuatan keputusan dengan metode Bayes dilakukan dengan kuantifikasi suatu kejadian dan dinyatakan dengan suatu bilangan antara 0 dan 1. Secara umum bobot Bayes adalah berdasarkan tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman termasuk latar belakang pengambilan keputusan (Rangkuti, 2002). Untuk

(23)

8

persamaan Bayes yang akan digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif dapat disederhanakan sebagai berikut:

Total Nilai 𝑖 = 𝚺 𝑖𝑗 Nilai 𝑖𝑗 (Krit 𝑗) dimana:

Total nilai I = Total nilai akhir dari alternatif ke-i NIlai ij = Nilai dari alternatif ke-I pada kriteria ke-j Krit j = Tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j I = 1,2,3,…n ; n = jumlah alternatif

J = 1,2,3,…n ; n = jumlah kriteria

Nilai kepentingan dapat ditentukan dari penilaian ahli dalam bidang tersebut, nilai kepentingan dari penelitian yang serupa atau dari analisis nilai kuisioner panelis yang melakukan pengujian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Fraksinasi Minyak Sereh Wangi

Rhodinol adalah campuran dari sitronelol dan geraniol yang pada dasarnya dapat diisolasi dari minyak sereh wangi secara fisik menggunakan alat fraksinasi distilasi vakum. Kondisi terbaik untuk mengisolasi komponen utama minyak sereh wangi tersebut adalah pada tekanan 1 mBar, refluks 20:10 dan pada suhu 44oC untuk sitronelal, 66,4oC untuk sitronelol dan 69,2oC untuk geraniol (Sri Endah, 2012).

Dari fraksinasi yang dilakukan rhodinol dalam hal ini sitronelol dan geraniol terdapat pada fraksi ke-6 dan ke-7 dengan sitronelol 8% dari 4000 ml yang keluar pada jam ke 22 lewat 30 menit sampai jam ke 27, geraniol sebanyak 20% pada jam ke 27 hingga jam ke 38. Berdasarkan hasil tersebut bahan baku Rhodinol yang digunakan memiliki kandungan 28,6% sitronelol dan 71,4% geraniol, sedangkan berdasarkan hasil GC-MS yang dilakukan fraksi rhodinol tersebut memiliki sitronelol 25,54% pada peak ke-6 menit ke 1.687 dan geraniol 41,45% pada peak ke-7 menit ke 1.735, ini menunjukkan masih ada fraksi atau komponen lainnya. Total bahan baku yang digunakan berarti memiliki kandungan Rhodinol 66,99%.

Stik Aroma Diffuser

Untuk mendapatkan produk terbaik dari hasil pembuatan stik aroma diffuser dilakukan uji konsumen dengan metode kuisioner terhadap faktor yang menentukan kualitas produk tersebut yaitu aroma (keharuman), ketahanan aroma dan tampilan produk. Hasil dari kuisioner tersebut diolah menjadi nilai kepentingan Bayes untuk analisis produk. Nilai kepentingan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai Kepentingan Bayes stik aroma diffuser

Faktor Tota

l Mean

Aroma 143 4,6

(24)

9

Uji hedonik aroma dilakukan pada 31 panelis semi terlatih dengan menyatakan kesukaan pada aroma produk berdasarkan angka, hasil dari uji hedonik stik aroma diffuser dapat dilihat Gambar 1,

Gambar 1 Grafik perbandingan hasil uji hedonik produk stik aroma diffuser

Tabel 5 Nilai kesukaan stik aroma diffuser Kode sampel Nilai Kesukaan

S1 64,4

S2 73,6

S3 59,8

S4 59,8

Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa panelis lebih banyak memilih produk yang menggunakan bahan stik bambu dan formulasi aroma campuran rhodinol dan mint sehingga nilai kesukaan lebih tinggi seperti pada Tabel 5 yaitu didapat oleh sampel S1 dan sampel S2 yang menggunakan stik berbahan bambu dan nilai tertinggi dari formulasi yang menggunakan tambahan mint 0.1 yaitu 73,6 menyukai sampel S2. Sampel produk S1 memiliki nilai kesukaan 64,4, dan nilai kesukaan pada produk menggunakan stik rotan keduanya sama yaitu 59,8.

Untuk uji ketahanan aroma dilakukan di dalam ruangan tertutup yang mempunyai ventilasi yang baik selama 5-7 hari atau lebih, berbeda ruangan tiap sampelnya. Sesuai harapan penggunaan produk, sampel tetap dibiarkan terbuka selama pengujian dengan mengamati aroma di dalam ruangan tersebut pada pagi dan sore hari.

Ketahanan aroma dipengaruhi oleh daya kapilaritas bahan stik dan kemampuan difusi aromatik di udara. Kapilaritas adalah peristiwa naik/turunnya zat cair dalam pipa kapiler atau gejala zat cair melalui celah - celah sempit. Molekul cairan bergerak/tertarik karena adanya daya adhesi dari permukaan bahan stik dan cairan dalam hal ini aromatik. Daya kapilaritas dipengaruhi tiga gaya yaitu adhesi, kohesi dan tegangan permukaan.

S1 Rhodinol 0,2 , bambu S2 Rhodinol 0,1 mint 0,1, bambu S3 Rhodinol 0,2 , rotan S4 Rhodinol 0,1 mint 0,1 , rotan P ane li s Sampel 45% 52% 42% 42% 29% 32% 35% 32% 26% 16% 23% 26% % 10% 20% 30% 40% 50% 60% S1 S2 S3 S4

Hasil uji hedonik produk stik aroma diffuser

(25)

10

Adhesi adalah proses menempel/mendekati pada dua molekul berbeda. Untuk tanaman, adhesi memungkinkan air untuk menempel pada jaringan organik tanaman. Pada stik aroma diffuser terjadi antara aromatik antara satu bahan dan lainnya serta bahan aromatik tersebut dengan stik yang digunakan. Kohesi membuat molekul dari substansi yang sama mengikuti molekul satunya bergerak karena antar daya tarik antar molekul teresebut.

Tegangan permukaan adalah efek tarik antarmolekul yang menyebabkan cairan untuk membentuk lapisan atas atau luar yang berperilaku seperti semacam film tipis. Tegangan permukaan dapat dilihat contohnya pada bentuk tetes air dan untuk memegang struktur bersama saat tanaman menyerap air. Pada stik aroma diffuser terlihat di permukaan luar stik yang terpapar di udara.

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Pada stikm aromatik terjadi setelah aromaterapi melewati stik dengan kapilaritas kemudian menyebar di udara karena konsentrasi udara lebih rendah daripada aromaterapi. Hasil dari uji ketahanan aroma dapat dilihat pada Gambar 2,

Gambar 2 Grafik perbandingan ketahanan aroma stik bambu dan rotan dengan diameter stik 1 mm dan 2 mm

Dari Gambar 2 menunjukkan ketahanan paling lama didapat dari produk yang menggunakan stik berbahan rotan, dengan nilai ketahanan rata-rata 6,6. Nilai tertinggi didapatkan dari stik berbahan rotan dengan ketebalan 2 mm, menunjukkan potensi pembuatan produk ini memperoleh hasil yang lebih baik jika menggunakan bahan stik rotan. Nilai rata-rata ketahanan dari stik berbahan bambu adalah 6 dengan nilai tertinggi didapat dari stik berukuran 2 mm sehingga menyatakan bahwa nilai ketahanan atroma lebih baik dengan menggunakan stik berukuran 2 mm.

Stik berdiameter 2 mm memiliki luas permukaan yang lebih besar dan dapat menyimpan aromatik pada tiap kapiler-kapilernya lebih banyak sebelum terdispersi ke udara. Dari dua parameter di atas dapat diambil kesimpulan yaitu untuk membuat

6 6 6.75 6.5 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7

Ketahanan aroma stik aroma diffuser

Bambu Rotan

Ha

ri

(26)

11

produk stik aroma diffuser menggunakan stik berbahan rotan dan dengan formulasi rhodinol dan mint.

Formulasi Minyak Gosok Aromaterapi

Pembuatan minyak aromaterapi adalah dengan mencampurkan base ad minyak gosok dengan formulasi atsirinya, base ad sebagai carrier serta bridge dalam suatu produk wangian memiliki komposisi paling tinggi yaitu >60% dari sampel, selebihnya adalah komponen aromaterapy meliputi top note, middle note, base note serta penambahan zat penghangat.

Penentuan formulasi dilakukan secara deskriptif untuk menentukan formulasi terbaik yang dapat digunakan untuk uji hedonik. Metode penentuan formulasi dilakukan dengan bertahap menghilangkan sifat tidak baik dari formulasi sebelumnya, sifat ini dapat diketahui dari aroma (penciuman) dan rasa (peraba) dengan mengetahui sifat identik satu komponen minyak yang digunakan.

Uji hedonik Minyak Gosok Aromaterapi

Uji hedonik merupakan salah satu metode pengujian organoleptik, uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap sebuah produk yang dilihat dari tingkat kesukaan konsumen. Dalam sekali uji organoleptik sampel yang diuji tidak boleh lebih dari 8 sampel, yang akan berpengaruh pada kejenuhan panelis serta mempengaruhi penilaiannya (Setyaningsih, 2010). Sampel pada uji ini sebanyak 5 sampel dengan satu sesi pengujian, parameter kesukaan yang dilihat adalah wangi alami, tekstur (kelicinan), tingkat kehangatan dan kesukaan pada keseluruhan produk. Untuk panelis disiapkan biji kopi untuk menetralisir wangi dari sampel sebelumnya (Setiyaningsih, 2014). Panelis merupakan mahasiswa dan mahasiswi yang sudah diberikan pelajaran untuk uji organoleptik sebelumnya.

Skala penilaian untuk uji hedonik adalah 1-7, 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (netral), 5 (agak suka), 6 (suka) dan 7 (sangat suka). Tujuh skala tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu 1, 2 dan 3 kelompok tidak suka, 4 skala kelompok netral serta 5, 6 dan 7 kelompok suka. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pembacaan data serta menentukan formula terbaik dari kesukaan terbaik. Formula yang dijadikan sampel uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 6,

Tabel 6 Formulasi untuk uji hedonik Komponen (%) dalam 10 ml Kode formula

R1 R2 R3 R4 R5 M. Kelapa 29 27 31 28.5 32 M. Zaitun 29 27 31 28.5 32 kayu Putih 4 4 5 5 5 Cengkeh 0 0 0 0 1 Rhodinol/ Sereh 4 4 5 5 5 Mint 8 8 5 5 5 Lemon 8 8 5 5 5 Menthol 16 20 15 20 15 Champhor 2 2 3 3 0

(27)

12

Wangi Alami

Wangi alami merupakan parameter yang dihasilkan oleh middle note yang digunakan sebagai minyak aromaterapi, yaitu minyak kayu putih dan rhodinol. Hasil uji hedonik terhadap wangi alami sampel menunjukkan kesukaan tertinggi pada sampel R2, R3 dan R4. Nilai kesukaan wangi ketiga sampel tersebut berurut adalah 66,7%, 60,7% dan 63,7%. Nilai wangi alami yang tertinggi ini dipengaruhi juga oleh bau menthol yang tertinggi diantara kelima sampel, sampel R5 terdapat sedikit cengkeh sedangkan sampel R1 kayu putih dan rhodinolnya paling sedikit, meskipun sama dengan sampel R2, sampel tersebut memiliki kadar menthol yang tinggi sehingga dapat menyegarkan. Hasil uji wangi alami pada produk minyak gosok dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik perbandingan hasil uji hedonik terhadap wangi alami produk

Tekstur

Parameter tekstur atau kelicinan pada kulit diuji menggunakan perasaan indera peraba, baik di telapak tangan atau pada punggung tangan, komposisi base ad sudah dibuat seseimbang mungkin akan tetapi perbedaan perbandingan base ad dan aromaterapynya dapat mempengaruhi kesukaan konsumen. Tingkat kesukaan konsumen terhadap tekstur minyak hanya 1 produk yang mencapai nilai lebih dari 60%, yaitu produk R2, sampel tersebut memiliki kadar base ad paling rendah dari semuanya yaitu hanya 54% dari 10 ml minyak. Nilai terendah didapat dari sampel R1 yang memiliki kadar base ad 58%, meskipun base ad sampel R3 memiliki kadar tertinggi yaitu 62% ini juga dipengaruhi oleh kandungan atsiri yang lain, R3 memiliki kadar kayu putih dan sereh wangi yang lebih tinggi. Hasil uji hedonik untuk tekstur sampel minyak gosok dapat dilihat pada Gambar 4,

45% 67% 61% 64% 48% 12% 9% 15% 9% 12% 42% 24% 24% 27% 39% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% R1 R2 R3 R4 R5 Wangi Alami

Suka Netral Tidak suka

P

ane

li

s

(28)

13

Gambar 4 Grafik perbandingan hasil uji hedonik terhadap tekstur produk

Kehangatan

Parameter kehangatan sangat penting pada produk minyak gosok, karena tingkat kehangatan dapat memberi rasa nyaman atau sebaliknya dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang sensitif. Rasa nyaman karena kehangatan dapat terjadi karena adanya menthol, champhor dan cengkeh namun yang paling besar pengaruhnya adalah menthol. Kadar menthol yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kepala pusing, hidung jenuh (tidak dapat membaui) untuk sementara dan dapat menyebabkan kecanduan, kadar yang tepat dapat membantu melegakan pernafasan, meningkatkan semangat dan ketenangan.

Dari uji tingkat kehangatan seperti pada Gambar 5 menunjukkan didapat nilai kesukaan tertinggi dari sampel R3 yang memiliki kadar menthol 15% dan champhor 3%. Nilai terendah didapatkan sampel R1 yang memiliki kadar menthol 16% dan champhor 2%.

Gambar 5 Grafik perbandingan hasil uji hedonik terhadap tingkat kehangatan

36% 45% 55% 61% 58% 39% 36% 30% 24% 18% 24% 18% 15% 15% 24% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% R1 R2 R3 R4 R5 Tekstur

Suka Netral Tidak suka

39% 39% 52% 33% 27% 24% 30% 18% 39% 42% 36% 30% 30% 27% 30% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% R1 R2 R3 R4 R5 Tingkat Kehangatan

Suka Netral Tidak suka

P ane li s P ane li s Sampel Sampel

(29)

14

Produk Keseluruhan

Kesukaan terhadap produk dilihat secara keseluruhan komposisi produk tersebut, hal ini bergantung selera dari konsumen yang lebih menyukai minyak gosok yang lebih ke salah satu karakteristiknya atau melihat semua sifat tersebut. Sampel R3 memiliki kesukaan tertinggi dari uji kesukaan produk, formula untuk produk tersebut adalah 31% minyak kelapa, 31% minyak zaitun , 5% kayu putih, 5% rhodinol, 5% mint, 5% lemon, 15% menthol dan 3% champhor. Nilai terendah didapat oleh produk R5 yang memiliki minyak cengkeh, ketiga minyak gosok lain memiliki nilai yang hampir sama, tingkat kesukaan keseluruhan produk dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik perbandingan hasil uji hedonik keseluruhan produk

Uji Karakteristik dan Uji SNI

Produk minyak gosok aromaterapi dengan nomor sam pel R2, R3, dan R4 merupakan produk terbaik dari hasil analisa organoleptik menggunakan metode Bayes, untuk menentukan nilai kepentingannya di ambil dari penelitian sebelumnya yang melakukan pengujian aromaterapi sehingga nilai kepentingannya dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil respon panelis dalam angka menunjukkan berapa banyak panelis yang menyukai produk tiap sampel ditunjukkan pada Tabel 8. Nilai kesukaan didapatkan dari perkalian nilai kepentingan dengan hasil respon kesukaan pada tiap sampel analisa tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil terbaik dari organoleptik tersebut yang kemudian dapat diambil untuk sampel uji karakteristik dan SNI.

Tabel 7 Bayes untuk minyak gosok aromaterapi Parameter Nilai kepentingan Dasar Pertimbangan

Wangi Alami 0,2 kesan pertama konsumen

Tekstur 0,25

parameter mutu minyak gosok aromaterapi

Tingkat Kehangatan 0,25 guna sebagai obat

Produk keseluruhan 0,3 pertimbangan langsung dari konsumen Sumber : Setyaningsih, 2014 42% 55% 61% 52% 52% 33% 33% 24% 30% 21% 24% 12% 15% 18% 27% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% R1 R2 R3 R4 R5 Produk Keseluruhan

Suka Netral Tidak suka

P

ane

li

s

(30)

15

Tabel 8 Hasil respon panelis terhadap sampel

Faktor Sampel R1 R2 R3 R4 R5 Wangi Alami 15 22 20 21 16 Tekstur 12 15 18 20 19 Tingkat kehangatan 13 13 17 11 9 Produk keseluruhan 14 18 20 17 17

Tabel 9 Perhitungan nilai kesukaan dari 4 parameter

Sampel Wangi alami Tekstur Kehangatan Keseluruhan produk Total

R1 3 3 3,25 4,2 13,45

R2 4,4 3,75 3,25 5,4 16,8

R3 4 4,5 4,25 6 18,75

R4 4,2 5 2,75 5,1 17,05

R5 3,2 4,75 2,25 5,1 15,3

Ketiga formulasi tersebut memiliki nilai tertinggi dan di atas rata-rata yaitu 16,23, formulasi tersebut dapat digunakan untuk uji karakteristik dan umur simpannya. Serta untuk minyak gosok aromaterapi dilakukan uji SNI sesuai dengan standar nasional untuk minyak kayu putih. Hasil uji karakteristik dan SNI dari ketiga sampel tersebut disajikan pada Tabel 10,

Tabel 10 SNI minyak kayu putih dan hasil uji sampel minyak gosok

Jenis Uji SNI R3 R2 R4

Warna Jernih - kuning kehijauan Kuning

Bau Khas kayu putih aroma menthol dan kayu putih

Bobot Jenis 0,900-0,930 0,908 0,904 0,906 Indeks Bias 1,450–1,470 1,4604 1,4599 1,4594 kelarutan (Alkohol 70%) 1:1 sampai 1:10 jernih 1:10 jernih

Putaran Optik (-) 4o s/d 0o 40,9 35,2 42,6

Kandungan Sineol (%) 50-65 ----

Hasil pada Tabel 10 menunjukkan ketiga formulasi tersebut memiliki kesesuaian dengan 5 parameter SNI, untuk putaran optik tidak sesuai dengan minyak kayu putih karena menggunakan base ad minyak kelapa (73o) dan zaitun sehingga putaran optiknya tinggi, sedangkan untuk kandungan sineolnya tidak dihitung karena bukan merupakan hasil penyulingan minyak kayu putih murni.

Karakteristik dari ketiga sampel memiliki pH 5, sehingga merupakan produk yang aman karena memiliki pH yang mirip dengan pH kulit normal (4,2–5,6) dan memiliki viskositas masing masing R3 (1,047 cp), R2 (0,97 cp) dan R4 (1,052 cp) menggunakan viscometer Ostwald.

(31)

16

SIMPULAN dan SARAN

Simpulan

Hasil fraksinasi minyak sereh wangi dapat dijadikan berbagai produk seperti stik aroma diffuser dan produk minyak gosok aromaterapi berbahan alami. Produk stik aroma diffuser dengan bahan aroma rhodinol memiliki potensi untuk dikembangkan menggunakan bahan rotan dengan diameter 1 mm.

Untuk produk minyak gosok aromaterapi yang berpotensi untuk dikembangkan adalah yang formulasinya menggunakan bahan aroma rhodinol sebanyak 5%, karakteristik rhodinol di dalam minyak gosok adalah sebagai middle note yang merupakan wangi utama dalam formulasi tersebut. Kesukaan panelis terhadap produk sangat dipengaruhi oleh karakteristik wangi alaminya, wangi alami dalam produk dihasilkan dari middle note dan top notenya yang menggunakan lemon sebanyak 5%.

Saran

Produk stik aroma diffuser masih dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil terbaik, baik untuk pemilihan jenis stik dan dimensinya. Serta masih banyak kemungkinan formulasi aromaterapi yang dapat dilakukan. Untuk produk minyak gosok aromaterapi dapat dilakukan uji klinis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kesehatan. Kedua produk dapat juga dilakukan analisis ekonominya untuk mengetahui potensi produksi.

(32)

17

DAFTAR PUSTAKA

Agustian E. Sulaswatty A, Tasrif, Laksamono J A, Adilina IB. 2005. Pemisahan Sitronelal Dari Minyak Sereh Wangi Menggunakan Unit Fraksionasi Skala Bench. Grup Riset Teknologi Proses dan Sintesi Minyak Atsiri Pusat Penelitian Kimia - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dr. France, Colin. Products from Oil. [internet]. [diunduh pada 21 november 2014]. Tersedia pada http://www.gcsescience.com/o.html

Badan Standarisasi Nasional, 1995. Minyak Sereh Wangi. Standar Nasional Indonesia 06-3953-1995

Badan Standarisasi Nasional, 2006. Minyak Kayu Putih. Standar Nasional Indonesia 06-3954-2006. ICS 71.100.60.

Fatimah. 2012. Serai Wangi Tanaman Perkebunan Yang Potensial. Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya

Jasni, D. Martono, Supriana N. 2016. [diunduh pada 12 februari 2016]. Tersedia https://www.google.co.id/search?q=rotan+adalah

Rangkuti, AH, 2002. Teknik Pengambilan Keputusan Multi Kriteria Menggunakan Metode Bayes, MPE, CPI dan AHP. [Web Pdf]. [diunduh pada 1 agustus 2016] Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Binus

University.

http://research-dashboard.binus.ac.id/uploads/paper/document/publication/.html

Rusli, MS, 2013. Rekayasa Proses Isolasi Sitronelal, Sitronelol dan Geraniol dari Minyak Sereh Wangi & Aplikasinya dalam Pembuatan Produk Pangan, Kosmetik dan Obat-obatan. Penelitian Strategis Nasional, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setiyaningsih, A. 2014. Aplikasi Sitronelal Minyak Sereh Wangi pada Produk Eau De Toilette dengan Bahan Pewangi Alami. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Setyaningsih, D. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor

(ID) : IPB Press.2010

Sri Endah L, Retno. 2012. Kajian Finansial Isolasi Citronelol dan Rhodinol pada Industri Berbasis Senyawa Turunan Minyak Sereh Wangi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Worzakowska, M. 2014. TG/FTIR/QMS studies of long chain esters of geraniol. Journal of Analytical and Applied Pyralysis 110: 181-193

(33)

18

LAMPIRAN

1. Data Keadaan Fraksinasi Rhodinol

Fraksi Thead

(Celcius)

Tflaks

(Celcius) Time (Hours) Vakum(mBar) Volume (ml) Refluks

1 58,6-61,1 104,8-106,6 0 (22:00, 16-11-2014) - 1.09 4 - 5 mBar 40 10:10 2 61,1-81,9 106,6-108,4 1.09 - 3.10 4 - 5 mBar 280 10:10 3 81,9-85,1 108,4-108,5 3.10 - 4:11 4 - 5 mBar 100 10:01 4 85,1-104,8 108,5-125,1 4.11 - 20.11 4 - 5 mBar 1240 10:10 5 104,8-106,5 125,1-126,8 20.11 - 22.11 4 - 5 mBar 100 10:01 6 106,5-111,8 126,8-128,7 22.11 - 27.14 4 - 5 mBar 320 10:10 7 111,8-112,5 128,7-130,1 27.14 - 37.54 4 - 5 mBar 800 10:10 8 112,5 130,1 37.54 (18-11-2014) 4 - 5 mBar 1120 (residu) 10:10

2. Formulasi Minyak Gosok Aromaterapi dalam ml

M. Kelap a M. Zaitun kayu Puti h Cengke h Rhodino l Mint Lemon Mentho l Champho r 1 55 18 7 2 8 5 5 2 55 18 9 8 5 5 3 55 18 9 10 5 3 4 55 18 7 8 5 2 5 50 15 10 1 9 5 5 6 55 18 9 5 10 5 5 2 7 50 15 7 1 15 5 5 8 55 18 7 15 5 5 2 9 30 38 10 8 5 5 2.5 1 0 35 35 8 10 5 5 2.5 1 1 35 35 10 5 5 5 10 2.5 1 2 35 35 5 5 5 5 15 2.5 1 3 35 35 5 5 5 5 20 2.5 1 4 35 35 5 5 5 5 25 2.5 1 5 35 35 5 5 10 10 20 2.5 1 6 35 35 5 5 10 10 25 2.5 1 7 31 31 5 5 5 5 15 3 1 8 28.5 28.5 5 5 5 5 20 3 1 9 31 31 5 1 5 5 5 15 0

(34)

19

3. Kuisioner dan Hedonik stik aromaterapi

Kuisioner faktor pemilihan produk stik aromterapi (parfum ruangan)

Faktor Nilai pemilihan

1 2 3 4 5

Aroma

Ketahanan bau

Keterangan :

1. Sangat tidak penting 2. Tidak penting 3. Biasa

4. Penting

5. Sangat penting

Uji hedonik aroma produk stik aromaterapi

Sampel Kesukaan aroma

1 2 3 4 5 431 512 623 114 Keterangan : 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Netral 4. Suka 5. Sangat suka

4. Lembar Uji Kesukaan Minyak Gosok Aromatherapi

Tanggal :

Nama Panelis :

Instruksi : nyatakan penilaian anda terhadap sampel dengan menuliskan

angka sesuai penilaian anda. Bau, rasa, tekstur sampel diberikan penilaian tanpa membandingkan antar sampel.

Penilaian diberikan sebagai berikut : 1 : sangat tidak suka

2 : tidak suka 3 : agak tidak suka

(35)

20

4 : netral 5 : agak suka 6 : suka

7 : sangat suka

Parameter Kode Sampel

911 312 135 614 725 Wangi Alami Tekstur Tingkat Kehangatan Produk Keseluruhan Note :

- Sampel diuji dengan dioleskan di punggung tangan - Berikan jarak 6-10 dari hidung saat membaui sampel - Berikan waktu antar sampel sekitar 3-5 menit

- Tutup kembali botol setelah selesai penilaian

5. Hasil uji hedonik terhadap wangi alami produk

911 312 135 614 725 Suka 15 22 20 21 16

Netral 4 3 5 3 4

tidak suka 14 8 8 9 13

6. Hasil uji Hedonik terhadap tekstur produk

911 312 135 614 725 Suka 12 15 18 20 19 Netral 13 12 10 8 6 tidak suka 8 6 5 5 8

7. Hasil hedonik terhadap tingkat kehangatan produk

911 312 135 614 725 Suka 13 13 17 11 9 Netral 8 10 6 13 14 tidak suka 12 10 10 9 10

(36)

21

8. Hasil hedonik terhadap produk keseluruhan

911 312 135 614 725 Suka 14 18 20 17 17 Netral 11 11 8 10 7 tidak suka 8 4 5 6 9

(37)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lhokseumawe, 1 Maret 1992 dari pasangan Ishaq Domat dan Tilaibah. Penulis merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara, bersekolah dasar di SD Negeri 1 Muara Dua, Cunda, Lhokseumawe pada tahun 1998, dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 7 Lhokseumawe dan lulus di tahun 2007, tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) pemprov Nanggroe Aceh Darussalam setelah lulus dari SMA Negeri 5 Lhokseumawe diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa, penulis banyak mengikuti kegiatan kepanitiaan baik dari OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah), HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri) dan BEM-F. Penulis menyenangi banyak kegiatan olahraga seperti futsal, badminton, voli dan hiking serta aktif dalam MATIPALA (Mahasiswa Teknologi Pecinta Alam) HIMALOGIN IPB.

Gambar

Tabel 2  Formulasi trial and error minyak gosok aromaterapi
Tabel 3 Formulasi dan jenis stik untuk uji hedonik  Kode
Tabel 4 Nilai Kepentingan Bayes stik aroma diffuser
Gambar 1 Grafik perbandingan hasil uji hedonik produk stik aroma diffuser
+7

Referensi

Dokumen terkait

mempengaruhi pendapatan petani jahe emprit dengan sistem tumpangsari sayuran di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar adalah luas lahan, bibit, pupuk NPK, pestisida,

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tata kelola perusahaan atau yang terdiri dari kepemilikan konsitusional, kepemilikan manajerial, proporsi

Kesimpulan: Faktor- faktor yang menyebabkan berhasilnya pemberian ASI Eksklusif adalah pendidikan ibu tinggi, pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif baik, motivasi

Perawatan intensif tidak serta merta merujuk kepada ICU, namun pasien dengan skor MEOWS yang tinggi memiliki kebutuhan level of care yang lebih tinggi juga baik dari

Pengaruh pemberian ekstrak daun kosambi terhadap ekspresi caspase3 pada sel epitel mukosa usus halus tikus model fibrosis hepar Caspase-3 merupakan protein yang berperan dalam

II-1 日本研究のパラダイム――その多様性を理解 するために―― 著者 ネウストプニー

Hasil penelitian yang akan memberikan informasi lebih, tentang pentingnya metode dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, sehingga dapat mendorong semua pihak untuk

Seluruh Dosen, Karyawan, dan Seluruh Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya yang telah memberikan semangat dan banyak membantu dalam