• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eko Widaryanto. Faklutas Pertanian Univ. Brawijaya Malang ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eko Widaryanto. Faklutas Pertanian Univ. Brawijaya Malang ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah disampaikan pada Seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia, di Fakultas 1 OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN PENANAMAN RAPAT DAN TUMPANGSARI DENGAN TANAMAN SAYURAN PADA PERTANAMAN JARAK

(JATROPHA CURCAS L) SEBELUM MENCAPAI KESTABILAN PRODUKSI Eko Widaryanto

Faklutas Pertanian Univ. Brawijaya Malang ABSTRAK

Percobaan dilakukan pada bulan Februari s/d Juni 2006 di lahan tadah hujan di daerah Merjosari, Lowokwaru, Kotamadya Malang pada ketinggian 500 m dpl. Curah hujan rata-rata 1750 mm/th. Percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 7 perlakuan dengan 3 macam tanaman sela yaitu tomat, terung dan lombok besar keriting, masing-masing jenis tanaman sela ditanam dengan 2 macam pola tanam, yaitu di antara baris tanaman jarak dengan jarak dalam baris 40 cm sehingga membentuk pola empat persegi panjang dengan jarak tanam 40 x 80 cm dan tanaman sela ditanam di antara tanaman jarak dengan dua arah. Tanaman jarak ditanam dengan jarak tanam separuh anjuran yaitu 0,8 x 0,8 m, yang mana pada menjelang musim tanam jarak selanjutnya tanaman jarak ditebang selang-seling sehingga jarak tanam menjadi 1,6 x 1, 6 m. Adapun hasil tebangan batang jarak dijual sebagain bahan stek

Tujuan penelitian adalah untuk menambah pendapatan petani pada tahun pertama yaitu dari produksi tanaman sela, di samping itu juga hasil biji serta hasil penebangan tanaman jarak yang dilakukan secara selang-seling yaitu berupa bahan stek yang dapat dijual atau untuk pengembangan perluasan areal. Pada tahun kedua setelah penebangan tanaman jarak yang berselang-seling berarti akan terdapat ruang tumbuh baru yang dapat dimanfaatkan sebagai media untuk penanaman tanaman sela

Perlakuan jenis tanaman sela seperti tomat, terung dan lombok besar keriting masing-masing memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan awal tanaman jarak pagar yang meliputi: tinggi tanaman, panjang tanaman, jumlah daun, (luas daun, indeks luas daun lebar kanopi, jumlah tunas, panjang tunas, panjang batang tunas, dan jumlah buah.

Nilai R/C dihitung dengan menjumlah pendapatan tanaman sela dengan asumsii penjualan stek hasil pemangkasan jarak pada umur 1 tahun. . Sedangkan biaya produksi dihitung dengan menjumlah biaya produksi tanaman sela dengan biaya budidaya tanaman pokok jarak serta biaya sewa tanah Rp 1.000.000,-/tahun (khusus dihitung untuk tanaman jarak). Dengan sistem penanaman jarak yang rapat perlakuan Kontrol telah mendapatkan R/C ratio di atas 1, yaitu dari hasil penjualan stek saja telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.332.000,-. Sedangkan R/C ratio yang didapatkan dari perlakuan tumpangsari dengan tanaman sela seperti tomat, terung dan lombok besar didapatkan nilai R/C rasio yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan kontrol.

PENDAHULUAN

Tanaman jarak pagar ialah tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar. Selama ini tanaman jarak pagar hanya ditanam sebagai pagar dan tidak diusahakan secara khusus. Budidaya tanaman jarak belum dilakukan masyarakat untuk tujuan agribisnis.

Secara ekonomi, tanaman jarak pagar bisa dimanfaatkan seluruh bagiannya, mulai dari daun, buah, kulit batang, getah, dan batangnya Daun bisa diekstraksi menjadi bahan pakan ulat sutera dan obat-obatan herbal. Kulit batang bisa juga diekstraksi menjadi tannin atau sekedar dijadikan bahan bakar lokal untuk kemudian menghasilkan

(2)

pupuk. Bagian getah bisa diekstraksi menjadi bahan bakar. Demikian juga bagian batang, bisa digunakan untuk kayu bakar. Potensi terbesar jarak pagar ada pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Inti biji inilah yang menjadi bahan dasar pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar (Heller, 1996).

Tanaman jarak banyak dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan di Indonesia yang pada masa lalu terkenal dengan tanaman jarak pagar yang mudah tumbuh dan berkembang meskipun tanpa usaha budidaya yang sangat kurang. Biji tanaman jarak mulai dapat dipanen setelah usia dua tahun dengan produktivitas sangat bervariasi tergantung pada kesuburan lahan dan curah hujan. Secara umum produktivitas biji per tahun berkisar antara 0,5 sampai 12 t/ha (Heller, 1996 ; Foidl dan Eder, 1997 ; Maharishi, 2000 dan Siregar et al., 2005). Bahkan dari penelitian Prajogo et al. (2006) di Jatim dan Jateng (PTP XII) sampai tahun ke 15 pengusahaan tanaman jarak masih belum mendapatkan keuntungan (rugi)

Oleh karena rendahnya produksi biji jarak pada tahun-tahun pertama serta rendahnya harga biji jarak yang rendah yang hanya berkisar antara Rp 500,- - Rp 700,- per kg, sering menjadi kendala pengembangan perluasan budidaya jarak di tingkat petani, dan untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya upaya-upaya pengusahaan tentang pemanfaatan lahan di antara tanaman jarak pada pertumbuhan awalnya yaitu dengan penanaman tanaman sela yang sesuai dengan daerah masing-masing di mana tanaman jarak itu diusahakan. Pada pengusahaan ini juga dapat dilakukan dengan menanam tanaman jarak dengan jarak antar baris separuh dari yang telah dianjurkan yaitu berkisar 0,8 m dan pengusahaan tanaman selanya di antara tanaman jarak tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh macam tanaman sela pada pertumbuhan awal tanaman jarak pagar.

2. Mengetahui nilai tambah dengan penanaman berbagai macam tanaman sela. 3. Pemanfaatan lahan dengan penanaman tanaman jarak dengan rapat untuk menda-

dapatkan hasil stek pada pemangkasan tahun pertama

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada tanah tegal (tadah juhan) di kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kotamadya Malangpada ketinggian 505 m dpl, suhu udara rata-rata 25º- 30ºC dan curah hujan 1750 mm/tahun. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai Juni 2006. Bahan yang digunakan antara lain: stek batang tanaman jarak pagar dengan panjang 30 cm dan diameter 1,5 cm, bibit terung, bibit tomat dan bibit lombok besar keriting.

Metode yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang sebanyak 3 kali dengan 7 perlakuan, Penelitian ini dilaksanakan di lapang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 7 perlakuan. Perlakuan terdiri dari T0P0 (kontrol tanaman jarak), T1P1 = Tanaman sela tomat, ditanam di antara tanaman jarak dengan dua arah, T1P2 = Tanaman sela tomat, ditanam di antara tanaman jarak (dalam baris 40 cm), T2P1 = Tanaman sela terung, ditanam di antara tanaman jarak dengan dua arah, T2P2 = Tanaman sela terung, ditanam di antara tanaman jarak (dalam baris 40 cm, T3P1 = Tanaman sela cabai, , ditanam di antara tanaman jarak dengan dua arah T3P2 = Tanaman sela cabai, ditanam di antara tanaman jarak (dalam baris 40 cm). Setiap plot percobaan seluas 12,8 m2 , terdiri dari 20 tanaman jarak dan 27 tanaman sela tomat, terung dan lombok besar keriting.

Pelaksanaan meliputi pengolahan lahan, Penanaman, Pemeliharaan Tanaman, dan Panen. Pengamatan pada tanaman jarak dilakukan pada 30, 60, 90, 120, 150 dan 180

(3)

Makalah disampaikan pada Seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia, di Fakultas 3 tunas, Jumlah daun, Lebar kanopi dan Luas Daun. Pengamatan tanaman sela hanya diamati produksi basah saat panen. Bobot Ekonomis, Bobot Total Panen.

Dari data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis ragam (uji F hitung). Untuk mengetahui perbedaan perlakuan dilakukan pengujian dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

Untuk mengetahui keuntungan dari usahatani tumpangsari dan penanaman jarak yang rapat dihitung dari hasil tanaman sela dan hasil pemotongan tanaman jarak sebagai bahan stek dapat dihitung R/C ratio dengan rumus :

R/C ratio = JP x HPR n

Σ Xi x HXi i=1

dimana : JP = jumlah produksi fisik HPR = harga produk rata-rata

ΣXi = harga input yang digunakan n = banyaknya input yang digunakan

Oleh karena pada pengamatan sampai dengan 180 HST tanaman jarak belum menghasilkan buah secara maksima, maka pada tulisan ini produksi buah dan biji tidak dimasukkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanaman sela yang berbeda dengan pola tanam yang berbeda berpengaruh sangat nyata pada pertumbuhan tanaman pokok jarak pagar pada semua parameter pengamatan pada setiap umur pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, indeks luas daun lebar kanopi, jumlah tunas, panjang tunas, saat berbunga dan jumlah buah per tanaman (Tabel 1-5).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamatan yang dilakukan

terhadap tanaman jarak mulai umur 60 hst sampai 180 hst secara umum terjadi

pengaruh yang nyata pada semua parameter pengamatan namun berbeda pada

tingkat umur pengamatan. Parameter panjang tanaman berbeda nyata mulai

umur pengamatan 150 hst, tinggi tanaman, panjang batang tunas, jumlah daun

dan lebar kanopi mulai umur 120 hst, panjang tunas mulai umur 90 hst, luas

daun dan indeks luas daun mulai umur 60 hst dan jumlah tunas hanya beda

nyata pada umur pengamatan 60 hst sedangkan pada 90 hst sampai 150 hst

tidak beda nyata (Tabel 1- 5)

Penekanan pertumbuhan terhadap tanaman jarak pagar karena adanya

tanaman sela terung menunjukkan angka yang signifikan setertihalnya pada

panjang tanaman umur 160 HST sudah terjadi penekanan pertumbuhan sebesar

56,62% (T2P1) dan 54,14% (T2P2) dibanding dengan tanaman jarak pada

perlakuan kontrol. Pada pengamatan panjang batang tunas yang telah terjadi

penekanan pertumbuhan sejak umur 150 HST, penekanan pertumbuhan tersebut

oleh tanaman terung sebesar 69,4 %(T2P1), 61,31% (T2P2) dibanding dengan

perlakuan kontol dan penekanan pertumbuhan ini terjadi sampai pengamatan

umur 180 HST. Pengamatan panjang batang tunas memiliki peranan penting

pada pengamatan ini karena panjang batang tunas akan dipakai sebagai asumsi

produksi batang hasil penebangan jarak pada tahun pertama yang akan dihitung

sebagai hasil tambahan dibanding tanaman sela. Sedangkan tanaman sela

tomat dan terung penekanan pertumbuhan terhadap luas daun mulai terjadi pada

umur pengamatan 120 HST. Penekanan pertumbuhan luas daun tanaman jarak

pada pengamatan 150 HST tersebut sebesar 28,97% (T1P1) pada tanaman sela

(4)

tomat dan 64,22% (T2P1), 65,65% (T2P2) masing-masing pada tanaman sela

terung.

Hal ini disebabkan karena pada awal pertumbuhan, keberadaan tanaman sela mempengaruhi pertumbuhan tanaman jarak pagar, karena memiliki ketinggian di atas tanaman jarak pagar. Sedangkan tanaman sela merupakan tanaman semusim yang berumur agak panjang, berhabitus lebih tinggi dari tanaman pokok. Sesuai dengan Sugito (1999) yang menjelaskan bahwa tinggi tanaman menjadi salah satu dasar pemilihan dalam sistem tumpangsari, yang berguna dalam hal efektivitas penggunaan cahaya. Dalam sistem tumpangsari adanya tanaman sela berarti kita telah memanfatkan sebaik-baiknya energi matahari yang lolos untuk pertumbuhan tanaman sela. Tanaman sela yang biasanya lebih rendah dari tanaman pokok juga berguna sebagai penutup tanah, sehingga kelembaban tanah dapat dipertahankan. Selain itu tanaman pokok yang lebih tinggi memberikan pengaruh naungan bagi tanaman sela. Naungan ini dapat bermanfaat bagi tanaman sela yang dalam syarat tumbuhnya memang membutuhkan naungan.

Pemilihan

jenis

tanaman

merupakan

salah

satu

usaha

untuk

meminimumkan pengaruh kompetisi. Tanaman jarak pagar mempunyai habitus

yang pada pertumbuhan awalnya hampir sama dengan jenis tanaman sela yang

ditanam namun pada pertumbuhan selanjutnya nampaknya pertumbuhan

tanaman sela lebih mendominasi dari pada tanaman jarak, terutama tanaman

sela terung yang mempunyai pertumbuhan sangat pesat sehingga pada jenis

tanaman sela ini memberikan penekanan pertumbuhan terhadap tanaman jarak

yang lebih besar dari pada tanaman sela tomat dan cabai basar.. Sedangkan

tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang memiliki pertumbuhan

yang lambat. Splittoesser (1984) menyatakan bahwa salah satu keuntungan

tanaman yang pertumbuhan vegetatifnya cepat adalah dapat berkompetisi lebih

baik terhadap tanaman lainnya.

Dengan demikian keberadaan tanaman sela berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pokok, tetapi hal ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya dalam penggunaan efisiensi lahan karena selama tanaman pokok belum berproduksi maka petani dapat memanfaatkan lahan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Splittosser (1984) mengemukakan bahwa keberhasilan sistem tumpangsari tergantung pada kemampuan individu tanaman yang ditumpangsarikan dalam bersaing mendapatkan radiasi matahari, air, unsur hara, CO2, O2, dan ruang tumbuh. Di antara faktor-faktor

tumbuh tersebut, cahaya merupakan faktor pembatas yang paling menentukan dalam keberhasilan sistem tumpangsari, walaupun faktor-faktor lainnya dapat juga menjadi faktor pembatas. Intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman sela akan semakin rendah karena adanya pengaruh naungan tanaman pokok (Lampiran 3). Adanya naungan tersebut menyebabkan kelembapan udara menjadi lebih tinggi, laju tranpirasi menjadi berkurang sehingga menghambat laju pengangkutan air, dan unsur hara dari dalam tanah.

(5)

Makalah disampaikan pada Seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia, di Fakultas 5 Tabel 1. Rata-rata Panjang Tanaman Utama Jarak Pagar pada Berbagai Macam

Tanaman Sela dengan Pola Tata Letak Penanaman Tanaman Sela yang Berbeda pada Berbagai Umur Pengamatan

Panjang Tanaman (Cm)

Perlakuan

60 hst

90 hst

120 hst

150 hst

180 hst

T0P0

42,67 a

65,53 a

82,53 a

145,80 d

151,80 c

T1P1

43,00 a

67,27 a

77,87 a

140,20 d

133,00 b

T1P2

41,13 a

66,93 a

80,13 a

122,73 b

132,33 b

T2P1

39,07 a

62,53 a

63,20 a

63,20 a

67,00 a

T2P2

38,20 a

61,67 a

65,33 a

66,87 a

78,53 a

T3P1

40,53 a

65,73 a

76,40 a

133,67 c

146,33 c

T3P2

40,60 a

67,60 a

92,27 a

138,00 cd

154,40 c

BNT 5%

10,47

10,18

Keterangan : hst : hari setelah tanam; Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%

Tabel 2. Rata-rata Panjang Tunas Tanaman Utama Jarak Pagar pada Berbagai Macam Tanaman Sela dengan Pola Tata Letak Penanaman Tanaman Sela yang Berbeda pada Berbagai Umur Pengamatan

Panjang Tunas (Cm)

Perlakuan

60 hst

90 hst

120 hst

150 hst

180 hst

T0P0

22,53 a

45,20

abc

62,47 d

125,40 g

131,13 e

T1P1

22,80 a

48,60 d

57,33 c

97,40 c

112,20 c

T1P2

22,73 a

46,67 c

64,13 e

102,00 d

112,93 c

T2P1

21,33 a

44,00 a

44,47 a

45,00 a

47,20 a

T2P2

19,93 a

44,33 b

53,27 b

54,07 b

57,13 b

T3P1

20,27 a

44,87 ab

54,53 b

112,33 e

125,67 d

T3P2

21,27 a

46,27 bc

74,27 f

117,60 f

134,13 f

BNT 5%

1,52

1,17

2,70

1,81

Keterangan : hst : hari setelah tanam; Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%

Tabel 3. Rata-rata Panjang Batang Tunas Tanaman Utama Jarak Pagar pada Berbagai Macam Tanaman Sela dengan Pola Tata Letak Penanaman Tanaman Sela yang Berbeda pada Berbagai Umur Pengamatan

Panjang Batang Tunas (cm)

Perlakuan

60 hst

90 hst

120 hst

150 hst

180 hst

T0P0

13,40 a

35,13 a

54.47 d

117.00 g

122.47 f

T1P1

13,07 a

37,93 a

46.73 c

87.47 c

105.73 d

T1P2

13,40 a

36,67 a

54.67 d

98.00 d

100.93 c

T2P1

12,00 a

34,07 a

35.00 a

35.40 a

35.80 a

T2P2

11,53 a

37,67 a

44.73 b

45.27 b

46.67 b

T3P1

11,47 a

34,87 a

44.67 b

103.27 e

115.00 e

T3P2

12,77 a

36,27 a

64.27 e

107.13 f

124.80 g

BNT 5%

0,93

1,77

2,06

Keterangan : hst : hari setelah tanam; Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%

(6)

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Utama Jarak Pagar pada Berbagai Macam Tanaman Sela dengan Pola Tata Letak Penanaman Tanaman Sela yang Berbeda pada Berbagai Umur Pengamatan

Jumlah Daun

Perlakuan

60 hst

90 hst

120 hst

150 hst

180 hst

T0P0

14,07 a

32,27 a

50,33 b

74,33 cd

108,80 bc

T1P1

15,73 a

28,60 a

33,40 a

52,80 b

126,80 bc

T1P2

19,47 a

32,80 a

39,53 a

64,80 c

133,27 c

T2P1

20,00 a

26,40 a

26,60 a

31,33 a

35,33 a

T2P2

23,13 a

24,20 a

25,07 a

25,53 a

37,80 a

T3P1

23,27 a

37,93 a

52,33 b

76,60 cd

101,67 b

T3P2

23,93 a

31,60 a

59,00 b

84,40 d

101,73 b

BNT 5%

10,72

14,12

25,65

Keterangan : hst : hari setelah tanam; Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%

Tabel 5. Rata-rata Luas Daun Tanaman Utama Jarak Pagar pada Berbagai Macam Tanaman Sela dengan Pola Tata Letak Penanaman Tanaman Sela yang Berbeda pada Berbagai Umur Pengamatan

Luas Daun (cm

2

)

Perlakuan

60 hst

90 hst

120 hst

150 hst

180 hst

T0P0

1224,29 b

2375,47 ab 4870,25 b 7442,25 cd

11663,36 bc

T1P1

1259,37 b

2105,53 ab 3231,78 a

5286,33 b

13592,96 bc

T1P2

1217,27 b

2414,73 ab 3825,24 a 6487,77 bc

14286,18 c

T2P1

1024,33 ab

2601,24 b

3031,81 a

2663,19 a

2830,08 a

T2P2

1052,40 ab

1845,40 a

3657,52 a

2556,39 a

2594,24 a

T3P1

827,88 ab

2792,65 b

5063,77 b 7669,19 cd

10898,66 b

T3P2

740,18 a

2326,39 ab 5708,84 b

8450,13 d

10905,813 b

BNT 5%

431,97

629,29

1037,49

1414,08

2749,33

Keterangan : hst : hari setelah tanam; Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%

Analisis Keuntungan Ekonomi

Hasil analisis ekonomi tumpangsari tanaman jarak pagar dengan beberapa tanaman sela ditunjukkan oleh 6 dan 7 dan Lampiran 1.

Tabel 6. Hasil Panen Tanaman Sela (kg/ha)

No

Perlakuan

Jumlah Panen

Produksi

(kg/plot)*)

Produksi (kg/ha)

1

T1P1

4 kali panen

16.562

12.939

2

T1P2

4 kali panen

16.171

12.634

3

T2P1

9 kali panen

39.392

30.775

4

T2P2

9 kali panen

31.639

24.718

5

T3P1

7 kali panen

3.441

2.688

6

T3P2

7 kali panen

3.413

2.666

*) Ukuran Plot 12,8 m

2

(7)

Makalah disampaikan pada Seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia, di Fakultas 7 Tabel 7. Nilai Ekonomis Tanaman sela dengan Hasil Stek Jarak

Perlakuan Pengeluaran (Rp) (Tan sela + jarak)

Pendapatan (Rp) (Tan sela+stek jarak)

Keuntungan (Rp) R/C Ratio

T0P0

8.118.000,- 9.450.000,- 1.332.000,- 1.16

T1P1

15.851.000,- 27.535.000,- 11.684.000,- 1.63

T1P2

16.851.000,- 26.700.000,- 9.849.000,- 1.58

T2P1

17.568.000,- 33.515.500,- 15.947.000,- 1.90

T2P2

17.568.000,- 28.809.000,- 11.241.000,- 1.61

T3P1

17.253.000,- 27.321.000,- 10.068.000,- 1.58

T3P2

17.253.000,- 28.072.000,- 10.819.000,- 1.62

Dari Tabel 7 diperoleh bahwa nilai R/C dihitung dengan menjumlah pendapatan tanaman sela dengan asumsii penjualan stek hasil pemangkasan jarak pada umur 1 tahun. . Sedangkan biaya produksi dihitung dengan menjumlah biaya produksi tanaman sela dengan biaya budidaya tanaman pokok jarak serta biaya sewa tanah Rp 1.000.000,-/tahun (khusus dihitung untuk tanaman jarak). Dengan sistem penanaman jarak yang rapat perlakuan Kontrol telah mendapatkan R/C ratio di atas 1, yaitu dari hasil penjualan stek saja telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.332.000,-. Sedangkan R/C ratio yang didapatkan dari perlakuan tumpangsari dengan tanaman sela seperti tomat, terung dan lombok besar didapatkan nilai R/C rasio yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan kontrol. Di antara tanaman sela yang ditanam, terung nampaknya mempunyai nilai ekonomis yang paling tinggi terutama pada penanaman di antara tanaman jarak dengan dua arah (T2P1), di samping perawatannya relatip mudah dibanding tanaman tomat dan lombok besar, meskipun penghambatan terhadap pertumbuhan tanaman jarak juga paling besar disbanding jenis tanaman sela yang lain.

Perhitungan jumlah stek hasil pangkasan tahun pertama dihitung dari asumsii panjang batang stek pengamatan umur 180 HST dan diasumsikan apabila pengaruh tanaman sela tersebut berlangsung sampai tanaman jarak umur 1 tahun. Asumsii harapan produksi maksimum yang diperoleh adalah 9 stek/tanaman (dengan asumsii jumlah cabang dari perlakuan kontrol per tanaman 3 dan setiap cabang dapat diambil 3 stek sehingga diperoleh 9 stek/tanaman) (Lampiran 2). Dari Lampiran 1 juga dapat dikemukakan bahwa meskipun terjadi penekanan terhadap pertumbuhan tanaman jarak yang cukup besar dari tanaman sela terung, yang ditandai dengan rendahnya produksi stek akibat pendeknya panjang batang tunas (Tabel 3), namun dari perlakuan ini didapatkan nilai produksi terung yang cukup besar.

Apabila ditinjau dari aspek budidaya jarak dengan populasi rapat yang dilaksanakan dengan penanaman 0.8 x 0.8 m, meskipun mempunyai nilai tambah yang cukup besar dari asumsi penjualan stek yang dihasilkan dari pemangkasan tahun pertama, maka haruslah hati-hati diterapkan karena harus memperhatikan aspek pengembangan areal di wilayah tersebut, karena hal ini akan didapatkan kepastian penjualan stek hasil pemangkasan (apabila dijual), di samping itu para petani juga harus mempunyai jalur pemasaran bibit. Apabila teknik penanaman rapat ini diterapkan oleh suatu perusahaan maka sudah pasti pada rencana pengembangan areal sudah tidak memerlukan biaya pembelian bibit atau sudah dapat menghemat biaya.

Setelah penebangan satu baris berselang-seling maka pertanaman jarak mempunyai jarak tanam 1,6 x 1,6 m, yang mana dengan jarak tanam tersebut akan tersedia ruang tumbuh lagi yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sela, baik tanaman sayuran maupun tanaman pangan. Hal tersebut juga sangat memungkinkan,

(8)

karena tanaman jarak yang ditanam di lahan tegalan (tadah hujan), pada awal musim kemarau tanaman jarak menggugurkan daunnya sehingga pada awal musim penghujan tanaman sela akan tumbuh bersama-sama dengan pertumbuhan tunas jarak yang telah menggugurkan daun sebelumnya, sehingga kepastian keberhasilan penanaman tanaman sela dapat diharapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Perlakuan jenis tanaman sela seperti tomat, terung dan lombok besar keriting masing-masing memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan awal tanaman jarak pagar yang meliputi: panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah tunas, panjang tunas, panjang batang tunas.

2. Sistem penanaman jarak yang rapat perlakuan Kontrol telah mendapatkan R/C ratio di atas 1, yaitu dari hasil penjualan stek saja telah mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.332.000,-. Sedangkan R/C ratio yang didapatkan dari perlakuan tumpangsari dengan tanaman sela seperti tomat, terung dan lombok besar didapatkan nilai R/C rasio yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan kontrol. 3. Dengan penanaman jarak secara rapat dapat diharapkan mendapatkan hasil

pangkasan yand dapat dipakai sendiri untuk perluasan areal atau dijual.

Saran

1. Oleh karena tanaman sela (tomat, terung dan lombok besar keriting) mempunyai sifat yang tidak tahan lama disimpan maka penentuan ketiga jenis tanaman sela tersebut harus disertai dengan perencanaan yang matang dalam hal distribusi hasil atau pemasarannnya sehingga akhirnya didapatkan hasil tanaman sela yang maksimum.

2. Penggunaan sistem penanaman rapat harus dipertimbangkan perencanaan perluasan areal yang akan dikembangkan atau petani harus mempunyai jalur pemasaran bibit.

(9)

Makalah disampaikan pada Seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia, di Fakultas 9 DAFTAR PUSTAKA

Haryadi. 2005. Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha curcas) Sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel [Online]. Makalah disampaikan pada Focus Grup Diskusi (FGD) Tema Prospektif Sumberdaya lokal Bioenergi pada Deputi Bidang Pengembangan SISTEKNAS, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Puspiptek Serpong, tanggal Bogor. 14–15 September 2005. Availableat http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=972 (verified Senin,24 Oktober 2005 13:02

Heller, J. 1996. Physic nut (Jatropha curcas). IPGRI. International plant genetic resources instintute roma italy. 66pp.

Maharishi, A. 2000. Jatropha Plantation. http://www.jatrophabiodiesel.org

Pajogo, U.H., A. Djulin, A.K. Zakaria, V. Darwis dan J. Situmorang. 2006. Prospek Pengembangan Sumber Energi Alternatif (Biofuel) Fokus pada Jarak Pagar. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Deptan. 27 hal.

Siregar, H., Harianto dan N. A. Achsani. 2005. Analisis Usahatani Skala Tanaman Jarak. Dalam Seminar Nasional pengembangan jarak pagar (Jatropha curcas Linn) untuk biodiesel dan minyak bakar. Kamis, 22 Desember 2005; Bogor.

Splittosser,W.E. 1984. Vegetable growing handbook. Third edition. Van Hostand Riinhold. New York.

(10)

Lampiran 1. Analisis Usaha Tani Uraian (T1P1) (T1P2) (T2P1) (T2P2) (T3P1) (T3P2) KONTROL A. Sewa Tanah 1.000.000,- B. Bibit Jarak 4.687.000,- C. Sarana Produksi 2.653.000,- 2.653.000,- 3.370.000,- 3.370.000,- 3.055.000,- 3.055.000,- 1.111.000,- Benih, Pupuk Ppk Kandang, Pestisida D. Tenaga Kerja 6.080.000,- 6.080.000,- 6.080.000,- 6.080.000,- 6.080.000,- 6.080.000,- 1.320.000,- Pengolahan Tanah, Penanaman Penyiangan, Pemupukan, Panen Jumlah (A+B+C+D) 8.733.000 8.733.000,- 9.450.000,- 9.450.000,- 9.135.000,- 9.135.000,- 8.118.000,- Jumlah (Tan Sela+Jarak) 16.851.000 16.851.000,- 17.568.000,- 17.568.000,- 17.253.000,- 17.253.000,- E. Produksi

1. Bibit Jarak (stek) 81.270 77.490 27.405 35.910 85.050 94,500 94,500

8.127.000,- 7.749.000,- 2.740.500,- 3.591.000,- 8.505.000,- 9.450.000,- 9.450.000,-

2.Tanaman Sela 12.939 12.634 30.775 24.718 2.688 2.666

19.408.000,- 18.951.000,- 30.775.000,- 24.718.000,- 18.816.000,- 18.622.000,- Jumlah E 27.535.000,- 26.700.000,- 33.515.500,- 28.309.000,- 27.321.000,- 28.072.000,-

R/C Ratio 1,63 1.58 1,90 1,61 1.58 1.62 1.16

Catatan: Harga Tomat Rp 1.500,-/kg Terung Rp 1.000,-/kg Lombok Besar Rp 7.000,-/kg Stek Jarak Rp 100,-/stek

(11)

Lampiran 2. Perhitungan asumsi produksi stek hasil pemangkasan tanaman jarak pada umur 1 tahun Perlakuan Panjang btng tunas (cm) Maks prod stek (%) Prod stek (stek/tanm) Asumsi (stek/ha) Nilai (Rp/ha)

T0P0

122.47

100 9 94.500 9.450.000,-

T1P1

105.73

86 7.74 81.270 8.127.000,-

T1P2

100.93

82 7.38 77.490 7.749.000,-

T2P1

35.80

29 2.61 27.405 2.740.500,-

T2P2

46.67

38 3.42 35.910 3.592.000

T3P1

115.00

90 8.1 85.050 8.505.000,-

T3P2

124.80

100 9 94.500 9.450.000,-

(12)

80 cm

80 cm

Lampiran Gambar 1. Pola tata letak jarak sama segala penjuru

80 cm

80 cm

Lampiran Gambar 2. Pola tata letak jarak sama bujur sangkar

Keterangan:

X = Tanaman jarak

X = Sampel Tanaman Jarak

O = Tanaman sela

O = Sampel Tanaman Sela

X

O

X

O

X

O

X

O

X

O

O

O

O

O

X

O

X

O

X

O

X

O

X

O

O

O

O

O

X

O

X

O

X

O

X

O

X

O

O

O

O

O

X

O

X

O

X

O

X

O

X

X

O

X

O

X

O

X

O

X

O

O

O

O

X

O

X

O

X

O

X

O

X

O

O

O

O

X

O

X

O

X

O

X

O

X

O

O

O

O

X

O

X

O

X

O

X

O

X

Gambar

Tabel 3.  Rata-rata Panjang Batang Tunas Tanaman  Utama Jarak Pagar pada Berbagai  Macam  Tanaman  Sela  dengan  Pola  Tata  Letak  Penanaman  Tanaman  Sela  yang Berbeda pada Berbagai Umur Pengamatan
Tabel 4.  Rata-rata  Jumlah  Daun  Tanaman    Utama  Jarak  Pagar  pada  Berbagai  Macam  Tanaman  Sela  dengan  Pola  Tata  Letak  Penanaman  Tanaman  Sela  yang  Berbeda pada Berbagai Umur Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan jumlah krib akan memberikan gerusan yang berbeda, semakin rapat pemasangan krib semakin dapat mengurangi gerusan pada tebing maupun dasar saluran (Santoso,

Ketercapaian proses evaluasi atau penilaian pembelajaran IPA berbasis pendidikan karakter kelas VIII di SMP Alam Lam- pung dilakukan dengan optimal oleh guru bidang

Dalam bab ini akan dibahas mengenai contoh penggunaan model regresi logistik 2-level dengan random intercept pada data survei mengenai penggunaan hak memilih pada saat pemilu

Koalisi pasangan Suharsono-Halim agar dapat terpilih dalam pemilukada tahun 2015 di Kabupaten Bantul harus bisa melihat peluang politik maupun isu politik yang

Nilai signifikansi dari pernyataan tersebut berada dibawah tingkat alpha 0,1, yang menunjukan bahwa perkuliahan etika bisnis berpengaruh terhadap persepsi etika dalam

“HUBUNGAN TAYANGAN BINCANG BUDAYA DI TVRI JAWA TIMUR DENGAN SIKAP MASYARAKAT SURABAYA DALAM MELESTARIKAN SENI DAN BUDAYA DAERAH” (Studi Korelasi Tayangan Bincang Budaya di TVRI

Sekolah melaksanakan rehabilitasi ruang kelas rusak berat beserta perabotnya dan/atau pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya secara swakelola sesuai peraturan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian karbon aktif kulit pisang kepok pada hari ke-1 tidak berpengaruh nyata terhadap nilai besi pada media pemeliharaan,