• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

SEKRETARIAT JENDERAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

NOMOR P. 3 / S E T J E N / R O K U M / K K L . 1 / 6 / 2 0 1 7

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN EVAKUASI KOREAN EENCANA DAN KECELAKAAN DI LINGKUNGAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUELIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa u n t u k melaksanakan ketentuan Pasal 11 Peraturan Menteri Lingkungan H i d u p dan Kehutanan Nomor P.80/MenLHK/Setjen/KKL. 1/9/2016 tentang Standar Peralatan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi Korban Eencana dan Kecelakaan, perlu menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan H i d u p dan K e h u t a n a n tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi Korban Eencana d a n Kecelakaan d i

L i n g k u n g a n Kementerian Lingkungan H i d u p dan Kehutanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T a h u n 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1990 Nomor 49);

2. Undang-Undang N o m o r 4 1 T a h u n 1999 tentang K e h u t a n a n (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n

1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah d i u b a h dengan Undang-Undang Nomor 19 T a h u n 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

(2)

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

8. Undang–Undang Nomor 29 tahun 2014 Tentang Pencarian Dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5600);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4658);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4828);

11. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

(3)

12. Peraturan Presiden No 83 Tahun 2016 Tentang Badan Nasional Pencarian Dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 186);

13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Standarisasi Peralatan Penanggulangan Bencana;

14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah;

15. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi;

16. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.05 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelenggaraan Operasi SAR;

17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun;

18. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 356);

19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Nomor

P.80/MenLHK/Setjen/KKL.1/9/2016 tentang Standar Peralatan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi Korban Bencana dan Kecelakaan di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1523);

(4)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN EVAKUASI KORBAN BENCANA DAN KECELAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN.

Pasal 1

Petunjuk Pelaksanaan Pencarian, Pertolongan d a n Evakuasi Korban Bencana dan Kecelakaan d i L i n g k u n g a n Kementerian L i n g k u n g a n H i d u p dan K e h u t a n a n m e m u a t pencarian, pertolongan dan evakuasi k o r b a n bencana d a n kecelakaan.

Pasal 2

Petunjuk Pelaksanaan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi Korban Bencana dan Kecelakaan sebagaimana L a m p i r a n yang m e r u p a k a n bagian tidak terpisahkan dari Peraturan i n i .

Pasal 3

Peraturan i n i m u l a i berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan d i J a k a r t a pada tanggal 2 J u n i 2017 SEKRETARIS JENDERAL, t t d . BAMBANG HENDROYONO NIP. 196409301989031001

(5)

LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

NOMOR

P.3/SETJEN/ROKUM/KKL.1/6/2017 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN EVAKUASI KORBAN BENCANA DAN KECELAKAAN DI

LINGKUNGAN KEMENTERIAN

LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kondisi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki geologis, geografis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana dan kecelakaan, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang menyebabkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. Bahwa saat ini yang dimaksud dengan bencana alam di Indonesia terutama dalam kawasan hutan meliputi gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Sementara itu sering terjadi juga kecelakaan dalam kawasan hutan yang dapat membahayakan jiwa manusia.

Dalam situasi tersebut diatas sering terjadi kepanikan penanganan dan kesimpang siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana dan kecelakaan di dalam kawasan hutan. Sistem koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik termasuk mobilisasi sumber daya yang sulit terpantau dengan baik. Situasi dan kondisi di lapangan yang seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan yang baik, terstruktur dan sistematis.

Kondisi kedaruratan bencana dan kecelakaan memerlukan sebuah institusi yang menjadi pusat Komando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana yang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dapat dilengkapi dengan Posko Lapangan Tanggap

(6)

Darurat Bencana dengan gugus tugas yang terdiri dari unit kerja yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan sistem yang terpadu dalam penanganan kedaruratan bencana.

B. PENGERTIAN

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

2. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.

3. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

4. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang dipengaruhi oleh alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

5. Pencarian dan Pertolongan (Search and Rescue) atau di singkat SAR meliputi usaha dan kegiatan mencari, menolong dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikuatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam bencana dan kecelakaan.

6. Pencarian adalah kegiatan untuk menemukan korban bencana yang hilang atau dikhawatirkan hilang dalam situasi terjadi bencana atau situasi tanggap darurat.

7. Pertolongan adalah kegiatan menolong korban bencana pada saat tanggap darurat.

8. Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban bencana dari lokasi bencana ke tempat yang aman dan atau penampungan pertama untuk mendapatkan tindakan penanganan lebih lanjut.

9. Tahap pengakhiran adalah tahap dimana tim SAR telah dikembalikan ke instansi/organisasi masing-masing.

10.SAR Mission Coordinator (SMC) adalah pejabat struktural yang merupakan penanggung jawab operasi SAR hingga dapat memberikan pertolongan atau hingga operasi terpaksa ditutup. SMC memiliki wewenang penuh untuk menggunakan seluruh fasilitas yang ada, mengadakan tambahan fasilitas, dan menerima atau menolak saran yang diberikan padanya. SMC ini memiliki tugas mulai dari mengumpulkan informasi

(7)

selengkapnya, mengolah informasi/data dan mengkoordinir usaha pencarian. Posisi atau lokasi SMC bisa berubah, menyesuaikan lokasi terdekat dengan lokasi pencarian. Untuk membantu tugas SMC kadang diperlukan penanggung jawab yang berbeda di lapangan.

11.On Scene Commander (OSC) adalah pejabat/staf yang ditugaskan oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelenggaraan operasi SAR dalam suatu wilayah pencarian tertentu.

12.Search and Rescue Unit (SRU) merupakan unsur SAR adalah potensi SAR yang sudah terbina dan/atau siap untuk digunakan dalam kegiatan penyelenggaraan operasi SAR.

13.Volunteer adalah organisasi sukarelawan bersifat independen yang tumbuh dan berkembang serta dibina secara kemitraan oleh Satuan Kerja untuk menumbuh kembangkan kegiatan konservasi berupa kesadartahuan, perlindungan dan pelestarian alam di kawasan Balai Besar KSDA/TN.

14.Standar Keselamatan adalah persyaratan pelayanan minimal yang harus dipenuhi dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana.

15.Gawat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang mengancam nyawa korban bencana dan kecelakaan.

16.Darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera.

17.Gawat darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang mengancam nyawa korban bencana dan membutuhkan pertolongan segera.

18.Masyarakat adalah seluruh warga negara Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap penanggulangan bencana.

19.Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 20.Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

21.Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang membahayakan jiwa manusia meliputi

(8)

kecelakaan pendakian, sungai, air terjun dan danau, penelusuran goa dan laut di dalam kawasan.

22.Korban bencana dan kecelakaan adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana dan kecelakaan.

23.Potensi SAR adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan penyelenggaraan operasi SAR.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1.Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai panduan Satuan Kerja di Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam melaksanakan pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara terkoordinasi, berhasil guna dan berdaya guna.

2. Tujuannya adalah untuk mewujudkan objektivitas dan keseragaman pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan pada situasi bencana meliputi:

- Meningkatkan mobilisasi sumber daya dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi bagi korban bencana dan kecelakaan.

- Menyelenggarakan proses pencarian, pertolongan dan evakuasi melalui mekanisme komunikasi, koordinasi dan pelaporan yang efektif dan efisien.

- Menyelamatkan korban bencana dan kecelakaan secara cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan melalui tahapan yang jelas mengenai pelaksanaan kegiatan pencarian, pertolongan, dan evakuasi bagi korban bencana dan kecelakaan.

D. PRINSIP

1. Cepat dan tepat; bahwa dalam operasi pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.

2. Dapat diandalkan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dilakukan oleh OSC/SRU yang handal.

3. Prioritas; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana harus diutamakan kepada korban gawat darurat dan kelompok rentan.

(9)

4. Koordinasi; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana didasarkan pada pembagian tugas dan wewenang yang jelas dan saling mendukung.

5. Keterpaduan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dilaksanakan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerjasama yang baik dan saling mendukung sesuai dengan peraturan kebencanaan yang ada.

6. Berhasil guna; bahwa dalam kegiatan pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban harus berhasil, khususnya dalam mengatasi kesulitan korban bencana dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

7. Transparansi; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan.

8. Akuntabilitas; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.

9. Kemitraan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana harus melibatkan berbagai pihak secara seimbang.

10.Pemberdayaan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat secara aktif.

11.Keselamatan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi, keselamatan petugas diutamakan.

12.Non diskriminasi; bahwa dalam pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin suku, agama, ras, aliran politik maupun golongan.

13.Non proletisi; bahwa dalam pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dilarang menyebarkan agama dan keyakinan.

E. RUANG LINGKUP

Petunjuk Pelaksanaan ini meliputi penyelenggaraan pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan dan upaya penyelamatan korban pada situasi bencana dan kecelakaan di Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

(10)

BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI A.KEBIJAKAN

1. Pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi yang melibatkan seluruh potensi sumber daya, termasuk sumber daya manusia maupun pendanaan yang tersedia dan masyarakat setempat. 2. Pelaksanaan pencarian, pertolongan dan evakuasi korban

bencana dilakukan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghargai budaya, adat istiadat, kearifan lokal dan pengetahuan masyarakat setempat.

B.STRATEGI

1. Membentuk posko kedaruratan dan penetapan Organisasi Komando Penanganan Darurat.

2. Memobilisasi potensi sumber daya.

3. Memberdayakan masyarakat setempat. BAB III KELEMBAGAAN

Setiap Satuan Kerja Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat membentuk dan menetapkan organisasi pelaksana pencarian, pertolongan dan evakuasi (Search and Rescue/SAR) korban bencana dan kecelakaan, sebagaimana bagan 1 peraturan ini. Kelembagaan satuan kerja dalam pelaksanaan kegiatan pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan meliputi SMC, OSC, SRU dan staf SMC dengan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

1. SAR Mission Coordinator (SMC) adalah pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Satker dan bertanggung jawab untuk melaksanakan pengkoordinasian dan pengendalian pelaksanaan operasi SAR, mempunyai tugas:

a. mengkoordinasikan SRU dalam penyelenggaraan operasi SAR; b. mengendalikan SRU dalam penyelenggaraan operasi SAR;

c. mengumpulkan dan mengevaluasi data bencana dan kecelakaan;

d. mengumpulkan informasi tentang kondisi lingkungan di wilayah bencana dan kecelakaan;

(11)

f. menentukan SRU yang digunakan;

g. melakukan komunikasi dengan SRU yang berada di wilayah pencarian untuk melaksanakan SAR;

h. menentukan wilayah pencarian, pola pencarian dan jalur pencarian;

i. melaksanakan rencana aksi SAR;

j. menyampaikan laporan awal, laporan harian dan laporan akhir penyelenggaraan operasi SAR kepada Pimpinan;

k. melaksanakan briefing dan debriefing kepada SRU yang terlibat dalam penyelenggaraan operasi SAR;

l. melaksanakan perubahan rencana penyelenggaraan operasi SAR jika diperlukan;

m. mengkoordinasikan penyediaan dukungan logistik SRU dan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR;

n. membuat rekaman berita dan kronologis penyelenggaraan operasi SAR;

o. mengembalikan SRU ke instansi dan organisasi masing-masing;

p. membuat laporan kronologis penyelenggaraan operasi SAR; q. memberikan keterangan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan tentang penyelenggaraan operasi SAR.

Checklist SMC sebagaimana formulir 5 peraturan ini.

Staf SMC ditunjuk oleh dan bertanggung jawab kepada SMC, meliputi:

1.1.Staf Operasi

Staf Operasi merupakan petugas dari Satker yang memiliki pengalaman dalam penyelenggaraan operasi SAR, mempunyai tugas:

a. mengumpulkan, menganalisa seluruh data teknis yang berkaitan dengan bencana dan kecelakaan yang ditangani; b. menyiapkan perencanaan SAR untuk pelaksanaan operasi

SAR;

c. menggambarkan (plotting) wilayah pencarian;

d. memberikan saran kepada SMC dalam aspek perkiraan lokasi bencana dan kecelakaan;

e. menyiapkan dan menginventarisasi keperluan SDM dan peralatan SAR;

f. menyiapkan bahan evaluasi penanganan secara berkala / periodik untuk kebutuhan briefing;

g. menyelengarakan briefing sesuai kebutuhan SMC;

h. memberikan saran-saran yang konstruktif kepada SMC; i. bekerjasama secara aktif dengan staf SMC lainnya;

(12)

k. menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan laporan akhir.

Checklist Staf Operasi sebagaimana formulir 6 peraturan ini. 1.2.Staf Intelijen

Staf Intelijen merupakan petugas dari Satker yang memiliki pengalaman dalam pengumpulan dan analisis data untuk proses perencanaan dalam pelaksanaan operasi SAR, mempunyai tugas:

a. mencari, menggali dan mengumpulkan data bencana dan kecelakaan guna mendukung pelaksanaan operasi dan kegiatan kehumasan;

b. secara terus-menerus menggali atau memperbarui data/informasi bencana dan kecelakaan;

c. mengolah data untuk bahan perencanaan SAR;

d. memberikan saran kepada SMC sesuai dengan perkembangan informasi yang didapat;

e. bekerjasama secara aktif dengan staf SMC lainnya;

f. melakukan inventarisasi dan verifikasi dari semua informasi yang diperoleh oleh SMC;

g. menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR dan bertanggung jawab kepada SMC.

Checklist Staf Intelijen sebagaimana formulir 7 peraturan ini. 1.3.Staf Komunikasi

Staf Komunikasi merupakan petugas dari Satker yang memiliki pengalaman dalam penggunaan dan penguasaan alat komunikasi dan elektronika dalam kegiatan SAR, mempunyai tugas:

a. menyiapkan jaringan komunikasi operasi SAR;

b. menerima, mencatat semua berita/informasi yang masuk atau keluar yang berkaitan dengan bencana dan kecelakaan ke dalam buku jurnal;

c. membuka dan mengisi pada file bencana dan kecelakaan yang sesuai dengan kebutuhan;

d. meneliti kebenaran berita yang masuk;

e. membantu SMC dapat berkomunikasi dengan seluruh unsur-unsur SAR yang dikerahkan dalam operasi SAR; f. meneruskan berita kepada SMC;

g. bekerja sama secara aktif dengan staf SMC lainnya;

h. menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR dan bertanggung jawab kepada SMC.

(13)

Checklist Staf Komunikasi sebagaimana formulir 8 peraturan ini.

1.4. Staf Administrasi dan Logistik

Staf Administrasi dan Logistik merupakan petugas dari Satker yang memiliki pengalaman dalam administrasi SAR dan pengelolaan logistik dalam kegiatan SAR, mempunyai tugas:

a. melaksanakan kegiatan administrasi SAR dalam bentuk pencatatan, pengumpulan, pemilahan, penyimpanan berita atau informasi yang masuk dan keluar secara rinci; b. melakukan kajian atau asumsi awal dari tiap informasi

yang terekam;

c. melaksanakan perencanaan kebutuhan logistik sesuai dengan SRU yang dikerahkan dalam operasi SAR;

d. memberikan saran kepada SMC sesuai dengan kebutuhan administrasi SAR dan logistik;

e. melaksanakan pencatatan kronologis penyelenggaraan operasi SAR;

f. menyiapkan dukungan logistik untuk unsur-unsur SAR dan korban;

g. meneruskan berita kepada SMC;

h. bekerjasama secara aktif dengan staf SMC yang lainnya; i. menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir

pelaksanaan operasi SAR dan bertanggung jawab kepada SMC.

Checklist Staf Administrasi dan Logistik sebagaimana formulir 9 peraturan ini.

1.5.Staf Humas

Staf Humas merupakan petugas dari SATKER yang memiliki pengalaman kehumasan dalam kegiatan SAR, mempunyai tugas:

a. melaksanakan kegiatan kehumasan SAR dalam bentuk pencatatan, pengumpulan, penyimpanan dokumentasi penyelenggaraan operasi SAR baik berupa audio, gambar maupun video;

b. menyediakan bahan-bahan yang diperlukan SMC dalam menyampaikan berita/informasi kepada media/pers;

c. Seijin dan sepengetahuan SMC, dapat memberikan informasi/berita kepada media/pers;

d. menyiapkan dukungan peralatan dan perlengkapan dokumentasi bagi petugas di lapangan;

e. memberikan saran kepada SMC yang berhubungan dengan aspek berita dan informasi;

(14)

f. bekerjasama secara aktif dengan staf SMC yang lainnya; g. menyiapkan bahan-bahan dokumentasi untuk laporan

akhir pelaksanaan operasi SAR dan bertanggung jawab kepada SMC.

Checklist Staf Humas sebagaimana formulir 10 peraturan ini. 2. On Scene Commander (OSC) adalah pejabat/staf yang ditugaskan

oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelenggaraan operasi SAR dalam suatu wilayah pencarian tertentu, mempunyai tugas:

a. melaksanakan operasi SAR dibawah koordinasi dari SMC; b. melaksanakan koordinasi, pengendalian dan pemantauan

pergerakan SRU di wilayah pencarian;

c. menyarankan kepada SMC untuk merubah rencana operasi SAR berdasarkan situasi dan kondisi di wilayah;

d. memberikan informasi di wilayah pencarian sesuai dengan kebutuhan SMC dan SRU;

e. mengkoordinasikan segala sesuatu yang terkait dengan keselamatan dan keamanan bagi SRU yang terlibat dalam operasi SAR;

f. menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan SMC sebagai laporan.

3. Search and Rescue Unit (SRU) merupakan unsur SAR adalah potensi SAR yang sudah terbina dan/atau siap untuk digunakan dalam kegiatan penyelenggaraan operasi SAR, mempunyai tugas: a. merespon secepat mungkin untuk memberikan bantuan SAR; b. berangkat ke lokasi bencana dan kecelakaan sesuai dengan

perintah SMC;

c. melakukan persiapan perorangan dan persiapan beregu sesuai kebutuhan;

d. melaksanakan briefing sebelum ke lokasi;

e. mencatat data/informasi yang diberikan oleh SMC; f. melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai rencana;

g. melaporkan situasi dan kondisi lokasi bencana dan kecelakaan secara periodik;

h. memberi pertolongan kepada korban yang ditemukan; i. menjaga keselamatan tim dan korban;

(15)

BAB IV

PENYELENGGARAAN OPERASI

Penyelenggaraan operasi pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan dilakukan dengan tahapan:

A. PRA OPERASI

1. Tahap Menyadari

Tahap menyadari (awareness stage) merupakan tahap dalam mengumpulkan dan mencatat informasi awal antara lain:

a) Identitas pemberi laporan; b) Jenis bencana dan kecelakaan; c) Lokasi/koordinat;

d) Data korban; e) Waktu kejadian.

Laporan kegiatan tim piket sebagaimana formulir 1 dan 2 peraturan ini.

2. Tahap Tindak Awal (initial stage) Tahapan initial stage:

a) Mempersiapkan personil (tim pencari) dan peralatan pendukung dalam proses pencarian dan pertolongan dengan cepat;

b) Mengidentifikasi dan mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan dalam pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan;

c) Mengidentifikasi sumberdaya lokal dan potensi risiko sekunder bagi keselamatan korban dan penolong;

d) Melaporkan keadaan yang membahayakan jiwa manusia kepada pejabat yang terkait secara struktur maupun fungsi; e) Menghubungi keluarga korban;

f) Koordinasi dan konfirmasi detail tentang identitas dan ciri-ciri korban;

g) Melakukan pencarian informasi lanjutan apabila informasi awal yang diperoleh kurang akurat;

h) Memutuskan dan menetapkan komando SMC; i) Melakukan koordinasi intensif dengan SRU.

(16)

3. Tahap Perencanaan

Merupakan tahap dilaksanakannya penyusunan rencana operasi SAR yang efektif dan efisien, dengan tahapan:

a) Evaluasi situasi lokasi bencana dan kecelakaan hasil pencarian sebelumnya;

b) Pelaksanaan perhitungan SAR (plotting) yang meliputi:

1) memperkirakan lokasi bencana atau kecelakaan (Memetakan kondisi cuaca, geografis, topografis, dan keadaan awal akibat bencana atau kecelakaan);

2) memperkirakan pergerakan korban setelah bencana dan kecelakaan;

3) memperkirakan datum (tipe/jenis peta yang digunakan);

4) menentukan wilayah pencarian;

5) menentukan SRU yang akan dikerahkan; 6) menentukan pola pencarian;

7) Memetakan jalur evakuasi.

c) Menyusun rencana kegiatan pencarian yang terdiri atas: 1) data tentang obyek yang dicari;

2) penugasan masing-masing SRU;

3) langkah-langkah yang dilaksanakan di lokasi bencana dan kecelakaan;

4) prosedur pelaporan SRU. B. PENYELENGGARAAN PENCARIAN

Penyelenggaraan pencarian dilakukan dengan langkah-langkah: 1. Melaksanakan briefing kepada Tim SAR;

2. Memberangkatkan Tim SAR menuju lokasi bencana dan kecelakaan setelah mendapat informasi kejadian bencana dan kecelakaan yang mendapatkan komando dari SMC;

3. Melaksanakan pencarian elektronik maupun visual sesuai dengan pola pencarian yang ditentukan;

4. Mengkoordinasikan dan mengendalikan SRU di area pencarian; 5. Melaporkan temuan-temuan di area pencarian;

6. Melaporkan perkembangan kegiatan SAR di area pencarian; 7. Melaksanakan penarikan SRU di area pencarian.

C. PENYELENGGARAAN PERTOLONGAN

Penyelenggaraan pertolongan dilakukan dengan langkah-langkah: 1. Tim menyusun rencana pertolongan;

2. Tim penolong menuju lokasi bencana atau kecelakaan bersama tim pencarian;

3. Memberikan pertolongan pertama kepada korban bencana di tempat kejadian sesuai dengan prosedur P3K;

(17)

4. Melaporkan kegiatan pertolongan pertama sesuai kondisi. D. PENYELENGGARAAN EVAKUASI

Penyelenggaraan evakuasi dilakukan dengan langkah-langkah: 1. Tim evakuasi menuju lokasi bencana dan kecelakaan bersama

tim pencarian dan tim penolong;

2. Melaksanakan evakuasi dengan memindahkan korban bencana dan kecelakaan keluar dari sumber bencana dan kecelakaan ke tempat yang relatif aman untuk mendapat tindakan selanjutnya;

3. Memberikan pertolongan pertama sementara kepada korban bencana dan kecelakaan selama dalam perjalanan;

4. Memberikan dukungan sosial dan psikologis kepada korban bencana dan kecelakaan;

5. Melaporkan kegiatan evakuasi.

Laporan evakuasi sebagaimana formulir 3 peraturan ini. E. PENGAKHIRAN

Penyelenggaraan pengakhiran dilakukan dengan langkah-langkah: 1. Melaksanakan debriefing terhadap unsur yang telah

menyelesaikan tugas;

2. Pengembalian Tim SAR kepada instansi/organisasi masing-masing;

3. Pelaksanan evaluasi penyelenggaraan operasi SAR; 4. Penyusunan laporan penyelenggaraan operasi SAR. Laporan pengakhiran sebagaimana formulir 4 peraturan ini.

Alur Proses penyelenggaraan operasi pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan sebagaimana bagan 2 peraturan ini.

BAB V

PENANGANAN GAWAT DARURAT/PERTOLONGAN PERTAMA Tindakan penanganan gawat darurat/pertolongan pertama terhadap korban bencana dan kecelakaan harus dilakukan untuk menyelamatkan jiwa korban, mencegah cacat dan memberikan rasa nyaman menunjang proses penyembuhan.

Tindakan penanganan yang dilakukan oleh petugas medis antara lain: 1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, korban dan orang

disekitar lokasi kejadian;

(18)

3. Menilai korban untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam jiwa;

4. Mengaktifkan sumber daya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) tambahan;

5. Melakukan perawatan berdasarkan penilaian yang ditemukan; 6. Membantu personil Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

Terpadu (SPGDT) lain;

7. Berpartisipasi mengumpulkan dan mencatat data sesuai keperluan;

8. Bertindak sebagai penghubung dengan personil pengamanan umum;

9. Mempersiapkan evakuasi untuk korban.

BAB VI

WAKTU PELAKSANAAN

1. Dalam hal Pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan dalam jangka waktu 1x24 jam dihentikan, jika seluruh korban telah ditemukan ditolong dan dievakuasi.

2. Terhadap korban bencana dan kecelakaan tidak ditemukan dalam jangka waktu 1x24 jam sejak dimulainya pencarian, selanjutnya tanggung jawab proses pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan diserahkan kepada BASARNAS/BPBD/POLRI/TNI.

3. Penyerahan sebagaimana dimaksud angka 1 (satu) dan angka 2 (dua) disertai dengan laporan/berita acara.

BAB VII PEMBIAYAAN

Pelaksanaan Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi Korban Bencana Dan Kecelakaan dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan atau sumber anggaran lainnya yang sah dan tidak mengikat.

(19)

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

1. Pembinaan dan pengawasan potensi SAR dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal c.q. Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan.

2. Selain pembinaan dan pengawasan sebagaimana angka 1 (satu), Sekretariat Jenderal c.q. Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan dapat melakukan kegiatan bimbingan teknis atas kegiatan pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan.

3. Selain kegiatan pembinaan dan pengawasan serta bimbingan teknis sebagaimana angka 1 dan angka 2, Satker/UPT dapat juga melakukan kegiatan bimbingan dan pengawasan atas kegiatan pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan.

(20)

B A B I X P E N U T U P

Petunjuk Pelaksanaan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi Korban Bencana d a n Kecelakaan d i l i n g k u n g a n Kementerian Lingkungan H i d u p d a n Kehutanan dibuat u n t u k dijadikan acuan Satuan Kerja/UPT d i l i n g k u n g a n Kementerian L i n g k u n g a n H i d u p d a n K e h u t a n a n dalam pelaksanaan pencarian, pertolongan, dan evakuasi k o r b a n bencana dan kecelakaan dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, t e r p a d u , berhasil guna, berdaya guna, dan akuntabel.

SEKRETARIS JENDERAL,

t t d .

BAMBANG HENDROYONO NIP. 196409301989031001

(21)

Bagan 1. Struktur Organisasi Operasi SAR

STRUKTUR ORGANISASI OPERASI SAR

Ket:

SMC = SAR Mission Coordinator OSC = On Scene Commander SRU = Search and Rescue Unit

SMC

OSC

Staf SMC

Staf

Operasi Intelijen Staf Komunikasi Staf

Staf Administrasi dan Logistik Staf Humas SRU

(22)

petugas piket SAR Mission Coordinator (SMC) Staf Intelijen Staf Operasi Staf Komunikasi Staf administrasi dan Logistik Staf Humas On Scene Commander (OSC) Search and Rescue Unit (SRU)

1 Tahap Menyadari

2 Tahap Tindak Awal

3 Tahap Perencanaan

4 Tahap Operasi

5 Tahap Pengakhiran

No

PROSES PENCARIAN, PERTOLONGAN DAN EVAKUASI KORBAN BENCANA DAN KECELAKAAN

Melakukan koordinasi

Menyusun rencana operasi SAR yang efektif

dan efisien

Tindakan mengumpulkan fasilitas SAR menuju lokasi bencana kecelakaan Memerintahkan OSC melaksanakan pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan

Mencari, menggali dan mengumpulkan data korban dan bencana atau kecelakaan Secara terus menerus memperbarui data informasi

Mengolah data untuk bahan perencanaan

Memberikan saran sesuai dengan perkembangan informasi yang didapat Melakukan inventarisasi dan verifikasi semua informasi yang diperoleh

menyiapkan bahan-bahan untuk aporan akhir pelaksanaan operasi SAR

Mengumpulkan, menganalisa, seluruh data teknis yang berkaitan dengan bencana dan

kecelakaan

Menyiapkan perencanaan operasi SAR menggambarkan (plotting) wilayah pencarian memberikan saran dalam aspek perkiraan lokasi bencana dan kecelakaan menyiapkan dan menginventarisasi keperluan SDM, peralatan SAR

Menyiapkan bahan evaluasi penanganan secara berkala/ periodik

memberikan saran-saran yang konstruktif

Menyiapkan jaringan komunikasi operasi SAR

Menerima, mencatat semua informasi yang masuk atau keluar yang berkaitan dengan

bencana dan kecelakaan

Meneliti kebenaran berita yang masuk dan meneruskan berita kepada SMC;

membantu SMC dapat berkomunikasi dengan seluruh unsur-unsur SAR

menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir pelaksanaan

operasi SAR

menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR

menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR menyiapkan bahan-bahan

untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR

Mencatat, mengumpulkan, memilah, menyimpan informasi yang masuk dan keluar secara rinci

Melakukan kajian awal dari tiap informasi yang terekam

Merencanakan kebutuhan logistic dalam operasi SAR memberikan saran kepada SMC yang berhubungan dengan aspek administrasi dan logistik

Mencatat kronologis penyelenggaraan operasi SAR Menyiapkan dukungan logistik unsur SAR dan korban

Mencatat, mengumpulkan, menyimpan dokumentasi penyelenggaran operasi SAR baik audio, gambar dan video

Menyediakan bahan-bahan yang diperlukan SMC dalam menyampaikan berita kepada media/pers Menyiapkan dukungan peralatan dan perlengakapan dokumentasi bagi petugas di lapangan

seijin dan sepengetahuan SMC, dapat memberikan informasi/berita kepada media/pers memberikan saran kepada SMC yang berhubungan dengan aspek berita dan informasi Tidak ya Dalam 1x24 jam SMC menghubungi BASARNAS/BPBD/TNI/ POLRI

OSC memimpin SRU untuk melakukan pencarian, pertolongan dan evakuasi

korban bencana dan

Pencarian - Pertolongan - Evakuasi

operasi SAR selesai: 1. pengembalian tim SAR ke organisasi masing masing 2. Evaluasi penyelenggaraan SAR 3. penyusunan laporan penyelenggaraan SAR Menerima laporan, mengumpulkan dan mencatat infromasi data korban serta kronologis

kejadian

Menerima informasi terjadinya korban bencana

(23)

Formulir 1. PENANGANAN BENCANA DAN KECELAKAAN PENANGANAN BENCANA DAN KECELAKAAN Jenis Bencana dan Kecelakaan :... Sumber berita a. Dilaporkan oleh :... b. A l a m a t :... c. No.Telepon/fax/telex : ... d. Tanggal/waktu : ... Keterangan musibah a. Jenis musibah : ... b. Lokasi : ... c. Tanggal Waktu musibah : ... Keterangan Tentang Korban

a. Jumlah korban : .../... Orang b. Meninggal/hilang : .../... Orang c. Selamat/luka-luka : .../... Orang d. Harta benda : ... Keadaan cuaca ditempat musibah

awan/angin/jarak pandang :... Tindakan yang telah dan akan diambil

... ... ...

(24)

Formulir 2. Format Laporan Kegiatan Tim PIKET

LAPORAN KEGIATAN TIM PIKET

Nama :

Hari/tanggal :

Lokasi Piket :

NO HARI/TANGGAL JAM URAIAN KEGIATAN

PARAF PETUGAS RESORT

Mengetahui

……….20……..

(25)

Formulir 3. Laporan Evakuasi LAPORAN EVAKUASI I. Informasi : 1. Nama Korban : 2. Alamat : 3. Lokasi Korban : 4. Berat Badan : 5. Jenis Kelamin : 6. Kondisi Korban : 7. Jam Lapor :

II. Tim Evakuasi :

1. Nama : : : : 2. Perlengkapan : : 3. Lokasi ditemukan : 4. Kronologis Evakuasi : Mengetahui ……….20...

(26)

Formulir 4. Laporan Penyelenggaraan Operasi SAR

LAPORAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR KANTOR SAR

... LAPORAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR

... Referensi : (1) Perintah Pelaksanaan Nomor

...

(2) Peta ...Nomor...(3) Dokumen lain yang ada... Zona waktu : GMT + ...

Organisasi Tugas

Lihat Lampiran ...

(Dalam lampiran ini disebutkan pelaksana tugas organisasi penyelenggaraan operasi SAR, termasuk jumlah unsur yang terlibat)

1. Tahap Menyadari

Menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan sesuai kronologis sejak mulai menyadari adanya musibah.

2. Tahap Tindak Awal

Secara terperinci menguraikan kegiatan-kegiatan tindak awal yang dilaksanakan, sesuai kronologis.

3. Tahap Perencanaan

Menjelaskan perencanaan SAR (Search Area, Search Plan dan Emergency Rescue Plan serta penggunaan unsur SAR) yang telah dilakukan oleh SMC sesuai kebutuhan Penyelenggaraan Operasi SAR yang dilaksanakan.

4. Tahap Penyelenggaraan Operasi SAR

Menjelaskan tindakan-tindakan SMC dalam komando dan pengendalian kepada SRU untuk mengetahui dimana lokasi musibah atau bencana dan upaya-upaya mencapai lokasi untuk memberikan bantuan SAR secara menyeluruh.

5. Tahap Akhir Penugasan

Menjelaskan proses pengembalian dan penarikan unsur SAR setelah Penyelenggaraan Operasi SAR ditutup.

6. Faktor pendukung Penyelenggaraan Operasi SAR

Menjelaskan faktor-faktor yang mempermudah pelaksanaan Penyelenggaraan Operasi SAR (Pengisian organisasi pelaksanaan, fasilitas pelaksanaan, komunikasi, perawatan medis, dokumentasi);

(27)

7. Faktor Penghambat

Menjelaskan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan Penyelenggaraan Operasi SAR (pengisian organisasi pelaksanaan, fasilitas Pelaksanaan, komunikasi, perawatan medis, dokumentasi). 8. Kesimpulan

Merupakan kesimpulan dalam pelaksanaan Pelaksanaan tersebut secara keseluruhan.

9. Saran

Menyatakan langkah-langkah yang positif untuk penyempurnaan pelaksanaan Penyelenggaraan Operasi SAR yang serupa pada masa yang akan datang.

Mengetahui, ...

KEPALA SATKER SAR MISSION COORDINATOR

... ... Catatan:

a.Laporan ini dilampiri dengan bukti-bukti otentik yang dapat dipertanggung jawabkan

mendukung uraian pada nomor 6 dan 7.

b.Laporan ini dilampiri dengan bukti-bukti otentik yang dapat dipertanggung jawabkan

(28)

Formulir 5. Check List SAR Mission Coordinator

CHECKLIST SAR MISSION COORDINATOR Berikut tanda (√) jika sudah dilakukan:

No KEGIATAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1. Mengkoordinasikan SRU dalam penyelenggaraan operasi SAR; 2. Mengendalikan SRU dalam

penyelenggaraan operasi SAR; 3. Mengumpulkan dan

mengevaluasi data bencana dan kecelakaan

4. Mengumpulkan informasi tentang kondisi lingkungan di wilayah bencana dan

kecelakaan;

5. Menunjuk staf SMC dan OSC; 6. Menentukan SRU yang

digunakan;

7. Melakukan komunikasi dengan SRU yang berada di search area

untuk melaksanakan SAR; 8. Menentukan search area,

search pattern dan track

spacing;

9. Melaksanakan SAR action plan; 10. Menyampaikan laporan awal,

laporan harian dan laporan akhir penyelenggaraan operasi SAR kepada kepala Badan SAR Nasional;

11. Berkoordinasi dengan RCC negara lain mengenai

penyelenggaraan operasi SAR; 12. Melaksanakan briefing dan

debriefing kepada SRU yang

terlibat dalam penyelenggaraan operasi SAR;

13. Melaksanakan perubahan rencana penyelenggaraan operasi SAR jika perlu;

14. Mengkoordinasikan penyediaan dukungan logistik SRU dan

(29)

korban dalam Penyelenggaraan Operasi SAR;

15. Membuat rekaman berita dan kronologi penyelenggaraan operasi SAR;

16. Merekomendasikan kepada BASARNAS mengenai

penghentian dan perpanjangan penyelenggaraan operasi SAR; 17. Mengembalikan SRU ke

instansi dan organisasi masing-masing;

18. Membuat laporan kronologis penyelenggaraan operasi SAR; 19. Memberikan keterangan kepada

pihak-pihak yang

berkepentingan tentang

(30)

Formulir 6. Checklist Staf Operasi

CHECK LIST STAF OPERASI Berikan tanda (√) jika sudah dilakukan:

No KEGIATAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1. Mengumpulkan, menganalisa seluruh data teknis yang berkaitan dengan musibah yang ditangani;

2. Menyiapkan perencanaan SAR untuk pelaksanaan operasi SAR;

3. Menggambarkan (plotting)

search area;

4. Memberikan saran kepada SMC dalam aspek perkiraan lokasi bencana dan

kecelakaan; 5. Menyiapkan dan

menginventarisir keperluan SDM dan peralatan SAR; 6. Menyiapkan bahan evaluasi

penanganan secara berkala/periodik untuk kebutuhan briefing; 7. Menyelengarakan briefing

sesuai kebutuhan SMC;

8. Memberikan saran-saran yang konstruktif kepada SMC;

9. Bekerjasama secara aktif dengan asisten SMC lainnya 10

.

Melaksanakan kegiatan lainnya berdasarkan arahan SMC;

11

. Menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan laporan akhir.

(31)

Formulir 7. Checklist Staf Intelijen

CHECK LIST STAF INTELIJEN Berikan tanda (√) jika sudah dilakukan:

No KEGIATAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1. Mencari dan mengumpulkan data bencana dan kecelakaan; 2. Mengolah data untuk bahan

perencanaan SAR; 3. Secara terus-menerus

menggali atau memperbaharui

data/informasi bencana dan kecelakaan;

4. Memberikan saran kepada SMC sesuai dengan

perkembangan informasi yang didapat;

5. Bekerjasama secara aktif dengan staf SMC lainnya; 6. Melakukan inventarisasi dan

verifikasi dari semua

informasi yang diperoleh oleh SMC;

7. Menyiapkan bahan-bahan untuk laporan SMC.

(32)

Formulir 8. Checklist Staf Komunikasi

CHECK LIST STAF KOMUNIKASI Berikan tanda (√) jika sudah dilakukan:

No KEGIATAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1. Menerima, mencatat semua berita/informasi yang masuk atau keluar yang berkaitan

dengan bencana dan kecelakaan ke dalam buku Jurnal;

2. Membuka dan mengisi pada file

musibah yang sesuai dengan kebutuhan;

3. Membantu SMC dapat

berkomunikasi dengan seluruh unsur-unsur SAR yang

dikerahkan dalam operasi SAR; 4. Meneliti kebenaran berita yang

masuk;

5. Meneruskan berita kepada SMC; 6. Bekerjasama secara aktif

(33)

Formulir 9. Checklist Staf Administrasi dan Logistik (Adminlog) CHECK LIST STAF ADMINLOG

Berikan tanda (√) jika sudah dilakukan:

No KEGIATAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1. Melaksanakan kegiatan administrasi SAR dalam bentuk pencatatan,

pengumpulan, pemilahan, penyimpanan berita atau informasi yang masuk dan keluar secara rinci;

2. Melakukan kajian atau asumsi awal dari tiap informasi yang terekam; 3. Melaksanakan recording

kronologis Penyelenggaraan operasi SAR;

4. Menyiapkan dukungan logistik untuk unsur-unsur SAR dan korban;

5. Melaksanakan perencanaan kebutuhan logistik sesuai dengan SRU yang

dikerahkan dalam operasi SAR;

6. Memberikan saran kepada SMC sesuai dengan

kebutuhan administrasi SAR dan logistik;

7. Bekerjasama secara aktif dengan staf SMC yang lainnya;

8. Menyiapkan bahan-bahan untuk Laporan SMC.

(34)

Formulir 10. Checklist Staf Humas

CHECK LIST STAF HUMAS Berikan tanda (√) jika sudah dilakukan:

No KEGIATAN SUDAH BELUM KETERANGAN

1. Melaksanakan kegiatan kehumasan SAR dalam bentuk pencatatan,

pengumpulan, penyimpanan dokumentasi

penyelenggaraan operasi SAR baik berupa audio, gambar maupun video; 2. Menyediakan bahan-bahan

yang diperlukan SMC dalam menyampaikan

berita/informasi kepada media/pers;

3. Atas seijin dan

sepengetahuan SMC, dapat memberikan

informasi/berita kepada media/pers;

4. Menyiapkan dukungan perlatan dan perlengkapan dokumentasi bagi petugas di lapangan;

5. Memberikan saran kepada SMC yang berhubungan dengan aspek berita dan informasi;

6. Bekerjasama secara aktif dengan staf SMC yang lainnya;

7. Menyiapkan bahan-bahan dokumentasi untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR dan bertanggung jawab kepada SMC.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disarankan hal-hal berikut: ( a ) Kepada guru agar perlu persiapan yang matang jika ingin melaksanakan

Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Berita Negara

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep esensial pada materi momentum dan impuls. Hal ini terlihat pada hasil

Istilah one obligor tidak ditemui dalam Undang-Undang Perbankan, tetapi pendekatan uniform classification yang dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8/2/PBI/2006

Dalam komik Grey & Jingga, pada format panel strip, setiap panelnya menggambarkan emosi yang berbeda dari tiap karakternya. Gambar 4.24 Perubahan emosi

(1) Petugas Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan orang perseorangan yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi

Tugas Jabatan Fungsional Penata Kelola Pencarian dan Pertolongan yaitu melaksanakan penataan dan pengelolaan penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan yang meliputi

UU Nomor 5 tahun 1990 merupakan UU yang secara khusus mengatur mengenai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem yang filosofinya telah sesuai dengan strategi konservasi