• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah menjalankan ibadah sholat tahajjud, tak sengaja kulihat foto kenangan bersama teman-teman SD yang terpajang didinding kamarku.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Setelah menjalankan ibadah sholat tahajjud, tak sengaja kulihat foto kenangan bersama teman-teman SD yang terpajang didinding kamarku."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ketika sayap cita terbang Ku ingin mimpiku ikut Bersama sayap itu Karena ku ingin Cita-cita termanisku Terwujud seperti pelangi Yang warnanya sejukkan hati

Terdengar ayam berkokok yang saling bersaut-sautan. Kulihat jam dinding dikamarku, jarum jam menunjuk kearah 02.15. Terasa berat untuk bangkit dari atas ranjang. Disuasana yang dingin ini memang nikmat-nikmatnya tidur berselimut diatas ranjang, tapi aku coba untuk mengusir setan-setan yang berhamburan membisi-kiku dengan mantra-mantra jahatnya. Kemudian langsung kubangkitkan tubuh ini dari ranjang menuju kamar mandi. Setelah berwudlu, kujalankan ibadah sholat malam sebagai wujud rasa syukurku. Syukur karena masih diberikan kesempatan untuk bisa bernafas, syukur karena masih diberikan keluarga yang masih utuh yang begitu sangat menyayangiku, serta syukur untuk semua pembe-rian karunia terindah-Nya.

(2)

Setelah menjalankan ibadah sholat tahajjud, tak se-ngaja kulihat foto kenangan bersama teman-teman SD yang terpajang didinding kamarku.

“Rasanya baru kemaren aku berlari-lari riang bersama teman-teman SD ku. Dikala istirahat bermain lompat tali, kasti, saling berkejar-kejaran. Sekarang sudah kelas sebelas, dan setahun yang akan datang akan segera melepaskan seragam putih abu-abuku. Tak menyangka kalau ternyata aku sudah segede ini.” Batinku sambil senyum-senyum sendiri memandangi fotoku bersama teman-teman SD ku.

Kemaren baru saja aku pulang dari pondok pesantren. Rasa rindu kepada Pae, Bue, Dek Mila, serta Simbah Kakunglah yang mendorongku untuk pulang, meskipun hanya diberi izin selama 3 hari, tapi buatku itu sudah cukup untuk mengobati rasa rinduku kepada mereka.

Aku memiliki sebuah mimpi. Suatu hari nanti aku ingin sekali mimpiku ini bisa terwujud menjadi nyata. Aku ingin bisa menjadi seorang novelis yang terkenal. Novel-novel yang kutulis bisa best seller dan bisa bermanfaat bagi pembacanya. Aku ingin ada bekas terindah yang masih kutinggalkan untuk orang lain ketika diri telah pergi dari dunia ini.

(3)

“Kalau boleh tahu, siapakah orang yang menjadi inspirasi mbak Zahra dalam penulisan novel ini?” Tanya salah satu wartawan kepadaku.

“Yang pasti inspirasi ini saya peroleh dari………… …………”

“Zahraaa….” Terdengar suara Bue memanggil yang tiba-tiba membuyarkan hayalanku.

“Aduh, Bue pakai manggil Zahra segala, padahal Zahra belum selesai berhayalnya.” Batinku.

“Inggih Bue, sekedap.”1

Jawabku sambil berteriak dari kamarku. Kemudian aku pun beranjak menghampiri Bue yang berada di dapur.

“Ada apa Bue, kok manggil Zahra?” Tanyaku kepada Bue yang sedang sibuk mengupas kulit bawang.

“Tolong beliin Bue terasi, terasinya udah habis, uangnya ambil aja dilemari!”

“Ia Bu.” Jawabku sambil beranjak menuju kamar Bue untuk mengambil uang yang berada didalam lemari.

(4)

Dari kejauhan aku melihat seorang gadis cantik, tapi pakaiannya terlalu terbuka. Wajahnya terasa tidak asing dimataku. Dia berjalan menuju kearahku.

“Hai Zahra, apa kabar?” Sapanya dengan ramah. “Alhamdulillah kabar baik, kamu gimana?” Jawabku juga dengan seramah mungkin. Aku masih memutar-mutar otakku, mengingat siapa gadis yang ada didepanku sekarang ini.

“Kenapa kamu terlihat bingung gitu, kamu lupa sama aku? Aku Nadia.” Lanjutnya sambil menepuk pundakku.

“Kamu Nadia? Masya Allah, makin cantik ya sekarang, aku jadi pangling.” Jawabku dengan tersenyum untuk menutupi keherananku. Aku tidak menyangka teman SD dan SMPku ini terlihat berubah drastis. Terakhir aku ketemu dia waktu lulus SMP, dia adalah tipe orang yang pendiam, pakaiannya juga selalu tertutup dan sopan. Sekarang aku bertemu kembali dia sudah berubah, pakainnya terlalu terbuka. Apa yang menyebabkan temanku jadi seperti ini?

“Kamu masih mondok ya Za?”

“Alhamdulillah masih, kalau kamu sekarang dimana Nad?”

(5)

“Aku kerja di Surabaya.”

“Ooo. Di Surabaya. Ya udah ya Nad, aku mau beli terasi, udah ditunggu Bue. Kapan-kapan kita sambung lagi. Assalaamu’alaikum”

“Ia Za. Wa’alaikumussalaam.”

Aku pun kemudian beranjak meninggalkan teman kecilku menuju warung Bu Siti.

“Assalaamu’alaikum.” Salamku, ketika sudah sampai didepan warung Bu Siti.

“Wa’alaikumussalaam. Eeee…. Zahra, mau beli apa Za?” Tanya Bu Siti setelah menjawab salamku.

Ketika akan menjawab pertanyaan Bu Siti, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang nyelonong, dia adalah anak pertama Bu Siti, namanya Kang Rendy. Adik perempuannya adalah teman sekelasku dan sahabat terbaikku selama di pondok pesantren.

“Eee… Dek Zahra, biar saya aja yang melayaninya Bu!” Kata Kang Rendy sambil cengar-cengir, aku jadi geli ngelihatnya.

“Kamu ini sukanya aneh-aneh aja tho Ren, ya udah kalau gitu Ibu kebelakang.” Kata Bu Siti kepada Kang Rendy.

(6)

“Dek Zahra yang cantik mau beli apa? Saya siap melayani.” Tanya Kang Rendy dengan rayuannya.

“Beli terasi Kang, udah di tunggu Bue nih.” Jawabku sambil tersenyum.

“Ooo, beli terasi. Sebentar aku carikan ya!” “Ia Kang.”

“Ini dia terasinya, sepesial deh buat Dek Zahra yang manis.”

“Ah, Kang Rendy bisa aja, ini uangnya Kang, terima kasih.” Jawabku sambil memberikan uang seribuan kepada Kang Rendy.

“Ia, sama-sama. Kalau butuh sesuatu balik kesini lagi, Kang Rendy udah pasti siap melayani!”

“Ia Kang, terima kasih.” Kataku sambil beranjak meninggalkan warung Bu Siti.

Rasanya pengen ketawa melihat tingkah laku Kang Rendy. Tapi aku kurang suka pada laki-laki yang suka ngegombal seperti itu.

Mbak Laila pernah cerita kalau Kang Rendy ada rasa denganku. Mbak Laila adalah Adik kandung Kang Rendy, sekaligus sahabat terbaikku selama di pondok pesantren dan di Madrah Aliyah. Untuk saat ini aku sedang tidak

(7)

ingin memikirkan hal itu, aku ingin lebih fokus dengan mondok serta sekolahku.

Dalam perjalanan pulang aku masih teringat teman kecilku Nadia. Nggak menyangka dia bisa berubah drastis gitu. Ya udahlah, ngapain aku harus mikirin hidup orang, lawong ngurusin hidup diri sendiri aja belum bisa.

“Ini Bu terasinya.” Kuberikan terasi yang baru kubeli kepada Bue.

“Kok lama tho Nduk?”

“Maaf Bu, tadi itu aku ketemu temanku Nadia. Kami ngobrol-ngobrol sebentar tadi.”

“Nadia putrinya Pak Marmin itu tho Nduk?”

“Ia Bue, aku nggak menyangka dia bisa berubah seperti itu.”

“Berubah bagaimana maksudnya Nduk?” “Pakainnya itu lo Bue, terbuka banget.”

“Ooo itu, udah nggak usah ngurusin hidup orang lain Nduk.”

(8)

“Ini Bue mau masak sayur sop dan bakwan goreng. Kamu iris-iris aja sayurannya, Bue tak buat bumbu untuk sayurnya!”

“Oke Bue, beres deh kalo udah ditangan Za.” Jawabku dengan penuh semangat. Bue jadi tersenyum melihat tingkah lakuku. Kalau masalah dunia masak-memasak, Bue memang jagonya. Bumbunya sedap di lidah. Tapi jangan salah, aku juga jago memasak lho. Masak telor ceplok. Hehehe.

“Oh ia Bue, Dek Mila dimana kok nggak kelihatan batang hidungnya?” Tanyaku kepada Bue sambil mengiris-iris sayur kol. Mila adalah Adikku tercantik, terbawel, dan ternyebelin sedunia, tapi tetap akan menjadi Adik tersayangku.

“Ini kan hari minggu, biasanya dia ikut lari pagi bersama teman-temannya.” Jawab Bue sambil ngulek bumbu.

“Assalaamu’alaikum.” Terdengar suara salam dari luar.

“Wa’alaikumussalaam, tu kan baru aja dibicarakan orangnya langsung datang.” Kataku setelah mendengar suara salam Dek Mila.

(9)

“Belum mateng ya masakannya?” Tanya Dek Mila yang baru aja pulang dari lari pagi.

“Enaknya, pulang dari lari pagi langsung tanya masakannya udah matang belum, segera mandi sana, bauk.”

“Emang Mbak Za udah mandi?”

“Belum, Mbak Za kan masih bantuin Bue masak. Kamu itu disuruh mandi malah bantah, segera mandi sana!”

“Ia Mbak Za cerewet.” Jawabnya yang sambil menjulurkan lidahnya.

“Tuh kan Bue, dia malah ngeledek.” Kataku kepada Bue sambil manyun.

“Ia, sudah-sudah. Dilanjutin itu ngiris sayurannya!” “Ia Bue, siap laksanakan.” Rasanya bahagia banget bisa bantuin Bue memasak. Bisa tau cara masak sayur sop, buat bumbu dan lain-lain. Dan semua itu bisa terasa indah jika dijalani dengan senyuman. Aku pernah membaca sebuah buku, disitu ada sebuah motivasi yang berbunyi, “Senyumlah, supaya alam turut tersenyum kepada kita. Dan dengan senyum, kemanapun kita pergi, bersinarlah cahaya kegembiraan. Tidak ada urusan yang berat dalam dunia ini. Semunya dapat diatasi.”

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa; motivasi, komitmen organisasi dan kinerja dari anggota Komunitas Lima Gunung dapat dikategorikan pada

[HR.. Bagi-Nya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali [dengan pertolongan] Allah. Tiada Tuhan [yang hak disembah]

Penelitian analisa prospek bisnis budidaya pembesaran ikan bandeng ( Chanos chanos ) di Kecamatan Tugu perlu dilakukan untuk menganalisa dalam bagaimana prospek

Modul pembelajaran matematika ini diharap- kan dapat membantu guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang ada pada buku guru dan buku siswa serta dapat meningkatkan

x2 dan X} terhadap y adalah sebesar 97,1% artinya persamaan tersebut menjelaskan bahwa variabel pengetahuan, tanggung jawab dan pengakuan dari orang lain memiliki kemampuan

Pemeliharaannya terdiri dari penambahan minyak dan emulsifier dengan agitasi (diaduk). Pemeliharaannya terdiri dari penambahan minyak dan emulsifier secara periodik.

Dari ketujuh unsur kebudayaan yang telah disebutkan tersebut, terdapat beberapa unsur yang masih dipertahankan oleh masyarakat keturunan Arab, diantaranya adalah unsur bahasa

(4) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD/perusahaan