• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pengantar Teknologi Pertanian Kelompok 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Pengantar Teknologi Pertanian Kelompok 5"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

i HALAMAN SAMPUL

MAKALAH PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI

Oleh:

PUTRI AYU WARDANI (C1M015159)

PUTRI RAMADHANI (C1M015160)

RAMADHAN PURNAMA SATRIA (C1M015162)

RAODATUL PUTRI (C1M015163)

RATIH AYU WULANDARI (C1M015165)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PERTANIAN

(2)

ii KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini yan berjudul “TEKNOLOGI PERTANIAN ERA GLOBALISASI” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 24 Desember 2016

(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 5

BAB II. ISU LAPANGAN ... 6

BAB III. PEMBAHASAN ... 8

3.1. Pengertian Globaliasasi ... 8

3.2. Dampak Globalisasi ... 8

3.3. Dampak Globalisasi Terhadap Agribisnis Indonesia ... 10

3.4. Peranan Teknologi Pertanian dalam Globalisasi ... 18

3.5. Ancaman dan Peluang ... 19

BAB IV. PENUTUP ... 22

4.1. Kesimpulan ... 22

4.2. Saran ... 22

(4)

4 BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses dimana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

Teknologi Pertanian adalah prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumber daya pertanian dan sumber daya alam untuk kesejahteraan manusia. Teknologi diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu pengetahuan.

Jika kita melihat ke belakang berdasarkan perjalanan sejarah peradaban manusia, kita akan mendapati bagaimana teknologi telah berkembang. Pola bercocok tanam dan cara pemupukan yang terus mengalami perkembangan pada masyarakat agraris adalah berkat ditemukannya teknologi pertanian yang terus meningkat. Di era globalisasi, teknologi pertanian sangatlah penting. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui sejauh mana teknologi pertanian berperan dalam globalisasi.

(5)

5

1.2. Rumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan teknologi pertanian dalam globalisasi?

2. Apa sajakah ancaman dan peluang yang akan dihadapi dalam globalisasi?

1.3. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang bermanfaat, diantaranya :

1. Mengetahui peranan teknologi pertanian dalam globalisasi

(6)

6 BAB II. ISU LAPANGAN

Hal inilah yang menjadi permasalahan yang perlu dikaji lebih dalam dan menjadi tugas pokok kita sebagai masyarakat agar lebih peka akan perubahan yang terjadi dan berupaya untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Peran pemerintah pun sangat dibutuhkan dalam membantu menunjang teknologi dan informasi agar masyarakat dapat mengikuti arus global dan tidak tertinggal.

Setelah perkembangan globalisasi terjadi dan pengaruhnya terasa terhadap para petani, tentu akan timbul permasalahan sebagai berikut:

a. Karena telah terlena dengan keadaan, sedikit demi sedikit masyarakat akan mulai meninggalkan budaya asli dalam bertani

b. Segala hal dalam pertanian dapat dilakukan secara instan, sehingga lama kelamaan akan terjadi pengangguran, karena ketergantungan dengan alat canggih atau mesin canggih dan menimbulkan sifat malas bagi para petani

Penyebab teknologi pertanian masuk ke pertanian masyarakat berawal dari perkembangan globalisasi yang telah masuk ke masyarakat, para petani juga memerlukan teknologi yang dapat membantu dan memperingan pekerjaan mereka, selain itu, karena masyarakat cenderung selalu penasaran dengan hal yang baru maka mereka selalu menerima teknologi apapun yang dapat membantu mereka dalam bertani.

Dengan adanya globalisasi, masyarakat ikut terkena dampak-dampak globalisasi, khususnya dalam bidang pertanian, masyarakat mulai menggunakan teknologi-teknologi yang dikirim oleh orang-orang yang bekerja dibidangnya. Semua ini akan berkembang dan meluas ke pelosok-pelosok desa hingga yang terpencil.

Dilihat dari mulai tingginya permintaan masyarakat dalam menggunakan ala-alat yang canggih dalam pertanian, mungkin saatnya pemerintah setempat mulai memperhatikan dan membimbing para petani dan memberikan pendidikan dan penyuluhan cara menggunakan teknologi dalam pertanian.

(7)
(8)

8 BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Globaliasasi

Globalisasi atau penyejagatan adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan, “Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah”. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

3.2. Dampak Globalisasi

Seiring dengan berkembangnya globalisasi teknologi di bidang pertanian, disertai dengan semakin majunya teknologi saat ini membuat produk yang dihasilkan kalah bersaing di pasaran dikarenakan kurangnya pengetahuan petani akan penggunaan teknologi baru. Banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi karena proses industrialisasi akibat pembangunan konvensional. Penggunaan teknologi informasi tepat guna sangat kurang maksimal di masyarakat pertanian di Indonesia, belum lagi kelompok tani masih kurang produktif.

Hal inilah yang menjadi permasalahan yang perlu dikaji lebih dalam dan menjadi tugas pokok kita sebagai masyarakat agar lebih peka akan perubahan yang

(9)

9 terjadi dan berupaya untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Peran pemerintah pun sangat dibutuhkan dalam membantu menunjang teknologi dan informasi agar masyarakat dapat mengikuti arus global dan tidak tertinggal.

Setelah perkembangan globalisasi terjadi dan pengaruhnya terasa terhadap para petani, tentu akan timbul permasalahan sebagai berikut:

a. Karena telah terlena dengan keadaan, sedikit demi sedikit masyarakat akan mulai meninggalkan budaya asli dalam bertani

b. Segala hal dalam pertanian dapat dilakukan secara instan, sehingga lama kelamaan akan terjadi pengangguran, karena ketergantungan dengan alat canggih atau mesin canggih dan menimbulkan sifat malas bagi para petani

Penyebab teknologi pertanian masuk ke pertanian masyarakat berawal dari perkembangan globalisasi yang telah masuk ke masyarakat, para petani juga memerlukan teknologi yang dapat membantu dan memperingan pekerjaan mereka, selain itu, karena masyarakat cenderung selalu penasaran dengan hal yang baru maka mereka selalu menerima teknologi apapun yang dapat membantu mereka dalam bertani.

1. Dampak positif globalisasi antara lain:

- Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan - Mudah melakukan komunikasi

- Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi) - Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran - Memacu untuk meningkatkan kualitas diri - Mudah memenuhi kebutuhan

2. Dampak negatif globalisasi antara lain: - Informasi yang tidak tersaring.

- Membuat tidak kreatif, karna perilaku konsumtif. - Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit. - Banyak meniru perilaku yang buruk.

- Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara

(10)

10

3.3. Dampak Globalisasi Terhadap Agribisnis Indonesia

3.3.1. Sistem Agribisnis Indonesia

Agribisnis merupakan kegiatan lebih dari sekedar pertanian, karena di dalamnya mencakup kegiatan-kegiatan lain yang mewakili sektor di luar pertanian. Bidang pertanian juga memiliki suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan hubungan informasi, materi atau energi yang dinamankan dengan sistem, sistem juga dapat diartikan sekumpulan elemen yang berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan, dalam sistem terdapat subsistem yang merupakan sistem didalam suatu sistem dimana sistem berada lebih dari satu tingkatan.

Jadi, sistem agribisnis itu sendiri adalah dimana agribisnis terdiri dari berbagai subsistem yang tegabung dalam rangkaian interaksi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas, yang merupakan usaha atau kegiatan untuk mengelola hasil-hasil pertanian yang mencakup berbagai aspek kehidupan dalam perencanaan jangka panjang, produk yang dihasilkan oleh produsen tersebut diterima oleh konsumen dan mempunyai nilai jual atau finansial yang pantas.

3.3.2 Globalisasi Pertanian Indonesia

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai sumberdaya alam potensial untuk dikembangkan diberbagai sektor pertanian. Berbagai usaha dengan sumberdaya alam dapat dijadikan suatu peluang usaha yang cukup menjanjikan, salah satu sumberdaya atau kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan adalah sektor pertanian di Indonesia. Subsektor hortikultura sebagai salah satu penghimpun kemajuan sektor pertanian dalam peningkatan perekonomian Indonesia yang telah menunjukkan perubahan yang nyata, baik dari jenis yang diusahakan, teknologi yang digunakan maupun volume suatu komoditas yang dihasilkan dan berpotensi untuk dikembangkan.

Nasib kehidupan petani kenyataannya tidak cuma tergantung dari karakter/kapasitas individu petani, lingkungan alam local, dan kebijakan nasional saja tetapi ada hubungannya dengan perkembangan dunia yang telah mengglobal.

(11)

11 Kita ingat bahwa nasib petani Indonesia mulai dicampur tangani globalisasi sejak tahun 1757 VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) di Jawa. Sejak itu sebetulnya petani sudah menjadi bagian dunia global yang 60% nasibnya tergantung di tangannya.

Pertanian adalah hal yang substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara adalah hal yang wajar apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang membangun selalu meletakkan pembangunan sektor pertanian sebagai prioritas utama dalam pembangunan selama lima PELITA terakhir. Titik kulminasi pembangunan pertanian dalam hal ini pertanian tanaman pangan terjadi pada tahun 1984, yaitu saat Indonesia yang sebelumnya mendapat predikat sebagai negara pengimpor beras terbesar ini dapat mencapai swasembada beras dengan program “Bimas”-nya. Memang hasil yang spektakuler, akan tetapi banyak pertanyaan yang muncul.

Sementara, akibat yang ditimbulkan sangat merugikan dalam hal, antara lain: menurunnya produktivitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia anorganik secara berlebihan yang memang berfungsi sebagai suplemen untuk bibit unggul agar mendapatkan hasil yang maksimal, rusaknya keseimbangan ekosistem akibat penggunaan pestisida yang tanpa disadari juga mengakibatkan matinya spesies lain selain hama dan penyakit tanaman. Dengan tidak disadari pula, bahwasanya untuk memenuhi kebutuhan akan pupuk dan pestisida anorganik memerlukan biaya yang relatif mahal. Apalagi setelah subsidi terhadap pupuk ditarik oleh pemerintah yang berimplikasi pada semakin tingginya biaya produksi dalam usaha tani.

3.3.3. Pertanian Indonesia dalam Dunia Globalisasi.

Dunia usaha pertanian saat ini dihadapkan pada dilema, apakah akan tetap mempertahankan pola pengelolaannya seperti saat ini dengan menggunakan lebih banyak input luar (obat-obatan dan pupuk buatan), atau dengan menggunakan lebih banyak input dalam (kompos, pupuk kandang, dan obat-obatan alami). Dua pilihan ini sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan bila dipilih memiliki bobot pilihan yang imbang. Jika memilih dengan lebih

(12)

12 banyak menggunakan input luar, dalam jangka pendek kebutuhan akan hasil-hasil pertanian akan dapat dipenuhi, akan tetapi dalam jangka panjang, akan mengalami penurunan yang drastis akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Sebaliknya, jika pilihan jatuh pada penggunaan input dalam yang lebih banyak, maka dalam jangka pendek kebutuhan akan hasil-hasil pertanian tidak dapat dipenuhi. Akan tetapi, dalam jangka panjang akan menjamin terpenuhinya kebutuhan akan hasil-hasil pertanian secara berkesinambungan.

3.3.4. Revolusi Hijau (Pemasaran) a. Aspek Revolusi Pemasaran

Globalisasi yang terjadi di dunia Internasional ataupun nasional dalam berbagai bidang, khususnya dunia pertanian dan terutama di negeri kita tercinta ini perlu diadakannya suatu tatanan untuk memikirkan bagaimana caranya untuk mengatur dan mengarahkan globalisasi yang terjadi menjadi sebuah peluang besar khususnya masyarakat Indonesia menjadi sebuah strategi dalam pembangunan nasional dalam jangka panjang maupun jangka pendek demi tercapainya tujuan bersama serta mewujudkan Indonesia menjadi negara yang bangkit dari perkembangan menuju kemajuan. Berikut merupakan aspek – aspek yang perlu diperhatikan :

1. Pergeseran dari penjual ke pembeli menuju konsumen

2. Pergeseran preferensi konsumen dari atribut tampilan luar ke atribut kunci fisika – kimia ( dari pemenuhan rasa ke pemenuhan kunci /kualitas ). 3. Peningkatan kesadaran kebutuhan keamanan.

4. Kesadaran dan perhatian konsumen mendukung kampanye HAM dan hak asasi hewan, hak asasi pekerja tanpa diskriminasi antar gender, dan tanpa mempekerjakan anak.

5. Perhatian akan keaslian produk.

6. Kewaspadaan terhadap tindakan kontaminasi racun biologis “bioterorism act”

(13)

13 8. Liberalisme investasi dan perdagangan, mendorong berkembangnya

lembaga distribusi dan perdagangan eceran multi-nasional.

b. Sistem revolusi pertanian (pemasaran)

Sistem pertanian ini yang memiliki berbagai keterkaitan antara subsistem satu dan yang lainnya membuat suatu hubungan yang kompleks yang dapat menjadi sebuah revolusi hijau atau revolusi pemasaran dalam dunia pertanian Indonesia salah satunya adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pertanian Konvensional

Sistem pertanian tradisional, meskipun akrab lingkungan tetapi tidak mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan dan sandang yang meningkat lebih tajam dibandingkan dengan laju pertambahan penduduk. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak temuan baru yang kemudian menggeser sistem tradisional menjadi sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian. Salah satu contoh di negara Indonesia adalah mampu berswasembada pangan (terutama beras) sejak tahun 1983 hingga 1997. Tetapi sistem pertanian konvensional tidak terlepas dari risiko dampak negatif. Meningkatnya kebutuhan pangan seiring laju pertambahan penduduk, menuntut peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian seperti pupuk dan pestisida.

Schaller (1993) menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut:

a. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian dan sedimen.

b. Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida maupun bahan aditif pakan.

c. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia pertanian tersebut pada mutu dan kesehatan makanan.

(14)

14 d. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan

fauna yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).

e. Perusakan dan pembunuhan satwa liar, lebah madu, dan jasad berguna lainnya.

f. Peningkatan daya ketahanan organisme pengganggu terhadap pestisida.

g. Penurunan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan berkurangnya bahan organik.

h. Ketergantungan yang makin kuat terhadap sumber daya alam tidak terbarui (nonrenewable natural resources).

i. Munculnya risiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerjaan pertanian.

2. Sistem Pertanian Organik

Sistem pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memerhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian dan lingkungan. Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik adalah sebagai berikut:

a. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah cukup.

b. Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada.

c. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman, serta hewan.

d. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.

(15)

15 e. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbarui yang

berasal dari sistem usaha tani itu sendiri.

f. Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik di dalam maupun di luar usaha tani.

g. Menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan perilakunya yang hakiki.

h. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian.

i. Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan.

j. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.

k. Mempertimbangkan dampak yang Iebih luas dari kegiatan usaha tani terhadap kondisi fisik dan sosial.

l.

3. Bioteknologi Pertanian

Teknologi rekayasa genetika merupakan salah satu alternatif solusi yang dibutuhkan, karena pemuliaan tanaman setelah keberhasilan revolusi hijau dalam memberikan varietas tanaman dengan hasil panen yang signifikan berlipat. Bioteknologi telah ma mpu memodifikasi genetika sehingga dihasilkan tanaman tahan hama. Salah satu contoh adalah tanaman tahan hama serangga lepidoptera. Hama serangga merupakan salah satu penyebab kerugian yang bernilai ekonomis dalam bidang pertanian. Tanaman tahan hama menawarkan manfaat bagi para petani, masyarakat umum, dan lingkungan, antara lain sebagai berikut :

a. Pengontrolan hama serangga yang lebih dapat diandalkan, lebih hemat biaya, dan tenaga kerja.

(16)

16 b. Meningkatkan pengontrolan hama lepidoptera tanpa membahayakan

spesies nontarget, termasuk serangga berguna.

c. Mengurangi penggunaan insektisida secara kimia dengan tetap mempertahankan hasil panen.

d. Mengurangi ketergantungan petani pada pestisida.

e. Mereduksi mikotoksin yang dihasilkan oleh jamur yang timbul pada luka tanaman yang dihasilkan serangga.

Banyak ahli dan petani yang optimis bahwa prospek penggunaan bioteknologi pertanian dapat digunakan untuk meningkatkan hasil/ panen dan nilai gizi produk-produk dari tanaman pangan sambil mengurangi penggunaan pestisida kimiawi. Bioteknologi dapat meningkatkan tanaman pangan melalui penambahan satu atau beberapa gen untuk membuat agar tanaman tersebut lebih toleran terhadap stres dan lebih resisten terhadap hama dan penyakit. Ada banyak isu yang terkait dengan transfer bioteknologi di negara-negara sedang berkembang. Masalah yang dikhawatirkan timbul antara lain sebagai berikut:

a. Pengurangan keanekaragaman karena paksaan atau dorongan untuk menggunakan satu atau beberapa varietas tanaman sehingga dapat memicu serangan hama atau stres baru yang tidak diperkirakan sebelumnya.

b. Penguasaan atau konsentrasi perusahaan biji hanya pada perusahaan tertentu, sehingga dapat mengendalikan pasar.

c. Kurangnya fasilitas dan pengetahuan untuk menguji kelayakan tanaman khususnya di daerah tropika dengan jenis hama yang bervariasi.

d. Masalah paten, rahasia perusahaan yang dimiliki oleh perorangan atau perusahaan atau institusi tertentu sehingga tidak semua orang dapat menggunakan produk-produk paten tanpa izin atau tanpa membayar royalti.

(17)

17 e. Kurangnya pengetahuan tentang proses dan pengujian yang teliti untuk

mencegah munculnya atau tersebarnya alergan.

f. Kurangnya pengetahuan akan perkembangan resistensi hama terhadap bahan kimia tertentu yang digunakan untuk memberantasnya. Diperkirakan bahwa hama yang pada mulanya sensitif terhadap toksin, kemungkinan akan mengembangkan ciri barn yang membuatnya resisten terhadap toksin.

g. Tantangan dari berbagai pihak yang tidak menyetujui dengan upaya-upaya manipulasi alam dan gangguan terhadap alam.

4. Pemberdayaan dan Kewirausahaan Petani Kecil

Bertolak dari keadaan yang telah dikemukakan, untuk mengantarkan petani agar berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dalam ekonomi global diperlukan adanya pemberdayaan (empowerment) dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship). Dalam hubungannya dengan pemberdayaan, Friedman (1992 dalam Molo, 1999) mengatakan bahwa rumah tangga memiliki tiga macam kekuatan: sosial, politik, dan psikologis. Kekuatan sosial menyangkut akses terhadap dasar-dasar produksi, termasuk informasi, pengetahuan, dan keterampilan, partisipasi dalam organisasi sosial, dan sumber-sumber keuangan. Jika ekonomi rumah tangga meningkatkan aksesnya pada dasar-dasar produksi, boleh diharapkan kemampuannya dalam menentukan tujuannya juga meningkat. Kekuatan psikologis direfleksikan dalam rasa memiliki potensi individu. Dalam hubungan ini peningkatan kemandirian dapat dicapai melalui pemberdayaan yang bersifat partisipatif. Artinya, untuk mencapai perubahan diperlukan partisipasi keluarga petani tanpa mengurangi esensi inisiatif program-program di atas.

(18)

18

3.4. Peranan Teknologi Pertanian dalam Globalisasi

Dewasa ini manusia tidak akan lepas dari perkembangan zaman yang semakin meningkat, salah-satu dari perkembangan zaman ini adalah teknologi. Aplikasi dari teknologi sendiri sangatlah beragam di berbagai bidang kehidupan manusia mulai dari informasi, transportasi bahkan sampai pada aspek yang sangat krusial dalam kehidupan manusia yaitu Pertanian.

Mencermati fenomena globalisasi yang terjadi sekarang ini, maka Pertanian Indonesia akan menghadapi ancaman-ancaman yang perlu diantisipasi, tetapi sekaligus juga mempunyai peluang untuk dimanfaatkan dengan baik. Ancaman dan peluang yang berkaitan dengan fenomena globalisasi ini perlu ditanggapi secara positif. Tentunya salah satu factor penting yaitu dengan pemanfaatan dan penguasan teknologi pertanian yang handal.

Peran teknologi pertanian cukup menonjol untuk dapat memberikan driving force bagi pertumbuhan pembangunan kususnya dibidang pertanian, untuk menahan ancaman-ancaman dan sekaligus peluang yang ditimbulkan dari fenomena globalisasi. Peran teknologi pertanian ini antara lain dalam usaha-usaha peningkatan dan penjaminan mutu, baik mutu produk (baik mutu gizi maupun fisik), kemasan, penampilan produk. Disamping itu pemilihan dan penggunaan teknologi secara tepat akan berpeluang untuk menekan biaya produksi, menekan harga jual, sehingga akan berpengaruh meningkatkan daya saing.

Pemanfaatan dan penguasaan teknologi pertanian berhubungan langsung dengan peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Produktivitas usaha padi yang ada di Indonesia baru sebesar 4,5 ton/ha, dapat dilipat gandakan menyamai produktivitas di Vietnam (8 ton/ha) dengan mengaplikasikan teknologi yang tepat.

Kenyataan menunjukkan setelah lama melaksanakan pembangunan, termasuk pembangunan sektor pertanian, kontribusi teknologi dalam produksi pertanian di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan dalam beberapa sub sector, seperti holtikultura telah terjadi negative trend baik dari segi jumlah maupun produktivitas. Hal ini terutama dikarenakan ketidakmantapannya program pembangunan teknologi pertanian yang ada. Secara keseluruhan dalam sektor pertanian, maupun secara parsial di masing-masing sub sektor tidak ditemukan adanya skenario pembangunan teknologi yang efektif dan berkesinambungan.

Disisi lain dukungan pemerintah terutama untuk pendanaan kegiatan penelitian relatif sangat kecil. Dibandingkan dengan Negara ASEAN saja, anggaran yang disediakan pemerintah untuk penelitian dan aplikasi teknologi di bidang pertanian jauh lebih kecil. Hal ini tentu sangat tidak kondusif bagi upaya peningkatan peran teknologi dalam pembangunan teknologi pertanian demi terciptanya pertanian yang

(19)

19 tangguh dan berdaya saing. Dengan demikian, potensi teknologi yang dipunyai Indonesia perlu lebih diarahkan pada bidang pertanian. Dengan kata lain perlu dijadikan sebagai gambaran platform bagi pengembangan teknologi Indonesia.

Teknologi pertanian hasil penelitian untuk menyongsong MEA dan perdagangan global adalah sebagai berikut:

a. Bio-teknologi dalam bidang perbenihan/pembibitan dan pengendalian hama/penyakit tanaman, ternak dan ikan;

b. Teknologi pengolahan limbah dan pupuk organik; c. Teknologi budidaya pertanian terpadu;

d. Teknologi pasca panen, sortasi, grading dan packaging; dan

e. Teknologi pengolahan komoditi tanaman pangan, hortikultura; perkebunan, peternakan, dan ikan.

3.5. Ancaman dan Peluang

Dalam menghadapi globalisasi yang terjadi sekarang ini, maka Pertanian Indonesia akan menghadapi ancaman-ancaman yang perlu diantisipasi, tetapi sekaligus juga mempunyai peluang untuk dimanfaatkan dengan baik. Ancaman dan peluang yang berkaitan dengan fenomena globalisasi ini perlu ditanggapi secara positif. Tentunya salah satu factor penting yaitu dengan pemanfaatan dan penguasan teknologi pertanian yang handal.

Indonesia dikenal dengan budaya agraris, dimana 48% penduduknya hidup di sektor pertanian. Produk utama Indonesia adalah produk pangan untuk kebutuhan dalam negeri, produk perkebunan dan hasil hutan, serta perikanan yang di ekspor. Produk perkebunan yang banyak di ekspor seperti kelapa sawit, karet,teh dan kayu sedangkan negara barat berkembang dalam hal industri dan jasa,seperti industri elektronika dan jasa keuangan.Globalisasi juga mempengaruhi perekonomian indonesia, negara-negara barat telah merelokasi industrinya ke negara berkembang seperti indonesia untuk industri elektronika dan tekstil. Globalisasi telah mengubah secara bertahap wajah indonesia dari pertanian menjadi industri.

Sumber daya manusia Indonesia sedang terancam dari berbagai sisi, antara lain integrasi mobilitas tenaga kerja kawasan ASEAN melalui kesepakatan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), teknologi yang semakin berkembang dan perdagangan bebas yang menyebabkan membanjirnya produk luar di Indonesia.

Salah satu dampak globalisasi yang paling dirasakan adalah dibidang ekonomi. Globalisasi di bidang ekonomi telah mendorong berkembangnya pasar bebas. Pasar bebas atau liberalisasi akan menimbulkan masalah jika komoditas yang dihasilkan dari dalam negeri (pertanian dan industri) tidak mampu bersaing dengan komoditas yang berasal dari

(20)

20 negara lain. Sehingga pasar domestic dibanjiri oleh produk dan komoditas yang berasal dari luar negeri (impor) yang pada akhirnya mengancam dan merugikan eksistensi pertanian dan industry dalam negeri.

Ancaman-ancaman yang akan dihadapi oleh rakyat Indonesia menjelang diselenggarakannya pasar bebas ASEAN, diantaranya :

1. Rakyat kecil sasaran kesengsaraan

Lembaga swadaya Indonesia for Global Justice (IGJ) menuding pemerintah tidak memiliki strategi dan rencana yang tepat untuk melindungi kepentingan petani, nelayan, buruh, dan pedagang tradisional, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai efektif 2015. Hal ini berpotensi mendorong hilangnya akses rakyat terhadap sumber daya alam dan tingginya angka kemiskinan di pedesaan. Nelayan, petani, buruh, maupun pedagang pasar tradisional adalah kelompok paling dirugikan atas pemberlakuan MEA tahun depan. Alasannya, pemerintah tidak memiliki strategi dan rencana aksi yang melibatkan petani, buruh, nelayan, dan pedagang tradisional. 2. Sumber kekayaan Indonesia dikuras pihak asing

Sektor pertanian dan perikanan adalah dua dari 12 sektor strategis yang masuk dalam prioritas kerja sama ASEAN. Di dalam negeri, kedua sektor ini tidak saja strategis dan penting bagi kepentingan domestik rakyat Indonesia, tapi juga menghadapi kegentingan yang cukup serius baik secara kualitas maupun kuantitas. Bukti nyatanya adalah kontribusi sektor pertanian, khususnya tanaman pangan.

3. Indonesia kembali dijajah

Indonesia berpotensi kembali „dijajah‟ oleh negara lain ketika Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai berlaku pada 2015. Pasalnya, 80 persen pengangguran di Tanah Air berpendidikan rendah.Bandingkan dengan Malaysia dan Singapura, 80 persen penganggurannya justru lulusan SMA dan perguruan tinggi.

4. Hancurkan pengusaha kecil

Kebijakan MEA bisa membunuh usaha kecil menengah (UKM) di ke-10 negara anggota ASEAN. Tapi, itu hanya akan menimpa pengusaha yang tidak siap. Bila mau menangkap peluang, pengusaha kecil menengah akan diuntungkan karena bisa bebas melakukan ekspansi ke seluruh Asia Tenggara.

Bagi negara yang memiliki infrastruktur ekonomi yang masih lemah, dimana industri dalam negeri belum siap menghadapi persaingan antar bangsa dan negara yang demikian bebas, maka industri dalam negeri besar kemungkinan akan mengalami ancaman serius dari terpaan produk industri asing. Globalisasi membuka peluang akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk asing bagi konsumen dalam negeri. Industri

(21)

21 dalam negeri menghadapi ancaman serius yang dapat mematikan gerak dan pertumbuhan industri nasional.

Dengan adanya dampak arus globalisasi dalam bidang pertanian adalah ditandai dengan masuknya produksi pertanian impor yang relatif murah karena diproduksi dengan cara efisien dan pemberian subsidi yang besar pada petani di negara asalnya, produk tersebut membanjiri di pasar-pasar domestik di Indonesia. Sumber pertumbuhan utama sektor agribisnis masih mengandalkan konsumsi swasta, dan sedikit dipacu dengan pengembangan teknologi, namun keadaan ini mempunyai sisi positif karena pertumbuhannya tidak perlu memberatkan pembelanjaan pemerintah. Sektor pertanian khususnya agribisnis yang kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat (khususnya masyarakat petani), maka dipandang perlu adanya keberanian untuk melakukan terobosan baru serta percobaan penelitian yang lebih intensif dan nyata baik didalam pengembangan teknologi dan pemasaran hasil pertanian.

(22)

22

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam globalisasi teknologi pertanian sangat berperan penting. Peran teknologi pertanian ini antara lain dalam usaha-usaha peningkatan dan penjaminan mutu, baik mutu produk (baik mutu gizi maupun fisik), kemasan, penampilan produk. Disamping itu pemilihan dan penggunaan teknologi secara tepat akan berpeluang untuk menekan biaya produksi, menekan harga jual, sehingga akan berpengaruh meningkatkan daya saing.

2. Dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dapat bersaing dengan Negara ASEAN lainnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa selain peluang, Indonesia juga akan dihadapkan dengan berbagai ancaman yang mungkin bisa menghambat Indonesia untuk dapat bersaing dengan Negara ASEAN lainnya. Untuk dapat memanfaatkan peluang serta mengantisispasi terjadinya ancaman itu maka pemerintah harus mempersiapkan diri untuk menyongsong era “Masyarakat Ekonomi Asean” ini dengan mempercepat pembangunan di berbagai infrastruktur, jaringan logistik, ketersediaan energi dan konektivitas untuk meningkatkan daya saing pengusaha domestik.

4.2. Saran

Mengingat teknologi pertanian sangat berperan penting dalam globalisasi, maka potensi teknologi yang dimiliki oleh Indonesia harus lebih diarahkan pada bidang pertanian demi terciptanya pertanian yang tangguh dan berdaya saing.

(23)

23

DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Mahmud. 2002. Globalisasi. PT.Pustaka Quantum: Jakarta.

Panji. 2010. Peran Teknologi Pertanian Sebagai Motor Penggerak Perekonomian Indonesia.

https://panjiwiyana.wordpress.com/2010/09/07/peran-teknologi-pertanian (diakses 21 Desember 2016).

Ali. 2011. Ancaman Globalisasi. http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id (diakses 21 Desember 2016).

Diana. 2014. Ancaman Pasar Bebas ASEAN 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini barulah ada setelah Amandemen ke tiga UUD 1945, yang mengadopsi pembentukan lembaga negara Mahkamah Konstitusi yang salah satu kewenangannya adalah

Hampir serupa dengan instrumen SDM yang ada pada perangkat daerah, instrumen Pengetahuan dan Pengalaman yang telah digunakan serta pelaksanaan investasi

PROFIL KREATIVITAS D AN PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PAD A MATERI ENERGI D ALAM PEMBELAJARAN IPA BERBASIS STEM.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Od univerzalnih preven vnih programa zna č ajnima su se pokazali gotovo svi koji se odnose na u č enje vješ na rješavanja problema (npr. Problem Solving for Life, Problem

berkembang pada lokasi penelitian, mengetahui umur relatif berdasarkan kelimpahan foraminifera besar pada batuan dan yang terakhir mengetahui standar kualitas

Mahasiswa mampu menyelesaikan permasalah teknik sipil dengan berbagai metode Diferensial dan Deret (S.4, S.9, S.11, S.12, S.13, KK.3).. EVALUASI TENGAH SEMESTER (mg ke 8)

SSHB BAHAN BANGUNAN/JASA KOTA BANDA ACEH 6.. NAMA JENIS BARANG

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) hasil belajar matematika pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam