• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI TEKNOLOGI DAN DISEMINASI HASIL LITKAJI MELALUI TEMU TEKNOLOGI PERTANIAN DI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI TEKNOLOGI DAN DISEMINASI HASIL LITKAJI MELALUI TEMU TEKNOLOGI PERTANIAN DI JAWA BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI TEKNOLOGI DAN DISEMINASI HASIL

LITKAJI MELALUI TEMU TEKNOLOGI PERTANIAN DI

JAWA BARAT

SRI MURTIANI,TITIEK MARYATI ,BUDIMAN DAN DIAN FIRDAUS

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat RINGKASAN

Temu Teknologi Pertanian merupakan kegiatan diseminasi/penyebaran informasi teknologi pertanian hasil penelitian dan pengkajian BPTP Jawa Barat yang bertujuan untuk mempercepat adopsi teknologi, menciptakan jalinan kerjasama antara peneliti, penyuluh, petugas dinas, Kontak Tani Nelayan-Andalan (KTNA) dan berbagai profesi lainnya serta untuk memperoleh umpan balik dari khalayak pengguna secara langsung (tatap muka). Temu Teknologi Pertanian, dilaksanakan dengan berbagai metoda seperti: survei, pertemuan, ekspose/pameran, dan kunjungan lapang. Survei ke 15 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat, bertujuan untuk mengetahui komoditas unggulan wilayah, media yang dibutuhkan dalam penyebarluasan teknologi, dan adopsi/penerapan teknologi hasil penelitian dan pengkajian BPTP Jawa Barat di tingkat petani. Data diambil dari petugas pertanian dan KTNA, kemudian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa komoditas unggulan sebagaian besar wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat adalah padi 36,1 %, cabe merah 26,6 %, durian 17,4 %, domba 36,4 % dan gurame 38,5 %. Metoda penyuluhan pertanian yang paling efektif adalah: demplot (41,7%), sekolah lapang (19,7%), kaji terap (18,9 %), dan studi banding (11,1%). Hasil identifikasi beberapa teknologi hasil penelitian dan pengkajian BPTP Jawa Barat yang telah diterapkan oleh masing-masing kabupaten/kota, yaitu: Legowo, Tabela, Minapadi dan Pemupukan Berimbang.

Kata kunci: diseminasi, teknologi pertanian, dan adopsi

PENDAHULUAN

Upaya penyebaran informasi teknologi pertanian perlu dilakukan secara terencana dan sistematis, mengingat efektivitas kegiatan ini berkaitan dengan berbagai faktor seperti karakteristik media (Rakhmat, 1996; Huberman, 1987; Sunarno, 1983; Suleiman, 1981; dan Frio, 1976), karakteristik penerima (Rogers, 1983), dan karakteristik teknologi (Rogers, 1983). Cara penyampaian ilmu dalam kegiatan seperti ini disebut sebagai metode penyuluhan pertanian (Sastraatmadja, 1986). Dalam penggunaan penyebaran informasi ini, Sastraatmadja (1986) menyarankan bahwa penggunaan metode kombinasi yang tepat akan lebih efektif daripada hanya dengan satu metode saja. Tegasnya tidak ada satu metode pun yang secara langsung sempurna dan berlaku sepanjang masa. Sedangkan dalam penyampaian pesan, dikemukakan oleh Rakhmat (1996), pilihan yang efektif dalam berkomunikasi agar pesan yang disampaikan mudah diterima, disarankan dapat menggunakan multi media, karena dengan cara ini kelemahan yang ada pada satu media dapat ditutup oleh media lainnya sehingga dapat menghasilkan pengaruh penyampaian pesan yang saling memperkuat. Melalui pendekatan ini kelemahan suatu metode/media dapat ditutupi oleh metode/media lainnya.

Kegiatan diseminasi merupakan kegiatan untuk membantu memecahkan masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi serta kebutuhan petani-nelayan. Oleh karena itu informasi

(2)

teknologi pertanian yang akan disampaikan kepada petani-nelayan harus benar-benar dapat membantu petani-nelayan dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya serta mendorong terjadinya perubahan dalam suatu sistem sosial pedesaan yang mendukung keseimbangan dengan lingkungan yang mungkin berubah setiap saat (Jahi, 1988). Dalam pembangunan pertanian, peranan diseminasi menjadi semakin penting terutama bagi para pelaku usaha pertanian dalam menghadapi tantangan yang semakin berat pada era globalisasi dan perdagangan bebas. Para pelaku usaha pertanian dituntut meningkatkan efisiensi usahanya agar dapat bersaing dengan para pelaku lain baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu ketersediaan informasi akan sangat membantu masyarakat petani-nelayan dalam meningkatkan usaha pertaniannya.

Temu Teknologi Pertanian merupakan upaya identifikasi komoditas unggulan, metode penyebarluasan informasi teknologi pertanian, yang dilakukan secara partisipatif bersama-sama petugas dan petani di setiap zona pengkajian BPTP Jawa Barat. Dari kegiatan ini diharapkan teridentifikasi komoditas unggulan di kabupaten/kota di Jawa Barat sebagai bahan untuk menyusun rencana tindak lanjut metoda penyuluhan yang akan diberikan oleh petugas kepada petani-nelayan, serta untuk mengetahui introduksi teknologi pertanian yang dilaksaanakan oleh BPTP Jawa Barat di tingkat lapangan. Selain itu diharapkan terjalin kerjasama yang berkesinambungan (sinergistik) antara, staf pengkaji BPTP Jawa Barat, staf dinas lingkup pertanian kabupaten/kota dan petani-nelayan Jawa Barat dalam mendukung setiap program pengembangan pertanian wilayah.

METODOLOGI

Temu Teknologi Pertanian dilaksanakan melalui berbagai metode, mengingat tidak ada satu media maupun metode yang paling efektif untuk seluruh kelompok sasaran. Oleh karenanya melalui pendekatan ini diharapkan kelemahan suatu media ataupun metode dalam menyampaikan suatu pesan dapat ditutupi oleh media maupun metode lainnya.

Temu Teknologi Pertanian dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu: 1) Survei komoditas unggulan dan metode penyuluhan, 2) Temu Konsultasi Teknologi Pertanian (Tekon), dan 3) Temu Informasi Teknologi Pertanian (TITP). Survei dilaksanakan ke 15 kabupaten/kota di Jawa Barat. Sedangkan kegiatan Temu Konsultasi Teknologi Pertanian (Tekon) diadakan pada tanggal 17 Juni – 18 Juni 2003, di Garut dan kegiatan Temu Informasi Teknologi Pertanian (TITP) diadakan pada tanggal 22 Oktober – 23 Oktober 2003, di Lembang, Bandung Jawa Barat. Metoda pada Tekon maupun TITP yaitu: ceramah, diskusi, ekspose/pameran, dan kunjungan lapang. Data yang terkumpul dari hasil survei dengan jumlah responden sebanyak 38.orang terdiri dari 21 petugas pertanian dan 17 KTNA/petani, kemudian di tabulasi dan dianalisis secara persentase dan deskriptif untuk menggambarkan setiap hasil yang diperoleh dari penyelenggaraan kegiatan ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kerangka Pemikiran Diseminasi Hasil Pengkajian

Latar belakang penyelenggaraan Temu Teknologi Pertanian yaitu karena rendahnya tingkat adopsi dan produktivitas usahatani di Jawa Barat. Peranan BPTP Jawa Barat sebagai penghasil dan pendiseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi harus mampu mengatasi

(3)

permasalahan tersebut. Oleh karenanya perlu disusun kerangka pemikiran agar kedua tugas tersebut dapat berjalan sesuai yang diharapkan (Gambar 1).

Sumber: Dr. Ir. Saeful Bachrein MSc ( Kepala BPTP Jawa Barat) pada Tekon 17 –18 Juni 2003 di Garut.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Diseminasi Hasil Pengkajian KOMODITAS UNGGULAN

Pada saat ini dirasakan adopsi teknologi pertanian di tingkat petani-nelayan masih rendah. Dengan berdirinya BPTP di setiap propinsi, diharapkan dapat menjadi jembatan bagi pengguna antara dan pengguna akhir dalam meningkatkan adopsi teknologi dan produktivitas usaha pertanian. Dalam mendukung upaya tersebut telah dilakukan identifikasi komoditas unggulan

Latar Belakang

• Adopsi teknologi rendah

• Kenaikan produktivitas ?

Teknologi dari Balit komoditas

• Paket teknologi rekomendasi Nasional

• Balit Dinas - Petani

BPTP

Jembatan

TEKNOLOGI BALIT VERIFIKASI

Teknologi Spesifik Daerah

Antisipasi Otonomi Daerah (OTDA) Perencana – Pelaksanaan - Monev

Kesinambungan Alur Inovasi Teknologi

• Percepatan Adopsi

(4)

wilayah dan beberapa metoda penyebarluasan informasi (diseminasi/penyuluhan). Hasil indentifikasi (Tabel 1) menunjukkan bahwa komoditas unggulan tanaman pangan sebagaian besar wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat adalah padi, jagung, kedele dan kacang tanah. Padi merupakan komoditas utama di setiap wilayah disebabkan padi dianggap sebagai kebutuhan pangan sehari-hari (subsistence) dan komersial.

Tabel 1. Komoditas Tanaman Pangan Unggulan di Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2003 Jumlah Komoditas Kabupaten/kota Persentase Ranking 1. Padi 13 36,1 I 2. Jagung 6 16,7 II 3. Kedele 6 16,7 III 4. Kacang Tanah 4 11,1 IV 5. Ubi Jalar 1 2,8 - 6. Kacang Hijau 2 5,5 - 7. Kacang Bogor 1 2,8 - 8. Jagung Manis 2 5,5 - 9. Ubi Kayu 1 2,8 - Jumlah 100

Sumber : Hasil survei BPTP Jawa Barat, April – Mei 2003.

Jawa Barat merupakan wilayah yang subur, oleh karenanya banyak jenis sayuran yang dapat tumbuh dengan subur baik di lahan dataran tinggi maupun dataran rendah. Tabel 2 menunjukkan bahwa cabe merah, bawang merah, kentang merupakan komoditas unggulan dari sebagian besar wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat. Sentra produksi cabe merah dan kentang banyak terdapat di daerah lahan dataran medium dan dataran tinggi. Sedangkan sentra produksi bawang merah banyak terdapat di dataran medium sampai rendah.

Tabel 2. Komoditas Sayuran Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2003

Jumlah Ranking Komoditas

Kabupaten/kota Presentase

1. Cabe Merah 4 26,6 I

2. Bawang Merah 3 20 II

3. Kentang 2 13,3 III dan IV

4. Mentimun 2 13,3 III dan IV

5. Kacang Panjang 1 6,7 -

6. Petsai 1 6,7 -

7. Tomat 1 6,7 -

8. Kubis 1 6,7 -

Jumlah 100

Sumber : Hasil survei BPTP Jawa Barat, April – Mei 2003.

Buah-buahan di Jawa Barat tumbuh subur umumnya di daerah yang mempunyai spesifik tertentu. Keseragaman agroekosistem tumbuhan buah-buahan menyebabkan hampir seluruh jenis buah-buahan (Tabel 3) tumbuh di setiap lokasi survei. Tabel 3 menunjukkan bahwa durian merupakan komoditas yang diunggulkan pada saat ini. Selain rasanya enak durian mempunyai

(5)

nilai komersial yang tinggi dan banyak digemari oleh masyarakat. Demikian pula halnya dengan rambutan selain digemari masyarakat, harga rambutan masih relatif lebih murah.

Tabel 3. Komoditas Buah-buahan Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2003

Jumlah Komoditas

Kabupaten/kota Persentase Ranking

1. Durian 4 17,4 I

2. Rambutan 4 17,4 II

3. Manggis 3 13,0 III dan IV

4. Salak 3 13,0 III dan IV

5. Mangga 3 13,0 - 6. Pisang 2 8,7 - 7. Pepaya 2 8,7 - 8. Jeruk 1 4,3 - 9. Nenas 1 4,3 - Jumlah 100

Sumber : Hasil survei BPTP Jawa Barat, April – Mei 2003.

Domba merupakan komoditas yang banyak diusahakan di Jawa Barat, hal ini karena banyak wilayah yang agroekosistemnya sangat mendukung budidaya domba dan kambing. Tabel 4 menunjukkan bahwa selain domba, itik merupakan jenis ternak unggas yang banyak diusahakan karena didukung oleh keberadaan lahan persawahan yang cukup luas di Jawa Barat. Selain itu jenis ternak lainnya yang banyak diusahakan dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi yaitu sapi potong dan ayam buras.

Tabel 4. Komoditas Ternak Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2003 Jumlah

Komoditas Kabupaten/kota Persentase Ranking

1. Domba 8 36,4 I 2. Itik 4 18,2 II 3. Kambing 3 13,6 III 4. Sapi Potong 2 9,1 IV 5. Ayam buras 2 9,1 IV 6. Sapi Perah 2 9,1 IV 7. Puyuh 1 4,5 - Jumlah 100

Sumber : Hasil survei BPTP Jawa Barat, April – Mei 2003

Selain jenis usaha ternak pada Tabel 4, usaha perikanan (Tabel 5) yang banyak didukung oleh agroekosistem wilayah yaitu: gurame, nila dan mas merupakan jenis ikan yang banyak diusahakan di sebagian besar wilayah. Sedangkan udang merupakan komoditas tambak yang banyak diusahakan di jalur pantai utara dan selatan Jawa Barat.

(6)

Tabel 5. Komoditas Perikanan Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2003 Jumlah

Komoditas Kabupaten/kota Persentase Ranking

1. Gurame 5 38,5 I

2. Nila 4 30,8 II

3. Mas 3 23,1 III

4. Udang 1 7,6 IV

Jumlah 100

Sumber : Hasil survei BPTP Jawa Barat, April – Mei 2003.

METODE PENYULUHAN

Agar kegiatan diseminasi dapat berjalan secara efektif diperlukan metode penyuluhan yang tepat, sehingga tingkat adopsi teknologi pertanian di tingkat pengguna sesuai yang diharapkan. Hasil identifikasi (Tabel 6) menunjukkan bahwa metoda penyuluhan pertanian yang diperlukan untuk mendukung percepatan adopsi teknologi pertanian yaitu demplot, sekolah lapang, kaji terap, studi banding, magang, dan percontohan. Beberapa metoda tersebut dinilai cukuf efekif untuk penyebaran teknologi pertanian di tingkat lapangan. Hal tersebut disebabkan cara dan hasil dapat langsung dilihat dan dirasakan oleh petani/pengguna.

Tabel 6. Metoda Penyuluhan Penyebaran Informasi,2003 Jumlah

Metoda Kabupaten/kota Persentase Ranking

1. Demplot 53 41,7 I

2. Sekolah Lapang 25 19,7 II

3. Kaji Terap 24 18,9 III

4. Studi Banding 14 11,1 IV

5. Magang 10 7,8 -

6. Percontohan 1 0,8 -

Jumlah 100

Sumber : Hasil survei BPTP Jawa Barat, April – Mei 2003.

Sejak berdirinya tahun 1995, BPTP Jawa Barat telah banyak menghasilkan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Oleh karena itu penyebaran adopsi sudah selayaknya untuk diketahui. Selain itu identifikasi dimaksudkan untuk menampung kebutuhan dan umpan balik untuk perbaikan teknologi yang telah diintroduksikan.

Hasil identifikasi beberapa teknologi hasil penelitian dan pengkajian BPTP Jawa Barat yang banyak diterapkan oleh masing-masing kabupaten/kota di Jawa Barat, yaitu: 1) Legowo dan 2) Tabela, 3) Mina padi, 4) Pemupukan berimbang. Adapun keragaan teknologi dan sistem usahatani yang diterapkan di tingkat petani seperti pada Tabel 7.

(7)

Tabel 7. Keragaan Teknologi yang Diterapkan oleh Petani di Tingkat Lapangan di Berbagai wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2003

Teknologi Jumlah Kabupaten/kota

1. Legowo jajar dua 13

2. Tabela 10

3. Minapadi 7

4. Bagan Warna daun 3

5. Pembenihan Nila gift jantanisasi 3 6. Pembenihan gurame skala rumah tangga 3

7. Fermentasi Jerami 2

8. Kompos 2

9. Probitik Bioplus 2

Sumber : Hasil survei BPTP Jawa Barat, April – Mei 2003.

Pada Tabel 7 menunjukan bahwa Legowo, Tabela dan minapadi merupakan teknologi yang banyak diterapkan karena banyak didukung oleh keberadaan luas lahan sawah di Jawa Barat. Sedangkan di bidang peternakan teknologi kompos dan fermentasi jerami merupakan teknologi yang sedang berkembang di tingkat lapangan. Kedua teknologi itu merupakan teknologi prospektif selain murah dan mudah mengolahnya juga mempunyai pasar yang cukup luas di Jawa Barat.

Dari hasil pembahasan kegiatan Temu Konsultasi Teknologi Pertanian (Tekon) dan Temu Informasi Teknologi Pertanian (TITP), diharapkan alih teknologi ini dikemas dalam berbagai metoda dan media informasi, seperti pelatihan, Sekolah Lapang (SL) atau demplot sehingga petugas dan petani dapat mengaplikasikannya. Untuk ini diperlukan forum pertemuan khusus subsektor untuk membahas program masing-masing wilayah, sehingga tindak lanjutnya lebih terarah pada satu tujuan atau hasil. Salah satu kegiatan BPTP Jawa Barat yaitu pengkajian pada ekoregional SUT Lahan Sawah Irigasi merupakan contoh pola integrasi yang baik, sehingga pola ini diharapkan merupakan alternatif program integrasi yang dapat dilaksanakan dalam meningkatkan pendapatan petani atau kelompok tani. Selain itu peserta Temu Teknologi Pertanian mengharapkan BPTP Jawa Barat sebagai lembaga penghasil teknologi spesifik lokasi yang telah banyak menghasilkan teknologi, juga harus dapat menghasilkan teknologi tepat guna yang dapat diterapkan di lapangan dengan biaya murah dan mudah dilaksanakan baik oleh petugas maupun oleh petani (Murtiani, S dkk, 2003).

KESIMPULAN

Hasil identifikasi diketahui bahwa padi, cabe merah, durian, domba, gurame merupakan komoditas unggulan di Jawa Barat. Metoda penyuluhan yang paling efektif untuk percepatan adopsi teknologi yaitu demplot dan SL (Sekolah Lapang). Teknologi hasil penelitian dan pengkajian BPTP Jawa Barat yang banyak di terapkan oleh petani adalah: legowo, Tabela, dan mina padi. Kegiatan Temu Teknologi Pertanian merupakan wadah dalam proses transfer teknologi yang dapat langsung diterima dan diterapkan oleh pengguna antara (petugas) dan pengguna akhir (petani dan KTNA).

(8)

DAFTAR BACAAN

Frio, A.S. 1976. “Perception of pictorial and visual symbols in some Asian countries: the Philippines rural study”. UPLB, Unpublished Master’s thesis.

Huberman, M. 1987. “Steps Toward an Integrated Model of Reserch Utilization”. Knowledge: Creation, Diffusion, Utilization, Vol 8 No 4. June 1987, Sage Publication, Inc.

Jahi, A. 1998. “Komunikasi Masa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar”. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Murtiani, S; Maryati, T dan Suryani A, 2003. Laporan Temu Teknologi Pertanian Tahun 2003. BPTP Jawa Barat. Bandung.

Rakhmat, J. 1996. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Rogers, E. M. 1983. “Diffusion of Innovation”. Edisi Ketiga. Free Press, New York.

Sastraatmadja, E. 1986. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Alumni. Bandung.

Suleiman, A.H. 1981. Media Audio Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. PT. Gramedia. Jakarta.

Sunarno, S.A. 1983. “Evaluation of AARD publications by subject matter specialists in Indonesia”. UPLB, Unpublished Master’s thesis.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Diseminasi Hasil Pengkajian  KOMODITAS UNGGULAN
Tabel   2. Komoditas Sayuran Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2003
Tabel 3. Komoditas Buah-buahan Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat,  2003
Tabel 5. Komoditas Perikanan Unggulan Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2003  Jumlah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi

Untuk menyelasaikan permasalahan yang ada di BPTP Jawa Barat, maka perlu dibuat suatu sistem pendukung keputusan di Institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Tahun 2019 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali telah menetapkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) berupa jumlah paket teknologi spesifik

Dalam menjalankan tugasnya BPTP melakukan : (1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, (2) Penelitian, pengkajian dan

Pada tahun 2014 BPTP Kalimantan Tengah menjadi lembaga pengkajian yang handal dalam penyediaan dan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi

Pada tahun anggaran 2021, BPTP Riau tidak memiliki kegiatan in house sehingga tidak ada teknologi pertanian spesifik lokasi yang dihasilkan. Sasaran 2: Terdiseminasikannya

Agar visi dan misi BPTP Jawa Barat dapat berjalan dan sesuai dengan fokus yang diharapkan, maka visi dan misi BPTP Jawa Barat selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran

Tahun 2019 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali telah menetapkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) berupa jumlah paket teknologi spesifik