• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULAN SEPTEMBER 2015 KOTA YOGYAKARTA INFLASI 0,04 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BULAN SEPTEMBER 2015 KOTA YOGYAKARTA INFLASI 0,04 PERSEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No. 55/10/34/Th.XVII, 1 Oktober 2015

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

:

B

ULAN

S

EPTEMBER

2015

K

OTA

Y

OGYAKARTA

I

NFLASI

0,04

P

ERSEN

A. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan September 2015 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan BPS pada September 2015, di Kota Yogyakarta terjadi inflasi 0,04 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 119,09 pada Agustus 2015 menjadi 119,14 pada September 2015. Tingkat inflasi tahun kalender (September 2015 terhadap Desember 2014) 2015 sebesar 1,97 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (September 2015 terhadap September 2014) sebesar 5,23 persen.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya lima indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau naik 0,01 persen;

 Kota Yogyakarta pada Bulan September 2015 mengalami inflasi sebesar 0,04 persen. Inflasi ini dikarenakan adanya kenaikan harga-harga yang menyebabkan berubahnya angka indeks harga konsumen (IHK). Pada Bulan September ini, lima kelompok pengeluaran mengalami kenaikan angka indeks, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau naik 0,01 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar naik 0,23 persen; kelompok sandang naik 1,08 persen; kelompok kesehatan naik 0,55 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,29 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan turun 0,02 persen; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,74 persen

 Dari 82 kota yang dihitung angka inflasinya, 46 kota mengalami inflasi dan 36 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke sebesar 1,33 persen, diikuti oleh Tanjung Pandan sebesar 1,20 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota DKI Jakarta sebesar 0,01 persen diikuti oleh Kota Bima dan Bandar lampung masing-masing sebesar 0,02 persen. Sebaliknya deflasi terbesar terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,85 persen diikuti Kota Ternate sebesar 1,58 persen, sedangkan deflasi terkecil sebesar 0,01 persen terjadi di Kota Bandung, diikuti Kota Meulaboh, Purwokerto dan Serang masing-masing sebesar 0,02 persen.

 Komoditas yang paling mempengaruhi terjadinya inflasi diantaranya adalah beras, kontrak rumah, daging sapi, emas perhiasan dan wortel, sedangkan komoditas yang menghambat inflasi adalah angkutan udara, daging ayam ras, telur ayam ras, bensin, dan bahan bakar rumahtangga

 Laju inflasi tahun kalender 2015 (September 2015 terhadap Desember 2014) sebesar 1,97 persen, sedangkan laju inflasi year on year (September 2015 terhadap September 2014) sebesar 5,23 persen.

(2)

kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar naik 0,23 persen; kelompok sandang naik 1,08 persen; kelompok kesehatan naik 0,55 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,29 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan turun 0,02 persen; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,74 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga menyumbang terjadinya inflasi diantaranya: beras naik 2,83 persen dengan memberikan andil sebesar 0,10 persen; kontrak rumah naik 1,98 persen dengan memberikan andil sebesar 0,06 persen; daging sapi naik 4,19 persen dengan memberikan andil sebesar 0,04 persen; emas perhiasan dan wortel naik 4,02 persen dan 23,23 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar 0,03 persen; mobil, pasir, laptop/notebook, brokoli, dan tempe naik 0,94 persen, 2,90 persen, 2,75 persen, 29,00 persen, dan 3,78 persen dengan memberikan andil sebesar 0,02 persen; dokter umum, tahu mentah, sewa rumah, sekolah menengah pertama, daun singkong, buncis, genteng, roti manis, ikan keranjang, bawang putih, pepaya, seng, sepatu wanita, sabun mandi, sepeda, sandal kulit, kembang kol, pemeliharaan/service, bubur, dan akademi/perguruan tinggi naik 2,56 persen, 4,47 persen, 0,47 persen, 1,14 persen, 21,16 persen, 15,08 persen, 2,43 persen, 1,82 persen, 4,27 persen, 2,41 persen, 2,83 persen, 4,15 persen, 5,09 persen, 2,06 persen, 4,93 persen, 6,14 persen, 16,59 persen, 1,15 persen, 1,85 persen, dan 0,25 persen dengan masing-masing memberikan andil sebesar 0,01 persen.

Gambar 1

Perkembangan Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional, September 2014 – September 2015

Sebaliknya komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menahan terjadinya inflasi diantaranya angkutan udara dan daging ayam ras turun 8,22 persen dan 11,94 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar -0,14 persen; telur ayam ras turun 5,86 dengan memberikan andil sebesar 0,04 persen; bensin turun 0,72 persen dengan memberikan andil sebesar -0,03 persen; bahan bakar rumah tangga, sekolah menengah atas, tarip listrik, minyak goreng, dan daun melinjo turun 0,67 persen, 1,98 persen, 0,36 persen, 1,86 persen, dan 29,81 persen dengan masing-masing memberikan andil sebesar -0,02 persen; cabai merah, besi beton, cabai rawit, apel, udang basah, gula pasir, wafer, bawang merah, bayam, petai, dan pir turun 6,90 persen, 3,13 persen, 6,01 persen, 2,65 persen, 3,78 persen, 1,47 persen, 5,15 persen, 2,59 persen, 4,77 persen, 21,21 persen, dan 8,37 persen dengan masing-masing memberikan andil sebesar -0,01 persen.

0,49 0,28 1,13 1,76 0,13 -0,40 0,15 0,38 0,36 0,35 0,63 0,33 0,04 0,27 0,47 1,50 2,46 -0,24 -0,36 0,17 0,36 0,50 0,54 0,93 0,39 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Sep-14 Okt-14 Nov-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Ags-15 Sep-15

Yogyakarta Nasional

(3)

Tabel 1

Sumbangan Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Kota Yogyakarta Bulan September 2015

Kelompok Pengeluaran Sumbangan Inflasi Persentase

[1] [2]

Umum 0,04

1. Bahan makanan 0,00

2. Makanan jadi, minuman, rokok dan Tembakau 0,00

3. Perumahan. Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,06

4. Sandang 0,06

5. Kesehatan 0,03

6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,03

7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0,13

Tabel 2

IHK dan Laju Inflasi Kota Yogyakarta September 2015 dan Tahun ke Tahun menurut Kelompok Pengeluaran

Kelompok Pengeluaran I H K ( 2012=100 ) Inflasi September 2015 *) Laju Inflasi Tahun 2015 **) Laju Inflasi Tahun ke Tahun ***) September 2014 Desember 2014 September 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Umum 113,22 116,84 119,14 0,04 1,97 5,23 1. Bahan Makanan 122,49 126,93 129,68 -0,02 2,17 5,87

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau 113,65 114,82 119,64 0,01 4,20 5,27

3. Perumahan 113,34 116,48 120,16 0,23 3,16 6,02

4. Sandang 105,4 106,84 113,24 1,08 5,99 7,44

5. Kesehatan 108,39 110,12 114,23 0,55 3,73 5,39

6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 105,6 105,64 106,82 0,29 1,12 1,16

(4)

Gambar 2

Laju Inflasi Kota Yogyakarta Tahun Kalender Bulan September 2015 menurut Kelompok Pengeluaran

B. PERUBAHAN INDEKS HARGA DI KOTA YOGYAKARTA MENURUT KELOMPOK

PENGELUARAN

1.

Bahan Makanan

Pada Bulan September 2015 kelompok bahan makanan mengalami penurunan angka indeks sebesar 0,02 persen, sehingga besaran angka indeks menjadi 129,68, relatif lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 129,70. Dari 11 sub kelompok pengeluaran yang ada, enam sub kelompok mengalami kenaikan angka indeks, yakni sub kelompok padi padian, umbi umbian dan hasilnya naik 2,46 persen; sub kelompok ikan diawetkan turun 2,06 persen; sub kelompok sayur-sayuran naik 2,88 persen; sub kelompok kacang-kacangan naik 3,32 persen; sub kelompok bahan makanan lainnya naik 0,56 persen. Sebaliknya sub kelompok daging dan hasil-hasilnya turun 2,88 persen; sub kelompok ikan segar turun 0,93 persen; sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya turun 1,01 persen; sub kelompok buah-buahan turun 0,11 persen; sub kelompok bumbu-bumbuan turun 1,29 persen; dan sub kelompok lemak dan minyak turun 1,28 persen.

Beberapa komoditas bahan makanan yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan andil terjadinya inflasi antara lain beras naik 2,83 persen dengan memberikan andil sebesar 0,10 persen; daging sapi naik 4,19 dengan memberikan andil sebesar 0,04 persen; wortel naik 23,23 persen dengan memberikan andil sebesar 0,03 persen; brokoli dan tempe naik 28,99 persen dan 3,78 persen dengan masing-masing memberikan andil sebesar 0,02 persen; tahu mentah, daun singkong, buncis, ikan keranjang, bawang putih, pepaya, dan kembang kol naik 4,47 persen, 21,16 persen, 15,08 persen, 4,27 persen, 2,41 persen, 2,83 persen, dan 16,59 persen dengan masing-masing memberikan andil sebesar 0,01 persen.

Sebaliknya komoditas yang mengalami penurunan harga pada kelompok ini sehingga menahan terjadinya inflasi, yaitu daging ayam ras turun 11,94 persen dengan memberikan andil sebesar -0,14 persen; telur ayam ras turun 5,86 persen dengan memberikan andil sebesar -0,04 persen; minyak goreng dan daun melinjo turun 1,86 persen dan 29,81 persen dengan memberikan andil

masing-1,97 2,17 4,20 3,16 5,99 3,73 1,12 -3,34 -6,00 -5,00 -4,00 -3,00 -2,00 -1,000,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 P e r s e n Umum Bahan Makanan Mak. Jadi,Min, Rok & Temb

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan

(5)

masing sebesar -0,02 persen; cabai merah, cabai rawit, apel, udang basah, bawang merah, bayam, petai, dan pir turun 6,90 persen, 6,01 persen, 2,65 persen, 3,78 persen, 2,59 persen, 4,77 persen, 21,21 persen, dan 8,37 persen dengan memberikan andil sebesar - 0,01 persen.

2.

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Pada bulan ini kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,01 persen dengan angka indeks sebesar 119,64, lebih tinggi dibanding angka indeks pada bulan sebelumnya yaitu sebesar 119,63.

Dari tiga sub kelompok pengeluaran pada kelompok ini, satu sub kelompok mengalami kenaikan angka indeks, yaitu sub kelompok makanan jadi naik 0,04 persen, sebaliknya sub kelompok minuman yang tidak beralkohol turun 0,17 persen, sedangkan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol relatif sama dibandingkan bulan sebelumnya.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga menambah terjadinya inflasi pada kelompok ini diantaranya adalah roti manis dan bubur naik 1,82 persen dan 1,85 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen; minuman kesegaran, teh, dan kopi bubuk naik 1,40 persen, 0,31 persen, 0,49 persen.

Sebaliknya komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga memberikan andil menahan terjadinya inflasi pada kelompok pengeluaran ini adalah gula pasir dan wafer turun 1,47 persen dan 5,15 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar -0,01 persen; sirop, kacang kulit, dan biskuit turun 2,65 persen, 0,91 persen, dan 0,16 persen.

3.

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

Pada bulan ini kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,23 persen dengan angka indeksnya mencapai 120,16, lebih tinggi dibanding angka indeks pada bulan sebelumnya yaitu sebesar 119,89. Dari empat sub kelompok pengeluaran yang ada, dua sub kelompok mengalami kenaikan angka indeks yaitu sub kelompok biaya tempat tinggal naik 0,74 persen dan sub kelompok perlengkapan rumahtangga naik 0,62 persen, sebaliknya sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air turun 0,43 persen, dan sub kelompok penyelenggaraan rumahtangga turun 0,10 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga menyumbang terjadinya inflasi diantaranya kontrak rumah naik 1,98 persen dengan memberikan andil sebesar 0,06 persen; pasir naik 2,90 persen dengan memberikan andil sebesar 0,02 persen; sewa rumah, genteng, dan seng naik 0,47 persen, 2,43 persen, dan 4,15 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen.

Komoditas yang mengalami penurunan harga pada kelompok ini adalah bahan bakar rumah tangga dan tarip listrik turun 0,67 persen dan 0,36 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar -0,02 persen; besi beton turun 3,13 persen dengan memberikan andil sebesar -0,01 persen; keramik, sabun cair/cuci piring, dan batu bata/batu tela turun 0,61 persen, 1,25 persen, dan 0,35 persen.

4.

Sandang

Kelompok sandang pada Bulan September 2015 mengalami inflasi sebesar 1,08 persen dengan angka indeks sebesar 113,24, lebih tinggi dari angka indeks bulan lalu yang tercatat sebesar 112,03. Dari empat sub kelompok pengeluaran yang ada, seluruh sub kelompok mengalami kenaikan angka indeks, yaitu sub kelompok sandang laki-laki naik 0,58 persen; sub kelompok sandang wanita naik 1,10 persen; sub kelompok sandang anak-anak naik 0,28 persen; dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya naik 2,48 persen.

(6)

Beberapa jenis barang dan jasa yang mengalami kenaikan harga, diantaranya emas perhiasan naik 4,02 persen dengan memberikan andil sebesar 0,03 persen; sepatu dan sandal kulit wanita naik 5,09 persen dan 6,14 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen; celana panjang katun pria, bh katun, dan blus naik 3,09 persen, 2,02 persen, dan 0,72 persen.

Sebaliknya komoditas yang mengalami penurunan harga, sehingga memberikan andil menahan laju inflasi pada kelompok pengeluaran ini adalah pampers turun 0,04 persen.

5.

Kesehatan

Kelompok kesehatan pada Bulan September 2015 ini mengalami inflasi sebesar 0,55 persen. Angka indeks kelompok ini tercacat 114,23, lebih tinggi dibanding angka indeks bulan sebelumnya yang mencapai 113,60.

Dari empat sub kelompok pengeluaran yang ada pada kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami kenaikan yaitu sub kelompok jasa kesehatan naik 0,49 persen; sub kelompok obat-obatan naik 0,27 persen; dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika naik 0,92 persen, sedangkan sub kelompok jasa perawatan jasmani relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini diantaranya dokter umum dan sabun mandi naik 2,56 persen dan 2,06 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen; sabun mandi cair, vitamin, dan sabun wajah naik 3,54 persen, 1,06 persen, dan 2,75 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga pada kelompok ini adalah pelembab dan minyak rambut turun 0,42 persen dan 0,25 persen.

6.

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga pada Bulan September 2015 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen dengan angka indeks sebesar 106,82 lebih tinggi dari angka indeks bulan lalu yang tercatat sebesar 106,51.

Dari lima sub kelompok pengeluaran pada kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami kenaikan angka indeksnya yaitu sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan naik 1,62 persen; sub kelompok rekreasi naik 0,35 persen dan sub kelompok olah raga naik 0,12 persen, sebaliknya. sub kelompok jasa pendidikan turun 0,07 persen, sedangkan sub kelompok kursus-kursus/pelatihan relatif stabil angka indeksnya dibandingkan bulan sebelumnya.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan September 2015 yaitu: laptop/notebook naik 2,75 persen dengan memberikan andil sebesar 0,02 persen; sekolah menengah pertama dan akademi/perguruan tinggi naik 1,14 persen dan 0,25 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen; sepeda anak, personal komputer/desktop, dan tas sekolah naik 3,92 persen, 2,03 persen, dan 1,91 persen. Sebaliknya komoditas yang dapat menahan terjadinya inflasi pada kelompok ini adalah sekolah menengah atas turun 1,98 persen dengan memberikan andil sebesar -0,02 persen; buku tulis bergaris dan playstation turun 1,00 persen dan 1,23 persen.

7.

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Angka Indeks Harga Konsumen kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada Bulan September 2015 sebesar 117,43, lebih rendah dari angka indeks bulan lalu yang mencapai 118,30. Pada kelompok ini, dua sub kelompok mengalami kenaikan angka indeks yaitu sub kelompok komunikasi dan pengiriman naik 0,05 persen dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor naik 0,43 persen, sebaliknya sub kelompok transpor turun 1,17 persen, sedangkan dan sub kelompok jasa keuangan angka indeksnya relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya.

(7)

Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini, sehingga memberikan andil terjadinya inflasi diantaranya adalah mobil naik 0,94 persen dengan memberikan andil sebesar 0,02 persen; sepeda dan pemeliharaan/service naik 4,93 persen dan 1,15 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar 0,01 persen; telepon seluler, cuci kendaraan, dan accu naik 0,38 persen, 3,40 persen, dan 1,15 persen.

Komoditas yang dapat menahan terjadinya inflasi pada kelompok ini adalah angkutan udara turun 8,22 persen dengan memberikan andil sebesar -0,14 persen; bensin turun 0,72 persen dengan memberikan andil sebesar -0,03 persen.

Tabel 3

Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta bulan Agustus 2015 dan September 2015, Perubahannya serta Sumbangan Inflasi (2012=100)

KODE KELOMPOK / SUB KELOMPOK

IHK Inflasi September 2015 (%) ANDIL INFLASI Agustus 2015 September 2015 [1] [2] [3] [4] [5] [6] 00000 UMUM 119,09 119,14 0,04 0,04 10000 BAHAN MAKANAN 129,70 129,68 -0,02 0,00

10100 Padi-padian,umbi2-an & hasilnya 116,31 119,17 2,46 0,10

10200 Daging dan hasil-hasilnya 146,32 142,10 -2,88 -0,10

10300 Ikan Segar 140,65 139,34 -0,93 -0,01 10400 Ikan Diawetkan 144,45 147,43 2,06 0,01 10500 Telur,susu,dan hasil-hasilnya 130,14 128,83 -1,01 -0,03 10600 Sayur-sayuran 129,31 133,04 2,88 0,04 10700 Kacang-kacan Gan 121,77 125,81 3,32 0,03 10800 Buah-buahan 139,05 138,90 -0,11 0,00 10900 Bumbu-bumbuan 139,07 137,27 -1,29 -0,02

11000 Lemak dan minyak 109,30 107,90 -1,28 -0,02

11100 Bahan makanan lainnya 132,95 133,69 0,56 0,00

20000 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 119,63 119,64 0,01 0,00

20100 Makanan jadi 120,25 120,30 0,04 0,01

20200 Minuman yang tdk beralkohol 115,58 115,38 -0,17 -0,01

20300 Tembakau dan minuman beralkohol 121,12 121,12 0,00 0,00

30000 PERUMAHAN 119,89 120,16 0,23 0,06

30100 Biaya tempat tinggal 112,73 113,56 0,74 0,09

30200 Bh,bakar,penerangan dan air 137,54 136,95 -0,43 -0,04

30300 Perlengkapan Rumahtangga 107,89 108,56 0,62 0,01 30400 Penyelenggaraan Rumahtangga 114,60 114,48 -0,10 0,00 40000 SANDANG 112,03 113,24 1,08 0,06 40100 Sandang laki-laki 119,00 119,69 0,58 0,01 40200 Sandang wanita 110,67 111,89 1,10 0,02 40300 Sandang anak-anak 113,23 113,55 0,28 0,00

40400 Barang pribadi dan lainnya 105,13 107,74 2,48 0,03

50000 KESEHATAN 113,60 114,23 0,55 0,03

50100 Jasa kesehatan 113,04 113,59 0,49 0,01

50200 Obat-obatan 109,84 110,14 0,27 0,00

50300 Jasa Perawatan Jasmani 109,32 109,32 0,00 0,00

50400 Perawatan jasmani & kosmetika 117,58 118,66 0,92 0,02

60000 PENDIDIKAN,REKREASI,OLAH RAGA 106,51 106,82 0,29 0,03 60100 Jasa Pendidikan 105,60 105,53 -0,07 0,00 60200 Kursus-kursus/Pelatihan 123,90 123,90 0,00 0,00 60300 Perlengkapan/peralatan pendidikan 100,99 102,63 1,62 0,02 60400 Rekreasi 107,13 107,50 0,35 0,01 60500 Olahraga 112,76 112,90 0,12 0,00

70000 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 118,30 117,43 -0,74 -0,13

70100 Transpor 128,01 126,51 -1,17 -0,14

70200 Komunikasi dan pengiriman 98,54 98,59 0,05 0,00

70300 Sarana & penunjang transport 109,78 110,25 0,43 0,01

(8)

C. INFLASI MENURUT KOMPONEN SEPTEMBER 2015

Komponen inti pada bulan September 2015 mengalami inflasi 0,42 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 112,92 pada Agustus 2015 menjadi 113,39 pada September 2015, komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami deflasi 1,05 persen, dan komponen bergejolak mengalami deflasi 0,16 persen.

Inflasi komponen inti, komponen yang harganya diatur pemerintah, dan komponen bergejolak untuk tahun kalender (Januari – September) 2015 masing-masing sebesar 3,20 persen, -1,96 persen dan 1,88 persen, sedangkan inflasi dari tahun ke tahun (September 2015 terhadap September 2014) masing-masing sebesar 4,18 persen, 8,21 persen, dan 6,08 persen.

.

Tabel 4

Tingkat Inflasi September 2015, Inflasi Tahun Kalender 2015, dan Inflasi Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Komponen

Komponen

IHK IHK IHK Inflasi Andil Laju Inflasi Laju Inflasi

September Desember September September Inflasi Tahun Kalender Tahun ke

2014 2014 2015 2015 (%) 2015 Tahun [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] Umum 113,22 116,84 119,14 0,04 0,04 1,97 5,23 I Inti 108,83 109,87 113,39 0,42 0,27 3,20 4,18 II Diatur Pemerintah 124,29 137,18 134,49 -1,05 -0,20 -1,96 8,21 III Bergejolak 121,15 126,13 128,51 -0,16 -0,03 1,88 6,08

Tiga kelompok komponen pada September 2015 memberikan sumbangan inflasi terhadap Yogyakarta yaitu: komponen inti 0,27 persen, komponen harga yang diatur pemerintah - 0,20 persen, dan komponen bergejolak memberikan andil -0,03 persen.

Gambar 3

Inflasi Agustus dan September 2015 Menurut kelompok Komponen

-1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50

Umum Inti Diatur Pemerintah Bergejolak

(9)

D. PERBANDINGAN INFLASI KOTA YOGYAKARTA DENGAN KOTA LAIN DI INDONESIA

Pada bulan September 2015 dari 82 kota yang dihitung angka inflasinya, 46 kota mengalami inflasi dan 36 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke sebesar 1,33 persen, diikuti oleh Tanjung Pandan dan Kota Tanjung dengan inflasi sebesar 1,20 persen dan 0,94 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota DKI Jakarta sebesar 0,01 persen diikuti oleh Kota Bima dan Bandar lampung masing-masing sebesar 0,02 persen. Sebaliknya deflasi terbesar terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,85 persen diikuti Kota Ternate dan Tual Ambon dengan deflasi sebesar 1,58 persen dan 1,41 persen, sedangkan deflasi terkecil sebesar 0,01 persen terjadi di Kota Bandung, diikuti Kota Meulaboh, Purwokerto dan Serang masing-masing sebesar 0,02 persen.

Di wilayah Sumatera dari 23 kota IHK, 6 kota IHK mengalami inflasi dan 17 kota IHK mengalami deflasi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 1,20 persen diikuti oleh Kota Pangkal Pinang dan Tanjung Pinang masing-masing sebesar 0,84 persen dan 0,68 persen. Inflasi terendah terjadi di Kota Bandar Lampung sebesar 0,02 persen dan diikuti Kota Metro dan Lhokseumawe masing-masing sebesar 0,15 persen dan 0,22 persen. Sebaliknya Kota Sibolga mengalami deflasi terbesar yaitu sebesar 1,85 persen diikuti Kota Jambi sebesar 1,26 persen, sedangkan deflasi terkecil terjadi di Kota Meulaboh sebesar 0,02 persen.

Di pulau Jawa dan Madura, dari 26 kota yang dihitung Indeks Harga Konsumennya, 14 kota IHK mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Cilegon sebesar 0,30 persen, diikuti Kota Jember dan Kota Kudus masing -masing sebesar 0,29 persen dan 0,28 persen. Inflasi terendah terjadi di Kota DKI Jakarta sebesar 0,01 persen diikuti Kota Yogyakarta dan Kota Bogor masing-masing sebesar 0,04 persen. Kota IHK di wilayah pulau Jawa dan Madura yang mengalami deflasi terbesar adalah Kota Surakarta sebesar 0,45 persen, diikuti kota Bekasi dan Kota Depok masing-masing sebesar 0,38 persen dan 0,27 persen, sedangkan deflasi terkecil terjadi di Kota Bandung sebesar 0,01 persen diikuti Kota Purwokerto dan Kota Serang masing-masing sebesar 0,02 persen.

Untuk wilayah Sulawesi, dari 11 kota IHK, seluruh kota IHK mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Manado sebesar 0,62 persen diikuti Kota Kendari sebesar 0,61 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Bau-Bau sebesar 0,08 persen, diikuti Kota Palu sebesar 0,12 persen dan Kota Gorontalo dan Kota Pare-Pare masing-masing sebesar 0,17 persen. Untuk wilayah Kalimantan, dari 9 kota IHK, 5 kota IHK mengalami inflasi, dan 4 Kota IHK mengalami deflasi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung sebesar 0,94 persen, diikuti Kota Banjarmasin sebesar 0,53 persen dan Kota Singkawang sebesar 0,41 persen, sebaliknya Kota Palangkaraya mengalami deflasi terbesar mencapai 0,34 persen dan Kota Samarinda mengalami deflasi terkecil sebesar 0,06 persen.

Kota-kota lain di luar wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke sebesar 1,33 persen, diikuti Kota Mataram sebesar 0,55 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Bima sebesar 0,02 persen, diikuti Kota Kota Maumere sebesar 0,20 persen. Sebaliknya Kota Ternate, Kota Tual dan Kota Denpasar mengalami deflasi masing-masing sebesar 1,58 persen, 1,41 persen dan 0,22 persen.

(10)

Tabel 5

Perbandingan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi September 2015 di 82 kota

No Kota IHK Inflasi No Kota IHK Inflasi

[1] [2] [3] [4] [1] [2] [3] [4]

1 MEULABOH 120,27 -0,02 42 KEDIRI 119,96 0,26

2 BANDA ACEH 115,29 -0,36 43 MALANG 121,79 0,21

3 LHOKSEUMAWE 115,96 0,22 44 PROBOLINGGO 120,64 0,23

4 SIBOLGA 120,15 -1,85 45 MADIUN 118,97 0,15

5 PEMATANG SIANTAR 123,00 -0,28 46 SURABAYA 121,14 0,26

6 MEDAN 122,77 -0,70 47 TANGERANG 128,50 -0,16

7 PADANG SIDEMPUAN 118,05 -0,82 48 CILEGON 124,60 0,30

8 PADANG 124,83 -0,49 49 SERANG 126,76 -0,02

9 BUKIT TINGGI 118,87 -0,73 50 SINGARAJA 128,19 0,27

10 TEMBILAHAN 125,77 -0,38 51 DENPASAR 118,65 -0,22

11 PEKAN BARU 121,04 -0,40 52 MATARAM 119,95 0,55

12 DUMAI 122,16 -0,23 53 BIMA 122,20 0,02

13 BUNGO 119,20 -0,21 54 MAUMERE 115,77 0,20

14 JAMBI 119,94 -1,26 55 KUPANG 121,54 0,27

15 PALEMBANG 118,16 -0,38 56 PONTIANAK 128,79 0,16

16 LUBUK LINGGAU 119,23 -0,16 57 SINGKAWANG 121,37 0,41

17 BENGKULU 128,13 -0,22 58 SAMPIT 121,27 0,04

18 BANDARLAMPUNG 122,22 0,02 59 PALANGKARAYA 118,32 -0,34

19 METRO 129,45 0,15 60 TANJUNG 121,93 0,94

20 TANJUNG PANDAN 129,71 1,20 61 BANJARMASIN 119,59 0,53

21 PANGKAL PINANG 123,38 0,84 62 BALIKPAPAN 125,00 -0,13

22 BATAM 121,52 -0,12 63 SAMARINDA 123,14 -0,06

23 TANJUNG PINANG 122,24 0,68 64 TARAKAN 129,21 -0,29

24 DKI JAKARTA 122,38 0,01 65 MANADO 121,26 0,62

25 BOGOR 121,30 0,04 66 PALU 121,29 0,12

26 SUKABUMI 120,94 -0,21 67 BULUKUMBA 127,95 0,57

27 BANDUNG 120,61 -0,01 68 WATAMPONE 117,70 0,56

28 CIREBON 118,30 -0,27 69 MAKASAR 121,42 0,57

29 BEKASI 119,37 -0,38 70 PARE - PARE 118,67 0,17

30 DEPOK 120,15 -0,27 71 PALOPO 119,35 0,47

31 TASIKMALAYA 119,13 -0,08 72 KENDARI 118,00 0,61

32 CILACAP 123,42 0,06 73 BAU - BAU 124,87 0,08

33 PURWOKERTO 119,00 -0,02 74 GORONTALO 117,72 0,17 34 KUDUS 126,93 0,28 75 MAMUJU 119,84 0,22 35 SURAKARTA 117,97 -0,45 76 AMBON 120,41 0,38 36 SEMARANG 120,46 -0,18 77 TUAL 133,64 -1,41 37 TEGAL 117,53 -0,14 78 TERNATE 124,73 -1,58 38 YOGYAKARTA 119,14 0,04 79 MANOKWARI 113,65 0,38 39 JEMBER 119,52 0,29 80 SORONG 123,30 0,21 40 BANYUWANGI 119,45 0,21 81 MERAUKE 123,20 1,33 41 SUMENEP 118,91 0,13 82 JAYAPURA 121,71 0,35 NASIONAL

Referensi

Dokumen terkait

 Apabila knalpot belum dilepas maka terlebih dahulu melepaskan knalpot,setelah itu lepaskanlah intake manifol dengan menggunakan kunci yang tepat dan posisi membuka membuka

Melihat potensi wakaf khususnya tanah wakaf yang ada di kabupaten Kuningan yang dapat mendukung pembangunan pendidikan akan tetapi faktanya beberapa pondok

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Mikroevolusi merupakan evolusi pada tingkat populasi, perubahan frekuensi alel atau genotip di dalam suatu populasi dari generasi ke

memiliki intense turnover selain berusaha mencari lowongan kerja dan merasa tidak betah bekerja diperusahaan juga memiliki gejala- gejala sering mengeluh, merasa

Politisi muslim di parlemen hanya mengisi kelompok minoritas (M. Keempat, pergolakan politik nasional lebih menekankan pada aspek demokrasi liberal. Sebuah model demokrasi

Landasan teori dari penelitian Ini adalah tentang adanya ketentuan yang tertuang dalam UU penerbangan yang menyatakan bahwa apabila terjadi keterlambatan yang disebabkan

Metode penelitian menggunakan metode penelitian pengembangan, prosedur penelitian pengembangan meliputi Analisis Kebutuhan, Kajian Teori, Pembuatan Produk Awal,

Kesejahteraan psikologis atau psychological wellbeingadalah suatu kondisi dimana individu menjadi sejahtera dengan menerima diri, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi