• Tidak ada hasil yang ditemukan

I Nyoman Budiana PENATAAN ASSET DESA DALAM KERANGKA MENCEGAH KONFLIK ANTAR DESA PAKRAMAN DI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I Nyoman Budiana PENATAAN ASSET DESA DALAM KERANGKA MENCEGAH KONFLIK ANTAR DESA PAKRAMAN DI BALI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

I Nyoman Budiana

PENATAAN ASSET DESA DALAM KERANGKA MENCEGAH KONFLIK ANTAR DESA PAKRAMAN DI BALI

leA. sadnyini

HUKUM ADAT MENUJU KESETARAAN GENDER

I Gusti Partana Mandala

EKSISTENSI DESA ADAT DALAM PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN TANAH ADAT DI BALI

I Novy Purwanto

KO~SERVASIBERBASIS DESA

P.\K.RAMAN DALAM PERLINDUNGAN illAP JALAK PUTrn

I Nyoman Bagiastra

:1.: . ~_-\.'\KEWAJIBAN DARI SUDUT -mS.-\fAT HUKUM

I GLN. Arimbawa

TINJA UAN YURJDIS TERHADAP

PELAKU KEJAHATAN PENGEDAR, MEMPRODUKSI DAN PRODUSEN

VIDEO PORNO MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008

Dewt Bunga

HUKUM SEBAGAI INSTRUMEN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM CONTENT REGULATION DI SITUS INTERNET

I Made Dedy Priyanto

PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

Ida Ayu Ketut Artami

PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR TERHADAP DEALER DAN BROKER

DALAM TRANSAKSI JUAL BELl VALLIA ASr\G

Ni Putu sawttri Nandari

PERJANJIAN KREDIT DAN AKTA-AKTA Y.-\.: -G BERTALIAN DENGAN PENGIKATAt'f

(2)
(3)

Vol. 7 No.2, opember 2011 ISS : 1858-232X . ' '." . \ ' IlL 1,1 '. , . " , " , ; 1 . I I f . . '" ' I I , ",', }',,, I I', \ " . t . " . • " I I '

urnal Hukum

Menelaah Masalah Hukum PENANGGUNGJAWAB

Prof. r. I Nyoman Budiana, S.H., M.Si. PEMIMPIN REDAKSI

yo an gurah Su arnatha, S.H., LL.M, MITRA BESTARI

Prof. 0 . Koesno Adi, S.H., M.S. Dr. I Made Lilik Muljadi, S.H., M.H.

DEWAN REDAKSI

Ni Nyoman Juwita Arsawati, S.H., M.Hum. I GLN. Arimbawa, S.H., M.Hum. Ni Putu Sawitri Nandari, S.H., M.H.

I Made Wirya Darma, S.H., M.H. SEKRETARIS REDAKSI Ida Ayu Sadnyini, S.H., M.H.

IGP. Mandala, S.H., M.H. ADMINISTRASI I Made Sugiarta, S.H., M.H.

1GB. Yudas Suastika, S.H. ENDAHARA

Ida Ayu Ketut Artami, S.H., M.H. DISTRIBUSI

Ngurah Nyoman Suartha Ani Rosidah

Alamat Penyunting dan Tata Usaha : Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, JI. Bedugul No. 39 Sidakarya - Panjer Denpasar 80225, Telp. (0361) 728847, Homepage: http://fh,undiknas.ac.id. E-mail: suwarnatha1@ gmail.com .

"Jurkum" adalah Jumal Hukum yang digagas oleh Fakultas

Hukum Undiknas, terbit dua kali setahun pada bula un' dan November. Jurkum hendak menghadirkan barba BI gagasan ilmiah tentang hukum yang populer, diharap ar

akan mampu menggairahkan minat baca lebi Il.BE terhadap tulisan-tulisan hukum. Jurkum sangat berhara kepada pemerhati hukum untuk dapat mel kis a pemikiran ilmiahnya tentang hukum dalam bent k t lis::. Penyunting menerima sumbangan tulisan yaf'g pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Naska dengan spasi 1.5 pada kertas HVS kuarto. pan,a ~ 15 halaman sebanyak 2 eksemplar denga (Iebih lanjut sHakan membaca petunj k bag sar ~Iakang).

(4)

Vol. 7 No.2, Nopember 2011

Daftar lsi

Jurkum

• Penataan Asset Desa Dalam Kerangka Mencegah Konflik Antar

Desa Pakraman Di Bali

Oleh: I Nyoman Budiana 95

• Hukum Adat Menuju Kesetaraan Gender

Oleh : I.A. Sadnyini 107

• Eksistensi Desa Adat Dalam Penguasaan dan Pemanfaatan

Tanah Adat di Bali

Oleh : I Gusti Partana Mandala 113

• Konservasi Berbasis Desa Pakraman Dalam Perlindungan

Terhadap Jalak Putih

Oleh: , Novy Purwanto 119

• Hak Dan Kewajiban Dari Sudut Kajian Fllsafat Hukum

Oleh : I Nyoman Bagiastra 127

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaku Kejahatan Pengedar, Memproduksi dan Produsen Video Porno

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008

Oleh: I GLN. Arimbawa 137

• Hukum Sebagai Instrumen Kebijakan Publik dalam Content Regulation

di Situs Internet

Oleh : Dewi Bunga 151

• Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia dj Luar Negeri

Oleh : I Made Dedy Priyanto 163

• Perlindungan Hukum Investor Terhadap Dealer dan Broker

dalam Transaksi Jual Beli Valuta Asing

Oleh : Ida Ayu Ketut Artami 1

5

• Perjanjian Kredit Dan Akta-Akta Yang Bertalian Dengan Pengikatan

Jaminan Kredit

Oleh : Ni Putu Sawitri Nandari :

• Biodata Penulis ~ -~

• Pedoman Penulisan ;:; ~

Diterbitkan oleh :

Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional

n a

r

Jurkum Volume 7 Nomor 2 Hal. 95-198

Denpasar

(5)

PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI Oleh:

I Made Dedy Priyanto

(Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana)

ABSTRACT

Legal protection of Indonesian workers (TKIJ in foreign countries is very urgent for the government s agenda to be realized considering the number of cases of rights violations affecting Indonesian workers abroad. Legal protection covers the protection ofprospective Indonesia labor prior to placement, protection ofIndonesia labor during the placement, protection of Indonesia labor full time placement (the return). Duties and authority of agencies associated with the placement of these labor need to be clarified and monitored its implementation. Clauses bilateral relations between the sending country (Indonesia) with the recipient country workers need to be clarified so that the representative body of Indonesia regarding the placement of Indonesian workers can carry out the functions and duties properly.

Key word: legal protection, Indonesia labor, foreign countries.

A. PENDAHULUAN

Tenaga keija Indonesia (selanjutnya disebut TKI) merupakan polemik yang tiada habisnya dibicarakan negeri ini. Bagai mata uang, selalu ada sisi baik dan buruk yang berlekatan seolah tidak terlepaskan, demikian juga dengan TKI yang dikatakan sebagai pahlawan devisa, solusi bagi penyaluran tenaga kerja di Indonesia, dan sederetan manfaat kesejahteraan yang didapat dengan menjadi TKI, ternyata disisi lain juga menimbulkan banyaknya kasus-kasus penyiksaan dan tidak terlindunginya hak-hak TKI di luar negeri.

Promosi pemasaran dari Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) yang mengiming-imingi masyarakat dengan upah mata uang asing yang apabila disesuaikan dengan Rupiah akan besar jumlahnya, membuat masyarakat tertarik untuk menjadi TKI. Demikian juga dengan faktor lingkungan, melihat tetangga yang bekeija di luar negeri memiliki kehidupan yang sejahtera memungkinkan masyarakat untuk ikut/tertarik untuk bekeija di luar negeri. Faktor lainnya adalah sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia, hal ini terlihat dari ketidak sesuaian

lowongan pekeijaan dengan jumlah pelamar pekerjaan yang membludak. Walaupun pelatihan-pelathan keija, kursus-kursus banyak bermunculan di Indonesia, namun keinginan untuk bekerj a diluar negeri tetaplah suatu daya tarik tersendiri bagi mereka yang berangan-angan untuk sejahtera apabila pulang dari luar negeri. Demikian juga dengan penanaman modal asing yang telah diupayakan semaksimal mungkin oleh pemerintah, masih dirasakan belum cukup menampung masyarakat yang ingin mendapatkan pekeijaan di rumah sendiri.

Makna arti pentingnya pekerjaan bagi Warga Negara Indonesia (selanjutnya disebut WNI) tercermin dalam pasal 27 ayat (2) Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yaitu setiap WNI berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Namun kenyataan terbatasnya lowongan pekerjaan di dalam negeri menyebabkan banyaknya WNI yang mencari pekeijaan keluar negeri. Hal ini dapat berdampak positif dalam mengurangi masalah pengangguran di dalam negeri, namun disisi lain dapat berdampak negatif apabila teijadi suatu hal yang

(6)

tidak diinginkan terjadi dialami TKI, pelanggaran-pelanggaran banyak terjadi sebelum pemberangkatan, saat penempatan, maupun pemotongan upah TKI saat kepulangannya.1

Permasalahan menguat ketika banyaknya penyiksaan dan pelanggaran hak-hak para TKI di luar negeri. Nur miyati, Arsita, Nirmala Bonat, Ceriyati, Siti Hajar, Keni, Carsini, Nur Hidayah, Ely Farida, Siti Nadiroh, Ruyati Binti Satubi Sarana, merupakan sebagian kecil nama-nama TKI yang disiksa di luar negeri. Bahkan nama terakhit ini merupakan kasus hukuman pancung TKI di Arab Saudi karena dakwaan pembunuhan yang data-data kebenarannya tidak dapat dipercaya karena TKI dipancung sebelum diketahui pemerintah. Kejadian penganiayaan dialami TKI, serta berbagai kasus yang dialami TKI yang mengakibatkan TKI dipenjara/ divonis di luar negeri juga tanpa sepengetahuan pemerintah.

Hal ini membuktikan lemahnya pengawasan serta perlindungan hukum oleh pemerintah. TKI terkesan sendiri, tanpa didampingi kuasa hukum, tanpa upaya perlindungan dari pemerintah. Disisi lain, banyak bermunculan TKI-TKI ilegal yang secara ilegal tanpa dokumen-dokumen yang sah memaksakan diri masuk dan bekerja di luar negeri, juga

bermunculan PPTKIS ilegal yang tidak

bertanggungjawab terhadap penempatan TKI, dengan segala cara meminimalkan prosedur agar mendapatkan keuntungan dengan cepat.

Pertanggungjawaban badan perwakilan

Indonesia di tempat penempatan pun tidak jelas dan terkesan lepas tangan dengan terjadinya kasus-kasus hukum yang menimpa TKI dengan alas an, mereka tidak bertanggungjawab dengan TKI itu karena status TKI yang ilegal. Hal ini dapat dibenarkan karena banyaknya masyarakat yang menyalahgunakan visa kunjungan ataupun visa haji, dan dengan mandiri bekerja di luar negeri tanpa melapor ke badan perwakilan Indonesia, padahal telah diatur prosedur yang

benar dalam penempatan TKI. Namun, sebagai warga negara Indonesia, TKI seharusnya dilindungi hak-hak warga negaranya, badan perwakilan Indonesia seharusnya mendapatkan informasi terkait dengan TKI yang mengalami kasus-kasus hukum di luar negeri dari pemerintah setempat.

Untuk merubah situasi yang terjadi selama ini yang menimpa TKI di luar negeri, tidak cukup hanya dengan perumusan peraturan perundang- undangan, namun juga diperlukan tindakan nyata dari semua elemen terkait dalam melindungi TKI di luar negeri. Karena bagaimanapun juga mereka adalah pahlawan devisa yang telah banyak menyumbangkan devisa untuk negara. Sehingga sudah sewajarnya pemerintah mengupayakan perlindungan bagi TKI di luar negeri. B. PEMBAHASAN

Pembahasan mengenai perlindungan hukum TKI di luar negeri akan diawali dengan pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UU No.13 Th.2003) yang mengatur bahwa “Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri. ‟ ‟ Pengaturan pasal inilah yang memungkinkan masyarakat berbondong- bondong bekerja diluar negeri, tidak hanya masyarakat yang berstatus pengangguran, namun juga masyarakat yang telah memiliki pekerjaan rela melepaskan pekerjaan yang dibidanginya selama ini untuk bekerja di luar negeri. Mendapatkan pekerjaan demi kesejahteraan pribadi serta keluarga merupakan hak asasi manusia, namun disisi lain juga harus diseimbangkan dengan sosialisasi prosedur menjadi TKI yang benar, sosialisasi akibat hukum apabila melanggar aturan tersebut atau akibat

1

Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Hukum Ketenagakerjaan Indonesia , Harvindo, Jakarta, 2008., hlm.93.

(7)

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

hukum apabila ke luar negeri tidak dilengkapi dokumen-dokumen yang lengkap karena pemerintah dalam hal ini tidak dapat begitu saja melepaskan diri dan menganggap masyarakat harus mengetahui peraturannya tanpa sosialisasi yang menyeluruh.

Selanjutnya pasal 33 UU No. 13 Th.2003 menentukan bahwa “Penempatan tenaga kerja terdiri dari: a. penempatan tenaga keija di dalam negeri; dan b. penempatan tenga keija di luar negeri.” Ketentuan mengenai penempatan tenaga keijadi luarnegeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 3 hurufb ini diatur dengan undang-undang (pasal 34). Undang-undang yang dimaksud pasal 34 UU No. 13 Th.2003 adalah Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 (selanjutnya disebut UU No.39 Th.2004) Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang ditetapkan dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan kebijakan pemerintah sebelumnya terkait dengan TKI. Pengertian penempatan TKI diatur dalam pasal 1 angka 3 UU No.39 Th.2004 yang istilah dari penempatan TKI tersebut disamakan dengan Antar Kerja Antar Negara yang diatur pada peraturan perundang-undangan sebelumnya. Penempatan TKI adalah:

„ „Kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi keija di luarnegeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.”

Seharusnya berdasarkan ketentuan ini, maka setiap kegiatan terkait penempatan TKI diluar negeri didampingi oleh pemerintah. Baik pada masa pra penempatan, masa penempatan, dan purna penempatan, namun pada pelaksanaannya pemerintah dapat mengalihkan kewenangan dan tugasnya ini kepada pihak

swasta (pasal 10 UU NO.39 Th.2004), hal inilah yang mengaburkan tugas dan kewajiban yang seharusnya diemban pemerintah menjadi tugas swasta yang tentunya akan lebih mementingkan keuntungan perusahaan diatas aspek perlindungan hukum TKI yang seharusnya dikawal dan didampingi di luarnegeri. Pihak swasta juga cenderung meminimalkan prosedur yang dinilai rumit serta berbelit-belit dan cenderung mencari celah untuk melanggar prosedur tersebut dengan alasan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan waktu dan cara yang secepat-cepatnya.

Prinsip kegiatan penempatan TKI diluar negeri yang diatur dalam UU No.39 Th.2004 antara lain: a. Orang-perseorangan dilarang menempatkan WNI

untuk bekeija diluar negeri.

b. Pemerintah bertanggung jawab untuk

meningkatkan upaya perlindungan TKI di luarnegeri

c. Penempatan TKI di luar negeri dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan pemerintah RI, atau ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga keija asing.

d. Adanya larangan penempatan calon TKI pada jabatan dan tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan serta peraturan perundang-undangan. e. Setiap calon TKI berhak memperoleh

perlindungan sesuai peraturan perundang- undangan, sejak pra penempatan, masa penempatan, hingga puma penempatan.2 Penjabaran prinsip kegiatan penempatan TKI diluar negeri diawali dengan penjabaran pasal 4 UU No.39 Th.2004, yaitu: “Orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekeija di luarnegeri.” Yang dimaksud dengan orang-perseorangan

2

Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007., hlm. 32.

(8)

dismi adalah subjek hukum yang secara pribadi dengan tidak dilengkapi dokumen-dokumen yang sah memaksakan diri untuk masuk dan bekerj a (2) di luar negeri, baik dalam prakteknya

mempergunakan visa kerja, maupun visa kunjungan. Demikian juga terhadap subjek hukum berupa badan swasta yang tidak memiliki ijin resmi dari pemerintah untuk melaksanakan kegiatan penempatan TKI diluar negeri. Hal ini perlu dicermati oleh para calon TKI, agar tidak (3) tertipu dengan masih adanya PPTKIS illegal yang mengaku sebagai PPTKIS legal dan dengan gencarnya melakukan promosi pemasaran jasa penempatan TKI ke masyarakat awam.

Terkait dengan hal ini, perlu dijabarkan syarat-syarat PPTKIS legal yang diatur dalam UU No.39 Th.2004 tertuang dalam pasal-pasal diantaranya:

Pasal 12: “Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 hurufb wajib mendapat izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri.” Pasal 13:

(1) Untuk dapat memperoleh SIPPTKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, pelaksana penempatan TKI swasta harus memenuhi persyaratan:

a. berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) yang didirikan

berdasarkan peraturan perundangan- undangan;

b. memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, sekurangkurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah); c. menyetor uang kepada bank sebagai

jaminan dalam bentuk deposito sebesar Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) pada bank pemerintah;

d. memiliki rencana keija penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri sekurangkurangnya untuk kurun waktu 3 (tiga) tahun beijalan;

e. memiliki unit pelatihan keija; dan

£ memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI. Sesuai dengan perkembangan keadaan, besarnya modal disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan jaminan dalam bentuk deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat ditinjau kembali dan diubah dengan Peraturan Menteri.

Ketentuan mengenai penyusunan rencana kerj a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dan bentuk serta standar yang harus dipenuhi untuk sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 14

(1) Izin untuk melaksanakan penempatan TKI di luar negeri diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun sekali; (2) Perpanj angan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada pelaksana penempatan TKI swasta selain harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13ayat(l)juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. telah melaksanakan kewajibannya untuk

memberikan laporan secara periodik kepada Menteri;

b. telah melaksanakan penempatan

sekurang-kurangnya 75% (tujuh puluh lima persen) dari rencana penempatan pada waktu memperoleh SIPPTKI;

c. masih memiliki sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar yang ditetapkan;

d. memiliki neraca keuangan selama 2 (dua) tahun terakhir tidak mengalami kerugian yang diaudit akuntansi publik; dan

e. tidak dalam kondisi diskors. Pengaturan pasal-pasal tersebut

mengisyaratkan bahwa kurangnya persyaratan dimaksud akan mengakibatkan PPTKIS menjadi

(9)

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

illegal, sehingga secara logika, apabila suatu perusahaan yang mengaku sebagai PPTKIS namun tidak dapat menunjukkan bukti terpenuhinya semua syarat-syatar dalam pasal- pasal ini, seharusnya masyarakat tidak terlibat dengan segala kegiatan yang dilakukannya, dan bahkan masyarakat harus melaporkan keberadaan perusahaan tersebut ke aparatur penegak hukum. Hal ini masih perlu disosialisasikan oleh pemerintah, baik melalui media cetak maupun melalui media elektronik secara berkelanjutan, agar masyarakat mengetahui dan dapat membedakan antara PPTKIS ilegal dengan PPTKIS legal, sehingga apabila terdapat oknum perusahaan yang mencurigakan sebagai PPTKIS ilegal di suatu daerah, masyarakat sekitar dapat segera melaporkannya pada aparatur negara yang dalam hal ini adalah pihak Kepolisian.

Hal terpenting untuk dikaji adalah pasal Pasal 6

UU 39 Th.2004 : “Pemerintah

bertanggungjawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar negeri.” Upaya perlindungan TKI oleh pemerintah, pada pelaksanaannya merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi calon TKI sebelum pemberangkatan, TKI yang ditempatkan di luar negeri, maupun terhadap TKI yang telah berakhir masa keijanya di luar negeri. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah terkait dengan perlindungan bagi calon TKI, diantaranya:

1. Wajib Asuransi

Pemerintah telah mengupayakan perlindungan wajib asuransi yang diberlakukan sejak tahun 2008, yaitu dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Tenaga Keija RI Nomor Kep/92/MEN/1998 yang kemudian direvisi dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor

Per.23/Men/V/2010 Tentang asuransi Tenaga Keija Indonesia. Dalam peraturan ini ditentukan bahwa yang bertanggung jawab melindungi TKI melalui asuransi adalah kumpulan perusahaan-perusahaan asuransi yang tergabung dalam konsorsium perusahaan asuransi, dan konsorsium ini harus mendapatkan

ijin dari pemerintah serta telah lulus verifikasi oleh Tim yang dibentuk oleh Kementerian tenaga keija dan transmigrasi. Konsorsium perusahaan asuransi setidaknya terdiri dari dua atau lebih perusahaan asuransi yang terdiri dari perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian. Disisi lain, calon TKI diwajibkan membayar premi asuransi yang terdiri dari: a) Premi asuransi TKI pra penempatan yang dibayarkan sebelum peijanjian penempatan, dan pembayarannya harus disaksikan oleh dinas kabupaten/kota dan dituangkan dalam berita acara.

b) Premi asuransi TKI masa penempatan yang dibayarkan sebelum pengurusan Kartu Tenaga Keija Luar Negeri.

c) Premi asuransi TKI puma penempatan yang dibayarkan sebelum pengurusan Kartu Tenaga Keija Luar Negeri.

Calon TKI berhak atas polis asuransi yang telah dibayarnya. Polis asuransi juga harus diserahkan salinannya kepada Dirjen Pajak, Kepala Divisi dinas Provinsi, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota dan pimpinan pelaksana penempatan TKI swasta. Apabila masa berlaku polis asuransi tersebut telah kadaluarsa, maka agen atau pelaksana penempatan TKI berkewajiban untuk memperpanjang, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sehingga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terkait dengan pekeijaannya duluar negeri, maka TKI yang bersangkutan atau ahli warisnya yang sah dapat mengklaim asuransi tersebut dengan didampingi olehpialang/broker. Pialang/broker pendamping ini juga harus mendapatkan ijin dari pemerintah serta telah lulus verifikasi oleh tim yang dibentuk oleh Kementerian tenaga kerja dan transmigrasi. Konsorsium perusahaan asuransi harus terus berkoordinasi dengan badan perwakilan Indonesia yang ditugaskan oleh pemerintah diluar negeri terkait data-data TKI di penempatan keijanya dan segera memberikan bantuan hukum terkait dengan permasalahan yang dihadapi TKI. Seluruh kegiatan konsorsium ini

(10)

diawasi oleh pemerintah secara berkala dan berkelanjutan.3

2. Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS)

PPTKIS atau yang sebelum diundangkannya UU No.39 Th.2003 disebut Pengerah Jasa Tenaga Keija Indonesia (PPTKIS) merupakan agen swsta yang berperan sebagai pendamping TKI yang akan mempertemukan TKI dengan penggunanya diluar negeri. Oleh karena swasta, maka PPTKIS diharuskan mendapatkan ijin serta lulus verivikasi dari pemerintah. PPTKIS harus berkoordinasi dengan badan perwakilan Indonesia di luar negeri dalam hal perjanjian kerjasama penempatan TKI antara PPTKIS dengan pengguna TKI, dari keijasama tersebut akan lahir surat permintaan TKI dari pengguna (bidang pekerjaan serta jumlah TKI yang diminta), mengawasi perjanjian kerja serta perjanjian penempatan yang dilakukan oleh TKI dengan pengguna. Sehingga kedudukan PPTKIS adalah sebagai badan hukum Indonesia yang berkedudukan diluar negeri, yang berkewaj iban melindungi TKI di luar negeri. Selain itu, PPTKIS juga berkoordinasi dengan pemerintah (dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat) terkait permintaan TKI, serta segala kegiatannya terkait dengan penempatan serta kondisi TKI harus dilaporkan kepada pemerintah secara berkala (laporan perekrutan TKI pada masa pra penempatan, masa penempatan, puma penempatan). Sehingga PPTKIS juga diwajibkan untuk memberikan bantuan hukum apabila terdapat permasalahan/ kasus-kasus yang dialami TKI.4

Praktek keija PPTKIS di luar negeri inilah yang sering tidak sesuai peraturan perundang- undangan sehingga diperlukan pengawasan/ lembaga pengawas PPTKIS. Pelanggaran yang

sering dilakukan diantaranya: tidak berkoordinasi dengan badan perwakilan Indonesia di luar negeri dalam hal petjanjian keijasama penempatan TKI antara PPTKIS dengan pengguna TKI, tidak melaporkan data-data permintaan TKI dari pengguna ke pemerintah, tidak mengawasi perjanjian keija serta perjanjian penempatan yang dilakukan oleh TKI dengan pengguna. Sehingga PPTKIS tidak mengetahui situasi dan kondisi dari TKI yang ditempatkan. Praktek penempatan ilegal ini sering tanpa sepengetahuan pemerintah baik di daerah maupun pemerintah pusat. Data-data permintaan TKI seharusnya ditangani oleh pemerintah, bukan swasta.

3. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI)

BNP2TKI merupakan instansi pemerintah yang berkedudukan di Indonesia yang menyediakan data-data keperluan pihak asing terhadap TKI, serta memfasilitasi hal-hal yang berkaitan dengan penempatan TKI pada masa pra penempatan, masa penempatan, serta puma penempatan. Data-data tersebut didapatkan dari PPTKIS yang memuat bidang kerja yang dibutuhkan serta jumlah TKI yang dibutuhkan5 Koordinasi antara BNP2TKI ini juga perlu diawasi agar tidak terjadi pelanggaran- pelanggaran baik yang dilakukan oleh oknum BNP2TKI maupun PPTKIS. Karena ditemukan fakta dalam prakteknya penyaluran TKI yang yang tidak sesuai dengan bidang keahlian TKI yang bersangkutan, penempatan TKI yang tidak dilengkapi dengan dokumen-dokumen serta prosedur yang tidak seharusnya, diloloskan oleh oknum BNP2TKI. Penempatan TKI untuk bekerja di luar negeri haruslah sesuai dengan bakat serta bidang keahlian TKI tersebut6 Penempatan TKI hanya dapat dilakukan apabila terdapat kerja sama bilateral dengan

3

Ismantoro Dwi Yuwono, Hak dan Kewajiban Hukum Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2 0 1 1 h lm.21 -23.

* Ibidhlm. 48-52

5

Ibid., hlm.53.

6

H.R.Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan, Restu Agung, Jakarta, 2009, hlm.279.

(11)

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

negara tujuan mengenai penempatan TKI serta terdapat peraturan perlindngan TKI di negara tujuan. Hal ini diatur dalam pasal 27 UU No.39 Th.2004 yang menentukan:

(1) Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau tenaga kerja asing.

(2) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau pertimbangan

keamanan Pemerintah menetapkan

negara-negara tertentu tertutup bagi penempatan TKI dengan Peraturan Menteri.

Disinilah diperlukan loby-loby dari

penyelenggara penempatan TKI maupun instansi terkait lainnya (Kedutaan Besar Indonesia) untuk melakukan perjanjian tertulis dengan pemerintah negara dimana TKI ditempatkan, atau dengan badan hukum ketenagakerjaan negara tersebut, khususnya perjanjian yang menyertakan klausul kewajiban bagi negara penempatan untuk selalu menginformasikan kasus-kasus hukum terkait TKI sejak TKI tersebut ditangkap di wilayah negaranya, klausul yang mengijinkan PPTKIS melaksanakan semua tugas terkait pengawasan situasi dan kondisi TKI, klausul yang melarang warganya untuk melakukan tindakan kekerasan, serta tindakan lainnya yang dapat melanggar hak- hak TKI, serta klausul yang mengijinkan TKI untuk melaporkan keadaannya pada PPTKIS minimal satu kali dalam satu minggu dan apabila TKI tidak melapor, PPTKIS diijinkan untuk berperan aktif menyelidiki dan mencari tahu keadaan TKI.

Kewenangan dan tugas PPTKIS sangatlah riskan karena selama di luar negeri PPTKISlah yang mendampingi TKI, untuk itu seharusnya peran ini (sekali lagi) tidak diberikan pada swasta serta dalam pelaksanaannya senantiasa diawasi

oleh badan pengawas. Selain seharusnya dilengkapi dengan tugas dan kewajiban menyelidiki secara aktif situasi dan kondisi TKI, PPTKIS juga harus dilengkapi dengan kewenangan menyelidiki (bekeija sama dengan aparat negara setempat) apakah penempatan TKI telah sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini penting agar pelarangan menempatkan calon TKI pada jabatan dan tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kesusilaan serta peraturan perundangundangan, seperti yang telah diatur dalam pasal 30 UU No.39 Th.2004 dapat dilaksanakan dan diawasi di luar negeri.

Dari uraian sebelumnya, terdapat dua upaya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini, yaitu upaya preventif dan represif yang hasilnya tidaklah mengecewakan apabila dilihat dari banyaknya PPTKIS illegal di Indonesia. Selanjutnya akan disebutkan upaya- upaya nyata pemerintah dan aparatur negara terkait TKI ilegal, diantaranya: a) Diduga akan diperjualbelikan ke Malaysia,

Kepolisian Selasa (25/11/08) membebaskan puluhan calon Tenaga Keija Indonesia (TKI) yang selama beberapa hari disekap dalam sebuah rumah dikawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.7

b) Sebanyak 1200 TKI dari 150 ribu TKI dideportasi dari Malaysia Selasa (26/08/08), mereka dikawal sampai di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setibanya di pelabuhan mereka langsung didata petugas dan segera dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. Puluhan tenaga kerja asal Lombok, NTB kembali dideportasi oleh Malaysia karena dinilai ilegal.8 c) Para TKI ilegal (20/04/08) ditangkap di perairan

Perairan Pulau Putih Selat Malaka. Sebanyak 14 orang calon TKI ilegal berikut tekong dan 3 orang Anak Buah Kapal

1

http://www.indosiar.com/tag/tki-ilegal

8

Ibid

(12)

(ABK) diamankan Patroli Angkatan Laut Batam. Calon TKI ini ditangkap karena tidak dilengkapi dokumen.9 10

d) Tempat penampungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jalan Strategi Komplek Hankam Kembangan, Jakarta Barat Selasa (8/1/08) sore digerebek Satuan Bareskrim Mabes Polri dan Depnaker Trans. Penampungan ini digerebek karena mengjrim TKI yang masih dibawah umur, tempat penampungan TKI ini juga tidak memiliki ijin. Sebanyak 46 TKI ilegal yang akan dikirim ke Malaysia melalui Batam berhasil digagalkan aparat Polres Mataram.!0

e) Penggerebekan Penampungan TKI Ilegal di sebuah rumah mewah yang dijadikan tempat penampungan calon tenaga keija Indonesia (TKI) ilegal di Depok, Jawa Barat, Rabu (18/2/09) digerebek polisi. Puluhan wanita calon TKI, 8 diantaranya masih belum cukup umur kemudian diamankan petugas ke Polres Depok.

11

f) Senin, 28 November 2011, Aparat Polresta Kupang berhasil menggagalkan upaya pengiriman 39 tenaga keija asal Kabupaten Timor Tengah Selatan secara ilegal ke Kalimantan Barat melalui sebuah kapal barang di Pelabuhan Tenau Kupang, Nusa Tenggara Timur.12

g) Sosialisasi di daerah-daerah yang pada intinya menghimbau setiap calon TKI yang akan bekerja ke luar negeri selain wajib memenuhi persyaratan dokumen lengkap, juga harus lewat perusahaan pengerah jasa TKI atau Pelaksana Penempatan TKI

Swasta (PPTKIS) yang terdaftar serta diakui Dinas Tenaga Keija (Disnaker) daerah.13

h) Sosialisasi yang dilakukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Keija Indonesia melalui kesenian tradisional yang berlangsung pada 2-3 Desember di Kabupaten Sukabumi dan Karawang, Jawa Barat. Kegiatan serupa digelar di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, serta Lampung. Serta sosialisasi di kantong- kantong daerah pengirim TKI lainnya seperti di Serang, Banten (11/11/2011), Pringsewu, Lampung (12/11), Sragen dan Batang, Jawa Tengah (18-19/11), serta Malang dan Blitar (25-26/11). Kemudian di Sukabumi menampilkan Wayang Golek Dalang Asep Sunandar Sunarya dan terakhir di Karawang oleh Wayang Golek Dalang Risma. Melalui kegiatan sosialisasi kesenian tradisional di sejumlah daerah, diharapkan warga masyarakat khususnya calon TKI dan keluarganya kini memahami pentingnya menjadi TKI legal, selain mengikuti prosedur resmi pemerintah untuk bekerja di luar negeri.14

i) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

bekerjasama Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Rabu (30/11) mengamankan sebanyak 40 TKI ilegal yang akan dipekeijakan di Malaysia dan Brunei Darussalam bersama dengan PPTKIS ilegal yang akan menyalurkan mereka.15 Namun demikian kasus-kasus lolosnya TKI

ilegal masih saja marak teijadi di Indonesia, hal

9 Ibid 10 Ibid 11 Ibid ]2 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/ll/ll/28/lvczzf-digagalkan-pengiriman-39-tki-ilegal-asal-timor-tengah-selatan. 13 http://berita.liputanö.com/read/365836/masyarakat-diminta-menghindari-iadi-tki-üegal. H http://www.tribunnews.com/2011/l 2/02/bnp2tki-sosialisasi-pencegahan-tki-ilegal-lewat-kesenian. 15 http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/5877-bnp2tki-polda-kalbar-amankan-puluhan-tki- ilegal.html. 170

(13)

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

ini disebabkan oleh kecurangan-kecurangan yang dilakukan, baik oleh pihak swasta, pemerintah, maupun oleh pihak calon TKI itu sendiri. Pelanggaran-pelanggaran terkait juga dilakukan oleh oknum PPTKIS yang tidak memberikan data-data ke pemerintah, namun merekrut sendiri dan mengurus langsung paspor keberangkatan serta perjanjian keijasama dengan pengguna, sehingga calon TKI tidakmengetahui dirinya ilegal karena kurangnya dokumen yang dimilikinya. Pengawasan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah, sehingga memungkinkan bermunculan oknum “calo TKI” dikalangan pemerintah. Di sisi lain, terdapat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh TKI, diantaranya visa haj i, visa berkunjung yang kemudian dimanfaatkan untuk masuk kesebuah negara untuk beketja (tanpa visa kerja), situasi dan kondisi yang tidak dilaporkan oleh TKI selama masa penempatan di luar negeri, padahal “aturan mainnya” jelas, TKI harus melaporkan situasi dan kondisi tempat kerjanya, pindah kerja, dokumen yang telah habis masa berlakunya, dst.

Penyebab penyiksaan yang dialami TKI dapat dikarenakan masih kurangnya pelatihan yang diberikan kepada TKI sebelum diberangkatkan, faktor komunikasi dan bahasa asing yang dapat menjadi kendala dalam bekerja, serta budaya asing yang tidak dipahami, misalnya budaya penyiksaan budak di arab, budaya penyiksaan (hanya untuk orang Indonesia) di malaysia. Pengguna TKI cenderung akan melakukan pelanggaran terhadap hak-hak TKI apabila mereka mengetahui TKI yang digunakannya itu illegal, karena secara logika TKI ilegal tidak memiliki hak-hak apapun terkait dengan pekerjaannya, bahkan hal-hal yang telah diperjanjikan tertulis, serta hak warga Negara terkesan tidak dimiliki. Di Malaysia ditemukan fakta penyiksaan orang-orang Indonesia (tidak hanya TKI) dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh oknum masyarakat Malaysia, namun juga oleh oknum aparat kepolisian Malaysia. Terdapat juga oknum pengguna TKI yang menahan kartu identitas TKI, sehingga setelah masa berlaku

habis, yang bersangkutan tidak dapat memproses, jadilah ia TKI ilegal yang akan senantiasa takut dengan ancaman majikan yang mengancam akan melaporkan ke polisi/ pihak berwajib apabila perintah majikan tidak dilaksanakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa selama ini tidak ada pengawasan TKI yang seharusnya dilakukan oleh PPTKIS.

Hak warga negara memang melekat dalam tiap pribadi bangsa dan harus dilindungi oleh pemerintah, namun disisi lain hal tersebut tidak serta-merta menjadikan dasar bagi TKI ilegal untuk tidak mengikuti “aturan main” yang telah ditentukan pemerintah karena hal itu hanya akan membebankan pemerintah dengan urusan-urusan yang tidak diketahui/ “no data" yang mempersulitposisi pemerintah dalam melindungi warga negaranya. Untuk itulah, sanksi terhadap TKI ilegal hendaknya dipertegas, baik secara perdata, administratif, maupun pidana. Serta sanksi terhadap badan, baik itu pemerintah maupun swasta yang menangani penempatan TKI secara ilegal masih harus dipertegas dan diperlukan badan penyelidik sejenis KPK dalam menyelidiki pelanggaran-pelanggaran penempatan TKI. Serta badan pengawas PPTKIS di luar negeri.

Penyiksaan terhadap TKI tidak hanya terjadi dengan TKI ilegal, namun pada kenyataannya juga terjadi dengan TKI legal, hal ini membuktikan PPTKIS belum bekerja sesuai fungsinya, yaitu untuk mendeteksi, mengawasi keadaan dan kondisi TKI diluar negeri. Hal ini dikarenakan PPTKIS berasal dari swasta yang tujuan pendiriannya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya sesuai prinsip ekonomi. Apabila PPTKIS dinyatakan gagal melaksanakan tugas, maka seluruh jajaran pemerintahan ini pun dapat dinyatakan gagal dalam melaksanakan tugasnya terkait dengan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, karena hal tersebut merupakan tanggung-jawab bersama, bukan hanya satu badan.

(14)

C. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

Situasi yang terjadi/dialami oleh TKI dari tahun ke tahun, tidak akan pernah berubah selama mental/moral dari pengemban tugas penempatan TKI ini masih belum dirubah. Demikian juga terhadap mental/moral masyarakat calon TKI yang tidak mematuhi peraturan perundang- undangan, dan pengguna TKI diluar negeri yang masih menggunakan budaya-budaya penyiksaan/ perbudakan terhadap TKI dengan berbagai cara.

Sebaik apapun peraturan yang dibuat pemerintah, apabila dalam pelaksanaannya tidak sesuai, serta lemahnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap aturan itu, tetap akan menyebabkan peraturan tersebut sebagai peraturan yang semu atau hanyalah aturan yang dapat dengan mudah dicari celah pelanggaran hukumnya. Sehingga pada pelaksanaannya TKI di luar negeri tidak memiliki hak serta tidak mendapatkan perlindungan hukum dalam bekeija.

2. Saran

a) Masih perlu disosialisasikan oleh pemerintah terkait dengan perbedaan PPTKIS ilegal, baik melalui media cetak maupun melalui media elektronik secara berkelanjutan, pemerintah juga dapat memasang spanduk- spanduk, iklan lepas yang ditempel/ diumumkan pada tempat-tempat umum yang mudah terbaca oleh masyarakat, misalnya bertuliskan “Waspadai penyalur TKI Ilegal, untuk info lebih lanjut hubungi Dinas Tenaga Keija disekitar Anda” hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui dan dapat membedakan antara PPTKIS ilegal dengan PPTKIS legal, sehingga apabila terdapat oknum perusahaan yang mencurigakan sebagai PPTKIS illegal di suatu daerah, masyarakat sekitar dapat segera melaporkannya pada aparatur negara yang dalam hal ini adalah pihak Kepolisian. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap

mentaknasyarakat untuk senantiasa selektif terhadap tawaran-tawaaran PPTKIS dan berani menelusuri keabsahan PPTKIS sebelum terlibat dalam kegiatan-kegiatan mereka.

b) Ganti PPTKIS dengan pemerintah (bukan swasta). Hal ini bertujuan agar perlindungan TKI di luar negeri dapat dilakukan dengan optimal tanpa terfokus pada keuntungan perusahaan yang sebesar-besarnya.

c) Diperlukan badan penyelidik sejenis KPK dalam

menyelidiki pelanggaran-pelanggaran

penempatan TKI yang tidak hanya melibatkan TKI, dan swasta, namun juga calo-calo TKI yang berasal dari oknum pemerintah.

d) Diperlukan badan pengawas PPTKIS yang berkedudukan di luar negeri (di penempatan TKI). Badan ini selain sebagai pengawas PTTKIS, nantinya dapat juga melakukan

loby-loby khususnya dengan aparatur Negara

penempatan dalam melakukan penyelidikan terkait TKI di luar negeri.

e) Harus diberlakukan wajib lapor TKI, dimana TKI harus datang melapor (secara fisik) pada PTTKIS di daerah penempatan kerjanya setidaknya satu kali dalam satu minggu ketika mereka libur keija. Demikian juga dengan pihak keluarga, TKI diwajibkan memberi kabar setidaknya satu kali dalam seminggu mengenai kondisi dan situasi kerjanya pada keluarganya yang berada di Indonesia, sehingga pihak keluarga akan melapor apabila anggota keluarga yang berada di luar negeri tidak memberi kabar dirinya dalam waktu satu minggu.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan

Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

2007.

Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Hukum

Ketenagakerjaan Indonesia, Harvindo,

Jakarta, 2008.

(15)

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

Ismantoro Dwi Yuwono, HAk dan Kewajiban Hukum Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di

Luar Negeri, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,

2011.

H.R.Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan, Restu Agung, Jakarta, 2009.

Internet

http://www.indosiar.com/tag/tki-ilegal

http://www. republika, co. id/berita/nasional/

umum/11 /11 /28/lvczzf-digagalkan-

pengiriman-39-tki-ilegal-asal-timor- tengah-selatan.

http://berita, liputan 6. com/read/36583 6/ masyarakat-diminta-menghindari-jadi- tki-ilegal. http://www.tribunnews.com/2011/12/02/ bnp2tki-sosialisasi-pencegahan-tki- ilegal-lewat-kesenian. http://www. bnp2tki.go. id/berita-mainmenu- 231/587 7-bnp2tki-p olda-kalbar- amankan-puluhan-tki-ilegal.html. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diundangkan dalam tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 39 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279 Tahun 2003. Undang-undang Nomor 3 9 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, diundangkan dalam tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 133 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445 Tahun 2004. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor Per.23/Men/V/2010 Tentang asuransi Tenaga Kerja Indonesia, ditetapkan di Jakarta pada 31 Mei 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 2, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa menggunakan model pembelajaran kepala bernomor struktur dengan power point dari siklus I

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Dari ungkapan di atas menunjukan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti akan berfungsi sebagai instrumen penelitian yang harus turun ke lapangan dalam kurun waktu

From the data analysis, the reseacher found the students’ problem and the cause of the problem in the process of learning listening of SMAN 15 Bandar Lampung

Tujuan dilakukannya penelitian adalah membangun sistem informasi konseling untuk mempermudah proses bisnis di Pik-M Aushaf UII yang digunakan mahasiswa maupun

masing-masing bagian merupakan salah satu usaha perusahaan dalam mengendalikan biaya, karena apabila ada biaya yang berlebihan maka kepala produksi atau kepala

- Cara mengelola biaya pendidikan Penerimaan dan pengeluaran dana dicatat, dan sekolah membuat RAPBS Berhubung Peneliti tidak bisa ikut terlibat dalam

KETUJUH : Petugas Pelayanan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada diktum KEDUA huruf e bertugas membantu PPID Unit Kerja dalam melaksanakan tugas, tanggung