7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Post partum 1. Pengertian
Priode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil serta penyesuain terhadap hadirnya anggota baru (Mityani, 2012). Post partum adalah priode saat organ organ reproduksi kembali kekondisi pregravid selama 6 minggu selama masa pemulihan itu berlangsung ibu akan banyak mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis (Masriroh, 2013).
2. Periode Masa Post partum
Menurut Mityani (2012), priode post partum adalah Immediate post partum adalah masa 24 jam post paertum, Early post partum masa pada minggu pertama post partum, Late post partum adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam post partum.
3. Karakteristik Masa Post partum
Menurut Masriroh (2013), karateristik masa post partum dibagi menjadi: a. Organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan b. Perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik c. Masa menyusui anak dimulai
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan diasumsikan sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya
8 4. Perawatan yang Di Lakukan Selama Periode Post Partum
Menurut masriroh (2013), perawatan yang dibutuhkan sebagai berikut : a. Mempertimbangkan kondisi pisik ibu dan bayi
b. Mendorong penggunaan metode metode yang tepat dalam memberikan makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si ibu dan memungkinkan mengisi peran barunya sebagai seorang ibu baik dengan orang, keluaraga baru maupun budaya tertentu.
5. Jenis Lochea
Menurut masriroh (2013), jenis lochea dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Lochea rubra : bewarna merah berlangsung selama 1-4 hari berisi darah, corion, deciduas, cairan amniotic, lanugo vernicx caseosa dan maiconium.
b. Lochea serosa : bewarna keabu-abuan rentang selama 5-9 hari terdiri atas sedikit darah dan lebih banyak serum serta leokosit dan organism c. Lochea alba: warna cream pucat keluar 9 - 12 hari.
6. Perubahan yang terjadi pada tubuh lainnya pada masa post partum Menurut masriroh (2013), perubahan yang terjadi pada sistem tubuh pada masa post partum sebagai berikut :
a. Sistem saluran kencing
Perubahan perubahan psikologis yang terjadi selama kehamilan berbalik, sistem urine ini dihidupkan kembali dari tekanan persalinan.
9 b. Saluran pencernaan
Pembakaran jantung memperbaiki menurun hormon dan melepaskan tekanan
pada lingkar otot dan menjaga atau menutup lubang. Sembelit muncul selama beberapa hari, perineum yang menyakitkan menghalangi buang air besar.
c. Sistem peredaran darah
Ventilasi penuh karena paru paru tidak lama dimampatkan oleh uterus yang membesar.
d. System kelenjar endokrin
Oxticotin dikeluarkan oleh kelenjar pituitary secara osterior dan beraks diotot Rahim dan pada jaringan payudara. Kelenjar ini kemudian bereaksi diluar otot dengan menjaga kontraksi yang ada. Bagi para wanita yang memilih untuk menyusui sendiri bayinya, hisapan dari si bayi menstimulasi keluarnya oxytocin berikutnya, dan hal ini akan menambah kelanjutan involusi pada uterus dan ekspulsi susu.
e. Sistem otot dan kerangka
Tulang tulang sendi panggul dan ikatan ikatan sendi saat kehamilan secara gradual kembali keposisi normal selama sekitar 3 bulan. Otot perut dan dasar panggul secara gradual juga kembali seperti semua seperti semula melalui latihan pasca persalinan.
10 7. Komplikasi post partum
Menurut Novita (2011), komplikasi post partum sebagai berikut : a. Early post partum hemorrhage
Pendarahan awal (Early) terjadi dalam 24 pertama penyebab tersering adalah Antonia uteri, penyebab lainnya adalah luka pada saluran reproduksi.yang dapat disebabkan poscep atau vakum,sisa plasenta yang tertinggal, hematoma pada vulva vagina dan pelvic, persalinan pertama full aterm parises vulva.
b. Late post partum hemorrhage
Pendarahan lanjut (late) terjadi satu sampai dua minggu setelah melahirkan. Subinvolitio (kegagalan uterus untuk mengecil), ditandai lochea rubra menetap selama dua minggu, nyeri bagian belakang, dan lochea berbau busuk. Hal tersebut terjadi karena adanya sisa plasenta yang tertinggal, Infeksi pada endometrium terdapat stosel, adanya mioma uteri.
c. Infeksi
Infeksi dapat terjadi di uterus, tuba fallopi, daerah laserasi. Tanda tanda infeksi, nyeri , demam lochea berbau busuk.
d. Tromboembolic
Disebabkan oleh pembekuan, statis, vena: perubahan karena kehamilan, penurunan mobilitas post partum.
11 e. Gangguan psycoatric post partum
1) Post partum blues adalah suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak pada minggu pertama setelah kelahiran.
2) Post partum depression adalah depresi setelah tujuh hari dan berlangsung selama tiga puluh hari melahirkan
3) Post partum psychosis adalah gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi kondisi ibu biasanya dimulai dari satu sampai tiga bulan post partum.
B.Menyusui 1. Pengertian
Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI, 2003).
Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
2. Fisiologis dari Laktasi
Hormon prolaktin, yang berasal dari kelenjar fituitari anterior awalnya berperan untuk proses produksi air susu. Oksitosin dari kelenjar pituitari posterior, berperan dalam reflexs pengeluaran asi, yang mencetuskan keluarnya aliran susu. Reflek pengeluaran distimulasi oleh isapan bayi, tetapi juga dapat distimulasi oleh keberadaan bayi itu sendiri saat ibu menangis ,atau bahkan memikirkan bayinya, refleks ini jg dapat terjadi dapat terjadi selama orgasme seksual karena dilepaskannya
12 oksitosin. Reflek pengeluaran dapat terhambat karena kepercayaan diri ibu yang kurang , merasa takut atau rasa malu, atau ketidaknyamanan fisik. Produksi air susu berdasarkan aturan pengeluaran dan permintaan. Penghambatan yang berulang dari refleks pengeluaran, kegagalan untuk mengosongkan mammae dengan komplet dan sering, dapat menurunkan pengeluaran susu.
3. Teknik Menyusui
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 2008).Tekhnik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi dan kelancaran dalam pengeluaran ASI dimana bila tehnik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan susu lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui sehingga bayi tersebut jarang menyusu dan menyebabkan saluran ASI menjadi terhambat. Bayi menghisap secara naluriah akan tetapi pada awalnya mungkin dia mengalami kesulitan menemukan putting ibunya. Cara menolong yang paling mudah adalah dengan menempelkan pipinya kepayudara lalu masukkan puting ke mulut bayi. Pastikan menghisap seluruh area gelap dari payudara (areola), dan bukan pada puting saja, ibu dapat melancarkan aliran air susu dengan cara menekan-nekan areola. Untuk menghentikan isapan masukkan sebuah jari disudut mulutnya atau dorong dagunya kebawah secara perlahan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
13 Biasanya bayi berhenti menghisap lalu melepaskan putting, setelah merasa kenyang air susu keluar banyak dalam beberapa menit awal menyusui akan tetapi bayi terus menghisap beberapa saat lagi. Selesai menghisap payudara tersebut, pindahkan dia ke payudara satu lagi sampai selesai menyusui di sesi menyusui berikutnya mulai dari payudara terakhir tempat menyusui sebelumya dan berakhir di payudara satunya, dengan demikian bayi menerima air susu dalam volume yangsama dari setiap payudara setiap hari. Ibupun akan terhindar dari bendungan asi (pembengkakan payudara) akibat dari terlalu penuh dengan air susu apabila tidak dikeluarkan secara keseluruhan (Roesli, 2009).
1). Teknik Dasar Menyusui
Menurut Bonny Danuatmadja (2003), teknik dasar menyusui adalah sebagai berikut :
a) Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit, oleskan pada puting dan areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembapan puting.
b) Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pegang belakang bahu bayi dengan satu lengan. Kepada bayi terletak di lengkung siku ibu. Tahan bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan perut bayi menempel pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
14 c) Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara dengan ibu jari atas jari yang lain menopang di bawahnya. Jangan menekan puting susu atau aerolanya saja.
d) Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting. Setelah bayi buka mulut, segera dekatkan puting ke mulut bayi. Janganm menjejalkan puting ke mulutnya. Biarkan bayi mengambil inisiatif.
e) Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola masuk ke dalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting, kelenjar susu tidak akan mengalami tekananan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian puting saja yang diisap bisa menyebabkan puting nyeri dan lecet.
f) Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi agar pernapasannya tidak terganggu.
g) Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara, jangan menariknya dengan kuat karena dapat menimbulkan luka. Pertama-tama, hentikan isapan dengan menekan payudara atau meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi agar ada udara yang masuk
15 j) Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan latihan agar proses menyusui menjadi lancar.
2) Posisi dan perlekatan menyusui
Menurut Djamaludin, dkk (2010) mengatakan bahwa satu hal yang penting diingat, Sebaiknya, ibu mencuci tangan dulu hingga bersih sebelum mulai menyusui. Berikut ini, beberapa cara menyusui:
a. Posisi sambil duduk.
1) Ambil posis duduk yang nyaman. Pangku bayi dengan menempelkan perutnya pada perut ibu. Lalu, sanggah kepalanya tepat pada siku lengan bagian atas. Sementara, bagian lengan dan telapak tangan ibu menahan punggung dan bokongnya.
2) Agar lebih merangsang antusias bayi untuk menyusu, pijat bagian sekitar aerola (daerah sekita puting) ibu hingga mengeluarkan sedikit ASI. Oleskan ASI yang keluar itu pada puting ibu hingga jadi agak basah. Biasanya, bayi akan langsung mengisap ketika mulut menyentuh tetesan ASI di sekitar puting.
3) Tempelkan mulut bayi pada puting ibu.
4) Saat bayi mulai mengisap tataplah matanya dan sentuhlah ia sambil mengajaknya bicara. Hal ini merangsang pencaindra dan organ tubuhnya.
5) Biarkan bayi ibu mengisap sepuas-puasnya. Jangan dulu berganti ke sisi payudara yang sedang diisap benar-benar terasa kosong.
16 b. Posisi sambil berbaring
Menyusui dengan posisi berbaring, pada dasarnya hampir sama dengan sambil duduk. Para ibu yang melahirkan dengan metode Caesar, akan lebih nyaman bila mengambil posisi berbaring miring saat pertama kali menyusui. Untuk aktivitas menyusui di rumah pun, posisi berbaring dapat dijadikan alternative bagi ibu.
1) Ibu berbaring miring menghadap bayi yang posisi tidurnya juga dimiringkan menghadap ibu. Sejajarkan dan tempelkan mulutnya dengan puting ibu. Lekatkan tubuhnya pada tubuh ibu Kemudian, tahan bagian punggung dan bokongnya dengan tangan ibu : Ketika ia mulai mengisap, lakukan komunikasi dan sentuhan-sentuhan lembut padanya.
2) Seiring bertambah usia bayi dan perkembangan gerakan-gerakan tubuhnya, bias any bayi akan mengekplorasi variada-variasi menyusui yang dirasakan nyaman bagi dirinya.
c. Posisi sambil berdiri
Penjelasan tentang posisi menyusui sambil duduk, dapat diterapkan untuk posisi berdiri. Namun, bagi para pemulam menyusui dengan posisi berdiri harus dilakukan ekstra hati-hati. Jika tidak, akan membahayakan bagi bayi. Misalnya, bayi lepas dari pengkuan. Menyusui sambil berdiri juga mensyaratkan energi ibu yang cukup besar untuk mengendongnya cukup lama. Seiring pengalaman melalui rutinitas menyusui, kelak ibu pun mampu
17 mengkombinasikan posisi menyusui. Nanti pun, ibu mampu menyusui sambil tiduran diselingi sambil duduk. Lalu, sambil berdiri. Dapat juga dikombinasikan dengan melakukan aktivitas ringan lain, seperti mengangkat telepon, menutup pintu, menyapu lantau, dan sebagainya.
Menyusui sambil beraktifitas lain, secara tidak langsung merupakan wahana rangsangan bagi bayi mengenal lingkungannya. Sebab ketika ibu menyusui sambil mengangkat telpon, bayi pun belajar tentang adanya objek (benda) yang dapat digenggam. Benda itu dapat berbunyi. Pemahaman yang diperoleh bayi dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasa itulah yang akan turut menentukan perkembangan lebih jauh potensi kecerdasannya.
Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak akan bergesekan dengan langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui.
18 Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring (Sulytiawati, 2009).
Gambar 2.1. Posisi menyusui sambil duduk yang benar
Gambar 2.2 Posisi menyusui sambil berdiri yang benar
19 Gambar 2.4 Posisi menyusui yang benar
Gambar 2.5 Posisi menyusui sambil berbaring d. Lama dan frekuensi menyusui
Bayi memiliki jadwal menyusu yang harus diketahui oleh ibu, biasanya bila bayi merasa lapar, ia akan menangis minta disusui. Bayi sebaiknya diberi selang waktu dua jam dari minumnya yang terakhir. Jika bayi menangis terus menerus berilah dot dan sebotol air hangat. Selanjutnya gendong dan usaplah punggungnya hingga tertidur pulas (Riyanti 2007).
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan /kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau
20 ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Hanyow, 2008).
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI (Sulystyawati, 2009).
e. Langkah- langkah menyusui yang benar
Menurut Sudarti (2010), adapun langkah dalam menyusui yang benar sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu untuk menyusui tanpa jadwal siang malam (paling kurang 8 kali dalam 24 jam) setiap kali bayi menginginkan. 2) Bila bayi melepas isapannya dari satu payudara berikan payudara
lainnya.
3) Nasehati agar ibu tidak memaksakan bayi untuk menyusu, bila bayi tidak mau melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu serta tidak memberikan minuman lain selain ASI dan menggunakan dot atau kompeng.
21 4) Posisi dan pelekatan posisi yang benar
5) Susuilah bayi bila sudah siap menyusu, tanda bayi sudah siap menyusu antara lain : mulut bayi terbuka lebar,gerakan mencari puting, melihat sekeliling dan bergerak .
6) Tunjukkan pada ibu cara memegang bayi yang benar sewaktu menyusui:
a) Topang seluruh tubuh bayi jangan hanya kepala dan leher b) Kepala dan tubuh bayi lurus sehingga bayi menghadap
payudara ibu dan hidung bayi dekat dengan putting susu ibu.
Tunjukkan pada ibu cara melekatkan bayi, katakan kepada ibu agar :
a) Menyentuh puting pada bibir bayi
b) Tunggu sampai mulut bayi membuka lebar
c) Mulut bayi digerakkan kearah puting susu ibu sehingga bibir bawah bayi terletak jauh dibelakang puting pada daerah aerola.
7) Nilai perlekatan Bayi pada ibu dan refleks menghisap bayi bantu bila ibu membutuhkan, terutama ibu muda/primipara, tanda perlekatan yang benar sebagai berikut :
a) Dagu bayi menyentuh payudara ibu
b) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir terbawah bayi melipat keluar
22 c) Daerah aerola di atas mulut bayi tampak lebih banyak dari
pada dibawah mulut bayi
d) Bayi menghisap kadang pelan dan berhenti
8) Bila bayi dapat minum dengan baik, anjurkan ibu untuk melanjutkan menyusui secara eksklusif.
Sedangkan menurut Sulystyawati (2009), langkah menyusui sebagai berikut:
1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.
Gambar 2.6 Cara meletakkan bayi
Gambar 2.7 Cara memegang payudara
2) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidup bayi berhadapan dengan puting susu,
23 dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Gambar 2.8 Cara merangsang mulut bayi
3) Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Gambar 2.9. Perlekatan benar
24 f. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menurut Soetjiningsih (2006), apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda sebagai berikut:
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu 3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk
7) Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan 8) Puting susu tidak terasa nyeri.
9) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 10) Kepala bayi agak menengadah.
g. Fungsi menyusui yang benar
Menurut Soetjiningsih (2006), adapun fungsi menyusui dengan benar adalah :
1) Puting susu tidak lecet
2) Perlekatan menyusu pada bayi kuat 3) Bayi menjadi tenang
4) Tidak terjadi gumoh
25 C. Bendungan ASI
1. Pengertian Bendungan ASI
Bendungan (Engorgement) payudara adalah penggelembungan organ, pembuluh darah, atau jaringan yang berlebihan akibat akumulasi cairan (Dorland, 2012). Bendungan payudara adalah proses pembengkakan jaringan mamae yang disebabkan oleh meningkatnya suplai darah dan limfe ke mamae dimana mendahului laktasi (Bobak, 2008).
2. Patofisiologi Bendungan ASI
Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI tetap berlangsung, sementara bayi tidak disusukan. Dengan demikian tidak terjadi perangsangan pada puting susu, sehingga refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Akhirnya ASI yang disekresi menumpuk dalam payudara, akibatnya areola lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi. Bila keadaan sudah sampai demikian, kulit pada payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu merasa demam seperti influenza, payudara terasa nyeri sekali. (Anonymous, 2005).
Bendungan payudara biasanya sering terjadi pada hari ketiga dan keempat setelah ibu melahirkan atau pada beberapa minggu pertama (Bahiyatun, 2009), dan apabila sudah terjadi bendungan dan tidak segera mendapatkan penanganan secara tepat maka kemungkinan akan terjadi mastitis atau peradangan payudara dan berkelanjut menjadi abses payudara.
26 3. Prognosa Bendungan ASI
a. Mastitis adalah radang pada payudara.
1) Penyebab :
a) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat.
b) Puting lecet mempermudah masuknya kuman dan terjadinya bengkak.
c) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
2) Penatalaksanaan :
a) Sesering mungkin bayi tetap dilakukan penyusuan agar payudara kosong.
b) Berilah kompres hangat atau basah hangat pada payudara yang terkena.
c) Istirahat yang cukup, makan-makanan yang bergizi.
e) Pakailah BH atau baju yang longgar
f) Abses Payudara
Merupakan kelanjutan atau komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
27 1) Gejala :
a. Ibu tampak lebih parah sakitnya
b. Payudara tampak lebih merah mengkilap
c. Benjolan tampak lebih lunak karena berisi nanah 2) Penatalaksanaan :
a. Antibiotika dosis tinggi dan analgesic
b. Sementara bayi hanya disusukan tanpa dijadwalkan pada payudara yang sehat saja
c. ASI dari payudara yang sakit diperas sementara (tidak disusukan)
4. Beberapa Faktor Yang Dapat Menyebabkan Bendungan ASI a. Pengosongan mammae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksinya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak segera dikosongkan maka masih terdapat sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menyusu, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
28 c. Faktor teknik menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui bayi dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan mengakibatkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu, akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya sehingga terjadi bendungan asi.
d. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola sehingga bayi tidak mau menyusu dan akibatnya akan terjadi bendungan asi.
e. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang terlalu panjang juga bisa menimbulkan kesulitan pada bayi saat menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI, akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan asi.
f. Produksi ASI berlebihan
Produksi ASI berlebihan juga tidak baik untuk ibu, karena setelah bayi menyusu dan kekenyangan bayi akan mengalami istirahat, tetapi produksi ASI tetap berlangsung secara berlebihan, oleh sebab itu sesering mungkin ibu perlu melakukan pemompaan untuk mengeluarkan ASI, jika tidak dilakukan maka dapat menimbulkan bendungan asi.
29 g. Terlambat menyusui
Terlambat menyusui juga dapat mengakibatkan terjadinya bendungan payudara, karena ASI yang seharusnya sudah dikeluarkan masih berada dalam payudara sehingga produksi ASI mengalami penumpukan dalam payudara.
h. Pengeluaran air susu yang jarang
Air susu yang jarang keluar juga tidak baik karena produksi ASI tetap berlangsung akan tetapi ASI tidak bisa dikeluarkan dengan baik hal ini biasanya terjadi karena puting yang lecet, puting yang kotor atau adanya sumbatan pada puting.
i. Waktu menyusui yang terbatas
Waktu menyusui yang terbatas juga bisa mengakibatkan pembengkakan apalagi dengan teknik menyusui yang salah sehingga puting akan mudah mengalami kelecetan.
5. Cara Mencegah Pembengkakan Pada Payudara a. Susukan bayi segera setelah lahir.
b. Susukan bayi tanpa dijadwal.
c. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek. d. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi
kebutuhan
30 f. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin. g. Untuk memudahkan bayi mengisap atau menangkap puting susu
berikan kompres sebelum menyusui.
h. Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara, lakukanlah pengurutan yang dimulai dari puting ke arah korpus mammae.
D. Hubungan Teknik Menyusui dengan kejadian bendungan ASI Pada Ibu Menyusui
Menyusui merupakan proses alamiah, namun sewring ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu – ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya diantaranya ibu tidak memproduksi cukup ASI, bayinya tidak mau menghisap, dan masalah-masalah yang timbul dalam menyusui. Sesunguhnya hal ini tidak di sebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa ASI nya cukup untuk bayinya. Disamping itu karena teknik menyusui yang tidak benar (Marni 2012).
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seoarang ibu harus mempunyai keterampilanmenyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik adalah dengan cara melakukan teknik menyusui yang benar meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Teknik menyusui yang benar
31 adalah satu-satunya faktor dari kesuksesan dalam pemberian ASI esklusif. Teknik menyusui yang salah dapat mengakibatkan gangguan pada puting susu dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusui akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya sehingga terjadi bendungan ASI (Rahayu,2012).
Terjadinya bendungan ASI karena pengosongan mamae yang tidak sempurna sehingga payudara terisi sangat penuh oleh ASI karena ASI yang di produksi tidak dikeluarkan secara optimal. Apabila kelenjar-kelenjar tidak di kosongkan dengan sempurna maka akan terjadi pembendungan air susu,kadang-kadang pengeluaran susu juga terhambat sebab duktus lakteferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe. Payudara yang terbendung akan membesar, membengkak, terasa panas, nyeri, payudara nampak lebih mengkilat, papila mamae mendatar, ASI tidak mengalir dengan mudah sehingga menyebabkan bayi sulit menyusui dan akhirnya malas untuk menghisap ASI.
32 E. Kerangka Teori. KERANGKA TEORI Keterangan: : Di teliti : Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori Bendungan ASI Faktor-faktor yang menyebabkan bendungan ASI Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Faktor teknik menyusui bayi yang tidak benar Puting susu terbenam Puting susu terlalu panjang. Produk ASI berlebihan Terlambat menyusui Pengeluaran ASI yang jarang Mastitis Waktu menyusui yang terbatas Puting susu lecet
Ibu tidak mau menyusui
33 Kejadian bendungan ASI pada ibu ibu menyusui di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengosongan mamae yang tidak sempurna,faktor hisapan bayi yang tidak aktif,faktor teknik menyusui bayi yang tidak benar,puting susu terbenam, puting susu terlalu panjang, produksi ASI berlebihan, terlambat mnyusui,pengeluaran ASI yang jarang,waktu menyusui yang terbatas. Salah satu faktor penybab bendungan ASI adalah teknik menyusui yang salah,teknik menyusui yang salah dapat mengakibatkan puting susu ibu lecet sehingga ibu tidak mau menyusui dan akibatnya terjadi bendungan ASI, bendungan ASI yang tidak di tangani mengakibatkan terjadinya mastitis pada ibu (Anonymous,2005).
F.Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
G.HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian bendungan ASI pada ibu menyusui.