• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Mesin Pencampur Kelapa Parut Dan Air Pada Alat Pemeras Santan Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Mesin Pencampur Kelapa Parut Dan Air Pada Alat Pemeras Santan Kelapa"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN MESIN PENCAMPUR KELAPA PARUT

DAN AIR PADA ALAT PEMERAS SANTAN KELAPA

DRAFT TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh:

BAGINDA AMIN SAGALA NIM: 090423023

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Kegiatan penelitian dilakukan di CV. Cendana Baru yang beralamat di

Jalan Cendana Baru No.5 Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

CV. Cendana Baru ini merupakan suatu tempat yang menyediakan sarana bagi

mahasiswa yang ingin melakukan kegiatan rancang bangun.

Tugas Sarjana ini berjudul “PERANCANGAN MESIN PENCAMPUR

KELAPA PARUT DAN AIR PADA ALAT PEMERAS SANTAN

KELAPA”. Tugas sarjana ini bertujuan memenuhi persyaratan akademis

penyelesaian program Sarjana Teknik, Departemen Teknik Industri, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna

dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini dan

penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Medan, Januari 2013

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tiada hentinya

terucap atas selesainya Tugas Sarjana ini. Banyak pihak yang telah membantu

penulis baik berupa bimbingan dan bantuan moril serta materi sehingga Tugas

Sarjana ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih terutama kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku dosen wali

penulis yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini, dukungan

dan motivasi serta perhatian yang diberikan kepada penulis dalam menjalani

kegiatan akademis.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T. selaku Koordinator Tugas Sarjana yang telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian

Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc. selaku Koordinator Tugas Sarjana

sekaligus Dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, dan masukan

serta ilmu yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Ir. Nazlina, M.T. selaku Dosen Pembimbing II dan keluarga atas

kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan dan

masukan serta ilmu yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas

(7)

5. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, M.T. selaku Dosen Pembanding I dan Ibu

Ir. Anizar, M.Kes. selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan

pengarahan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana

ini.

6. Ibunda Esmeide Saragih dan Ayahanda Alm. Ir. Mangadi Sagala yang selalu

ada dan selalu memberikan semangat dalam bentuk apapun kepada penulis

dan selalu memberikan dukungan sepenuhnya dan doa untuk kelancaran

dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

7. Abangnda Deddy J.F. Sagala, S.E. beserta keluarga, Kakanda Santhy H

Sagala, Amd. beserta keluarga, teristimewa buat Kakanda Elvina Winda

Sagala, S.H. dan keluarga, Kakanda Agape F.Y. Sagala, Amd. dan keluarga

yang tak pernah letih membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

Tugas Sarjana ini.

8. Bapak Tut Wuri Handayani, S.T Direktur CV. Cendana Baru serta karyawan

yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

9. Om Andi yang selalu bersedia mengajari penulis dalam penyelesaian hasil

perancangan pada Tugas Sarjana ini.

10.Bapak Ir. A. Jabbar Rambe, M.Eng. selaku koordinator bidang Ergonomi dan

Dasar Perancangan.

11.Adinda tersayang Asti R Nainggolan yang selalu ada dan bersedia untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini baik doa,

(8)

12.Seluruh staff dan pegawai Departemen Teknik Industri Bang Tumijo, Bang

Nurmansyah, Bang Ridho dan Kak Dina atas bantuan dan tenaga yang telah

diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini

13.Sahabat-sahabat penulis Imam Ghazali, S.T. Jubel Hutagalung, S.T.

Nedi Abdillah, S.T. Deddy Nuela Sitepu, S.T. Dedi Susilo, S.T. Afriza

Sembiring, S.T. Wahyu Prasetyo Tarigan, Ridho Hurairah Tanjung, Dejoi

Situngkir, Doli Sinaga, Jevlen Simarmata yang tak bosan-bosannya memberi

dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

14.Herry Mayer Tambunan, Ventus Manurung, S.T. Okdi Sitepu, Adventinus

Telaumbanua, Deny Panggabean, Evalina Hutahaean, Mely Sitorus, S.T.

Gio F Tarigan, Lambok Tambunan, Ronny Nababan, Ahmad Yudi Arfan,

Liber Sibarani, S.T. Nita Silvya, S.T. Joni Nababan, Erinaldo Gultom, S.T.

dan seluruh teman-teman Ekstensi Stambuk 2009 yang namanya tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima

kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013

(9)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-3

1.4. Manfaat Penelitian ... I-3

1.5. Batasan Masalah ... I-4

1.6. Asumsi yang Digunakan ... I-4

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1

2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-1

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-1

2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-2

2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-3

2.4. Proses Produksi ... II-3

2.4.1. Bahan Baku ... II-4

2.4.2. Bahan Penolong ... II-4

2.4.3. Bahan Tambahan ... II-5

2.5. Mesin dan Peralatan ... II-6

2.5.1. Mesin Produksi ... II-6

2.5.2. Peralatan ... II-9

III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Tanaman Kelapa ... III-1

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

3.2. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... III-5 3.3. RULA (Rapid Upper Limb Assessment) ... III-6 3.4. Antropometri...III-11

3.4.1. Tiga Prinsip dalam Penggunaan Data Antropometri...III-12

3.4.2. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan

Data Antropometri...III-14

3.5. Viskositas...III-16

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1.Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Objek Penelitian ... IV-1

4.4. Variabel Penelitian ... IV-2

4.4.1. Defenisi Operasional ... IV-2

4.5. Instrumen Penelitian... IV-4

4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-5

4.7. Pengumpulan Data ... IV-5

4.7.1. Data Primer ... IV-5

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

4.8. Pengolahan Data... IV-6

4.9. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6

4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-6

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual Pencampuran ... V-1

5.1.2. Data Keluhan Musculoskeletal ... V-3

5.1.3. Data Antropometri... V-9

5.1.4. Data Kuantitas Santan dan Viskositas Santan ... V-12

5.2. Pengolahan Data... V-13

5.2.1. Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA ... V-13

5.2.2. Data Antropometri... V-17

5.2.1.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi

Nilai Maksimum dan Nilai Minimum ... V-17

5.2.3. Perancangan Produk ... V-27

5.2.4. Proses Pencampuran Kelapa Parut dan Air Hangat

Menggunakan Mesin Pencampur Usulan ... V-30

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

5.2.6. Waktu Siklus ... V-36

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Tingkat Keluhan Muskuloskeletal ... VI-1

6.2. Analisis Postur Kerja Usulan Menggunakan Metode RULA ... VI-3

6.3. Analisis Data Antropometri ... VI-6

6.4. Analisis Perbandingan Kuantitas Santan dan Viskositas Santan ... VI-6

6.5. Perbandingan Metode Kerja Aktual dan Metode Kerja Usulan... VI-8

6.6. Perancangan Standard Operating Procedure (SOP) ... VI-10

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Jumlah Tenaga Kerja... II-3

3.1. Komposisi Buah Kelapa ... III-2

3.2. Kandungan Nutrisi Santan Kelapa untuk Penyajian 107gr ... III-4

3.3. Skor Lengan Atas RULA ... III-8

3.4. Skor Lengan Bawah RULA ... III-8

3.5. Skor Pergelangan Tangan RULA ... III-9

3.6. Skor Leher RULA ... III-9

3.7. Skor Punggung RULA ... III-10

3.8. Skor Kaki RULA ... III-10

3.9. Kategori Tindakan RULA ... III-11

3.10. Macam Percentile dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal ... III-15 5.1. Data Standard Nordic Questionniare (SNQ) Operator ... V-5

5.2. Rekapitulasi Hasil SNQ ... V-8

5.3. Data Antropometri Operator ... V-11

5.4. Kuantitas Santan dan Viskositas Santan dengan Pencampuran

Menggunakan Tangan dan Pemerasan Menggunakan Alat Peras

Aktual ... V-13

5.5. Kuantitas Santan dan Viskositas Santan dengan Pencampuran

(15)

5.6. Skor Lengan Atas RULA ... V-15

5.7. Rekapitulasi Postur Kerja Grup A RULA ... V-16

5.8. Skor Berat dan Otot RULA ... V-16

5.9. Total Skor Grup A ... V-16

5.10. Skor Leher RULA ... V-17

5.11. Rekapitulasi Postur Kerja Grup B RULA ... V-18

5.12. Skor Berat dan Otot RULA ... V-18

5.13. Total Skor Grup B ... V-18

5.14. Rekapitulasi Grup A dan Grup B RULA ... V-18

5.15. Kategori Tindakan RULA ... V-19

5.16. Hasil Pengukuran dengan X,σ,Xmin dan Xmax………..…….

5.17. Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Tinggi Siku Berdiri (TSB) ... V-22

V-21

5.18. Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Tinggi Siku Berdiri (TSB)

Revisi I ... V-25

5.19. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data ... V-27

5.20. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data ... V-27

5.21. Uji Chi-Square ... V-29 5.22. Kuantitas Santan dan Viskositas Santan dengan Menggunakan Mesin

Pencampuran Usulan ... V-34

5.23. Metode Kerja Pencampur Aktual ... V-35

5.24. Metode Kerja Pencampur Usulan ... V-35

(16)

6.1. Skor Lengan Atas RULA ... VI-3

6.2. Rekapitulasi Postur Kerja Usulan Grup A RULA ... VI-4

6.3. Skor Leher RULA ... VI-5

6.4. Rekapitulasi Postur Kerja Usulan Grup B RULA ... VI-5

6.5. Rekapitulasi Postur Kerja Usulan Grup A dan Grup B RULA ... VI-5

6.6. Kategori Tindakan RULA Usulan ... VI-6

6.7. Kuantitas Santan dan Viskositas Santan dengan Pencampuran

Menggunakan Tangan dan Pemerasan Menggunakan Alat Peras

Aktual ... VI-7

6.8. Kuantitas Santan dan Viskositas Santan dengan Pencampuran

dan Pemerasan Menggunakan Menggunakan Tangan ... VI-7

6.9. Kuantitas Santan dan Viskositas Santan dengan Menggunakan Mesin

Pencampuran Usulan ... VI-8

6.10. Metode Kerja Aktual ... VI-8

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Struktur Organisasi CV. Cendana Baru ………II-2

3.1. Buah Kelapa ... III-2

3.2. Standard Nordic Questionnaire ... III-6 3.3. Postur Lengan Atas RULA ... III-7

3.4. Postur Lengan Bawah RULA... III-8

3.5. Postur Pergelangan Tangan RULA ... III-8

3.6. Postur Leher RULA ... III-9

3.7. Postur Punggung RULA ... III-10

3.8. Kurva Distribusi Normal dengan Persentil 95-th ... III-15

3.9. House of Quality ... III-30

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian……….IV-2

4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-7

5.1. Mengaduk Kelapa Parut Sebelum Dicampur Air... V-1

5.2. Menuang Air ke Dalam Ember yang Berisi Kelapa Parut ... V-2

5.3. Mencampur Kelapa Parut yang Telah Ditambahkan Air ... V-2

5.4. Meremas Campuran Sebelum Proses Pemerasan ... V-3

5.5. Hasil Penyebaran SNQ Pekerja ... V-7

5.6. Postur Tubuh Operator Mengaduk Kelapa Parut ... V-14

(18)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

Gambar Halaman

5.8. Postur Tubuh Operator Mencampur Kelapa Parut ... V-16

5.9. Penilaian Leher RULA ... V-16

5.10. Kurva Tinggi Siku Berdiri (TSB) ... V-22

5.11. Kurva Tinggi Siku Berdiri (TSB) Revisi I ... V-25

5.12. Mesin Pencampur Kelapa Parut dan Air Usulan 3 Dimensi ... V-29

5.13. Dimensi Mesin Pencampur Kelapa Parut dan Air Usulan ... V-29

5.14. Mesin Pencampur Kelapa Parut dan Air Usulan... V-30

5.15. Proses Memasukan Kelapa Parut ke Dalam Wadah Pencampur ... V-31

5.16. Proses Memasukan Air Hangat ke Dalam Wadah Pencampur ... V-31

5.17. Proses Meletakan Wadah Pencampur ... V-32

5.18. Proses Pencampuran... V-32

5.19. Proses Mengeluarkan Wadah Pencampur ... V-33

5.20. Proses Mengeluarkan Hasil Pencampuran ... V-33

6.1. Hasil Penilaian SNQ Menggunakan Mesin Pencampur Usulan………….VI-1

6.2. Postur Tubuh Operator Pada Proses Pencampuran

Menggunakan Mesin Pencampur Usulan………...………….VI-3

6.3. Penilaian Lengan Atas RULA ... VI-3

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Standard Nordic Questionnaire ... L-1 2. Postur Kerja Aktual Menggunakan Metode RULA ... L-2

3. Postur Kerja Usulan Menggunakan Metode RULA ... L-11

4. Peta Kontrol Dimensi Tubuh Antropometri ... L-16

5. Tabel Distribusi Normal ... L-17

(20)

ABSTRAK

Santan merupakan cairan yang berwarna putih dan kental, yang diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah diparut atau dihancurkan dengan penambahan air. Dalam industri makanan di Indonesia, peran santan sangat penting baik sebagai penambah aroma, cita rasa dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. Pemanfaatan santan pada umumnya adalah untuk bahan campuran masakan baik di rumah tangga, restoran maupun industri rumahan, seperti pembuatan panganan seperti kue. Dalam proses pencampuran daging kelapa parut dan air untuk menghasilkan santan kelapa, kebanyakan masih menggunakan cara tradisonal dengan cara meremas-remas kelapa parut dengan tujuan agar santan yang dapat dihasilkan menjadi lebih banyak dan selanjutnya dilakukan proses pemerasan dengan menggunakan tangan ataupun menggunakan alat pemeras untuk menghasilkan santan yang diinginkan. Cara tersebut meyebabkan beberapa keluhan anggota tubuh yang dialami oleh pedagang santan yang ada di pasar ketika melakukan proses pencampuran.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah merancang mesin pencampur kelapa parut dan air hangat guna menghilangkan keluhan yang dialami pedagang santan dan dapat meningkatkan kuantitas santan dan viskositas santan.

Sebelum usulan perancangan mesin pencampur kelapa parut dan air hangat dibuat, tahapan yang dilakukan yaitu penilaian keluhan yang dialami operator pemeras santan dengan melakukan penyebaran kuisioner SNQ, melakukan penilaian level tindakan dengan metode RULA, selanjutnya dilakukan penentuan dimensi antropometri yang sesuai untuk perancangan mesin pencampur dan perhitungan waktu siklus.

Setelah perancangan mesin pencampur dibuat, dilakukan pengujian terhadap mesin pencampur dan diperoleh kenaikan kuantitas santan yang terjadi selama proses pencampuran sebanyak 20% dengan putaran mesin pencampur 1000 rpm dan kenaikan sebanyak 30% dengan putaran mesin pencampur 1500 rpm. Kenaikan juga terjadi pada tingkat viskositas santan melalui proses pencampuran sebelum dilakukan proses pemerasan kelapa parut.

(21)

ABSTRAK

Santan merupakan cairan yang berwarna putih dan kental, yang diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah diparut atau dihancurkan dengan penambahan air. Dalam industri makanan di Indonesia, peran santan sangat penting baik sebagai penambah aroma, cita rasa dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. Pemanfaatan santan pada umumnya adalah untuk bahan campuran masakan baik di rumah tangga, restoran maupun industri rumahan, seperti pembuatan panganan seperti kue. Dalam proses pencampuran daging kelapa parut dan air untuk menghasilkan santan kelapa, kebanyakan masih menggunakan cara tradisonal dengan cara meremas-remas kelapa parut dengan tujuan agar santan yang dapat dihasilkan menjadi lebih banyak dan selanjutnya dilakukan proses pemerasan dengan menggunakan tangan ataupun menggunakan alat pemeras untuk menghasilkan santan yang diinginkan. Cara tersebut meyebabkan beberapa keluhan anggota tubuh yang dialami oleh pedagang santan yang ada di pasar ketika melakukan proses pencampuran.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah merancang mesin pencampur kelapa parut dan air hangat guna menghilangkan keluhan yang dialami pedagang santan dan dapat meningkatkan kuantitas santan dan viskositas santan.

Sebelum usulan perancangan mesin pencampur kelapa parut dan air hangat dibuat, tahapan yang dilakukan yaitu penilaian keluhan yang dialami operator pemeras santan dengan melakukan penyebaran kuisioner SNQ, melakukan penilaian level tindakan dengan metode RULA, selanjutnya dilakukan penentuan dimensi antropometri yang sesuai untuk perancangan mesin pencampur dan perhitungan waktu siklus.

Setelah perancangan mesin pencampur dibuat, dilakukan pengujian terhadap mesin pencampur dan diperoleh kenaikan kuantitas santan yang terjadi selama proses pencampuran sebanyak 20% dengan putaran mesin pencampur 1000 rpm dan kenaikan sebanyak 30% dengan putaran mesin pencampur 1500 rpm. Kenaikan juga terjadi pada tingkat viskositas santan melalui proses pencampuran sebelum dilakukan proses pemerasan kelapa parut.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman serbaguna yang memiliki

nilai ekonomis yang tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan manusia. Buah dari tanaman kelapa ini dapat diolah menjadi

berbagai macam produk, salah satunya adalah santan. Santan merupakan cairan

yang berwarna putih dan kental, yang diperoleh dengan cara memeras daging

kelapa tua segar yang telah diparut atau dihancurkan dengan atau tanpa

penambahan air. Dalam industri makanan di Indonesia, peran santan sangat

penting baik sebagai penambah aroma, cita rasa dan perbaikan tekstur bahan

pangan hasil olahan. Pemanfaatan santan pada umumnya adalah untuk bahan

campuran masakan baik di rumah tangga, restoran maupun industri rumahan,

seperti pembuatan panganan seperti kue.

Dalam proses pemerasan daging kelapa parut untuk menghasilkan santan

kelapa, kebanyakan masih menggunakan cara tradisonal (skala industri rumah

tangga) sehingga santan yang diperoleh dalam jumlah yang sedikit. Cara

tradisional yang dimaksud adalah selama melakukan proses pencampuran kelapa

dengan air masih menggunakan tangan. Tetapi proses tersebut dapat

mengakibatkan santan yang akan dihasilkan akan cepat basi dikarenakan

terkontaminasi oleh tangan selama proses pencampuran. Berdasarkan hasil

(23)

pedagang kelapa yang berada di Pasar Pringgan, dalam sehari pedagang tersebut

mampu memeras kelapa lebih kurang 500 buah. Sebelum pemerasan dilakukan,

pedagang melakukan pencampuran kelapa parut dan air dengan menggunakan

tangan. Selama proses pencampuran pedagang sering mengalami keluhan pada

bagian tangan, lengan dan bahu. Hal tersebut dikarenakan adanya kontraksi otot

selama melakukan proses tersebut. Otot-otot akan menegang dan pembuluh darah

akan mengecil dan menimbulkan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cedera

pada sistem musculoskeletal. Keluhan ini berupa rasa nyeri pada bagian-bagian otot skeletal yang mendapat pembebanan yang melebihi batas kemampuan

pekerja.

Untuk memperbaiki hasil pencampuran kelapa parut dan air, maka peneliti

melakukan suatu terobosan. Terobosan tersebut adalah merancang mesin

pencampuran kelapa parut dan air. Diharapkan dengan adanya mesin pencampur

ini dapat meminimalisir keluhan yang dialami pekerja, meningkatkan kualitas

santan, kuantitas santan dan meningkatkan kekentalan santan

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya yaitu:

1. Bagaimana proses pencampuran kelapa parut dan air yang dilakukan

dengan menggunakan mesin pencampur, sehingga kuantitas santan yang

(24)

2. Berapa peningkatan kuantitas santan dan viskositas yang dapat dihasilkan

dengan menggunakan mesin pencampur jika dibandingkan tanpa proses

pencampuran terlebih dahulu?

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah perancangan mesin pencampur kelapa

parut dan air agar dapat memudahkan waktu proses pemerasan, meningkatkan

kuantitas santan dan viskositas santan.

Untuk mencapai tujuan dari penelitian, maka sasaran penelitian ini adalah:

1. Menentukan jumlah air dan jumlah kelapa parut.

2. Mengetahui peningkatan kualitas santan, kuantitas santan dan mengetahui

nilai viskositasnya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan informasi tentang proses pencampuran kelapa parut

dan air sebelum dilakukan proses pemerasan untuk menghasilkan santan.

2. Meningkatkan pendapatan bagi pedagang santan tanpa merugikan

konsumen yang akan mempergunakan santan tersebut.

3. Diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber bacaan baik untuk

kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan kajian pembelajaran dan

(25)

1.5. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, batasan masalah yang dilakukan untuk mencapai

tujuan dari penelitian adalah:

1. Dalam penelitian ini, kekuatan pengelasan, dan proses manufaktur yang

digunakan untuk membuat mesin ini tidak dibahas.

2. Dalam penelitian ini, tidak dibahas mengenai jenis-jenis dari kelapa yang

digunakan sebagai bahan penelitian.

3. Air yang digunakan untuk pencampuran adalah air hangat.

1.6. Asumsi yang Digunakan

Asumsi-asumsi yang dapat digunakan dalam membahas permasalahan

tersebut antara lain:

1. Alat pencampur kelapa parut dan air yang digunakan bekerja dalam

keadaan baik.

2. Umur kelapa parut yang digunakan selama penelitian dianggap sama.

3. Halus dan kasarnya daging kelapa yang diparut selama penelitian dianggap

(26)

1.7. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika penulisan tugas sarjana ini disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang

permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas sarjana.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pada bab ini akan diuraikan

sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen.

BAB III LANDASAN TEORI. Pada bab ini diuraikan mengenai

tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis

pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini berisi tahapan-tahapan

penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas sarjana.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini

memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan

pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan

pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH. Pada bab ini akan dianalisis

hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisikan kesimpulan yang

dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

CV. Cendana Baru merupakan usaha yang bergerak dibidang perancangan

alat yang didirikan oleh Bapak Tut Wuri Handayani, S.T sejak tahun 1990.

CV. Cendana Baru berlokasi di Jalan Cendana Baru No.5 Kecamatan Batang

Kuis, Kabupaten Deli Serdang.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

CV. Cendana Baru merupakan salah satu usaha yang tergolong dalam

Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak dalam bidang industri pengelasan.

CV. Cendana Baru membuat beberapa macam produk antara lain alat pemeras

kelapa, mesin pengaduk nira, mesin pencacah sampah, dan mesin-mesin alat

pertanian lainnya. Produk ini diproduksi untuk dijual dengan ukuran yang sudah

ada dan juga dapat membuat produk yang berdasarkan permintaan konsumen.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerja

sama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk

(28)

jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur

organisasi, sehinga para pegawai dan karyawan mengetahui dengan jelas apa

tugas yang harus dilakukan, dari siapa perintah diterima dan kepada siapa harus

bertanggung jawab.

CV. Cendana Baru memiliki struktur organisasi yang berbentuk lini.

Bentuk lini atau hubungan garis ditunjukkan dengan hubungan pimpinan (pemilik

usaha) kepada operator masing-masing stasiun kerja yang dibawahnya, mereka

hanya betanggung jawab kepada satu pimpinan. Struktur organisasi di

CV. Cendana Baru dapat dilihat pada Gambar 2.1.

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR TEKNIK DIREKTUR KEUANGAN

MANAGER PEMASARAN WORKSHOP ENGINEER

SITE MANAGER

SAFETY OFFICER SUPERVISOR

WORKERS WORKERS

Sumber: CV. Cendana Baru

(29)

2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja di CV. Cendana Baru pada saat ini berjumlah 15

orang. Dengan uraian jumlah operator setiap bagiannya seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja

Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

Direktur Utama 1

Direktur Teknik 1

Direktur Keuangan 1

Site Manager 1

Safety Officer 1

Supervisor 1

Workers 9

Total 15

Sumber : CV. Cendana Baru

Hari kerja di CV. Cendana Baru sebanyak 6 (enam) hari kerja dari hari

Senin sampai hari Sabtu. Jam kerja setiap hari dimulai pukul 08.00 WIB sampai

pukul 17.00 WIB dengan waktu istirahat selama 1 (satu) jam dimulai pukul 12.00

WIB sampai pukul 13.00 WIB.

2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas

Sistem pengupahan di CV. Cendana Baru tergantung pada posisi kerja

operator. Untuk operator bagian pengelasan dibayar secara harian, untuk operator

bagian pemotongan dibayar secara mingguan. Operator tidak diberikan fasilitas

(30)

2.4. Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (mengalami

perubahan bentuk secara fisik dan kimia) yang mengubah input yang berupa bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output

sehingga memiliki nilai tambah.

CV. Cendana Baru merupakan perusahaan pembuat mesin-mesin

pertanian. Seperti mesin pengaduk nira, mesin pemeras santan, alat pencetak

briket, serta mesin- mesin lain sesuai dengan pesanan pelanggan. Proses

pengerjaan dilakukan dengan menggunakan mesin semi otomatis dan peralatan

manual.

2.4.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama atau bahan dasar yang digunakan dalam

suatu proses produksi, dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan

fisik maupun kimia yang langsung ikut dalam proses produksi sampai

dihasilkannya barang jadi.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai produk adalah plat

besi.

2.4.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi

yang sifatnya hanya membantu atau mendukung kelangsungan produksi untuk

(31)

secara tidak langsung mempengaruhi kualitas dan fungsi produk. Bahan penolong

yang digunakan pada proses produksi, yaitu:

a. Thinner.

Thinner digunakan untuk membantu mempercepat proses pengeringan cat dan

juga membersihkan plat yang terkena cairan yang tidak di inginkan.

b. Argon.

Argon digunakan untuk melakukan proses pengelasan dengan metode GTAW

(Gas tungsten Arc Welding) sebagai las permulaan atau las akar.

c. Oksigen.

Oksigen digunakan untuk proses pemotongan plat yang ukurannya tebal dari 3

mm sampai 22 mm.

d. Air

Air digunakan untuk cairan pendingin pada saat proses pengeboran

berlangsung sehingga mata bor tidak mengalami keausan dan juga digunakan

untuk pendiginan pada saat pengelasan.

2.4.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada produk akhir yang

berfungsi sebagai pelengkap dan memberikan citra pada produk akhir. Adapun

(32)

a. Elektroda

Elektroda digunakan pada proses pengelasan atau pada saat penggabungan

antara plat/ besi yang satu dengan yang lainnya.

b. Cat

Cat yang digunakan berupa cat kaleng khusus untuk besi. Dimana cat ini

digunakan untuk selain sebagai pelapis untuk rangka juga untuk penanda

komponen yang sedang dikerjakan.

2.5. Mesin dan Peralatan

2.5.1. Mesin Produksi

Mesin produksi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan produksi

pada CV. Cendana Baru adalah sebagai berikut:

1. Mesin Potong Manual

Mesin potong manual adalah mesin yang digunakan untuk memotong plat paja

yang tebal. Ukuran ketebalan yang dipotong untuk mesin potong manual ini

adalah 3 mm sampai 22 mm.. Berikut ini adalah spesifikasi mesin potong

manual yaitu :

Merek : Stako

(33)

2. Mesin Gerinda Tangan

Gerinda tangan adalah mesin yang berfungsi sebagai penghalus permukaan plat

dan sambungan las. Mesin gerinda ini digerakkan dengan motor listrik. Berikut

ini adalah spesifkasi mesin gerinda tangan yaitu :

Merek : Techno

Putaran : 1420 rpm

Daya : 1,2 Kw

Arus : 22 A

Tegangan : 380 V

Buatan : Jepang

Jumlah : 5 Unit

3. Mesin Gerinda Berdiri

Mesin gerinda berdiri adalah mesin yang berfungsi menajamkan dan

membentuk mata pahat. Mesin gerinda berdiri memiliki penggerak motor

listrik. Mata gerinda terdiri dari duah unit yang terletak dikanan dan kiri

Berikut ini adalah spesifikasi mesin gerinda berdiri yaitu:

Merek : Chuang

Putaran : 1440 rpm

(34)

Tegangan : 380 V

Cos φ : 0,85

Buatan : China

Jumlah : 2 Unit

4. Mesin Rolling

Mesin Rolling motor adalah mesin yang berfungsi untuk membulatkan plat baja. Ketebalan lembaran plat baja yang biasa dibulatkan ialah 22 mm. Mesin

ini memiliki tiga pasang roller dimana penggeraknya adalah motor listrik. Berikut ini adalah spesifikasi mesin Rolling yaitu:

Model : RM-3 ( 1 unit)

Putaran : 1450 rpm

Daya : 1,2 Kw

Merek : Perfekt

Buatan : Rusia

5. Mesin Las Listrik

Mesin las listrik berfungsi sebagai pembawa arus listrik ke tangkai elektroda.

(35)

Model : WM (10 unit)

Daya : 5,5 KW

Tegangan : 380 V

Buatan : Jepang

Jumlah : 5 Unit

6. Mesin Bor

Mesin bor adalah mesin melubangi drum shell.. Berikut ini adalah spesifikasi

dari mesin bor yaitu :

Model : DM (2 unit)

Type : VR 82

Kecepatan : 3 HP

Tegangan : 220 V

Buatan : Rusia

7. Mesin Potong Pipa

Mesin ini berfungsi untuk memotong pipa header yang berdiameter besar.

Berikut ini adalah spesifikasi mesin potong yaitu :

Merek : Webber

(36)

Daya : 0,6

Arus : 3,6 A

Frekuensi : 50 Hz

Kecepatan : 6 HP

Buatan : Belgia

8. Mesin kompresor (5 Unit)

Tegangan : 380 V

Arus : 3 A

Frekuensi : 50 Hz

Putaran : 750 rpm

9. Mesin Bubut horizontal

Merek : Weipert

Tegangan : 380 V

Arus : 3 A

Frekuensi : 50 Hz

Putaran : 750 rpm

(37)

2.5.2. Peralatan

Peralatan yang mendukung kelancaran proses produksi pada perusahaan

CV. Cendana Baru adalah :

1. Kereta sorong

Kereta sorong digunakan sebagai peralatan untuk memindahkan barang dengan

jarak yang dekat dan jumlah yang sedikit.

2. Timbangan

Timbangan berfungsi untuk multicyclon yang akan bawa dari pemasok. Timbangan yang digunakan adalah timbangan ukuran 1 ton sebanyak 1 unit.

3. Alat angkut Forklift

Forklift digunakan untuk memindahkan barang-barang yang banyak dan dengan jumlah yang besar. Forklift biasa digunakan dalam hal memindahkan

produk dari ruang produksi ke gudang produk jadi, dan memindahkan produk

(38)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Tanaman Kelapa

Kelapa (Cocos Nucifera L) merupakan komoditas strategis yang memiliki

peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat

diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman

kelapa mempunyai manfaat yang besar. Demikian besar manfaat tanaman kelapa

sehingga ada yang menamakannya sebagai pohon kehidupan (the tree of life) atau

pohon surga (a heaven tree) (Asnawi dan Darwis 1985). Kelapa selain dijuluki sebagai pohon kehidupan, juga menamakannya sebagai pohon surga. Kelapa

merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Salah

satu bagian kelapa yang mempunyai banyak manfaat adalah daging buah

(Palungkung, 2004). Banyak sekali produk-produk yang dapat dihasilkan oleh

kelapa antara lain santan, gula, air kelapa segar, lidi, janur, dan daging kelapa.

Selain itu masih ada lagi produk yang dihasilkan dari tanaman kelapa seperti

arang, sabut, dan industri kerajinan tangan. Bahkan limbah pengolahan minyak

kelapa juga masih dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Buah kelapa berbentuk bulat memanjang dengan ukuran kurang lebih

sebesar kepala manusia. Buah kelapa berdasarkan umurnya dibagi tiga golongan,

yaitu kelapa muda, kelapa setengah tua dan kelapa tua. Buah kelapa muda

(39)

berumur 11-13 bulan (Nainggolan dan Sitinjak, 1977). Komposisi buah kelapa tua

terdiri dari 35 persen sabut, 12 persen tempurung, 28 persen daging buah dan 25

[image:39.595.201.389.202.332.2]

persen air buah (Djatmiko et. al., 1981).

Gambar 3.1. Buah kelapa

Daging buah kelapa kaya akan lemak dan karbohidrat, serta protein dalam

jumlah sedang. Daging buah kelapa adalah bagian yang paling banyak digunakan

untuk produk pangan. Daging buah kelapa merupakan salah satu sumber minyak

dan protein yang penting. Daging buah kelapa dapat diolah menjadi kopra,

minyak dan santan. Komposisi kimia daging buah kelapa bervariasi menurut

tingkat kematangan dan varietas buah kelapa. Kadar lemak tertinggi terdapat pada

daging buah kelapa tua. Protein daging buah kelapa mempunyai nilai yang tinggi

karena mengandung beberapa asam amino esensial. Adapun komposisi buah

kelapa terdapat pada Tabel 3.1. berikut.

Tabel 3.1. Komposisi Buah Kelapa

Kandungan Buah Kelapa Kelapa Muda Kelapa Setengah Tua Kelapa Tua

Kalori (kal) 68 180 359

Air (gr) 83,3 70 46,9

Protein (gr) 1 4 3,4

Lemak (gr) 0,9 15 34,7

(40)

Tabel 3.1. Komposisi Buah Kelapa (lanjutan)

Kandungan Buah Kelapa Kelapa Muda Kelapa Setengah Tua Kelapa Tua

Kalsium (mg) 7 8 21

Fosfor (mg) 30 55 98

Besi (mg) 1 1,3 2

Vitamin A (SI) 0 10 0

Vitamin B1 (mg) 0,06 0,05 0,1

Vitamin C (mg) 4 4 2

Sumber: Direktorat Gizi 1981

Supadi dan Nurmanaf (2006) menjelaskan bahwa kelapa merupakan

tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas dibanding karet

dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budi daya setelah

padi. Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha atau 26% dari 14,20 juta ha

total areal perkebunan. Sekitar 96,60% pertanaman kelapa dikelola oleh petani

dengan rata-rata pemilikan 1 ha/KK (Allorerung dan Mahmud 2003), dan

sebagian besar diusahakan secara monokultur (97%), kebun campuran atau

sebagai tanaman pekarangan.

3.1.1. Santan Kelapa

Santan kelapa merupakan cairan putih kental hasil ekstraksi dari kelapa

yang dihasilkan dari daging kelapa yang diparut dan kemudian diperas dengan

penambahan air. Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa

yang menyedapkan masakan menjadi gurih. Santan juga mudah rusak jika

dipanaskan pada suhu yang relatif tinggi. Hal ini biasanya tidak diinginkan, untuk

mengatasi masalah ini biasanya santan terus diaduk selama pemanasan ketika

santan mulai mendidih. Pemarutan merupakan tahap pendahuluan dalam

memperoleh santan. Pemarutan bertujuan untuk menghancurkan daging buah dan

(41)

jaringan tersebut. Pemerasan dengan menggunakan tangan untuk memberikan

tekanan pada hasil parutan dan memaksa santan keluar dari jaringan.

Santan kelapa mengandung tiga nutrisi utama, yaitu lemak sebesar 88,3%,

protein sebesar 6,1% dan karbohidrat sebesar 5,6%. Kandungan nutrisi santan

kelapa dengan penyajian 107 gram (200 kalori) berdasarkan % daily value dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut.

Tabel 3.2. Kandungan Nutrisi Santan Kelapa untuk Penyajian 107gr

Kandungan Berat % daily value

Total lemak Lemak jenuh Lemak trans

Lemak polyunsaturated Lemak monounsaturated Kalori dari lemak

17,41 g 12,44 g 0 g

0 g 0 g 149,27 kalori

26,8 62,2

Kolesterol 0 mg 0

Natrium 18,66 mg 0

Total Karbohidrat Total serat diet Total gula 2,49 g 0 g 0,62 g 0 0

Protein 2,49 g 0

Vitamin A 0 IU 0,7

Vitamin C 0 mg 0,8

Kalsium 0 mg 0

Besi 0,9 mg 0

Energi = 781.22 KJ

(Sumber: Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, 4-5 Agustus 2010 ISSN : 1411-4216)

Ada tiga jenis santan kelapa instan yang beredar di pasaran, yaitu santan

kelapa cair, santan kelapa pasta dan santan kelapa bubuk. Santan kelapa pasta

merupakan produk instan yang langsung digunakan atau dilarutkan dengan air

(42)

mempunyai masa simpan selama enam bulan dan setelah dibuka, santan kelapa

harus disimpan dalam lemari es untuk digunakan sewaktu-waktu. Selain santan

kelapa pasta, ada juga santan kelapa bubuk. Santan kelapa bubuk sudah banyak

digunakan untuk menggantikan santan kelapa segar untuk bahan pangan atau

minuman di skala rumah tangga dan industri pangan dengan melarutkannya dalam

air. Saat ini juga banyak dijual santan instan atau siap saji dengan cara

pemakaiannya hanya menambahkan air lalu dimasak. Penggunaan santan di

Indonesia sangat luas, diantaranya digunakan dalam pembuatan makanan seperti

rendang, opor, dodol, agar-agar, dan lain sebagainya.

3.2. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui

hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Salah satunya

adalah melalui Standard Nordic Questionnaire (SNQ). Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan

mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS).

Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.1. maka

dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh

(43)

(Sumber: Gempur Santoso, Ergonomi : Manusia, Peralatan dan Lingkungan)

Gambar 3.2. Standard Nordic Questionnaire

3.3. RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan suatu metode

penelitian untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas.

Setiap pergerakan diberi dengan skor yang telah ditetapkan. RULA dikembangkan

NO JENIS KELUHAN

TINGKAT KELUHAN Tidak

Sakit

Agak

Sakit Sakit

Sangat Sakit 0 Sakit kaku di leher bagian atas

1 Sakit kaku di leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan

kiri

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki

kanan

[image:43.595.93.545.147.559.2]
(44)

sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur kerja yang merupakan faktor

resiko (risk factors). Metode ini didisain untuk menilai para pekerja dan

mengetahui beban musculoskeletal yang kemungkinan dapat menimbulkan gangguan pada anggota badan atas.

Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan 3 tabel skor

dalam menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah diinvestigasi

dijelaskan oleh Mc. Phee sebagai faktor beban eksternal yaitu jumlah pergerakan,

kerja otot statik, tenaga, penentuan postur kerja oleh peralatan, waktu kerja tanpa

istirahat.

Dalam mempermudah penilaiannya maka tubuh dibagi atas 2 segmen

yaitu grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Sedangkan grup B terdiri dari leher (neck), punggung

(trunk), dan kaki (legs). Berikut ini adalah penilaian postur kerja berdasarkan metode RULA.

1. Lengan Atas (Upper Arm)

(45)

Tabel 3.3. Skor Lengan Atas RULA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200

1 ke depan maupun ke

belakang tubuh

+ 1 jika bahu naik +1 jika lengan berputar /

bengkok >210 (ke belakang) atau 21-450 2

46 - 900 3

> 910 4

2. Lengan Bawah (Lower Arm)

[image:45.595.116.489.87.735.2]

Gambar 3.4. Postur Lengan Bawah RULA

Tabel 3.4. Skor Lengan Bawah RULA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

60-1000 1 +1 Jika lengan bawah bekerja

melewati/keluar sisi tubuh <610 atau >1010 2

3. Pergelangan Tangan (Wrist)

(46)
[image:46.595.113.472.98.643.2]

Tabel 3.5. Skor Pergelangan Tangan RULA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi netral 1

+1 jika pergelangan tangan menjauhi sisi tengah

0-150 2

>150 3

4. Leher (Neck)

Gambar 3.6. Postur Leher RULA

Tabel 3.6. Skor Leher RULA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-100 1

+1 jika leher berputar/bengkok

11-200 2

> 210 3

(47)

5. Punggung (Trunk)

[image:47.595.110.471.90.606.2]

Gambar 3.7. Postur Punggung RULA

Tabel 3.7. Skor Punggung RULA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

+1 jika leher berputar/bengkok +1 jika batang tubuh

bungkuk

0-200 2

21-600 3

> 610 4

6. Kaki (Legs)

Tabel 3.8. Skor Kaki RULA

Pergerakan Skor

Posisi normal/seimbang 1

Tidak seimbang 2

Skor dari hasil kombinasi postur kerja diklasifikasikan dalam kategori level

(48)

Tabel 3.9. Kategori Level RULA

Kategori Tindakan Level Tindakan

1-2 Minimum Aman

3-4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan

5-6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

3.4. Antropometri 1

Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya, istilah antropometri

berasal dari " anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti ukuran.

Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan

dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan

memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, berat) yang berbeda satu dengan yang

lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai

pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun

sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang

berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

1

(49)

Istilah antropometri biasanya digunakan oleh para ahli ergonomi dalam

suatu sistem rancangan (design). Rancangan yang digunakan oleh manusia

(design for use by people) meminta para perancang untuk memperhatikan ukuran tubuh manusia dalam pembentukan ruang lingkup dan produk-produk. Penelitian

ini membahas tentang dasar-dasar yang diperlukan dalam mengambil keputusan

ketika merancang suatu produk, dimana ukuran-ukuran antropometri memegang

peranan yang penting dalam suatu kasus perancangan mulai dari pengumpulan

data sampai penggunaan data yang sesuai (starting and finishing).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya perbedaan

karakteristik atau antropometri manusia diantaranya umur, jenis kelamin, suku

bangsa, pekerjaan, kehamilan (pregnancy), cacat tubuh, posisi tubuh.

3.4.1. Tiga Prinsip dalam Penggunaan Data Antropometri

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam

anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya

pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar

rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang

akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil didalam

aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti

diuraikan berikut ini :

1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim.

Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang

dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar

(50)

Dalam perancangan ini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran

produk yaitu :

a. Biasa sesuai dengan untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi

ekstrim dalam arti terlalu besar atau terlalu kecil bila dibandingkan dengan

rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memnuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari

populasi yang ada).

Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun

fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum

dan 95-th untuk dimensi minimumnya.

2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas

tersebut bisa menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua

orang yang mungkin memerlukannya. Disini rancangan bisa dirubah-rubah

ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki

berbagai macam ukuran tubuh.

3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya.

Prinsip ini digunakan apabila perancang berdasarkan harga ekstrim tidak

mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan prinsip

perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim

tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi daripada untungnya artinya

hanya sebagian kecil dari orang-orang yang merasa enak dan nyaman ketika

(51)

tehadap rata-rata ukuran manusia.Problem pokok yang dihadapkan dalam hal ini

justru sedikit sekali yang berbeda dalam ukuran rata-rata.

3.4.2. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri

Data antropometri jelas diperlukan agar rancangan suatu produk bisa sesuai

dengan orang yang mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada

hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya

yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan (job order). Situasi

menjadi berubah manakala lebih banyak lagi produk standar yang harus dibuat untuk

dioperasikan oleh banyak orang. Mengingat ukuran individu akan bervariasi satu

dengan populasi yang menjadi target sasaran produk. Masalah adanya variasi ukuran

sebenarnya akan lebih mudah diatasi jika kita mampu merancang produk yang

memiliki fleksibilitas dan sifat mampu suai dengan suatu rentang ukuran tertentu.

Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan

umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan

berdasarkan harga rata-rata (mean/X ) dan simpangan standarnya (standard

deviation, σx) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka percentile dapat diterapkan sesuai dengan table probalitas distribusi normal. Dengan percentile, maka

yang dimaksudkan disini adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu

dari orang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th

percentile akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau di bawah tersebut, sedangkan 5-th percentiles akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau berada di bawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th akan menggambarkan

(52)

menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu

mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka disini diambil rentang 2,5-th

dan 97,5-thpercentile sebagai batasnya seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.8. berikut.

Gambar 3.8. Kurva Distribusi Normal dengan Persentil 95-th

Pemakaian nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam

perhitungan data antropometri pada Tabel 3.10. berikut.

Tabel 3.10. Macam Percentile dan Cara Perhitungan

dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan

1-st X - 2.325

2.5-th X - 1.96

5-th X - 1.645

10-th X - 1.28

50-th X

90-th X + 1.28

95-th X + 1.645

97.5-th X + 1.96

99-th X + 2.325

(53)

3.4.3. Teknik Sampling

Simple Random Sampling merupakan sampel yang diambil secara random,

yaitu setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Cara yang umum dipakai adalah dengan

mempergunakan tabel random atau dapat juga dipergunakan cara undian.

3.4.4. Ukuran Sampel

Yang perlu diperhatikan bahwa pengambilan sampel harus melebihi

banyaknya variabel yang akan diukur pada populasi tersebut. Ada beberapa cara

untuk mengetahui ukuran sampel yang diambil sebagai perwakilan dari suatu

populasi.

- Pendapat Slovin

Menurut Slovin, jumlah sampel yang dapat diambil adalah:

n =

dengan n adalah ukuran sampel, N ukuran populasi dan e adalah persen

kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih

dapat ditolerir, biasanya 0,02.

3.5. Viskositas

Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan

oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida.

Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi

semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak

(54)

kohesi antar partikel zat cair. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran

fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan

yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki

viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan

memiliki viskositas yang tinggi (Anonim, 2009). Viskositas suatu fluida adalah

sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahanan dalam fluida terhadap

gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai

tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida

yang mempunyai viskositas yang lebih besar (Anonim, 2010). Gejala ini dapat

dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut kekentalan atau

viskositas (viscosity). Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran

tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin

sulit fluida itu mengalir (Anonim, 2010).

Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan

alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang

melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling

mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Bird, 1987: 57).

Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah aliran

laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil

melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran

turbulen, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan

(55)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Perancangan mesin dilakukan di workshop yang beralamat di Jalan

Cendana Baru No. 5 Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Workshop ini merupakan suatu tempat yang menyediakan sarana bagi mahasiswa yang akan

melakukan kegiatan rancang bangun. Dan penelitian ini juga dilakukan di 3 pasar

yang berada di Kota Medan yaitu pedagang santan yang berjualan di Pasar

Pringgan, Pasar Sore Setia Budi dan Pasar Melati. Penelitian terhadap

perancangan mesin ini mulai dilakukan pada tanggal 19 Desember 2011.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif

(Descriptive Research), yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Penelitian deskriptif sering juga disebut sebagai

penelitian survei karena data yang digunakan dikumpulkan dengan teknik

wawancara yang didukung oleh questionnaire ataupun interview guide.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah pencampuran kelapa parut

(56)

kuantitas santan yang dihasilkan dan viskositas santan dengan memperbandingkan

jumlah kelapa parut dan air serta waktu pencampuran.

4.4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menentukan perbandingan campuran

kelapa parut dan air serta waktu pencampuran, untuk meningkatkan kuantitas

santan dan viskositas santan yang dapat dipergunakan untuk berbagai jenis

makanan.

Adapun kerangka konseptual yang digunakan dapat dilihat pada Gambar

4.1. berikut.

Perbandingan Air dan Kelapa Parut Jumlah Air yang Telah Dimasak

Jumlah Kelapa Parut

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Kuantitas Santan dan Viskositas Santan

Waktu Proses Kecepatan Mesin Putar

INDIKATOR

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.4.1. Defenisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1982:32), bahwa salah

satu unsur yang sangat membantu komunikasi antara peneliti adalah definisi

operasional yang merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel diukur. Dengan

(57)

mengetahui pengukuran suatu variabel sehingga ia dapat mengetahui baik

buruknya pengetahuan tersebut.

Oleh karena itu suatu penelitian harus mempunyai batas pengertian yang

jelas dan mudah diukur, sehingga perlu dijelaskan arti setiap variabel tersebut

dalam suatu definisi operasional.

a. Jumlah air yang telah dimasak

Dalam proses pencampuran daging kelapa parut yang akan diperas untuk

menghasilkan santan, ada baiknya dicampur dengan air yang telah dimasak

dan dalam kondisi hangat, hal ini dapat membuat santan menjadi tahan lama.

Hal tersebut dikarenakan air yang telah dimasak dapat mencegah pertumbuhan

mikroba dalam santan.

b. Jumlah kelapa parut

Dalam penelitian ini, jumlah kelapa parut yang akan dicampur dengan air akan

mempengaruhi perubahan nilai viskositas.

c. Waktu proses

Waktu proses ini akan mempengaruhi banyaknya santan yang akan dihasilkan,

hal ini dikarenakan pemerataan campuran antara kelapa parut dan jumlah air

yang digunakan.

d. Perbandingan air dan kelapa parut

Jumlah air dan jumlah kelapa parut harus mengikuti perbandingan yang telah

(58)

e. Kecepatan mesin putar

Kecepatan putar untuk proses pencampuran kelapa parut dan air akan

membantu proses pemerataan yang dihasilkan.

4.5. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu dalam

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu :

1. Viscometer

Digunakan untuk mengukur tingkat kekentalan santan yang dihasilkan

berdasarkan campuran kelapa parut dan air setelah diperas.

2. Timbangan

Digunakan untuk menimbang kelapa parut yang akan dicampur dengan air.

3. Standart Nordic Questionnaire (SNQ)

Digunakan untuk mengetahui keluhan yang dialami operator pada saat

mencampur kelapa parut dan air dengan menggunakan tangan.

4. Stopwatch

Digunakan untuk mengukur waktu pencampuran kelapa parut dan air dan

perhitungan waktu siklus.

5. Mesin Bor

Digunakan sebagai mesin pencampur kelapa parut dan air yang telah

dimodifikasi sesuai dengan kegunaan pencampuran.

6. Kuesioner

(59)

7. Drum Kaleng

Digunakan sebagai wadah pencampuran kelapa parut dan air.

4.6. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan terlebih dahulu dengan mengadakan

survey pendahuluan di beberapa pasar yang terdapat di Kota Medan, khususnya

ke pedagang santan kelapa yang melakukan pencampuran kelapa parut dan air

dengan menggunakan tangan sebelum proses pemerasan dilakukan. Selanjutnya

dilakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

4.7. Pengumpulan Data

4.7.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran

langsung terhadap objek penelitian di lapangan. Data yang dikumpulkan dengan

cara ini adalah prosedur kerja aktual, data SNQ, postur kerja aktual, data

antropometri operator, data viskositas santan berdasarkan campuran air dan kelapa

parut dan data atribut QFD.

4.7.2. Data Sekunder

Selain menggunakan data primer, penelitian ini juga menggunakan data

sekunder yaitu, data mengenai gambaran umum dan sejarah perusahaan serta

(60)

4.8. Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah

sesuai dengan teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini.

4.9. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis dilakukan terhadap hasil kriteria usulan proses pencampuran

dengan menggunakan alat pencampur berdasarkan peningkatan kuantitas santan

yang dihasilkan dan nilai viskositas dan membandingkannya dengan keadaan

yang ada di lapangan.

4.10. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan merupakan perumusan dari tahap analisa yang dilakukan yang

menghasilkan perubahan dalam memperoleh santan pada pedagang santan.

Dengan demikian dapat diberikan saran-saran dan masukan kepada pedagang

santan dalam memperoleh santan. Blok diagram metodologi penelitian dapat

(61)

Studi Pendahuluan

Melalui pengamatan pendahuluan di beberapa Pasar Tradisional di Kota Medan

Perumusan Masalah

- Bagaimana proses pencampuran kelapa parut dan air yang dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur.

- Berapa peningkatan kuantitas santan dan viskositas yang dapat dihasilkan dengan menggunakan mesin pencampur bila dibandingkan tanpa proses pencampuran.

Penetapan Tujuan

Memudahkan proses pemerasan, meningkatkan kuantitas santan dan viskositas santan.

Pengumpulan Data

Data Sekunder - Data gambaran umum perusahaan dan sejarah perusahaan - Data organisasi perusahaan - Data manajemen perusahaan

Kesimpulan dan Saran Data Primer

- Data prosedur kerja aktual - Data SNQ

- Data antropometri

- Data kuantitas santan dan viskositas santan - Data atribut QFD

Pengolahan Data 1. Penilaian postur kerja aktual

2. Melakukan pemetaan tubuh operator sebagai hasil SNQ 3. Uji keseragaman, kecukupan dan

kenormalan untuk data antropometri 4. Perancangan alat dengan QFD 5. Penentuan Waktu Siklus

Analisa Pemecahan Masalah 1. Membandingkan resiko muskuloskeletal aktual dan usulan,

2. Penilaian postur kerja usulan dengan Metode RULA 3. Membandingkan kuantitas dan viskositas santan aktual dan usulan

4. Membandingkan metode kerja dan waktu siklus aktual dan usulan

[image:61.595.117.512.105.724.2]

Penentuan dimensi antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

(62)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual Pencampuran

Proses pencampuran yang dilakukan selama ini merupakan elemen

kegiatan yang akan dikerjakan operator pemeras santan sebelum pemerasan

dilakukan. Gambar elemen kegiatan pada kondisi aktual dapat dilihat pada

Gambar 5.1 sampai Gambar 5.4.

[image:62.595.235.402.402.627.2]

1. Mengaduk kelapa parut sebelum dicampur air dengan menggunakan tangan.

(63)
[image:63.595.236.403.139.364.2]

2. Menuang air ke dalam ember yang berisi kelapa parut.

Gambar 5.2. Menuang Air Ke Dalam Ember yang Berisi Kelapa Parut

3. Mencampur kelapa parut yang telah ditambahkan air dengan menggunakan

tangan.

[image:63.595.237.403.488.714.2]
(64)
[image:64.595.171.469.139.363.2]

4. Meremas campuran sebelum proses pemerasan.

Gambar 5.4. Meremas Campuran Sebelum Proses Pemerasan

Setelah penjabaran dari elemen kegiatan aktual di atas, maka dapat dilihat

bahwa proses pencampuran kelapa parut dan air dilakukan secara manual dengan

menggunakan tangan dan menyebabkan munculnya resiko kerja yang dialami

oleh operator. Untuk membuktikan adanya resiko kerja, maka dilakukan penilaian

postur kerja dengan menggunakan metode RULA. Penilaian postur kerja

bertujuan untuk mengetahui elemen gerakan atau kegiatan yang dapat

menyebabkan munculnya resiko akibat kerja.

5.1.2. Data Keluhan Musculoskeletal

Data keluhan musculoskeletal merupakan data primer yang didapatkan melalui pengisian SNQ. Data tersebut direkapitulasi dengan melakukan

pembobotan untuk mengetahui tingkat keluhan musculoskeletal pada tiap bagian

(65)

tubuh mana yang paling sering merasakan sakit. Untuk mengetahui keluhan

musculoskeletal yang dialami operator dapat diketahui melalui penyebaran

kuisioner SNQ. Penilaian berdasarkan kuisioner SNQ untuk pembobotan

masing-masing kategori berikut :

Tidak sakit : bobot 0

Agak sakit : bobot 1

Sakit : bobot 2

Sangat sakit : bobot 3

Kategori yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:

1. Tidak sakit, artinya bahwa operator tidak terasa nyeri sedikitpun pada bagian

tubuh karena kontraksi otot yang terjadi berjalan normal.

2. Agak sakit, artinya bahwa operator mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri yang

timbul tidak membuat operator jenuh atau cepat lelah.

3. Sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang cukup hebat dan keadaan

ini membuat operator mulai jenuh dan cepat lelah.

4. Sangat sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang sangat luar biasa

disertasi dengan ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga

membuat operator merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.

Berikut data SNQ dari operator penjual santan di 3 pasar Kota Medan yang

(66)
[image:66.842.73.801.132.510.2]

Tabel 5.1. Data Standard Nordic Questionairre Operator

Subjek Lama

Bekerja Umur

Pertanyaan Ke

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

(67)

Tabel 5.1. Data Standard Nordic Questionnaire Operator (lanjutan)

Subjek Lama

Bekerja Umur

Pertanyaan Ke

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

25 1 tahun 33 tahun 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 2 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 7 bulan 30 tahun 0 0 0 2 0 1 2 1 0 0 0 1 0 2 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 1,5 tahun 33 tahun 2 2 0 3 0 1 3 1 0 0 0 3 0 3 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 3 bulan 24 tahun 1 1 0 3 0 1 2 1 0 0 0 3 0 3 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 2 tahun 27 tahun 1 1 0 2 0 1 3 1 0 0 0 3 0 3 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 1 tahun 35 tahun 1 1 2 1 2 0 3 0 0 0 2 3 2 3 1 3 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31 1,5 tahun 29 tahun 1 1 0 2 0 0 2 1 1 1 0 2 0 2 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 1 tahun 37 tahun 2 2 0 2 0 0 1 0 0 0 0 2 0 3 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 2 tahun 28 tahun 1 1 0 2 0 1 2 1 0 0 0 2 0 3 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber : Pengumpulan data

Keterangan No. Dimensi Tubuh:

0 : Leher Bagian Atas 16 : Tangan Kiri

1 : Leher Bagian Bawah 17 : Tangan Kanan

2 : Bahu Kiri 18 : Paha Kiri

3 : Bahu Kanan 19 : Paha Kanan

4 : Lengan Atas Kiri 20 : Lutut Kiri

5 : Pinggang 21 : Lutut Kanan

6 : Lengan Atas Kanan 22 : Betis Kiri

7 : Punggung 23 : Betis Kanan

8 : Bokong 24 : Pergelangan Kaki Kiri

9 : Pantat 25 : Pergelangan Kaki Kanan

10 : Siku

Gambar

Gambar 3.1. Buah kelapa
Gambar 3.2. Standard Nordic Questionnaire
Tabel 3.4. Skor Lengan Bawah RULA
Tabel 3.5. Skor Pergelangan Tangan RULA
+7

Referensi

Dokumen terkait

MESTN PEMERAS SANTAN T'JIE &#34;PRESSING SCREV &#34;. TER.EADAI PEMERAS

Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mempermudah pekerjaan dalam pemerasan santan kelapa dengan cara merancang mesin pemeras santan kelapa yang memiliki

Gambar teknik mesin pemeras santan kelapa sistem screw press.

Dengan berkembangnya zaman maka terciptalah mesin pemarut dan mesin pemeras kelapa. Mesin ini mempunyai peran penting dalam keberlangsungan proses produksi. Selama ini mesin

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian rancang bangun mesin pemarut dan pemeras santan kelapa portable model continue ini adalah metode empirik, yaitu

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai produk adalah

Alat ini terbuat dari kayu yang 'ara ker(anya dengan meletakkan kelapa parut diantara + pen(epit ditekan maka santan akan keluar dan yang menggunakan alat dengan

Sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan produktivitas dan efesiensi dalam menghasilkan sari kelapa yang murni, akan dirancanglah mesin pemeras daging