MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 67
REMEDIASI LAHAN TERCEMAR LOGAM BERAT
LIMBAH PERTAMBANGAN
Ir. Patricius Sipayung, MSi.
1)Dosen Fakultas Pertanian UNIKA St. Thomas, Medan dan Praktisi Lingkungan Email: patricius_sipayung@yahoo.com
Abstrak
Pertambangan merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat penting sehingga pengembangannya secara berkelanjutan perlu dilakukan karena berhubungan erat dengan pendapatan nasional dan daerah serta memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar tambang. Namun, besarnya penerimaan dari sektor tambang tetap membawa kerugian di sektor lain yaitu masalah dampaknya terhadap lingkungan seperti pembuangan limbah tambang yang menyebabkan pencemaran logam berat pada tanah dan air. Hal ini akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan masalah pada kesehatan manusia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut adalah dengan memanfaatkan tumbuhan untuk mengekstrak, mengakulumasi dan / atau detoksifikasi polutan tersebut. Tumbuhan adalah agensia ideal untuk perbaikan tanah dan air, karena sifat genetik tanaman yang unik baik dari aspek biokimia maupun fisiologisnya. Hasil penelitian membuktikan bahwa banyak spesies tumbuhan yang berasal dari daerah tropis berhasil dalam remediasi polutan (khususnya logam berat) pada tanah ataupun perairan yang tercemar, bahkan beberapa diantaranya adalah hiperakumulator. Species tersebut diantaranya Thlaspi calaminare untuk seng (Zn), T. caerulescens untuk kadmium (Cd),Aeolanthus biformifolius untuk tembaga (Cu), Phylanthus serpentinus untuk nikel (Ni), Haumaniastrum robertii untukkobalt (Co) Astragalus racemosus untuk selesium (Se), dan Alyxia rubricaulis untuk mangan (Mn).
Kata kunci : remediasi lahan,logam berat, limbah pertambangan
PENDAHULUAN
Pertambangan merupakan
salah satu sektor pembangunan yang
sangat penting sehingga
pengembangannya secara
berkelanjutan perlu dilakukan karena berhubungan erat dengan pendapatan
nasional dan daerah serta
memberikan manfaat bagi
masyarakat di sekitar tambang.
Sektor pertambangan juga
berkontribusi signifikan pada
pembangunan daerah. Menurut
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 68
telah menyumbangkan 2,5%
terhadap pendapatan Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Sedangkan kontribusi terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua dan PDRB Mimika untuk tahun yang sama masing-masing mencapai 49,5% dan 94,2%. Selain itu, PTFI juga memberikan
kontribusi terhadap realisasi
Penerimaan Dalam Negeri APBN
2006 sebesar 2,23% melalui
pembayaran Pajak dan pembayaran
kepada pemerintah lainnya
(Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP) sebesar Rp 14,6 triliun. Kontribusi PTFI terhadap APBD Papua mencapai Rp 313 miliar (10%) sedangkan terhadap APBD Kabupaten Mimika mencapai Rp 533 miliar (65%) (Arif Sumantri, Nanny
Harmani, Bambang Wibisono,
2008).
Namun, besarnya
penerimaan dari sektor tambang tetap membawa kerugian di sektor lain yaitu tidak terlepas dari masalah
dampaknya terhadap lingkungan
seperti pembuangan limbah tambang, pencemaran logam berat (air raksa,
arsen), dan lain sebagainya.
Berbagai isu aktifitas pertambangan yang kurang berwawasan lingkungan dan penurunan kualitas lingkungan
pertambangan perlu diperhatikan
untuk menjamin keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan
manusia dan kelestarian lingkungan serta menjamin iklim investasi yang kondusif bagi investor pertambangan berskala besar. Pengelolaan limbah
pertambangan mineral (emas dan tembaga) yang telah dilakukan oleh
perusahaan pertambangan masih
belum mampu mengatasi degradasi kualitas lingkungan bio-fisik dan
masalah sosial kemasyarakatan,
meskipun beberapa kegiatan
pertambangan telah berorientasi pada industri bersih yang berwawasan lingkungan. Perubahan lingkungan di sekitar pertambangan dapat terjadi setiap saat, sehingga manajemen pengelolaan limbah yang efektif
menjadi indikator keberlanjutan
pertambangan mineral.
Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat
mengalir ke luar daerah
pertambangan. Air yang
mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut. Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang larut terbawa air akan memberi efek terjadinya Air sadah, yang tidak bisa digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun, karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam
bisa menyebabkan korosi dan
melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan
dapat memusnahkan kehidupan
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 69
Harmani, Bambang Wibisono,
2008).
Selain pertambangan
batubara, pertambangan lain yang
menghasilkan limbah berbahaya
adalah pertambangan emas.
Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, yang banyak digunakan penambang emas tradisional atau penambang emas tanpa izin, untuk memproses bijih emas. Para penambang ini
umumnya kurang mempedulikan
dampak limbah yang mengandung
merkuri karena kurangnya
pengetahuan yang dimiliki.
Biasanya mereka membuang dan mengalirkan limbah bekas proses pengolahan pengolahan ke selokan, parit, kolam atau sungai. Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi metil merkuri karena proses alamiah. Bila senyawa metil merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui
media air, akan menyebabkan
keracunan seperti yang dialami para korban Tragedi Minamata.
Kontaminasi logam beracun pada tanah, air maupun air tanah menyebabkan masalah lingkungan
dan masalah pada kesehatan
manusia. Metode penanganan
terhadap pencemaran logam berat ini masih sangat mahal (Abdul R. MEMON, Aylin Anastassiia VERTII, 2001).
FITOREMEDIASI
Fitoremediasi adalah
penggunaan tanaman untuk
mengekstrak, mengakulumasi dan /
atau detoksifikasi polutan dan
merupakan teknik baru dan kuat untuk membersihkan lingkungan. Tumbuhan adalah agensia ideal untuk perbaikan tanah dan air, karena sifat genetik tanaman yang unik baik dari aspek biokimia maupun fisiologisnya. (Abdul R. MEMON, Aylin Anastassiia VERTII, 2001).
Banyak kemajuan penelitian pada beberapa dekade terakhir untuk mengembangkan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam remediasi termasuk melalui rekayasa genetika
(Abdul R. MEMON, Aylin
Anastassiia VERTII, 2001).
Berbagai hasil penelitian telah
membuktikan bahwa banyak spesies tumbuhan yang berasal dari daerah tropis berhasil dalam remediasi polutan (khususnya logam berat) pada tanah ataupun perairan yang
tercemar, bahkan beberapa
diantaranya adalah hiperakumulator. Species tersebut diantaranya Thlaspi
calaminare untuk seng (Zn), T.
caerulescens untuk kadmium
(Cd),Aeolanthus biformifolius untuk
tembaga (Cu), Phylanthus
serpentinus untuk nikel (Ni),
Haumaniastrum robertii untukkobalt
(Co) Astragalus racemosus untuk selesium (Se), dan Alyxia rubricaulis untuk mangan (Mn) (Li, et. al., 2000
dalam Titi, dkk., 2005).
Kebanyakan teknologi saat
ini tidak dapat selektif
menghilangkan logam berat, banyak daerah terkontaminasi dapat
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 70
diremediasi hanya dengan
menggunakan tenaga kerja-intensif dan mahal melalui penggalian dan
pengisian tanah tercemar
(landfilling). Banyak daerah di seluruh dunia tetap tercemar tanpa perbaikan yang terlihat hanya karena
terlalu mahal teknologi
remediasinya. (Salt et al., 1998).
Fitoremediasi dianggap
teknologi yang inovatif, ekonomis, dan relatif aman terhadap lingkungan sehingga merupakan solusi untuk remediasi beberapa daerah yang tercemar logam berat. Fitoremediasi adalah istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan berbagai
mekanisme yang pada tanaman hidup untuk mengubah komposisi kimia dari matriks tanah tercemar di
mana mereka tumbuh. Pada
dasarnya, ini adalah penggunaan tanaman hijau untuk pembersihan tanah yang terkontaminasi, sedimen, atau air. Keuntungan teknik ini adalah jelas bahwa biaya lebih murah bila dibandingkan dengan teknik in situ atau ex situ lainnya.
Tanaman dapat dengan mudah
dimonitor untuk memastikan
pertumbuhan, logam berharga dapat
direklamasi dan dipakai ulang
melalui fitoremediasi (Raskin & Ensley, 2000).
Keuntungan utama dari aplikasi teknik fitoremediasi dibandingkan dengan sistem remediasi lainnya
adalah kemampuannya untuk
menghasilkan buangan sekunder
yang lebih rendah sifat toksiknya, lebih bersahabat dengan lingkungan
serta lebih ekonomis. Kelemahan fitoremedisi adalah dari segi waktu yang dibutuhkan lebih lama dan juga
terdapat kemungkinan masuknya
kontaminan ke dalam rantai makanan
melalui konsumsi hewan dari
tanaman tersebut ( Sodiq Pratomo, Sumarno dan Ahkam Subroto, 2004).
Fitoremediasi juga
menawarkan remediasi permanen pada lokasi atau daerah tercemar. Namun fitoremediasi tetap saja
mempunyai kekurangan karena
sangat tergantung pada kedalaman akar dan toleransi tanaman terhadap kontaminan. Disamping itu polutan dapat masuk ke rantai makanan melalui tumbuhan hyperakumulator yang dikonsumsi oleh binatang sehingga perlu menjadi perhatian
bagi lingkungan hidup sebagai
hewan herbivora dapat menumpuk
mengotori partikel di jaringan
mereka yang pada gilirannya dapat mempengaruhi keseluruhan jaringan
makanan. Fitoremediasi dapat
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 71 Fitoremediasi terdiri dari
lima proses utama, yang ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah ini. Tulisan ini
memfokuskan studi tentang
phytoremediation terutama
phytoextraction logam berat pada tanah dengan menggunakan teknik in-situ.
Tabel 1. Proses dan Mekanisme Fitoremediasi Polutan
Proses Mekanisme Kontaminan
Phytostabilisasi Tanaman menstabilkan
polutan dalam tanah, sehingga membuat mereka tidak berbahaya
Anorganik
Phytoekstraksi Hyperaccumulasi logam berat pada biomas
tanaman tinggi, logam-mengumpulkan
tanaman mengumpulkan logam dalam
jaringannya khususnya pada bagian tajuk tanaman yang diserap dari dalam tanah yang
dipanen dengan
metode pertanian konvensional
Anorganik
Phytofiltrasi atau rhizofiltrasi
Akar tanaman tumbuh di
air yg bercampur dgn endapan
berkonsentrasi logam beracun yang tercemar limbah
Organik dan anorganik
Phytovolatilisasi Tumbuhan menyerap logam (misalnya, Hg dan Se) dari tanah dan menguapkan logam tersebut melalui dedaunan
Organik dan anorganik Phytotransforma
si
Tumbuhan mendegradasi/ merubah
bentuk/valensi dari polutan sehingga tidak berbahaya atau memanfaatkannya sebagai unsuh hara.
Organik
POTENSI TUMBUHAN UNTUK FITOREMEDIASI
Seperti telah diuraikan diatas,
berbagai jenis tumbuhan yang
tumbuh di daerah tercemar
mengindikasikan tumbuhan tersebut mempunyai sifat toleran. Sifat hipertoleran terhadap logam berat adalah kunci karakteristik yang
mengindikasikan sifat
hiperakumulator suatu tumbuhan.
Suatu tumbuhan dapat disebut
hiperakumulator apabila memiliki karakter-karakter sebagai berikut: (i) Tumbuhan memiliki tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang lebih tinggi dibanding tanaman
lainnya, (ii) Tumbuhan dapat
mentoleransi unsur dalam tingkat yang tinggi pada jaringan akar dan
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 72
tajuknya, dan (iii) Tumbuhan
memiliki laju translokasi logam berat dari akar ke tajuk yang tinggi sehingga akumulasinya pada tajuk lebih tinggi dari pada akar (Brown et
al, 1995).
Hasil penelitian Titi, dkk.
(2005) tentang inventarisasi
tumbuhan potensial untuk
fitoremediasi lahan dan air tercemar limbah logam berat dari tambang emas menunjukkan bahwa beberapa tumbuhan memiliki potensi untuk menyerap logam berat maupun sianida (lihat tabel 2 ).
Tabel 2. Kandungan Sianida dan timbal pada tumbuhan yang tumbuh di sekitar tailing dan PT Antam Pongkor Bogor
Jenis Tumbuhan Famili Kandungan (ppm)
Sianid Pb Sonchus anensis Mikania cordata Limnochoris flava Ipomoea sp. Fimbristylis miliaceae Cyperus compaqtus Cynodon dactylon Echinocloa colona Calopogonium mucoides Eleusine indica Ishaemum timorense Azola Scoparia dulcis Asteraceae Asteraceae Butomaceae Convolvulceae Cyperaceae Cyperaceae Cyperaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Salvinaceae Scropulariaceae 3.09 3.99 9.59 35.7 1.54 2.91 1.05 6.13 3.35 1.18 n.a 4.62 4.72 3.46 11.65 n.a 7.30 4.93 1.79 0.63 2.00 6.16 4.67 0.63 n.a 6.13
Keterangan : n.a. tidak dilakukan analisa terhadap jaringan tumbuhan Sampel diambil dari perairan sekitar tailing
Tabel tersebut menunjukkan bahwa Ipomoea sp mampu menyerap sianida cukup tinggi yang berarti cukup potensial dikembangkan untuk fitoremediasi sianida. Sementara itu
Mikania cordata (Burm.f.) mampu
menyerap timbal (Pb). Hal ini
menunjukkan bahwa ke dua
tumbuhan tersebut mempunyai
toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan marginal di lahan
penimbunan lumpur tailing sehingga
diduga tumbuhan ini potensial
sebagai fitoremediator terutama pada sianida dan Pb.
Tanaman dari famili
Brassicaceae dikenal memiliki
banyak jenis tumbuhan
hiperakumulator, terutama dari genus
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 73 logam Cd atau logam toksik lainnya
dalam konsentrasi tinggi. Hasil penelitian Rina (2009) menunjukkan bahwa Akumulasi kadmium pada tanaman meningkat seiring dengan penambahan kadmium. Tanaman yang diberi perlakuan 1 ppm dapat
mengakumulasikan kadmium
tertinggi sebanyak 1,213 ppm dan terendah pada perlakuan 0,25 ppm yaitu 0,318 ppm. Demikian juga halnya hasil penelitian Nathalie, et
al. (2009) yang menunjukkan bahwa
hiperakumulasi cadmium banyak
dijumpai pada tanaman famili
Brasicaceae yaitu Thalspi
caerulescens, T. Praecox, dan
Arabidopsis halleri dan dari famili Crassulaceae yaitu Sedum afredii.
Sedangkan tumbuhan
hiperakumulasi terhadap Arsenic
dijumpai pada famili Pteridaceae. Ma et. al. In Jose, et.al (2009) melaporkan bahwa tumbuhan Pteris
vittata merupakan hiperakumulator
terhadap arsenic (lebih dari 1000 mg As per kg berat kering tunas). Hasil penelitian Reginawanti, dkk. (2004) menunjukkan ada korelasi nyata antara peningkatan akumulasi Pb dan Cadmium pada buah tomat dengan peningkatan pemberian dosis lumpur yang mengandung logam berat tersebut.
Tanaman telah
mengembangkan tiga strategi dasar untuk tumbuh di tanah yang terkontaminasi oleh logam yaitu : (Baker and Walker, 1990 dalam Abdul, et.al. 2001).
1. Metal excluders: Tanaman ini secara efektif mencegah logam berat memasuki area bagian atas tanaman, namun konsentrasi logam di sekitar area perakaran masih tinggi demikian juga di akar.
2. Metal indicators : Tanaman ini mengakumulasi logam pada jaringan bagian atas tanaman dan kadar logam dalam jaringan tanaman ini umumnya
mencerminkan. kadar logam di dalam tanah.
3. Akumulator : tanaman hiperakumulator dapat
menimbun konsentrasi logam yang tinggi dalam jaringan tanamannya bahkan melebihi konsentrasi didalam tanah. Tanaman yang mengandung lebih dari 0.1% unsur Ni, Co, Cu, Cr atau Pb atau 1% unsur Zn pada daun atau per berat kering biomassa terlepas dari konsentrasi logam dalam tanah disebut sebagai tanaman hiperakumulator.
Tanaman bunga matahari
(Tithonia diversifolia dan Helianthus
annus) juga merupakan tanaman
yang efektif untuk remediasi logam
Pb dan Zn. Hasil penelitian Johnson
Kayode Adesodun & Mutiau O. Atayese & T. A. Agbaje & Bose A. Osadiaye & O. F. Mafe & Adeniyi A. Soretire (2009) menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat Pb dan Zn berkurang di dalam tanah
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 74
sejalan dengan meningkatnya umur tanaman.
PERANAN BIOTEKNOLOGI
DALAM FITOREMEDIASI
Modifikasi genetika
menawarkan harapan baru bagi fitoremediasi sebagai pendekatan
dapat digunakan untuk
mengekspresikan enzim yang
terlibat dalam metabolisme tanaman
yang sudah ada atau untuk
memperkenalkan jalur baru ke dalam tanaman. Richard Meagher dan
rekan-rekannya memperkenalkan
jalur baru ke dalam spesies
Arabidopsis untuk mendetoksifikasi
methylmercury, menjadi bentuk yang umum dan tidak berbahaya terhadap lingkungan yang dapat diuapkan oleh tanaman.
Pendekatan bioteknologi
untuk mengembangkan tanaman
phytoremediation telah diteliti.
Pembiakan tanaman tradisional
hanya dapat menggunakan
keanekaragaman genetik yang
tersedia dalam suatu spesies untuk menggabungkan karakteristik yang
dibutuhkan untuk kesuksesan
fitoremediasi. Para peneliti
mengharapkan peningkatan
konsentrasi protein pengikat logam atau peptida dalam sel-sel tumbuhan
akan meningkatkan kapasitas
mengikat logam dan sehingga
meningkatkan toleransinya terhadap logam.
Pada sel tumbuhan adanya
metallothioneins (MTs) atau
phytochelatins (PC) diduga
menyebabkan tanaman yang lebih toleran terhadap Cd toksisitas akut, namun transfer gen metallothionein pada tanaman yang lebih tinggi
tampaknya tidak memberikan
manfaat bagi phytoremediation.
Lebih jauh, ketika tanaman
hypertolerant logam diperiksa,
konsentrasi PC tidak menunjukkan
perbedaan, menunjukkan bahwa
hypertolerance untuk Cd dan Zn dalam tanaman ini tidak karena PC hyperaccumulation peptida. Bukti peran PC adalah bahwa kehadiran mereka tidak berkorelasi dengan tingkat normal logam toleransi, karena mutasi yang dihapuskan produksi PC pada Arabidopsis menghasilkan hipersensitivitas untuk Cd . Cd-sensitif (hypotolerant) mutan gen tunggal cad1 dan cad2 dari
Arabidopsis thaliana telah
diidentifikasi dan dipelajari (diblokir di sintesis glutation atau PC sintesis).
Untuk jenis tanaman dengan
toleransi normal (A. thaliana), PC sangat penting bagi tingkat normal toleransi (Chaney, et. Al., 2007).
Pemanfaatan bioteknologi
dengan menciptakan tanaman
transgenik juga dilakukan untuk
meningkatkan potensi tanaman
dalam mengakumulasi logam
didalam jaringannya sehingga lebih potensial sebagai tanaman untuk fitoremediasi. Hasil penelitian
Prasad and Freitas, (2003)
menunjukkan bahwa tanaman S.
Nigrum L hasil bioteknologi dengan
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 75
mengakumulasi logam berat
dibandingkan dengan tanaman
normalnya (lihat tabel).
Besarnya akumulasi logam berat Zn pada tanaman S. nigrum
didapatkan dengan mengalikan
besarnya konsentrasi logam berat Zn dengan berat biomassa kering untuk tiap bagian tanaman. Akumulasi
tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain karateristik fisika kimia media pertumbuhan yang
digunakan yang meliputi pH,
kapasitas tukar ion, kejenuhan basa, persaingan kation dan lain-lain. Akumulasi logam berat Zn selama daur hidup tanaman S. nigrum L. dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Akumulasi logam berat Zn selama daur hidup tanaman S, ningrum mL.
S. Ningrum L Tanpa perlakuan(µg) Dengan perlakuan(µg) Normal 5437.8 5752 Transgenik 4147.4 4120.5
Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa total logam berat Zn yang
mampu diakumulasikan oleh
tanaman S. nigrum L. normal relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman transgeniknya
Translokasi dari akumulasi logam berat Zn yang ada pada tiap bagian tanaman S. nigrum yang meliputi akar, batang, buah dan daun. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi fenomena translokasi tersebut sebagaimana yang telah diuraikan dalam kaitannya dengan karakteristik fisika kimia media tersebut di atas.
Pada tanaman transgenik
akumulasi konsentrasi logam berat Zn lebih tinggi di akar, kemungkinan akibat terjadinya reaksi kompleks di
xylem membentuk kompleks
Phytochelation – Zn yang tidak
ditranslokasikan. Zn dapat
ditranslokasikan oleh chelator lain
atau mungkin asam-asam organik (Salt et al., 1995 dalam Sam, 2000).
Meskipun penelitian
memungkinkan cloning gen dalam upaya memperoleh tanaman yang toleran terhadap logam berat telah
banyak dilakukan, namun
mekanismenya belum seluruhnya
dipahami. Misalnya pada
fitoremediasi logam Cd, peningkatan kemampuan mengikat logam adalah
dengan menggunakan pengikat
logam-faktor untuk menjaga Cd
dalam akar tanaman, sehingga
mengurangi gerakan Cd ke rantai
makanan misalnya pada ke
tembakau. Kompartemenisasi Cd pada Vacuolar hanya dalam akar dapat mengurangi translokasi Cd sampai ke tajuk. Hal inilah yang diupayakan melalui transfer gen.
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 76
Fitoekstraksi/Fitoakumulasi
Fitoekstraksi adalah proses penyerapan akar tanaman terhadap kontaminan logam dari tanah dan translokasikannya keatas jaringan tanaman. Tanaman yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda terhadap penyerapan dan menahan
polutan didalam jaringannya.
Pengenalan terhadap
tanaman-tanaman yang mampu
mengakumulasi polutan dalam
jumlah besar (tanaman
hiperakumulator) sangat penting untuk meremediasi daerah-daerah
yang telah tercemar polutan
khususnya logam berat
Spesies tanaman
hiperakumulator (spesies yang
menyerap jumlah polutan yang lebih
tinggi daripada sebagian besar
spesies lain) digunakan pada
daerah-daerah yang terpolusi pada
konsentrasi tinggi. Setelah tanaman tumbuh dan menyerap polutan logam dipanen dan dibuang secara aman. Proses ini diulang beberapa kali
untuk mengurangi tingkat
kontaminasi sampai pada konsentrasi yang dapat ditoleransi. Dalam beberapa kasus, adalah mungkin untuk mendaur ulang logam melalui
proses yang dikenal sebagai
phytomining, meskipun hal ini
biasanya ditujukan untuk digunakan dengan logam mulia. Senyawa logam yang telah berhasil diekstraksi oleh tumbuhan termasuk seng, tembaga, dan nikel, tapi ada penelitian yang
menjanjikan tentang penyerapan
kromium oleh tanaman.
Beberapa Tanaman yang
efektif untuk fitoekstraksi senyawa-senyawa metal telah diidentifikasi (Tabel 4.) (Prasad and Freitas, 2003).
Tabel 4. Tumbuhan potensial untuk fitoekstraksi berbagai logam
No Jenis Logam Jenis Tumbuhan
1 Cd Brassica juncea
2 Cr(VI) B. juncea
3 Cs Amaranthus retroflexus, B. Juncea, B.oleraceae,
Phalaris arundinacea, Phaseolus acutifolius.
4 Cu B. juncea
5 Ni B. juncea
6 Pb B.campetris, B. Cannata, B. Juncea, B. Napus, B.
Nigra, Helianthus annus, Pisum sativum, Zea mays
7 Se B. napus, Festuca arundianaceae, Hibiscus
cannabinus
8 U B. chinensis, B. Juncea, B. Narinosa, Amaranthus
spp.
9 Zn Avena sativa, B. Juncea, B. Napus, Hordeum
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 77 Dari Angiospermae, beberapa
famili tanaman sangat berpotensi sebagai hiperakumulator berturut-turut mulai dari yang paling tinggi kemampuannya yaitu ; Brassicaceae,
Asteraceae, Cyperaceae,
Cunounniaceae, Fabaceae,
Flacourtiaceae, Laminaceae,
Poaceae, Violaceae dan
Euphobiaceae.
Bioakumulasi beberapa
logam berat pada tanaman famili
Amaranthus terlihat bahwa
akumulasi paling tinggi adalah
terhadap logam besi pada semua spesies bayam.
Beberapa spesies tanaman seperti tanaman paku-pakuan telah
diteliti mempunyai kemampuan
mengakumulasi As di dalam
jaringannya misalnya Pteris vittata. Tanaman ini menyerap As (valensi V) selanjutnya direduksi menjadi As
(III) dengan katalisator ACR2
arsenat reduktase lalu
ditranslokasikan melalui jaringan xylem bersama dengan air dan mineral sebagai senyawa As (III)-S (Nathalie, et al, 2009). Senyawa inilah yang disimpan dalam jaringan. As (V) juga dapat direduksi oleh spesies tanaman lain seperti Brassica
juncea dan Arabidopsis thaliana
walaupun kapasitasnya lebih rendah dari Pteris vittata.
Umumnya penyerapan As (V) oleh tanaman bersamaan dengan transport Fosfat karena kemiripan sifat kimianya. As (V) berikatan dengan fosfat pada saat penyerapan oleh akar dan bersama-sama dalam
proses metabolisme sintesa ATP dan oksidasi fosforilasi. Juga ditemukan bahwa As (V) dapat membentuk ikatan dengan sulfur dan diangkut
sebagai As(III)-tris-glutathione
compleks (Jose, et al. (2009). Detoksifikasi As dalam tanaman terjadi pada saat mobilisasi As dari akar ke daerah diatas tanaman (saat
transportasi). Beberapa spesies
tanaman seperti tanaman paku-pakuan telah diteliti mempunyai kemampuan mengakumulasi As di dalam jaringannya misalnya Pteris
vittata. Tanaman ini menyerap As
(valensi V) selanjutnya direduksi menjadi As (III) dengan katalisator
ACR2 arsenat reduktase lalu
ditranslokasikan melalui jaringan xylem bersama dengan air dan mineral sebagai senyawa As (III)-S (Nathalie, et al, 2009). Senyawa inilah yang disimpan dalam jaringan. As (V) juga dapat direduksi oleh spesies tanaman lain seperti Brassica
juncea dan Arabidopsis thaliana
walaupun kapasitasnya lebih rendah dari Pteris vittata.
Umumnya penyerapan As (V) oleh tanaman bersamaan dengan transport Fosfat karena kemiripan sifat kimianya. As (V) berikatan dengan fosfat pada saat penyerapan oleh akar dan bersama-sama dalam proses metabolisme sintesa ATP dan oksidasi fosforilasi. Juga ditemukan bahwa As (V) dapat membentuk ikatan dengan sulfur dan diangkut
sebagai As(III)-tris-glutathione
compleks (Jose, et al. (2009). Detoksifikasi As dalam tanaman
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 78 terjadi pada saat mobilisasi As dari
akar ke daerah diatas tanaman (saat transportasi). Kandungan mangan
pada daun beberapa tanaman
hyperakumulator ini menunjukkan
korelasi yang posistif dengan
kandungan di dalam tanah. Rhizofiltrasi
Rhizofiltrasi mirip dengan konsep Phytoextraksi tetapi berkaitan
dengan perbaikan tanah yang
terkontaminasi daripada perbaikan
tanah yang tercemar. Para
kontaminan yang baik akar adsorbed ke permukaan atau diserap oleh akar tanaman. Tanaman yang digunakan untuk rhizoliltration tidak ditanam langsung di situ tetapi menyesuaikan diri pertama yang polutan. Tanaman tumbuh di secara hidroponik, sampai
sistem akar yang besar telah
berkembang. Sekali sistem akar yang besar adalah di tempat persediaan air diganti untuk suplai air tercemar untuk menyesuaikan diri tanaman.
Setelah tanaman beradaptasi
selanjutnya ditanam di daerah
tercemar di mana akar menyerap air dan kontaminan pencemar tersebut. Setelah akar jenuh lalu dipanen dan dibuang secara aman. Perlakuan ulang pada daerah tersebut dapat mengurangi tingkat polusi seperti yang dicontohkan di Chernobyl di mana bunga matahari ditanam di kolam yang terkontaminasi radioaktif (Ghosh and Singh, 2005).
Rhizofiltrasi Chromium,
Chromium masuk ke jaringan
tanaman melalui pembentukan
kompleks dengan eksudat akar seperti asam-asam organik yang dapat meningkatkan kelarutan dan mobilitas Cr melalui jaringan xylem akar. Cr (VI) maupu Cr ( III) memasuki sel akar dengan jalur simplastik dimana Cr (VI) direduksi
dan diakumulasi pada korteks.
Walaupun Cr sedikit yang
ditranslokasikan ke jaringan atas tanaman, tetap saja terjadi mobilisasi dan akumulai di dalam jaringan tergantung kepada bentuk kimianya. Cr (VI) merusak membran akar
karena mempunyai kemampuan
oksidasi yang tinggi. Juga telah
dilaporkan bahwa Cr(VI)
mengurangi penyerapan unsur-unsur esensial tanaman seperti Fe, K, Mg, Mn, P dan Ca. Karena kemiripan dari valensi ionnya, Cr (III) sering menggantikan posisi Fe (III) pada ikatan protein sehingga menurunkan aktifitasnya (Jose R. Peralta-Videa,
Martha Laura Lopez, Mahesh
Narayan, Geoffrey Saupe and Jorge Gardea-Torresdey, 2009. .
Absorbsi dan translokasi dari Cr sangat dipengaruhi oleh pH tanah, kandungan bahan organik dan agen khelat. Tanaman akuatik dapat dipengaruhi oleh konsentrasi Cr yang terdapat pada perairan.
Phytostabilisasi
Phytostabilisasi adalah
penggunaan tanaman tertentu pada tanah dan air untuk memobilisasi kontaminan. Kontaminan diserap
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 79 dan diakumulasikan oleh akar, atau
mempercepat dalam rhizosphere
(Vanessa and Elisa, 2009). Hal ini
akan mengurangi atau bahkan
mencegah mobilitas kontaminan
mencegah migrasi ke dalam tanah atau udara, dan juga mengurangi
bioavailibility dari kontaminan
sehingga dapat mencegah menyebar melalui rantai makanan. Teknik ini dapat digunakan untuk membangun kembali komunitas tumbuhan di daerah yang telah gundul karena tingginya tingkat kontaminasi logam. Setelah komunitas spesies toleran telah ditetapkan potensi erosi angin (dan dengan demikian penyebaran polutan) dikurangi dan pencemaran kontaminan tanah juga berkurang. Fitodegradasi/Fitotransformasi
Fitodegradasi adalah
degradasi atau kerusakan dari
kontaminan organik oleh internal dan
eksternal didorong oleh proses
metabolisme tanaman. Ex proses
metabolisme tanaman hydrolyse
senyawa organik menjadi unit yang lebih kecil yang dapat diserap oleh tanaman. Beberapa bahan pencemar dapat diserap oleh tanaman dan
kemudian dipecah oleh enzim
tanaman. Molekul polutan yang lebih kecil ini kemudian dapat digunakan sebagai metabolit oleh tanaman seperti tumbuh, sehingga menjadi tanaman dimasukkan ke dalam
jaringan. Enzim tanaman telah
diidentifikasi bahwa amunisi rincian limbah, diklorinasi pelarut seperti
TCE (Trichloroethane), dan lain-lain
yang mendegradasi herbisida
organik. Peningkatan biomassa
tanaman akan menurunkan
konsentrasi logam berat pada daerah tercemar.
Rhizodegradasi
Rhizodegradasi (juga disebut enhanced rhizosphere biodegradasi,
phytostimulation, dan tanaman
dibantu Bioremediasi) adalah rincian dari kontaminan organik dalam tanah oleh mikroba tanah hunian yang
diperkuat oleh kehadiran
rhizosphere. Tinggal tanah tertentu mencerna mikroba polutan organik seperti bahan bakar dan pelarut,
menghasilkan tidak berbahaya
pproducts melalui proses yang
dikenal sebagai Bioremediasi.
Exudates akar tanaman seperti gula, alkohol, dan asam organik bertindak sebagai sumber karbohidrat untuk tanah microflora dan meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Beberapa dari senyawa ini dapat juga
bertindak sebagai sinyal untuk
chemotactic mikroba tertentu. Akar tanaman juga melonggarkan tanah dan transportasi air ke additionaly demikian rhizosphere meningkatkan aktivitas mikroba.
Fitovolatilisasi
Phytovolatilisasi adalah
proses di mana tanaman yang
contaminaints pengambilan larut
dalam air dan melepaskan mereka ke atmosfer ketika mereka termasyhur
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 80 air. The kontaminan dapat menjadi
diubah sepanjang jalan, ketika air bergerak sepanjang sistem vaskular tanaman dari akar ke daun, dimana kontaminan menguap atau menguap ke udara di sekitar pabrik. Ada berbagai tingkat keberhasilan dengan tanaman sebagai phytovolatilizers dengan satu studi menunjukkan pohon poplar untuk menguapkan hingga 90% dari TCE mereka menyerap.
Selanjutnya gambar berikut ini menjelaskan bagaimana merkuri menguap ke udara dengan bantuan tanaman (a). As disimpan dalam vakuola (b) dan selenium menguap (c).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul R. MEMON, DiÛdem
AKTOPRAKLIGÜL, Aylin
.ZDEMÜR, Anastassiia
VERTII, 2001. Heavy metal
accumulation and
detoxification mechanism in plants. Turk Journal of. Bot. 25. p 11-121.
Arif Sumantri, Nanny Harmani, Bambang Wibisono, 2008.
Studi pengelolaan
Lingkungan berkelanjutan di Wilayah Pengendapan Pasir Sisa Tambang. Study on Environmental Management
Sustainability in the
Deposition Area. Jurnal
Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2, Agustus 2008. Hal. 758 - 768
Brown S.L., R.L.Chaney, J.S.Angle and A.J.M. Baker. 1995. Zink and Cadmium uptake by
hyperaccumulator Thlaspi
caerulescens grown in nutrient solution. Soil science
Society of America Journa
59:125-133.
Charlene, 2005. Pencemaran logam
berat timbal (Pb) dan
Cadmium (Cd) pada Sayur-sayuran. Makalah pada PS. PSL.
Ghosh, M and S,P. Singh, 2005. A Review On Phytoremediation
of Heavy Metal and
Utilization of Its By
Products. APPLIED
ECOLOGY AND
ENVIRONMENTAL RESEARCH 3(1): 1-18.
Johnson Kayode Adesodun &
Mutiau O. Atayese & T. A. Agbaje & Bose A. Osadiaye & O. F. Mafe & Adeniyi A.
Soretire, 2009.
Phytoremediation Potentials
of Sunflowers (Tithonia
diversifolia and Helianthus annuus) for Metals in Soils Contaminated with Zinc and Lead Nitrates. Water Air Soil Pollut. DOI 10.1007/s11270-009-0128-3
Jose R. Peralta-Videa, Martha Laura
Lopez, Mahesh Narayan,
Geoffrey Saupe and Jorge
Gardea-Torresdey, 2009.
The Biochemistry of
environmental heavy metal
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 81 Implications for the food
chain. The International Journal of Biochemistry & Cell Biology 41. p. 1665-1677.
Nathalie Verbruggen, Christian
Hermans and Henk Schat, 2009. Mechanism to cope with Arsenic or Cadmium excess in plants. Current Opinion in Plant Biology, 12 p. 364-372.
Prasad, M.N, and Helena Maria de Oliveira Freitas, 2003. Metal
in plants - Biodiversity
prospecting for
phytoremediation technology
Electronic Journal of
Biotechnology ISSN: 0717-3458 Vol.6 No.3, Issue of December 15, 2003. by
Pontificia Universidad
Católica de Valparaíso – Chile.
Reginawanti Hindersah, A. Marthin Kalay dan Barti Setiani Muntalif, 2004. Akululasi Pb dan Cd pada buah tomat yang ditanam di tanah mengandung Lumpur kering dari instalasi pengilahan air limbah domestic. Makalah seminar PATPI.
Rina, 2009. Pengaruh kadmium
terhadap pertumbuhan
pakcoy (Brassica rapa). Skripsi. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.
Rufus L. Chaney¹*, Minnie Malik²,
Yin M. Li¹, Sally L. Brown¹, Eric P. Brewer², J.
Scott Angle² and Alan J.M.
Baker³, 200 ,
Phytoremediation of Soil Metals.
¹ Environmental Chemistry Lab, US Department of
Agriculture-Agricultural Research
Service, Bldg.
² Dept. Natural Resources and
Landscape Architecture,
University of Maryland, College Park,.
³ Dept. Animal and Plant Sciences,
University of Sheffield,
Sheffield, S1O 2UO, United Kingdom.
Salt, D.E., Smith, R.D., Raskin, I.,
(1998): Phytoremediation.
Annu. Rev. Plant Physiol. Plant Mol. Biol. 49; 643-668.
Sodiq Pratomo, Sumarno & M.
Ahkam Subroto ,2004.
Fitoremediasi Zn (Seng)
Menggunakan Tanaman
Normal dan Transgenik
Solanum nigrum L.
PROSIDING SEMINAR
NASIONAL REKAYASA
KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411 – 4216.
Titi Juhaeti, fauzia Syarif dan Nuril Hidayati, 2005. Inventarisasi tumbuhan potensial untuk fitoremediasi lahan dan air
terdegradasi penambangan
emas. Biodivesitas vol. 6 No. 1. hal. 31-33.
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2012 : 67-82 | 82 Vanessa Nessner Kavamura and
Elisa Esposito, 2009.
Biotechnological strategies
applied to the
decontamination of soil
polluted with heavy metals. Biotechnology advances 28. p. 61 – 69.
Wensheng Shu and Hanping Xia, 200 , Integrated Vetiver Technique for Remediation
of Heavy Metal
Contamination: Potential and Practice. 2School of Life
Science, Sun Yatsen
(Zhongshan) University,
Guangzhou 510500, China 1South China Institute of Botany, Chinese Academy of
Sciences, Guangzhou