• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

3

ABSTRAK

Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, peranan kepala sekolah, guru, dan guru pembimbing merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kepala sekolah, guru, maupun guru pembimbing yang sangat berkompeten. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi ped-agogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan kurikulum 2013 dapat dilakukan melalui opti-malisasi peran kepala sekolah, guru, dan guru pembimbing sebagai: educator, manajer, admin-istrator, supervisor, leader, pencipta iklim kerja dan wirausahawan.

Kata Kunci : Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing A. PENDAHULUAN

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melain-kan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Dimana mutu Sember Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependi-dikan, sarana dan prasarana serta biaya.

Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru, sarana dan prasa-rana serta biaya apabila seluruh komponen tersebut memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan tanggung jaw-ab. Tenaga kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian

pen-Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru

Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013

untuk Peningkatan Mutu Pendidikan

Tri Hartini

(Fakultas Ilmu Pendidikan-IKIP PGRI Semarang) mospalic@gmail.com

(2)

guasaan kompetensinya.

Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang profes-sional. Tenaga kependidkan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan pen-getahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena itu tenaga kependidikan yang professional akan melaksanakan tugasnya secara professional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu. Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud be-gitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya, adapun salah satu cara untuk mewujud-kannya adalah dengan pengembangan profesionalisme ini membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting dalam hal ini adalah kepala sekolah, dimana kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksa-naan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam men-didik siswa untuk mencapai tujuan penmen-didikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya berhenti pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud. Karena tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan.

Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsinten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga kependidikan yang profesional mampu membelajar-kan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Agar proses pendidi-kan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya

Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidi-kan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikependidi-kan (sekolah) akependidi-kan dapat menghasilkependidi-kan

(3)

output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam insti-tusi ekonomi dan industri.

Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (seko-lah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pen-didikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat. B. PEMBAHASAN

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas-tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemu-kakan Wahjosumidjo (2002:97) adalah:

Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.

a. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di leingkungan sekolah.

b. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala sekola bertin-dak dan bertanggungjawab atas segala tinbertin-dakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.

c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu mengha-dapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.

d. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.

e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.

f. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubun-gan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis

(4)

kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan. g. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala

seko-lah adaseko-lah wakil resmi sekoseko-lah yang dipimpinnya.

h. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala seko-lah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.

Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya seb-agai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b) Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.

2. Hakikat Kompetensi Guru

Apa yang dimaksud dengan kompetensi itu ? Moqvist (2003) mengemukakan bahwa “competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work”. Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Holmes (1992) dalam Moqvist (2003) menyebutkan bahwa : ” A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.”

Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seharusnya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seharusnya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam peker-jaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaan-nya.

Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seharusnya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.

(5)

mengemuka-kan tiga jenis kompetensi guru, yaitu :

a. Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajar-kannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.

b. Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.

c. Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Den-gan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Per-aturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :

a. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman ter-hadap peserta didik; (c)pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimil-ikinya.

b. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) men-jadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

c. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyara-kat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran se-cara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/ seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keil-muan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

(6)

3. Kurikulum 2013

Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pem-belajaran dan kurikulum.

Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat penting. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya pun akan kedodoran.

Ada pertanyaan yang muncul bernada khawatir, dalam uji publik kurikulum 2013? Persiapan apa yang dilakukan Kemdikbud untuk kurikulum 2013? Apakah sedemikian mendesaknya, sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang, kurikulum itu sudah harus diter-apkan. Menjawab kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum 2013.

Pertama, berkait dengan buku pegangan dan buku murid. Ini pen-ting, jika kuriku-lum mengalami perbaikan, sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikukuriku-lum hanya sebagai “macan kertas”.Pemerintah bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, yang tentu saja dua buku itu berbeda konten satu dengan lainnya.

Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu, empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400 sampai 500 ribuan.

Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan terhadap tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah. Seb-agai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam kurikulum 2013 men-galami perubahan, maka buku raport pun harus berubah.

Intinya jangan sekali-kali persoalan implementasi kurikulum dihadapkan pada stigma persoalan yang kemungkinan akan menjerat kita untuk tidak mau melakukan perubahan. Pa-dahal kita sepakat, perubahan itu sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin terus maju dan berkembang. Bukankah melalui perubahan kurikulum ini sesungguhnya kita ingin membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang.

4. Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Secara garis besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah dan pekerjaan yang berkenaan dengan pembinaan profesional kependidikan. Untuk melaksanakan tugas tersebut

(7)

dengan sebaik – baiknya, ada tiga jenis ketrampilan pokok yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu ketrampilan teknis ( technical skill ), ketrampilan berkomunikasi ( human relations skill ) dan ketrampilan konseptual (conceptual skill).

Menurut persepsi banyak guru, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah terutama dilandasi oleh kemampuannya dalam memimpin. Kunci bagi kelancaran kerja kepala sekolah terletak pada stabilitas dan emosi dan rasa percaya diri. Hal ini merupakan landasan psikologis untuk memperlakukan stafnya secara adil, memberikan keteladanan dalam bersikap, berting-kah laku dan melaksanakan tugas.

Dalam konteks ini, kepala sekolah dituntut untuk menampilkan kemampuannya mem-bina kerja sama dengan seluruh personel dalam iklim kerja terbuka yang bersifat kemitraan, serta meningkatkan partisipasi aktif dari orang tua murid. Dengan demikian, kepala sekolah bisa mendapatkan dukungan penuh setiap program kerjanya.

Keterlibatan kepala sekolah dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui pembinaan terhadap para guru dan upaya penyediaan sarana belajar yang diperlukan.

Kepala sekolah sebagai komunikator bertugas menjadi perantara untuk meneruskan instruksi kepada guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah kepada instansi kepada para guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah kepada instansi vertikal maupun ma-syarakat. Pola komunikasi dari sekolah pada umumnya bersifat kekeluargaan dengan meman-faatkan waktu senggang mereka. Alur penyampaian informasi berlangsung dua arah, yaitu komunikasi top-down, cenderung bersifat instruktif, sedangkan komunikasi bottom-up cend-erung berisi pernyataan atau permintaan akan rincian tugas secara teknis operasional. Media komunikasi yang digunakan oleh kepala sekolah ialah : rapat dinas, surat edaran, buku infor-masi keliling, papan data, pengumuman lisan serta pesan berantai yang disampaikan secara lisan.

Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas dapat disebut-kan beberapa kata kunci pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan global (fitness to global environmental requirements). Adapun yang dimaksud mutu sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu aspek dalam penge-lolaan pendidikan itu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Garvin seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digu-nakan untuk menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja (performance), (2) fea-ture, (3) kehandalan (reliability), (4) konfirmasi (conformance), (5) durability, (6) kompetensi pelayanan (servitability), (7) estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan

(8)

pelang-gan yang bersifat subjektif.

Dalam pandangan masyarakat umum sering dijumpai bahwa mutu sekolah atau keunggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah, seperti gedung dan jumlah ekstra kurikuler yang disediakan. Ada pula masyarakat yang berpendapat bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan sekolah tersebut yang diterima di jenjang pendidikan selan-jutnya. Untuk dapat memahami kualitas pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di sekolah sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga membuahkan hasil.

Dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu, Kepala sekolah harus senantiasa memahami sekolah sebagai suatu sistem organic. Untuk itu kepala sekolah harus lebih ber-peran sebagai pemimpin dibandingkan sebagai manager. Sebagai leader maka kepala sekolah harus :

a. Lebih banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa

b. Lebih bersandar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan bersan-dar pada kekuasaan atau SK.

c. Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi. Bu-kannya menciptakan rasa takut.

d. Senantiasa menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada menunjuk-kan bahwa ia tahu sesuatu.

e. Senantiasa mengembangkan suasana antusias bukannya mengembangkan sua-sana yang menjemukan.

f. Senantiasa memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalahkan kesalahan pada seseorang, bekerja dengan penuh ketangguhan bukannya ogah-ogahan kare-na serba kekurangan(Boediono,1998).

Menurut Poernomosidi Hadjisarosa (1997 dalam slamet, PH, 2000), kepala sekolah merupakan salah satu sumberdaya sekolah yang disebut sumberdaya manusia jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan dan menyerasikan sumberdaya manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah input manajemen agar SDM-P menggu-nakan jasanya untuk bercampur tangan dengan sumberdaya selebihnya (SD-slbh), sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk menghasilkan output yang di-harapkan.

Secara umum, karakteristik kepala sekolah tangguh dapat dituliskan sebagai berikut (Slamet, PH,2000) : Kepala sekolah :

(9)

dilaku-kan (misi) serta paham benar tentang cara yang adilaku-kan ditempuh (strategi);

b. Memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumberdaya terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan sekolah (yang umumnya tak terbatas);

c. Memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan terampil (cepat, tepat, cekat, dan akurat);

d. Memiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya;

e. Memiliki toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari orang-orang yang mirip dengannya, akan tetapi sama sekali tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai;

f. Memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu ketidak-pedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi, arogansi, pemborosan, kaku, dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak.

Adapun peran kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepala sekolah menggunakan “pendekatan sistem” sebagai dasar cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berpikir sistem (bukan unsystem), yaitu berpikir secara benar dan utuh, berpikir secara runtut (tidak meloncat-loncat), berpikir secara holistik (ti-dak parsial), berpikir multi-inter-lintas disiplin (ti(ti-dak parosial), berpikir entropis (apa yang diubah pada komponen tertentu akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya); berpikir “sebab-akibat” (ingat ciptaan-Nya selalu berpasang-pasangan); berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif (kuantitatif +kualitatif), dan berpikir sinkretisme.

b. Kepala sekolah memiliki input manajemen yang lengkap dan jelas, yangditunjuk-kan oleh kelengkapan dan kejelasan dalam tugas (apa yang harus dikerjayangditunjuk-kan, yang disertai fungsi, kewenangan, tanggungjawab, kewajiban, dan hak), rencana (dis-kripsi produk yang akan dihasilkan), program (alokasi sumberdaya untuk mere-alisasikan rencana), ketentuanketentuan/limitasi (peraturan perundang-undangan, kualifikasi, spesifikasi, metoda kerja, prosedur kerja, dsb.), pengendalian (tinda-kan turun tangan), dan memberi(tinda-kan kesan yang baik kepada anak buahnya. c. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan perannya sebagai

(10)

manajer (mengkoordinasi dan menyerasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan), pemimpin (memobilisasi dan memberdayakan sumberdaya manusia), pendidik (mengajak nikmat untuk berubah), wirausahawan (membuat sesuatu bisa terjadi), penyelia (mengarahkan, membimbing dan memberi contoh), pencipta iklim kerja (membuat situasi kehidupan kerja nikmat), pengurus/administrator (mengadmini-trasi), pembaharu (memberi nilai tambah), regulator (membuat aturan-aturan sekolah), dan pembangkit motivasi (menyemangatkan).

Menurut Enterprising Nation (1995), manajer tangguh memiliki delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d) flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to solve complex problem and make deci-sions, and (h) ethical/high personal standards.

Sedang American Management Association (1998) menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others, (g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, and (r) use of oral pre-sentation.

a. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan dimensi-dimensi tu-gas (apa), proses (bagaimana), lingkungan, dan keterampilan personal, yang dapat diuraikan sebagai berikut: (a) dimensi tugas terdiri dari: pengembangan kuriku-lum, manajemen personalia, manajemen kesiswaan, manajemen fasilitas, penge-lolaan keuangan, hubungan sekolahmasyarakat, dsb; (b) dimensi proses, meliputi pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, peng-koordinasian, pemotivasian, pemantauan dan pengevaluasian, dan pengelolaan proses belajar mengajar; (c) dimensi lingkungan meliputi pengelolaan waktu, tempat, sumberdaya, dan kelompok kepentingan; dan (d) dimensi keterampilan personal meliputi organisasi diri, hubungan antar manusia, pembawaan diri, pem-ecahan masalah, gaya bicara dan gaya menulis (Lipham, 1974; Norton, 1985). b. Kepala sekolah mampu menciptakan tantangan kinerja sekolah (kesenjangan

an-tara kinerja yang aktual/nyata dan kinerja yang diharapkan). Berangkat dari sini, kemudian dirumuskan sasaran yang akan dicapai oleh sekolah, dilanjutkan den-gan memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, lalu melaku-kan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) untuk menemumelaku-kan faktor-faktor yang tidak siap (mengandung persoalan), dan mengupayakan lang-kah-langkah pemecahan persoalan. Sepanjang masih ada persoalan, maka sasaran

(11)

tidak akan pernah tercapai.

c. Kepala sekolah mengupayakan teamwork yang kompak/kohesif dan cerdas, serta membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya, menumbuh-kan solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bumenumbuh-kan kompetisi sehingga terbentuk iklim kolektifitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output sekolah.

d. Kepala sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan kreativitas dan memberikan peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasi-eks-perimentasi untuk menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru, meskipun hasilnya tidak selalu benar (salah). Dengan kata lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil dan mengelola resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah.

e. Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan menciptakan sekolah be-lajar .

f. Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan melaksanakan Manaje-men Berbasis Sekolah sebagai konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen, yaitu pergeseran dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah (dalam kerangka otonomi daerah).

g. Kepala sekolah memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar menga-jar sebagai kegiatan utamanya, dan memandang kegiatan-kegiatan lain sebagai penunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena itu, pengelolaan proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan tertinggi dan kegiatan-kegiatan lainnya dianggap memiliki tingkat kepentingan lebih rendah.

Kepala sekolah mampu dan sanggup memberdayakan sekolahnya (Slamet PH, 2000), terutama sumberdaya manusianya melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber-daya.

5. Peranan Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan. Ruh pen-didikan sesungguhnya terletak dipundak guru. Bahkan, baik buruknya atau berhasil tidaknya pendidikan hakikatnya ada di tangan guru. Sebab, sosok guru memiliki peranan yang strategis dalam ”mengukir” peserta didik menjadi pandai, cerdas, terampil, bermoral dan berpengeta-huan luas.

Sikap profesionalisme dalam dunia pendidikan (sekolah), tidak sekadar dinilai formalitas teta-pi harus fungsional dan menjadi prinsip dasar yang melandasai aksi operasionalnya. Tuntutan demikian ini wajar karena dalam dunia modern, khususnya dalam rangka persaingan global, memerlukan sumber daya manusia yang bermutu dan selalu melakukan improvisasi diri secara

(12)

terus menerus. Sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga pendidik atau guru merupakan cetak biru (blueprint) bagi penyelenggaran pendidikan.

Seorang guru yang baik adalah mereka yang memenuhi persyaratan kemampuan pro-fesional baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar atau pelatih. Di sinilah letak penting-nya standar mutu profesional guru untuk menjamin proses belajar mengajar dan hasil belajar yang bermutu.

Sebagai tenaga edukatif dalam lingkup sekolah, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi dasar kependidikan. Sebab dalam interaksi pembelajaran peserta didik, seorang guru harus bisa melakukan demonstrasi yang hidup dan menyenangkan bagi peserta didik. Sehingga kompetensi tersebut menyebabkan pembelajaran semakin bertambah baik.

Untuk menuju proses kegiatan belajar yang baik, maka tugas pokok guru adalah mem-persiapkan rancangan-rancangan pembelajaran yang sistematis dan berkelanjutan. Membuat perangkat pembelajaran tersebut merupakan bagian dari tugas pendidik. Di samping ia juga harus memiliki kemampuan tertentu yang sesuai dengan nilai dan norma yang seharusnya di-milikinya. Misalnya, berkepribadian dewasa, mandiri dan bertanggung jawab terutama secara moral sehingga dapat dijadikan identifikasi peserta didiknya.

Itulah mengapa seorang guru harus memiliki jiwa profesionalisme. Keberadaan guru yang sangat strategis tersebut diharapkan melalui jiwa profesionalisme dapat mengembangkan ke-giatan pembelajaran yang berkualitas dan menjadi tonggak yang kokoh bagi lembaga pendi-dikan. Oleh karena itu, kata profesionalisme perlu kita kaji secara mendalam guna melahirkan pemahaman yang holistik dan komprehensif.

6. Peranan Guru Pembimbing

Menurut W.S.Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam memper-siapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan/profesi ter-tentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan terter-tentu dari lapangan pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagian integral dari program pendidi-kan yang diintegrasipendidi-kan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi.

Secara umum tujuan diselenggarakannya bimbingan karier di sekolah ialah mem-bantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju pada karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya(Dewa Ketut Sukardi, 2004: 34)

Penyelenggaraan bimbingan karier disekolah dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu ceramah dan nara sumber, diskusi kelompok, pengajaran unit, sosiodrama,

(13)

kary-awisata, kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Tugas guru pembimbing di sekolah, di antaranya :

1. Setiap guru pembimbing diberi tugas bimbingan dan konseling sekurang-kurang-nya terhadap 150 siswa.

2. Bagi sekolah yang tidak memiliki guru pembimbing yang berlatar bimbingan dan konseling, maka guru yang telah mengikuti penataran bimbingan dan konsel-ing sekurang-kurangnya 180 jam dapat diberi tugas sebagai guru pembimbkonsel-ing. Penugasan ini bersifat sementara sampai guru yang ditugasi itu mecapai taraf ke-mampuan bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya setara D3 atau di seko-lah tersebut teseko-lah ada guru pembimbing yang berlatar belakang minimal D3 bi-dang bimbingan dan konseling.

3. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan di dalam atau di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar sekolah sebanyak-banyaknya 50% dari keseluruhan kegiatan bimbingan untuk seluruh siswa di sekolah itu, atas persetujuan kepala sekolah (Prayitno, 2001: 11).

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Jasin, Pengembangan Standar Profesional Guru Dalam Rangka Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia, dalam M. Dawam Rahajo, Jakarta: PT Intermasa, 1997 Bambang Budi Wiyono. 2000. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja

Guru dalam Melaksanakan Tugas Jabatan di Sekolah Dasar. (abstrak) Ilmu Pendi-dikan: Jurnal Filsafat, Teori, dan Praktik Kependidikan. Universitas Negeri Malang. Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK,SD, SMP, SMA, SMK & SLB,

Ja-karta : BP. Cipta Karya

————––. 2006. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendi-dikan. http://www.depdiknas.go.id/ inlink.

Louise Moqvist. 2003. The Competency Dimension of Leadership: Findings froma Study of Self-Image among Top Managers in the Changing Swedish Public Administration. Centre for Studies of Humans, Technology and Organisation, Linköping University. Mary E. Dilworth & David G. Imig. Professional Teacher Development and the Reform

Agen-da. ERIC Digest. 1995.

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet. IX, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998) National Board for Professional Teaching Standards. 2002 . Five Core Propositions. NBPTS

HomePage.

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta : Adi Cita.

Referensi

Dokumen terkait

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh

Panel distribusi membutuhkan peralatan listrik yang berfungsi sebagai pengaman terhadap terjadinya gangguan yang disebabkan oleh hubung singkat (short circuit) dan pembebanan

Berbeda dengan effindi [7], klasifikasi kemampuan kognitif pemain dalam penelitian ini diklasifikasikan menggunakan metode Bayes Net, Naive Bayes, dan J48 seperti

Oleh karena ketentuan tersebut masih disalahgunakan, maka pada lelang sewa bondo deso pada tahun 2011, panitia atau orang yang disewa panitia untuk melelang tidak

Langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dilakukan peninjauan ulang atas tanah sisa sesuai dengan Surat K eputusan Nomor 1601/UND/P2T/300-33.74/X I/2016 mengenai

Metode snowball-throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan

No Nama Usaha Bentuk Jenis Ada pemisah Manual / Sumber Kepemilikan Transaksi entitas Komputerisasi Pendanaan. 1 Garuda Teknik Perseorangan Tunai Tidak Manual

Sesuai dengan analisis slip, dan indeks K US , Panser Anoa 6x6 APC memiliki karakter handling yang bersifat understeer, dimana nilai sudut slip depan selalu lebih besar dari